“Oleh finnan TUHAN langit telah dijadikan, oleh napas dari mulutNya segala tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.” Mazmur 33:6, 9. la “yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya.” Mazmur 104:5 . SRNJ1 35.1
Tatkala bumi ini keluar dari tangan Khalik, keadaannya sangat indah sekali. Permukaannya dihiasi gunung-gunung, bukit-bukit dan padang yang datar, diselingi oleh sungai-sungai serta danau-danau yang indah; tetapi bukit-bukit dan gunung-gunung itu tidaklah curam dan berbatubatu, atau penuh dengan tebing-tebing yang terjal serta mengerikan seperti halnya sekarang ini; batu-batu bumi yang tajam dan kasar terpendam di bawah tanah yang subur, dan di mana-mana tumbuh pepohonan yang hijau serta segar. Tidak ada rawa-rawa yang menjijikkan atau padang pasir yang tandus. Ke mana saja pandangan diarahkan kelihatan semak belukar dan bunga-bunga yang indah dan menarik. Tempat-tempat yang tinggi dimahkotai oleh pepohonan yang lebih indah daripada yang ada sekarang ini. Udara, bebas dari unsur-unsur yang membahayakan, sangat segar dan menyehatkan. Seluruh permukaan bumi di dalam keindahannya melebihi taman-taman bunga dari pada istana yang paling megah. Maiaikat-malaikat menikmati pemandangan itu dengan kesukaan dan bergembira melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib itu. SRNJ1 35.2
Setelah bumi ini dengan binatang-binatang yang jinak dan tumbuhtumbuhan dijadikan, manusia, ciptaan Tuhan yang paling mulia itu, yang untuknya bumi yang indah ini disediakan, muncul di panggung sejarah. Kepadanya telah diserahkan pemerintahan atas segala sesuatu yang dapat dilihat oleh matanya; oleh karena Tuhan bersabda, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa... atas seluruh bumi.... Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; lakilaki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Di sini dengan jelas dinyatakan asal usul umat manusia; dan catatan Ilahi itu sangat jelas sehingga tidak memberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan yang salah. Tuhan telah menciptakan manusia di dalam peta-Nya sendiri. Di dalam hal ini tidak ada rahasia yang tersembunyi. Tidak ada dasar bagi pendapat yang mengatakan bahwa manusia itu bertumbuh pelahanlahan dari bentuk kehidupan binatang atau tumbuh-tumbuhan yang lebih rendah. Pengajaran seperti itu merendahkan pekerjaan Khalik Yang Agung menjadi setaraf dengan pemikiran manusia yang picik dan bersifat duniawi. Manusia begitu nekad untuk menyisihkan Allah dari pemerintahan-Nya atas alam semesta sehingga mereka menghinakan dirinya dan menyangkal asalnya yang mulia itu. Ia yang menetapkan bintang-bintang di tempat yang tinggi dan dengan keahlian yang sempuma menjadikan bunga-bunga di padang, yang memenuhi langit dan bumi dengan keajaiban kuasa-Nya, bilamana Ia hendak memahkotai pekerjaan-Nya yang mulia, untuk menetapkan seseorang sebagai pemerintah bumi yang indah itu, tidak lupa untuk menciptakan suatu makhluk yang berpadan dengan tangan yang telah memberikan hidup kepadanya. Silsilah umat manusia sebagaimana dinyatakan oleh ilham, berasal bukan dari perkembangan kuman-kuman, kerang dan binatang berkaki empat, tetapi dari Khaliknya yang agung. Meskipun dijadikan dari tanah, Adam adalah “anak Allah.” SRNJ1 36.1
Ia telah ditetapkan, sebagai wakil Allah, di atas makhluk-makhluk yang tarafnya lebih rendah. Mereka ini tidak dapat mengerti atau mengakui kekuasaan Tuhan, tetapi mereka dijadikan dengan suatu kesanggupan untuk mencintai dan melayani manusia. Pemazmur berkata: “Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: ... binatang-binatang di padang; burung-burung di udara,... dan apa yang melintasi arus lautan.” Mazmur 8:7-9. SRNJ1 36.2
Manusia harus menyatakan peta Allah, baik jasmani dan juga dalam tabiat. Hanya Kristus saja yang merupakan “gambar wujud Allah” (Ibrani 1:3); tetapi manusia diciptakan menurut teladan Allah. Sifatnya selaras dengan kehendak Allah. Pikirannya sanggup memahami perkara-perkara Ilahi. Kasihnya mumi, selera dan keinginannya berada di bawah pengen-dalian pikiran. Ia suci dan berbahagia dalam menyatakan peta Allah dan di dalam penurutan akan kehendak-Nya. SRNJ1 37.1
Waktu manusia dijadikan oleh Tuhan, tubuhnya tinggi semampai, sempuma dan simetris. Wajahnya mencerminkan keadaan yang sehat dan berseri-seri oleh sinar hidup dan kebahagiaan. Tubuh Adam jauh lebih tinggi daripada manusia yang mendiami bumi sekarang ini. Hawa lebih pendek sedikit, tetapi bentuknya agung dan indah sekali. Pasangan yang suci ini tidak mengenakan pakaian buatan, mereka diselubungi oleh terang dan kemuliaan sebagaimana halnya maiaikat-malaikat. Selama mereka menurut kepada Allah, jubah terang ini akan senantiasa menyelubungi mereka. SRNJ1 37.2
Setelah Adam diciptakan setiap makhluk yang hidup dibawa ke hadapannya untuk memperoleh nama masing-masing; ia memperhatikan bahwa kepada masing-masing mereka telah diberikan teman, tetapi di antara mereka, “tidak menjumpai seorang penolong yang sepadan dengan dia.” Di antara segala makhluk yang sudah dijadikan Allah di atas bumi ini, tidak ada satu pun yang setara dengan manusia. Dan Tuhan berkata, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Manusia tidaklah dijadikan untuk hidup seorang diri; ia harus menjadi satu makhluk sosial. Tanpa adanya persahabatan segala pemandangan yang indah dan pekerjaan yang menggembirakan di Taman Eden tidak akan memberikan kebahagiaan yang sempuma. Hubungan yang ada antara malaikat sekalipun tidak akan memuaskan keinginannya untuk beroleh simpati dan persahabatan. Tiada makhluk lain yang sama keadaannya untuk dikasihi dan mengasihi. SRNJ1 37.3
Tuhan sendiri telah memberikan kepada Adam seorang sahabat. Ia menyediakan “seorang penolong yang sepadan dengan dia”—seorang penolong yang sesuai dengan dirinya—seorang yang cocok menjadi sahabatnya dan yang dapat menjadi satu dengan dia di dalam cinta dan simpati. Hawa dijadikan dari sebilah tulang yang diambil dari rusuk Adam, ini mengartikan bahwa ia bukanlah untuk memerintah Adam sebagai kepala, bukan juga untuk diinjak-injak di bawah telapak kaki sebagai bawahan, tetapi untuk berdampingan di sisi Adam sebagai seorang yang setara, untuk dikasihi dan dilindungi. Sebagai bagian dari pada Adam, tulang dari pada tulangnya, daging dari pada dagingnya, ia merupakan dirinya yang kedua, menunjukkan eratnya hubungan mereka serta ikatan kasih yang harus ada di dalam hubungan seperti ini. “Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Efesus 5:29. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” SRNJ1 38.1
Tuhan melangsungkan pernikahan yang pertama. Dengan demikian lembaga pernikahan itu berasal dari Khalik alam semesta. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan” (Ibrani 13:4); itu adalah salah satu pemberian Tuhan yang pertama kepada manusia, dan itu adalah salah satu dari dua lembaga yang sesudah kejatuhan ke dalam dosa, dibawa oleh’ Adam keluar pintu gerbang Firdaus. Bilamana prinsipprinsip Ilahi ditaati dan diperhatikan dalam hubungan ini, maka pernikahan adalah suatu berkat; itu akan menjaga kesucian dan kebahagiaan manusia, itu akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial manusia, itu akan meninggikan keadaan jasmani, pikiran serta moral. SRNJ1 38.2
“Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.” Segala sesuatu yang dijadikan Tuhan merupakan keindahan yang sempuma dan tidak suatu pun yang kurang untuk kebahagiaan pasangan yang suci itu; namun demikian Tuhan masih memberikan sesuatu yang lain kepada mereka itu sebagai tanda kasih-Nya, dengan menyediakan taman khusus untuk rumah mereka. Di dalam taman itu terdapat bermacam-macam pohon, banyak di antaranya sarat oleh buah-buahnya yang harum dan lezat. Di sana terdapat juga pohon anggur yang indah yang tumbuh tegak lurus tetapi memberikan suatu penampilan yang sangat menarik dengan ranting-rantingnya yang terkulai karena sarat oleh buah-buahnya yang menggiurkan dengan warnanya yang beraneka ragam. Adam dan Hawa bertugas untuk mengusahakan agar ranting pohon anggur itu membentuk atap pelindung, dengan demikian menjadikan bagi mereka suatu tempat tinggal yang terbuat dari pepohonan hidup yang dipenuhi oleh daun serta buah-buahan. Di sana terdapat bunga-bunga yang harum semerbak dengan warna yang beraneka dan berkelimpahan. Di tengah-tengah taman itu tumbuh pohon alhayat yang keindahannya melebihi pohon-pohon yang lain. Buah-buahnya kelihatan seperti apel yang keemas-emasan dan keperak-perakan dan mempunyai khasiat untuk memperpanjang hidup. SRNJ1 38.3
Penciptaan itu sekarang sudah sempuma. “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.” “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Eden bertumbuh dengan semaraknya di atas bumi. Adam dan Hawa mempunyai kebebasan atas pohon alhayat itu. Tidak ada cemar dosa ataupun bayang-bayang kematian menodai alam kejadian yang indah itu.” “Bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai.” Ayub 38:7. SRNJ1 39.1
Allah yang agung itu telah menjadikan bumi ini; Ia telah menjadikan bumi ini seluruhnya dengan jubah keindahan dan memenuhinya dengan benda-benda yang berguna bagi manusia; Ia telah menciptakan segala keajaiban-keajaiban di darat dan di dalam lautan. Dalam enam hari pekerjaan untuk menciptakan itu telah dilaksanakan. “Berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu.” Allah memandang akan hasil perbuatan tangan-Nya dengan puas. Segala sesuatunya sempuma, layak disebut ciptaan Ilahi, dan Ia pun berhenti, bukan seperti seorang manusia yang merasa lelah, melainkan karena merasa senang dengan segala hasil dari pada hikmat, kebajikan serta pernyataan kemuliaan-Nya. SRNJ1 39.2
Setelah berhenti pada hari yang ketujuh, Allah menyucikannya atau mengasingkannya sebagai suatu hari perhentian bagi manusia. Untuk mengikuti teladan Khaliknya, manusia harus berhenti pada hari yang suci ini, sehingga bilamana ia memandang ke langit dan bumi ia dapat mengingat kembali akan pekerjaan penciptaan yang besar itu; dan bila ia memandang bukti dari hikmat dan kebajikan Tuhan, hatinya akan dipenuhi oleh cinta dan hormat akan Khaliknya. SRNJ1 40.1
Di Eden, Allah telah menetapkan satu peringatan akan pekerjaan penciptaan yang telah dilakukan-Nya itu, dengan memberkati hari yang ketujuh. Hari Sabat telah diberikan kepada Adam, bapa dan wakil seluruh umat manusia. Pemeliharaan hari Sabat haruslah merupakan satu pengakuan yang disertai rasa terima kasih dari semua orang yang akan mendiami bumi ini bahwa Allah adalah Khalik mereka dan Raja mereka yang sebenarnya; bahwa mereka adalah ciptaan tangan-Nya dan berada di bawah kekuasaan-Nya. Dengan demikian lembaga ini seluruhnya bersifat memperingati dan diberikan untuk seluruh umat manusia. Hari Sabat bukan merupakan suatu bayang-bayang dan terbatas kepada segolongan orang yang tertentu saja. SRNJ1 40.2
Allah melihat bahwa hari Sabat perlu untuk manusia sekalipun di Firdaus, Ia perlu untuk mengesampingkan kepentingan serta urusanurusan pribadinya satu hari dalam satu minggu agar ia dapat merenungrenungkan dengan lebih dalam akan pekerjaan Allah serta kebajikan dan kuasa-Nya. Ia memerlukan satu hari Sabat untuk lebih mengingatkannya akan Allah dan membangkitkan rasa syukur oleh sebab segala sesuatu yang dinikmati dan dimiliki itu berasal dari tangan Khalik yang pemurah. SRNJ1 40.3
Allah merencanakan agar hari Sabat itu akan mengarahkan pikiran manusia untuk merenung-renungkan hasil ciptaannya. Alam berkatakata kepada indera mereka, serta mengatakan adanya satu Allah yang hidup, Khalik itu, serta Pemerintah di atas segala-galanya. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.” Mazmur 19:2, 3. Keindahan yang menutupi bumi ini adalah satu tanda kasih Allah. Kita dapat melihatnya pada bukit-bukit yang kekal, pada pohon-pohon yang tinggi, pada kuncup-kuncup yang sedang mekar dan bunga-bunga yang indah. Semua menceritakan kepada kita tentang Allah. Hari Sabat, yang selalu menunjuk kepada Dia yang telah menjadikan segala sesuatunya, mengajak manusia untuk membuka buku alam yang besar itu serta mempelajari hikmat, kuasa dan kasih Khalik itu. SRNJ1 40.4
Leluhur kita yang pertama itu, sekalipun diciptakan dalam keadaan suci dan tidak berdosa, tidaklah ditempatkan dalam suatu keadaan di mana mereka tidak mungkin berbuat salah. Allah menjadikan mereka sebagai makhluk yang mempunyai kebebasan, sanggup untuk menghargai kebijaksanaan serta kebajikan dari pada tabiat-Nya dan keadilan tuntutan-Nya, dan dengan kebebasan yang penuh mereka bisa memilih untuk menurut atau tidak. Mereka direncanakan untuk dapat menikmati persekutuan dengan Allah dan maiaikat-malaikat suci; tetapi sebelum mereka memperoleh kehidupan yang kekal itu, kesetiaan mereka harus diuji. Semenjak awai kejadian manusia satu ujian telah diadakan guna menguji keinginan untuk memanjakan diri, satu nafsu yang berbahaya yang telah menjadi dasar dari kejatuhan Lucifer. Pohon pengetahuan baik dan jahat tumbuh dekat pohon alhayat di tengah-tengah taman itu sebagai suatu ujian terhadap penurutan, iman dan kasih dari pada leluhur kita yang pertama. Sementara mereka diizinkan untuk memakan dengan sesukanya buah dari semua pepohonan yang ada, mereka dilarang untuk mengecap buah pohon pengetahuan ini, dengan kematian sebagai imbalannya. Mereka juga terbuka kepada pencobaan Setan; tetapi bilamana mereka dapat tahan akan ujian itu, mereka akhirnya akan ditempatkan lebih tinggi daripada kuasa Setan itu, untuk menikmati hidup yang kekal bersama Allah. SRNJ1 41.1
Allah menempatkan manusia di bawah hukum, sebagai satu syarat mutlak dari hidupnya. Ia berada di bawah pemerintahan Ilahi, dan tidak ada pemerintahan tanpa hukum. Allah dapat menciptakan manusia tanpa kesanggupan untuk melanggar akan hukum-Nya; Ia dapat mencegah tangan Adam untuk tidak menjamah buah yang terlarang itu; tetapi di dalam hal seperti itu manusia bukan lagi merupakan sebagai makhluk yang bebas memilih melainkan seperti mesin semata-mata. Tanpa kebebasan memilih, penurutannya tidaklah bersifat sukarela tetapi terpaksa. Dalam keadaan seperti ini maka tidak akan ada perkembangan tabiat. Keadaan seperti ini bertentangan dengan Allah dalam perlakuanNya dengan penduduk dunia-dunia lain. Manusia tidak lagi layak disebut sebagai makhluk yang berpikir dan hal seperti itu hanya akan menguatkan tuduhan Setan bahwa pemerintahan Allah itu dijalankan dengan sewenang-wenang. SRNJ1 41.2
Allah menciptakan manusia tulus; Ia memberikan kepadanya sifatsifat yang agung, tanpa kecenderungan untuk berbuat jahat. Ia menganugerahi dia dengan kuasa berpikir yang tinggi serta memberikan kepadanya pengaruh-pengaruh yang kuat agar ia tetap setia. Penurutan, yang sempuma dan kekal, adalah syarat-syarat kebahagiaan yang kekal. Dengan syarat ini ia mempunyai kebebasan pada pohon alhayat itu. SRNJ1 42.1
Rumah tangga leluhur kita yang pertama itu haruslah menjadi suatu pola bagi rumah tangga lainnya bila anak-anak mereka memenuhi dunia ini. Rumah tangga itu, yang dihiasi oleh tangan Allah sendiri, bukanlah suatu istana yang megah. Manusia, di dalam kesombongannya, menyukai peralatan yang mewah serta mahal dan bermegah-megah di dalam bendabenda buatan tangannya; tetapi Allah menempatkan Adam di dalam sebuah taman. Inilah rumah tempat tinggalnya, langit yang biru mempakan atapnya; bumi dengan bunga-bunganya yang indah serta permadani rumput adalah lantainya; dan dahan serta daun-daun pohon yang indah mempakan tempat bernaungnya. Pada dinding-dindingnya bergantungan hiasan-hiasan yang indah—hasil ciptaan seniman yang Agung itu. Di sekeliling pasangan yang suci itu terdapat satu pelajaran bagi segala zaman—bahwa kebahagiaan yang sejati bukan terdapat di dalam pemanjaan akan kemewahan serta kemegahan, tetapi di dalam persekutuan dengan Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Kalau saja manusia mau memberikan lebih sedikit perhatian kepada benda-benda buatan tangan manusia dan memupuk kesederhanaan, maka mereka akan lebih mengerti tentang maksud-maksud Allah dalam menciptakan manusia. Kesombongan dan ambisi tidak pernah terpuaskan, tetapi mereka yang benar-benar bijaksana akan mendapat kesukaan yang sejati di dalam sumber-sumber kebahagiaan yang ditempatkan Allah pada jangkauan semua orang. SRNJ1 42.2
Kepada penghuni Taman Eden dipercayakan tugas untuk mengurus taman itu, “untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Pekerjaan mereka bukanlah sesuatu yang melelahkan melainkan sesuatu yang menyegarkan dan menggembirakan. Tuhan telah menetapkan “kerja” itu sebagai berkat kepada manusia untuk memenuhi pikirannya, menguatkan tubuhnya dan mengembangkan segala kesanggupannya. Di dalam kegiatan pikiran dan jasmani Adam mendapatkan salah satu kesukaan yang terbesar dari hidupnya yang suci itu. Dan bilamana, sebagai akibat dari pada pelanggarannya itu ia diusir dari rumahnya yang indah, dan dipaksa untuk bergumul dengan bumi ini, untuk mencari makannya tiap hari, “kerja itu,” meskipun jauh berbeda coraknya dari apa yang dilakukannya dalam taman itu, merupakan suatu perlindungan terhadap pencobaan dan satu sumber kebahagiaan. Mereka yang menganggap kerja itu sebagai suatu kutuk, sekalipun itu disertai dengan sakit dan rasa penat, sedang memanjakan suatu kesalahan. Orang kaya sering sekali memandang dengan penuh ejekan kepada orang yang bekerja, tetapi hal ini bertentangan sama sekali dengan maksud Allah dalam menciptakan manusia. Apakah arti segala harta milik orang terkaya sekalipun bila dibandingkan dengan pusaka yang telah diberikan kepada Adam yang agung itu? Tetapi Adam tidak direncanakan untuk hidup bermalas-malasan. Khalik kita yang mengerti apa yang dapat menjadi kebahagiaan bagi manusia, telah menetapkan bagi Adam suatu pekerjaan. Kebahagiaan yang sejati di dalam hidup ini hanyalah didapat oleh mereka yang bekerja. Maiaikat-malaikat adalah pekerja-pekerja yang rajin; mereka adalah pelayan-pelayan Allah bagi manusia. Khalik tidak menyediakan tempat bagi kebiasaan untuk bermalas-malasan. SRNJ1 43.1
Sementara mereka tinggal setia kepada Tuhan, Adam dan sahabatnya memegang perintah atas seluruh bumi ini. Kuasa yang tidak terbatas terhadap segala makhluk hidup diberikan kepada mereka. Singa dan anak domba bermain dengan damai di sekeliling mereka dan berbaring bersama di kaki mereka. Burung-burung beterbangan dengan gembiranya di sekeliling mereka tanpa perasaan takut; dan apabila nyanyian burung-burung itu terangkat untuk memuji Khalik mereka, Adam dan Hawa bergabung bersama dengan mereka dalam ucapan syukur kepada Allah Bapa dan Anak. SRNJ1 43.2
Pasangan yang suci itu bukan saja merupakan anak-anak yang ada di bawah pemeliharaan Allah sebagai Bapa mereka tetapi juga merupakan pelajar-pelajar yang menerima petunjuk-petunjuk dari Khalik yang Mahabijaksana. Mereka dikunjungi oleh maiaikat-malaikat dan diizinkan untuk berhubungan dengan Pencipta mereka tanpa ada tirai pemisah Mereka dipenuhi oleh gairah hidup yang diberikan oleh pohon alhayat dan kesanggupan berpikir mereka hanya sedikit saja di bawah malaikatmalaikat. Rahasia-rahasia alam semesta yang kelihatan itu—’’tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu” (Ayub 37:16)—memberikan kepada mereka satu sumber kesukaan serta pelajaran yang tidak pernah habis. Hukum-hukum serta cara kerja alam yang telah dipelajari oleh manusia selama enam ribu tahun itu, dipaparkan ke pikiran mereka oleh Khalik dan Pendukung segala sesuatu. Mereka mempelajari daundaunan, pepohonan serta bunga-bunga dan mengetahui rahasia kehidupan mereka masing-masing. Adam mengenal segala makhluk hidup, mulai dari binatang-binatang raksasa yang hidup dalam air sampai kepada serangga-serangga kecil yang beterbangan di bawah sinar matahari. Ia telah memberi nama kepada mereka masing-masing dan ia mengetahui segala sifat serta kebiasaan mereka semua. Kemuliaan Allah di langit, dunia-dunia yang tak terhitung dalam peredarannya yang teratur “timbangan awan-awan” rahasia cahaya dan suara, siang dan malam—semuanya dipelajari oleh leluhur kita yang pertama itu. Di atas setiap daun di hutan atau setiap batu di gunung, di dalam setiap bintang yang berkilauan, di bumi dan di udara, nama Allah tertulis. Keteraturan serta keselarasan segala sesuatu yang telah diciptakan itu menyatakan kepada mereka akan hikmat dan kuasa yang tidak terbatas. Mereka senantiasa menemukan hal-hal yang memenuhi hati mereka dengan kasih yang lebih dalam dan membangkitkan rasa syukur mereka yang segar. SRNJ1 44.1
Selama mereka tetap setia kepada undang-undang Ilahi, kesanggupan mereka untuk mengetahui, menikmati dan mengasihi akan terus-menerus bertambah-tambah. Mereka akan selalu memperoleh pengetahuan yang baru dan memperoleh pengertian yang lebih jelas lagi tentang kasih Allah yang tidak terbatas dan yang tidak pernah gagal itu. SRNJ1 44.2