Go to full page →

Chajal Saja Jang Pertama*).Chajal ini telah diberikan tidak lama setelah keketjewaan besar pada tahun 1844 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1846. Hanja sedikit sadja dari kedjadian2 jang akan datang kelihatan pada waktu itu. Chajal2 jang kemu¬dian adalah lebih lengkap. TP 12

Karena Allah telah menundjukkan kepada saja perdjalanan orang Advent ke-kota Sutji dan upah besar jang akan dikaruniakan kepada orang jang me-nunggu2 Tuhannja dari pesta kawin itu, boleh djadi wadjiblah saja memberikan kepadamu ringkasan jang Tuhan tundjukkan kepada saja itu. Orang sutji jang kekasih itu haruslah menempuh banjak kesusahan. Tetapi kesukaran kita jang ringan dan jang sementara sadja itu akan mendatangkan bagai kita satu kelimpahan kemuliaan jang kekal dan meliputi semuanja — sedang tiada kita memandang kepada perkara jang kelihatan, karena perkara jang kelihatan itu sementara sadja adanja tetapi perkara jang tiada kelihatan itu kekal adanja. Saja telah mentjoba membawa lapuran jang bagus dan beberapa buah anggur dari Kanaan semawi itu, oleh karenanja banjaklah orang hendak melempari saja dengan batu seperti orang banjak itu minta supaja Kaleb dan Jusak dilempari karena lapuran mereka. Bilangan 14: 10. Tetapi saja katakan padamu, hai saudara2 dan saudari2 dalam Tuhan, benarlah negeri itu indah, dan dapatlah kita pergi serta memilikinja. TP 12.2

Sedang saja sembahjang waktu kumpulan dirumah, turunlah Roh Sutji atas saja dan se-olah2 saja diangkat semakin tinggi dan tinggi, djauh diatas bumi jang gelap ini. Saja menoleh hendak melihat kepada orang Advent didunia ini, tetapi tidak saja melihat mereka itu. Adalah satu suara mengatakan kepada saja: “Lihat lagi, dan lihat agak tinggi sedikit.” Saja pun menengoklah dan lihat satu djalan jang lurus dan sempit djauh diatas bumi. Disinilah orang Advent berdjalan menudju kota jang ada pada hudjung djalan itu. Pada mereka itu ada tjahaja jang terang benderang dibelakangnja pada permulaan djalan itu; seorang malaekat katakan kepada saja bahwa itulah seruan tengah malamTjahaja ini bersinar sepandjang djalan itu dan menerangi kaki mereka itu supaja djangan ada jang tersandung. Bila mereka selalu memandang kepada Isa jang berdjalan didepan dan memimpin mereka ke kota itu, selamatlah mereka. Tetapi tiada berapa lama beberapa orang mendjadi letih dan berkata kota itu amat djauh, dan mereka sangka telah patut tiba disana. Maka Isapun suka gembirakan mereka itu oleh mengangkat tangan kananNja jang mulia itu dan dari tanganNja datanglah terang bergelombang kepada pasukan Advent itu, lalu mereka bersorak “Halelujah”. Ada orang jang nekat menjangkal terang jang dari belakang mereka sambil mengatakan bahwa Tuhan jang memimpin mereka sampai kini. Maka padamlah terang jang dibelakang mereka itu sehingga gelap gulitalah kelilingnja dan merekapun tersandung dan tidak melihat lagi tudjuan itu dan Jesus, lalu mereka djatuh dari djalan itu kebawah kedalam dunia jang gelap dan penuh kedjahatan itu. Tiada lama kemudian kami dengar suara Tuhan seperti suara banjak air memberitahukan hari dan djam kedatangan Jesus. Adapun orang saleh jang 144,000 bilangannja itu tahu dan mengerti suara itu sedang orang2 djahat pikir bahwa itulah guruh dan gempa adanja. Bila Tuhan katakan waktu kedatangan itu, Dia tjurahkan atas kami Roh Sutji, maka muka kami mulai bersinar dan memantjarkan kemuliaan Allah seperti muka Musa bila dia turun dari bukit Sinai. TP 13.1

Adapun jang 144,000 itu sekalian ada termeterai dan bersatu dengan sempurnanja. Pada dahi mereka ada tertulis Allah, Jerusalem Baru dan satu bintang jang indah mengandung nama Isa jang baru. Maka bangkitlah amarah orang durdjana itu melihat keadaan kami jang berkesukaan dan sutji itu dan mereka hendak menerkam dengan ganas dan menangkap kami akan dimasukkan kedalam pendjara. Kami menghulurkan tangan dalam Nama Tuhan, dan mereka rebah kebumi dengan tiada berdaja. Pada waktu itu tahulah mesdjid Iblis bahwa Tuhan kasih akan kami jang dapat membasuh kaki satu sama lain dan bersalaman dengan saudara2 dengan tjium jang sutji, maka mereka pun sudjudlah pada kaki kami. TP 14.1

Kemudian pandangan kami tertarik ketimur, karena satu awan jang hitam dan ketjil telah kelihatan, kira2 separoh tangan orang besarnja; kami sekalian tahu itulah tanda Anak Manusia. Dengan perasaan dahsjat serta berdiam kami memandang embun itu jang datang makin dekat, serta semangkin terang, mulia dan semangkin mulia pula, sampai achirnja njatalah dia ada satu awan jang besar dan putih. Bawahnja kelihatan seperti api, satu pelangi ada diatasnja sedang berkeliling ada berpuluh ribu malaekat bernjanji njanjian jang amat merdu; maka diatasnja duduklah Anak Manusia. Rambutnja putih seperti saldju, berombak-ombak sampai pada bahuNja; pada kepalaNja ada banjak mahkota. KakiNja kelihatan seperti api; pada tangan kananNja ada sebilah arit jang tadjam; pada kiri satu trompet perak. Matanja seperti njala api jang memeriksai anak2Nja terus menerus. Kemudian segala muka orang mendjadi putjat, dan orang jang menolak Tuhan itu mendjadi hitam. Kemudian kami berteriak: “Siapakah gerangan dapat berdiri? Adakah djubah saja tak bertjatjat?” Maka berhentilah malaekat2 itu menjanji; sekalian berdiam dengan dahsjatnja ketika Jesus berkata: “Orang jang tangannja bersih dan hatinja sutji dapatlah berdiri; karuniaKu adalah bagimu” Mendengar ini maka wadjah kami pun mendjadi terang, dan hati kami masing2 pun dipenuhi kesukaan. Maka malaekat itu pun angkat suaranja lebih tinggi dan menjanji lagi, sementara embun itu makin hampir kebumi. TP 14.2

Kemudian berbunjilah terompet perak Jesus itu sementara Ia turun diatas awan jang dikelilingi njala api. Dia memandang atas kubur orang2 sutji jang tidur itu, kemudian Ia memandang kelangit sambil menghulurkan tanganNja keatas lalu berseru: “Bangun! bangun! bangunlah! engkau jang tidur dalam habu, dan bangkitlah.” Maka gempalah bumi dengan hebatnja. Kubur2 terbuka dan jang mati pun keluarlah berpakaian kekekalan. Jang 144,000 itu pun bersorak: “Halelujah!” bila mereka mengenal sahabat2nja jang telah dirampas dari padanja oleh maut, dan pada saat itu djuga kami diubahkan diangkat bersama-sama dengan mereka itu hendak bertemu dengan Tuhan diangkasa. TP 15.1

Kami sekalian masuk bersama-sama kedalam awan itu lalu naik keatas tudjuh hari lamanja menudju laut katja itu, ketika mana Jesus membawa mahkota2 dan dengan tangan kananNja sendiri diletakkanNja mahkota2 itu pada kepala kami. DiberikanNja kami ketjapi emas dan daun korma tanda kemenangan. Disini pada laut katja berdirilah jang 144,000 itu dalam peta empat segi jang sempurna. Beberapa dari mereka memakai mahkota jang amat terang, dan jang lain kurang. Ada mahkota bertabur dengan amat banjak bintang, jang lain hanja sedikit Sekalian mereka itu adalah amat senang dengan mahkotanja. Dan sekalian berdjubahkan pakaian putih jang mulia dari bahu sampai kekaki. Kami dikelilingi oleh malaekat ketika kami berdjalan atas laut emas menudju gerbang kota itu. Jesus mengangkat tanganNja jang berkuasa dan mulia itu lalu memegang gerbang mutiara itu, ditolakkanNja lalu terbuka atas engselnja jang berkilau-kilauan; Dia berkata kepada kami: “Kamu telah basuh pakaianmu dalam darahKu, telah berpegang teguh kepada kebenaranKu; persilahkan masuk.” Kami sekalianpun masuklah dan merasa berhak betul2 didalam kota itu. TP 15.2

Disini kami lihat pohon alhajat dan tachta Allah. Dari pada tachta itu mengalir satu sungai, airnja djernih benar seperti hablur dan pada kedua tepi sungai itu adalah pohon alhajat. Pada tepi jang satu dari sungai itu adalah pokok kaju dan begitu pula pada tepi jang satu lagi, keduanja dari emas urai jang terang dapat dilihat terus. Mula2 saja sangka kulihat dua pohon, kulihat kembali, dan kemudian saja lihat bahwa pohon2 itu berhubung mendjadi satu pokok sesudah diatas. Demikianlah pohon kehidupan itu pada kedua belah tepi sungai alhajat itu. Dahannja melengkung sampai ketempat dimana kami berdiri dan buahnja amat bagus; nampaknja seperti emas bertjampur perak. TP 16.1

Kami sekalian pergi kebawah pohon itu dan kami duduk me-lihat2 kemuliaan tempat itu, bila saudara Fitch dan Stockman datang kepada kami. Saudara berdua ini telah mengadjarkan indjil keradjaan itu dahulu dan telah Allah baringkan didalam kubur untuk keselamatannja; mereka bertanja pengalaman kami selama mereka tidur dikubur. Kami tjoba mengingat pentjobaan kami jang terbesar, tetapi semuanja nampak begitu ketjil bila dibandingkan dengan kelimpahan kemuliaan jang meliputi semuanja jang sedang mengelilingi kami itu; kami tak dapat katakan dari hal pentjobaan jang kami tempuh itu dan kami pun serukan: “Halelujah, alangkah murahnja sorga ini!” Kami memetik ketjapi kami; dan sorgapun gempita oleh suara itu. TP 16.2

Dengan dikepalakan oleh Jesus kami turun dari kota itu kedunia ini diatas satu gunung jang amat besar. Gunung itu tak dapat menanggung Jesus, lalu mendjadi terbelah dua dan djadilah satu lembah jang amat luas. Kemudian kami menengadah keatas dan melihat kota jang besar itu jang mempunjai duabelas alasan, dan duabelas pintu gerbang, tiga pada tiap pendjuru serta seorang malaekat pada tiap2 gerbangSekalian kami berteriak: “Telah datang, Kota jang besar itu telah datang, datang dari Allah disorga,” maka datanglah kota itu ketempat kami berdiri. Kemudian kami mengamat-amati indahnja kota itu sebelah luarnja. Disana saja lihat rumah jang indah2, nampaknja bagaikan perak, berdiri atas empat tiang jang ditabur dengan mutiara; bukan kepalang indahnja kelihatan. Rumah2 ini adalah untuk kediaman orang2 sutji. Dalam tiap2 rumah ada sebuah rak emas. Saja lihat banjak dari orang saleh itu masuk kedalam rumah2 itu, dibukanja mahkota jang gumirlapan itu, diletakkannja diatas rak emas itu lalu kemudian pergi keluar ketanah lapang dekat rumah itu untuk memperbuat apa2 dengan tanah itu; tetapi bukan seperti jang orang perbuat dengan tanah disini; bukan, bukan. Satu tjahaja jang indah bersinar keliling kepala mereka, dan mereka selalu bersorak-sorak dan memudji Allah. TP 17.1

Saja lihat djuga tanah lapang lain penuh dengan segala matjam bunga, dan bila saja memetiknja saja berkata: “Dia tak akan pernah laju.” Sesudah ini saja lihat tanah lapang rumput jang tinggi, amat indah kepada pemandangan mata; warnanja kehidjau-hidjauan dan merupakan bajang perak dan emas sementara berombak-ombak dengan megahnja untuk kemuliaan Radja Jesus. Kemudian masuklah kami kedalam satu tanah lapang jang penuh dengan segala djenis binatang2 — singa, domba, harimau kumbang dan gurk, semua bersama-sama dalam damai. Kami berdjalan lalu dari tengah2nja dan diturutnja kami baik2 dari belakang. Kemudian kami masuk hutan, bukan hutan gelap seperti jang kita ada disini; bukan, bukan; melainkan terang dan seluruhnja indah; dahan2 pohon itu me-lambai2 kesana-kemari dan kami sekalian berseru: “Kami akan tinggal dengan sedjahtera dalam belantara ini dan tidur dihutan.” Kami lalui hutan itu, karena kami menudju bukit Sion. TP 17.2

Waktu kami berdjalan itu kami berdjumpa dengan beberapa orang jang mengamat-amati keindahan tempat itu. Saja lihat tepi pakaian mereka itu merah; mahkota mereka berkilau-kilauan; pakaiannja putih benar. Bila kami tabek mereka itu saja tanja kepada Jesus siapa adanja mereka itu. Katanja mereka adalah orang sahid jang telah dibunuh karena Dia. Beserta mereka itu ada satu rombongan orang-orang ketjil jang tiada terkira bilangannja; orang inipun tepi pakaiannja merah. Sekarang bukit Sion telah dekat depan kami; atas gunung ini ada satu kaabah jang bagus, kelilingnja ada tudjuh gunung lain dimana tumbuh bunga mawar dan bakung. Saja lihat anak2 tadi mendaki gunung itu, atau terbang kepuntjak gunung itu kalau mereka suka lalu memetik bunga jang tak berkelajuan itu. Segala matjam pohon ada keliling kaabah itu untuk menghiasi tempat itu; kaju box, tusam, senobar, minjak, mirtel, delima dan pohon ara lebat dengan buah jang masak—maka sekalian ini membikin seluruh tempat itu amat indah. Maka bila kami hendak masuk kaabah sutji itu Jesus berkata dengan merdu suaraNja: “Hanja jang 144,000 itu boleh masuk kedalam tempat ini,” dan kami pun serukan: “Halelujah.” TP 18.1

Kaabah ini bertiang tudjuh, semua dari emas hablur bertabur dengan mutiara jang indah2. Saja tiada dapat mentjeritakan perkara2 adjaib jang saja lihat disana. Aduh, tjoba kalau dapat saja bitjara bahasa Kanaan itu, barulah saja bisa tjeritakan sedikit dari hal keindahan dunia jang bagus itu. Saja lihat disana papan2 batu dimana dipahat nama2 jang 144,000 itu dengan huruf emas. Setelah kami melihat kemuliaan kaabah itu, kami pergi keluar dan Jesus tinggalkan kami dan pergi kekota itu Tidak lama kemudian kami dengar suaraNja jang merdu itu kataNja: “Marilah, hai umatKu, kamu telah keluar dari kepitjikan besar dan membuat kehendakKu serta menanggung karena Aku; marilah kepada perdjamuan malam, karena Aku akan bersiap diri dan melajani akan kamu.” Kami berseru: “Haleluja! Mulialah!” dan kami pun masuk kedalam kota itu. Maka kulihat satu medja dari perak urai; pandjangnja beberapa paal, tetapi meskipun begitu dapatlah mata melihat seluruhnja. Saja melihat buah pohon alhajat, man, almon, ara, delima, anggur dan banjak lagi matjam2 buah. Saja minta kepada Isa membiarkan saja makan buah itu. KataNja: “Djangan sekarang. Barang siapa makan dari buah negeri ini tak akan pulang lagi ke bumi. Tetapi tiada berapa lama lagi, bila setia, kamu akan makan buah pohon alhajat itu dan minum dari pantjaran air itu.” Dan kataNja: “Engkau mesti kembali kedunia dan tjeritakanlah kepada orang2 lain apa jang Kutundjukkan kepadamu.” Setelah itu dengan baik2 diangkat seorang malaekatlah saja turun kedunia jang gelap ini. Kadang2 saja pikir, saja tak bisa lagi tinggal lebih lama disini; semuanja jang didunia ini nampaknja susah. Saja merasa amat sunji disini, karena saja telah melihat negeri jang lebih baik. Aduh, sekiranja saja bersajap seperti merpati, nistjaja saja akan terbang dan senang disana! TP 18.2

——————

Sesudah saja habis berchajal, segala sesuatu nampaknja telah berobah; seluruhnja jang saja lihat seolah-olah tertutup dengan kedukaan. Aduh, betapa gelap dunia ini kelihatan kepada saja. Saja menangis ketika mengetahui bahwa saja ada disini dan saja merasa rindu. Saja telah melihat dunia jang lebih indah, maka itulah sebabnja saja ta’ senang lagi disini. Saja beritahukan chajal itu kepada kumpulan kami jang ketjil di Portland; mereka pertjaja sungguh bahwa chajal itu dari Allah adanja. Itulah satu masa jang amat berkuasa. Kami merasa dengan dahsjatnja bagaimana sungguh benar negeri kekal itu. Kira2 satu minggu kemudian Tuhan memberi lagi kepada saja chajal jang lain, dimana ditundjukkan kepada saja pentjobaan2 jang saja mesti lalui, dan jang saja mesti pergi dan beritahu kepada orang lain apa jang Dia telah njatakan kepada saja, dan jang saja akan menghadapi perlawanan besar dan men¬derita dalam hati waktu mentjeritakan jang saja lihat itu. Tetapi kata malaekat itu, “Karunia Allah adalah pada bagimu, Ia akan menguatkan engkau.” TP 19.1

Sesudah habis saja berchajal ini, saja amatlah bersusah hati. Kesehatan saja amat buruk sedangkan saja baru berusia tudjuhbelas tahun. Saja tahu banjak orang telah djatuh karena mendjadi sombong, dan saja tahu bila saja mendjadi tjongkak, Tuhan akan tinggalkan saja dan saja nistjaja akan hilang kelak. Saja hampiri Allah dalam doa dan mohon supaja Dia tanggungkan beban itu atas orang lain. Saja merasa bahwa saja tiada dapat memikulnja. Saja tersungkur lama sekali, dan pumpunan dari segala jang saja dapat ialah: “Beritahu kepada orang, apa jang telah Kunjatakan kepadamu.” TP 20.1

Dalam chajal saja jang berikut dengan sungguh saja minta dari Tuhan, bila saja mesti pergi mengabarkan jang Dia njatakan kepada saja, supaja Dia djaga djangan saja mendjadi sombong. Setelah itu ditundjukkanNja bahwa doa saja itu telah didengar dan bila saja tergoda hendak som¬bong tangan Tuhan akan diletakkan atas saja supaja sakit. Kata malaekat itu: “Bila engkau sampaikan pekabaran itu dengan setiawan dan tahan sampai penghabisan, engkau akan makan dari buah alhajat itu serta minum dari air kehidupan itu pun.” TP 20.2

Kemudian tersiarlah berita keliling bahwa chajal saja itu ada akibat dari mesmerism *)Pengaruh pikiran jang orang pasang kepada orang lain; sebangsa hipnotisme. dan banjak orang Adventist pertjaja dan siarkan berita itu. Seorang dokter jang terkenal sebagai ahli mesmerism katakan kepada saja bahwa chajal saja itu mesmerism adanja dan bahwa saja amat mudah dipengaruhi mesmerism; katanja dia boleh pengaruhi diri saja sendiri sehingga saja berchajal. Saja katakan padanja bahwa Tuhan telah tundjukkan kepada saja dalam chajal, bahwa mesmerism dari Iblis datangnja dari keluburan, dan akan lekas kembali kesana beserta segala orang jang terus memakainja. Saja kemudian beri dia kebebasan memasang mesmerismnja kepada saja kalau dia dapat Ia berusaha lebih setengah djam lamanja dengan bermatjam-matjam djalan tetapi sia2, kemudian usahanja itupun dihentikannja. Oleh pertjaja kepada Allah dapatlah saja menolak mesmerism jang dipasangnja kepada saja, sehingga sedikit pun tiada terpengaruhinja saja. TP 21.1

Bila saja berchajal dikumpulan, orang katakan jang itu datang karena saja terlalu gembira dan karena orang pasang mesmerism atas saja. Karena itu saja suka pergi kehutan sendirian dimana orang tak dapat lihat atau dengar saja ketjuali Tuhan. Disana saja sembahjang kepadaNja dan kadang2 diberiNja saja berchajal disana. Sajapun bersuka hatilah dan tjeritakan kepada mereka apa jang Allah telah njatakan kepada saja ketika hanja sendirian, dimana orang tiada dapat pengaruhi saja. Tetapi ada pula orang mengatakan jang saja sendiri memasang mesmerism atas saja. Aduh, pikir saja dalam hati, sudahkah sampai begitu, sehingga orang jang dengan tulus hatinja datang kepada Tuhan untuk memohon segala djandjiNja dan minta keselamatanNja, orang itu dituduh sedang dipengaruhi mesmerism jang nadjis dan djahanam itu? Manakah bisa kita minta “roti” dari Bapa jang disorga maka diberikanNja kita “batu” atau “kaladjengking”? Hal ini melukai hati saja, dan djiwa saja seolah-olah diperah dalam sengsara besar sehingga saja seakan-akan putus harap, sementara banjak orang mengatakan kepada saja bahwa Roh Sutji tidak ada dan adapun chajal hamba2 Allah jang sutji itu hanja akibat mesmerism atau tipu Setan adanja. TP 21.2

Pada masa itu fanatisme (gila2 agama) sedang meradjalela di Maine. Ada orang jang meninggalkan pekerdjaannja dan memetjat dari geredja segala orang jang tidak mau menerima pemandangan mereka itu tentang soal tersebut, demikian pula dalam hal2 lain jang dianggap mereka sebagai kewadjiban peribadatan. Allah telah njatakan kepada saja segala kekeliruan ini dalam chajal dan Dia utus saja kepada anak-anakNja jang sesat itu untuk memberitahukan kekeliruan mereka; tetapi banjak dari mereka menolak nasehat itu semata-mata dan mempersalahkan saja dengan tuduhan saja menjesuaikan diri dengan dunia. Tambahan lagi orang2 jang namanja sadja Adventist menuduh saja sebagai orang jang fanatik, serta saja pun dituduh dengan palsunja, dan oleh setengah orang dengan djahatnja sebagai pengandjur kefanatikan, padahal saja jang berusaha memberantasnja. Berulang-ulang dan berganti-ganti tanggai ditentukan buat kedatangan Tuhan dan tanggai2 itu diandjur-andjurkan kepada saudara2; tetapi Allah njatakan kepada saja bahwa itu semua akan lalu, karena masa kepitjikan itu mesti datang dahulu sebelum Kristus kembali, dan tiap2 tanggai jang ditentukan buat kedatangan Jesus itu, tetapi tidak djuga Ia datang, akan melemaskan kepertjajaan umat Tuhan sadja. Oleh karena ini, saja dipersalahkan dan dikatakan sebagai hamba djahat jang mengatakan dalam hatinja, “Tuhanku datang berlambatan.” TP 22.1

Segala perkara ini menjusahkan hati saja, maka dalam kekatjauan itu kadang2 hati saja bimbang sehingga saja tertjoba menjangsikan akan pengalaman saja sendiri itu. Pada satu kali waktu kami sembahjang pagi, datanglah kuasa Allah atas saja, dan timbullah pikiran dalam hati saja mengatakan bahwa kuasa jang hinggap itu mesmer sadja, dan saja pun tolakkan dia. Saja terus mendjadi kelu dan beberapa saat lamanja tiada tahu akan segala sesuatu jang ada keliling saja Kemudian saja sedarlah akan dosa saja, sebab saja bimbang akan kuasa Allah, maka sebab itu saja mendjadi kelu, dan nanti akan bisa bitjara sebelum lewat 24 djam. Ditundjukkanlah kepada saja sehelai kertas, dimana tertulis dengan huruf emas limapuluh ajat Kitab Sutji *).Ajat2 ini tertulis pada penghabisan fasal ini. Sehabisnja saja berchajal saja minta supaja diberikan kepada saja batu tulis, dan saja tulis disitu bahwa saja kelu, dan apa jang saja lihat dichajal serta jang saja mau satu Alkitab jang besar. Sesudah saja terima kitab itu saja bukalah ajat2 jang ditundjukkan kepada saja pada kertas tadi dengan mudahnja. Sepandjang hari saja tak dapat ber-kata2. Keesokan harinja pagi2 benar djiwa saja penuh dengan kegemaran dan kelu itu telah hilang; saja pun dengan njaring suara me-mudji2 Allah. Sesudah ini tiada berani lagi saja bimbang akan kuasa Allah itu apa lagi menolakkannja, bagaimanapun pikiran orang lain terhadapnja. TP 22.2

Pada tahun 1846 waktu kami di Fairhaven, Massachussets, saudari saja (jang pada ketika itu biasa bersama dengan saja), saudari A., saudari G. dengan saja pergilah menumpang perahu lajar untuk melawat satu keluarga dipulau West. Waktu kami berangkat itu, malam telah hampir. Belum lagi kami djauh dari daratan se-konjong2 datang taufan. Halilintar sambar menjambar, guruh menderu dan hudjan pun turun dengan amat lebatnja. Njata sekali kami akan karam kalau Tuhan tiada menolong. TP 23.1

Sajapun bertelut diperahu itu dan mohon supaja Tuhan selamatkan kami. Maka diatas laut jang bergelora itu sedang air masuk dari atas perahu membasahkan kami, sajapun menerima chajal serta melihat bahwa lebih gampang lautan itu habis kering sama sekali daripada kami binasa, karena pekerdjaan saja baru sadja mulai. Sesudah saja habis berchajal itu, segala perasaan takut pun sudah lenjap lalu kami menjanji sambil memudji Tuhan, dan perahu kami jang ketjil itu adalah kami rasa bagaikan Betel jang meng-apung2 Redaktur madjalah “The Advent Herald” tadinja katakan bahwa chajal saja itu adalah “akibat perbuatan mesmerism.” Tetapi saja bertanja, manakah orang lagi ber-angan2 dalam keadaan seperti itu? Saudara G. sibuk luar biasa mengendalikan perahu kami itu. Dibuangnja sauh, tetapi sauh itu di-seret2 perahu itu. Perahu kami jang ketjil itu dipermainkan gelombang dan angin itu sementara malam adalah gelap gelita sehingga tak nampak dari buritan ke-haluan perahu itu. Achirnja tersangkutlah sauh kami itu, dan saudara G. berseru minta pertolongan. Pada pulau itu hanja ada dua rumah, dan rupanja kami ada dekat kepada satu dari jang dua itu, tetapi bukan rumah jang hendak kami lawat itu. Sekalian penduduk rumah itu telah tidur ketjuali seorang anak ketjil jang untung sudah mendengar kami memanggil itu. Segera datanglah bapanja menolong kami dan kami dibawanja kedarat dengan satu sampan ketjil. Kami me-mudji2 sambil mengutjap sjukur kepada Allah sampai djauh malam, karena kebaikanNja jang adjaib itu kepada kami. TP 23.2