Sejak awai tahun-tahun yang berkelimpahan itu persiapan telah mulai diadakan untuk menghadapi masa kelaparan yang kian mendekat. Di bawah petunjuk Yusuf, lumbung yang besar dibangun di tempat-tempat yang penting di seluruh negeri Mesir dan rencana-rencana yang baik telah ditetapkan untuk menyimpan kelebihan panen yang diharapkan. Peraturan yang sama tetap dijalankan selama tujuh tahun yang berkelimpahan itu, sehingga jumlah gandum yang disimpan dalam lumbung-lumbung itu tidak terhitung lagi jumlahnya. SPN 258.1
Dan sekarang masa paceklik selama tujuh tahun itu telah mulai terasa sebagaimana yang diramalkan oleh Yusuf. “Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi. Maka Yusuf membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir.” SPN 258.2
Bala kelaparan itu meluas sampai ke tanah Kanaan, dan terasa sekali akibatnya di tempat tinggal Yakub. Mendengar tentang adanya kelimpahan persediaan yang diadakan oleh raja Mesir, sepuluh dari antara anak-anak Yakub telah berangkat ke sana untuk membeli gandum. Setibanya di sana mereka disuruh pergi kepada wakil raja, dan bersama-sama dengan pembeli-pembeli lainnya mereka menghadap pemenntah negeri itu. Dan mereka pun “menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah.” “Yusuf melihat saudara-saudaranya, segeralah mereka dikenalnya, tetapi ia berlaku seolah-olah ia seorang asing kepada mereka.” Nama Ibraninya telah diganti dengan nama yang lain yang telah diberikan oleh raja, dan sedikit saja persamaan yang ada antara perdana menteri Mesir ini dengan anak muda yang telah dijual kepada bangsa Ismael itu. Apabila Yusuf melihat saudara-saudaranya bersujud dan memberi hormat kepadanya, mimpinya itu terlintas kembali dalam ingatannya, dan peristiwa-peristiwa masa lalu timbul kembali dalam pikirannya. Apabila matanya yang tajam itu mengamat-amati saudarasaudaranya itu, ia lihat bahwa Benyamin tidak ada di antara mereka. Apakah ia juga telah jatuh sebagai orang-orang jahat ini. la bertekad untuk menyelidiki kebenarannya. “Kamu ini pengintai, katanya dengan suara keras, “kamu datang untuk melihat-lihat di mana negeri ini tidak dijaga.” Mereka menjawab, “Tidak tuanku! Hanyalah untuk membeli bahan makanan hamba-hambamu ini datang. Kami ini sekalian anak dari satu ayah; kami ini orang jujur; hamba-hambamu ini bukanlah pengintai” SPN 258.3
la ingin mengetahui apakah mereka ini masih memiliki roh yang kejam seperti pada waktu ia masih bersama-sama dengan mereka, dan juga ia ingin mendapat keterangan dari mereka tentang rumah tangga mereka; tetapi ia juga mengetahui dengan baik adanya kemungkinan bahwa keterangan mereka itu palsu. Ia mengulangi kembali tuduhan itu, dan mereka menjawab, “Hamba-hambamu ini dua belas orang, kami bersaudara, anak dari satu ayah di tanah Kanaan, tetapi yang bungsu sekarang ada pada ayah kami, dan seorang sudah tidak ada lagi. SPN 259.1
Dengan berlaku seolah-olah ragu-ragu atas kebenaran cerita mereka itu, dan tetap menuduh mereka sebagai mata-mata, pemerintah itu mengatakan bahwa ia akan menyelidiki mereka dengan menuntut agar mereka tetap tinggal di Mesir sampai seorang dari antara mereka pergi dan kembali dengan membawa adik mereka yang bungsu itu kepadanya. Jikalau mereka tidak setuju dengan hal ini, maka mereka akan diperlakukan sebagai mata-mata. Dan anak-anak Yakub itu tidak dapat menyetujui rencana itu oleh karena waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya cukup lama sehingga keluarga mereka akan menderita oleh karena kekurangan makanan; dan siapakah dari antara mereka yang harus mengadakan perjalanan sendirian dan meninggalkan saudara-sau- daranya di dalam penjara? Bagaimana dia dapat menemui ayahnya dalam keadaan seperti itu? Nampaknya kepada mereka bahwa mungkin mereka akan dihukum mati atau dijadikan sebagai budak-budak; dan jikalau Benyamin dibawa kepadanya, mungkin dia pun akan mengalam i nasib yang sama. Mereka mengambil keputusan untuk sama-sama tinggal dan menderita, daripada harus menambah kesedihan ayahnya dengan kehilangan satu-satunya anak yang masih tinggal. Oleh karena itu mereka pun dimasukkan ke dalam penjara, selama tiga hari mereka tinggal dalamnya. SPN 259.2
Selama masa terpisahnya Yusuf dari saudara-saudaranya, tabiat anakanak Yakub ini telah berubah. Dulu mereka itu suka cemburu, sukar dikendalikan, penipu, kejam dan suka balas dendam; tetapi sekarang, tatkala diuji oleh kesulitan dalam hidup, mereka ternyata tidak mementingkan diri sendiri, jujur satu terhadap yang lainnya, tunduk kepada ayah mereka, dan mereka sendiri yang sudah setengah umur itu taat kepada wewenang ayah mereka. SPN 260.1
Tiga hari di dalam penjara Mesir merupakan hari-hari yang pahit getir apabila mereka itu merenung-renungkan kembali dosa-dosa mereka pada masa yang lampau. Kecuali Benyamin dibawa menghadap, maka tuduhan bahwa mereka adalah mata-mata kelihatannya tidak dapat dielakkan lagi, dan sedikit saja harapan bagi mereka untuk mendapat persetujuan ayah mereka untuk membiarkan Benyamin pergi. Pada hari yang ketiga Yusuf memanggil mereka untuk menghadap kepadanya, la tidak berani menahan mereka lebih lama lagi. Tenhi ayahnya dan kaum keluarganya sudah menderita karena kekurangan makanan. Ia berkata, “Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah. Jika kamu orang jujur, biarkanlah dari kamu bersaudara tinggal seorang terkurung dalam rumah tahanan, tetapi pergilah kamu, bawalah gandum untuk meredakan lapar seisi rumahmu.” “Tetapi saudaramu yang bungsu itu haruslah kamu bawa kepadaku, supaya perkataanmu itu ternyata benar dan kamu jangan mati.” Mereka setuju untuk menerima usul ini walau pun mereka nyatakan juga bahwa sedikit saja harapan agar ayah mereka akan mengizinkan Benyamin datang kepadanya bersama-sama dengan mereka. Yusuf berbicara kepada mereka melalui seorang penerjemah, dan mereka tidak menyangka bahwa pemerintah ini mengerti bahasa mereka, dengan bebasnya mereka itu bercakap-cakap satu sama lain di hadapannya. Mereka menuduh diri mereka sendiri sehubungan dengan perlakuan mereka terhadap Yusuf: ‘“Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita.’ Lalu Ruben menjawab mereka: Bukankah dahulu kukatakan kepadamu: Janganlah kamu berbuat dosa terhadap anak itu! Tetapi kamu tidak mendengarkan perkataanku. Sekarang darahnya dituntut dari pada kita.”‘ Yusuf, mendengarkan pembicaraan itu, tidak dapat menahan perasaannya, dan ia pun pergi dan menangis. Pa a wa tu ia kembali kepada mereka ia memerintahkan Simeon diikat i a apan mereka, dan dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam perlakuan yang kejam terhadap saudara mereka, Simeonlah yang menjadi biang keladi dan pelaku utamanya, dan oleh sebab itulah pilihan jatuh ke atas diri-nya. SPN 260.2
Sebelum membiarkan saudara-saudaranya itu pergi, usu memerintahkan agar mereka dibekali dengan gandum, dan juga agar uang mereka masing-masing dengan diam-diam ditaruh di dalam mulut karung gandumnya. Makanan keledai mereka juga disediakan untuk perjalanan pulang. Di dalam perjalanan itu salah seorang dari antara mereka, pada waktu membuka karung gandumnya, merasa terkejut men dapati antong uang peraknya itu ada di dalamnya. Pada waktu hal ini dieritahukan kepada yang lainnya mereka menjadi panik dan cemas, dan saling erkata, “Apakah juga yang diperbuat Allah terhadap kita? Apakah mereka harus menganggap hal ini sebagai satu tanda kebajikan dari Tuhan, ataukah Ia telah membiarkan hal ini terjadi untuk menghukum mereka atas dosa-dosa mereka serta membuang mereka ke dalam penderitaan yang lebih hebat lagi? Mereka menyadari bahwa Allah telah melihat dosa-dosa mereka, dan bahwa sekarang Ia sedang menghukum mereka. SPN 261.1
Dengan penuh kerinduan Yakub menunggu-nunggu kembalinya anakanaknya, dan setibanya mereka itu seluruh kaum keluarganya berkumpul di sekeliling mereka sementara mereka menceritakan kepada ayah me- reka segala sesuatu yang telah terjadi. Rasa panik dan cemas memenuhi hati mereka masing-masing. Perlakuan pemerintah Mesir itu kelihatannya menunjukkan adanya maksud-maksud jahat, dan rasa khawatir mereka lebih dikuatkan lagi bilamana mereka membuka karung gandum itu, uang mereka masing-masing ada di dalamnya. Di dalam kepedihan hatinya ayah yang tua itu berseru, “Kamu membuat aku kehilangan anakanakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyamin pun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!” Ruben menjawab, “Kedua anakku laki-laki boleh engkau bunuh, jika ia tidak kubawa kepadamu; serahkanlah dia ke dalam tanganku, maka dia akan kubawa kembali kepadamu.” Ucapan yang bernada keras itu tidak dapat menenangkan pikiran Yakub. Jawabnya adalah: “Anakku itu tidak akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan dijalan yang akan kamu tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena dukacita.” SPN 261.2
Tetapi musim panas itu berlangsung terus dan dengan berlalunya waktu, persediaan gandum yang telah mereka beli dari Mesir sudah hampir habis. Anak-anak Yakub mengetahui bahwa sia-sialah bagi mereka untuk kembali ke Mesir tanpa membawa Benyamin. Sedikit saja harapan bagi mereka untuk mengubah keputusan bapa mereka itu, dan mereka menunggu sambil berdiam. Bayang-bayang bala kelaparan itu semakin nyata; pada raut muka semua anggota keluarganya yang penuh dengan kecemasan itu, Yakub dapat membaca apa yang mereka butuhkan; akhirnya ia berkata, “Pergilah pula membeli sedikit bahan makanan untuk kita.” SPN 262.1
Yehuda menjawab, “Orang itu telah memperingatkan kami dengan sungguh-sungguh: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu. Jika engkau mau membiarkan adik kami pergi bersama-sama dengan kami, maka kami mau pergi ke sana dan membeli bahan makanan bagimu. Tetapi jika engkau tidak mau membiarkan dia pergi, maka kami tidak akan pergi ke sana, sebab orang itu telah berkata kepada kami: Kamu tidak boleh melihat muka- ku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu.” Melihat bahwa ayahnya itu mulai goyah dalam keputusannya, ia menambahkan, “Biarkanlah anak itu pergi bersama-sama dengan aku; maka kami akan bersiap dan pergi, supaya kita tetap hidup dan jangan mati, baik kami maupun engkau dan anak-anak kami,” dan ia menawarkan dirinya sebagai jaminan bagi saudaranya itu untuk selama-lamanya jikalau ia gagal untuk membawa kembali Benyamin kepada ayahnya. SPN 262.2
Yakub tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk memberi izin, dan ia menyuruh anak-anaknya untuk mengadakan persiapan-persiapan keberangkatan mereka. Ia juga memerintahkan kepada mereka untuk menyampaikan kepada pemerintah Mesir itu pemberian berupa bendabenda yang dapat diusahakan dari satu tempat yang sudah dirusak oleh bala kelaparan—’sedikit balsem dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam,” dan juga “bawalah uang dua kali lipat banyaknya.” “Bawalah juga adikmu itu, katanya, bersiaplah dan kembalilah pula kepada orang itu.” Apabila anak-anaknya itu akan memulai perjalanan mereka yang meragukan itu, ayah yang tua ini bangkit dan mengangkat tangannya ke atas sambil melayangkan doa: Allah Yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, supaya ia membiarkan saudaramu yang lain itu beserta Benyamin kembali. Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anakanakku, biarlah juga kehilangan!” SPN 263.1
Kembali mereka berangkat ke Mesir dan menghadap Yusuf. Apabila matanya melihat Benyamin, anak dari ibunya sendiri, ia benar-benar terharu. Namun demikian ia menyembunyikan perasaannya, tetapi ia memerintahkan agar mereka dibawa ke rumahnya, dan juga persiapan diadakan agar mereka makan bersama-sama dengan dia. Pada waktu mereka dibawa masuk ke dalam istananya, mereka menjadi panik, takut jangan-jangan mereka dimintai pertanggungan jawab atas uang yang ada di dalam karung gandum mereka itu. Mereka pikir tentu hal ini sudah dilakukan dengan sengaja agar ada alasan untuk menjadikan mereka sebagai budak-budak. Di dalam perasaan cemas mereka telah meminta nasihat kepada kepala rumah tangga istana itu, sambil menceritakan tentang kejadian-kejadian sehubungan dengan kunjungan mere- ka ke Mesir; dan sebagai bukti bahwa mereka itu tidak bersalah mereka menceritakan kepadanya bahwa mereka telah membawa kembali uang yang telah mereka dapati di dalam karung gandum itu, dan juga uang yang lain untuk membeli makanan dan mereka menambahkan, “Kami tidak tahu siapa yang menaruh uang kami itu ke dalam karung kami. Orang itu menjawab, “Tenang sajalah, jangan takut; Aliahmu dan Allah bapamu telah memberikan kepadamu harta terpendam dalam karungmu; uangmu itu telah kuterima.” Rasa cemas mereka terobati, dan apabila Simeon, yang telah dilepaskan dari dalam penjara itu berada dengan mereka, mereka merasa bahwa Allah benar-benar berkemurahan terhadap mereka. SPN 263.2
Apabila pejabat tinggi pemerintah itu menemui mereka lagi, mereka telah menyerahkan pemberian itu, dan dengan rendah hati sujud kepadanya sampai ke tanah.” Kembali mimpinya itu terlintas di dalam pikirannya, dan setelah memberi hormat kepada tamu-tamunya itu dengan cepat ia bertanya, “Apakah ayahmu yang tua yang kamu sebutkan itu selamat? Masih hidupkah ia?” “Hambamu, ayah kami, ada selamat; ia masih hidup,” jawab mereka sambil memberi hormat. Kemudian matanya menatap kepada Benyamin dan ia berkata, “Inikah adikmu yang bungsu itu, yang telah kamu sebut-sebut kepadaku? Allah kiranya memberikan kasih karun ia kepadamu, anakku! tetapi karena dikuasai oleh perasaan kasihannya itu, ia tidak dapat berkata-kata lagi. Ia masuk ke dalam kamar, lalu menangis di situ.” SPN 264.1
Setelah dapat menguasai dirinya, ia kembali, dan mereka semua datang ke pesta itu. Oleh undang-undang sehubungan dengan kasta, orang Mesir dilarang untuk makan bersama-sama dengan orang-orang dari bangsa lain. Oleh sebab itu bagi anak-anak Yakub disediakan satu meja tersendiri sementara pejabat pemerintah itu, oleh karena kedudukannya yang tinggi, makan sendirian, dan orang-orang Mesir juga duduk terpisah. Bilamana semua orang disuruh duduk, anak-anak Yakub merasa heran melihat bahwa mereka diatur dalam urutan yang tepat sesuai dengan umur mereka masing-masing. Yusuf telah menyuruh orang untuk mengangkat sajian bagi mereka itu dari hadapannya, tetapi yang diterima Benyamin adalah lima kali lebih banyak dari pada setiap orang yang lain.” Dengan cara menganakmaskan Benyamin itu Yusuf ingin memastikan apakah saudaranya yang bungsu itu diperlakukan dengan rasa cemburu serta dengki seperti yang telah dinyatakan kepada dirinya. Masih menyangka bahwa Yusuf tidak mengerti bahasa mereka, saudara-saudaranya itu dengan leluasa bercakap-cakap satu dengan yang lainnya; dengan demikian ia mempunyai satu peluang yang baik untuk mempelajari perasaan mereka yang sebenarnya. Yusuf masih ingin menguji mereka lebih jauh lagi, dan sebelum mereka berangkat pulang ia telah memerintahkan agar cawan minumannya yang terbuatd ari perak itu disembunyikan di dalam karung gandum anak bungsu itu. SPN 264.2
Dengan penuh kegembiraan mereka menuju perjalanan pulang ke rumah. Simeon dan Benyamin bersama-sama mereka, keledai mereka dibebani dengan gandum yang limpah, dan semua merasa bahwa mereka telah terlepas dari bahaya-bahaya yang kelihatan menge i ingi mereka. Tetapi baru saja tiba di batas kota mereka telah dikejar oleh kepala rumah tangga istana, yang kemudian melontarkan satu pertanyaan yang pedas, “Mengapa kamu membalas yang baik dengan yang jahat? Bukankah ini piala yang dipakai tuanku untuk minum dan yang biasa dipakainya untuk menelaah? Kamu berbuat jahat dengan melukan yang demikian.” Cawan itu dianggap mempunyai khasiat yang dapat memberitahukan adanya benda-benda yang beracun yang dimasukkan ke dalamnya. Pada zaman itu cawan-cawan seperti ini sangat diperlukan sebagai satu pelindung terhadap usaha pembunuhan dengan jalan meracuni. SPN 265.1
Terhadap tuduhan kepala rumah tangga istana itu mereka menjawab, “Mengapa tuanku mengatakan perkataan yang demikian? Jauhlah dan pada hamba-hambamu ini untuk berbuat begitu! Bukankah uang yang kami dapati di dalam mulut karung kami telah kami bawa kembali kepadamu dari tanah Kanaan? Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu. Pada siapa dari hamba-hambamu ini kedapatan piala itu, biarlah ia mati, juga kami ini akan menjadi budak tuanku. SPN 265.2
Maka sahutnya: “Ya, usulmu itu baik; tetapi pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.” SPN 265.3
Dengan segera pemeriksaan diadakan. “Lalu segeralah mereka masing-masing menurunkan karungnya ke tanah dan masing-masing membuka karungnya,” dan orang itu pun memeriksa satu per satu, mulai dari karung Ruben dan terus berurutan sampai kepada yang bungsu. Di dalam karung Benyaminlah cawan itu telah ditemukan. SPN 266.1
Mereka merobek jubah mereka sebagai tanda penyesalan mereka, dan pelahan-lahan mereka kembali menuju kota. Oleh janji mereka sendiri Benyamin telah ditetapkan untuk menjalani hidup sebagai seorang budak. Mereka mengikuti orang itu masuk ke dalam istana, dan mendapati penguasa itu masih ada dalam ruangannya, kemudian mereka bersujud di hadapannya. “Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Yusuf bermaksud agar dapat mendengar dari mereka sendiri ada pengakuan mereka tentang dosa-dosa mereka, la tidak pernah mengaku bahwa ia mempunyai kuasa untuk mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi, tetapi ia ingin agar mereka percaya bahwa ia dapat membaca rahasia kehidupan mereka. SPN 266.2
Yehuda menjawab, “Apakah yang akan kami katakan kepada tuanku, apakah yang akan kami jawab, dan dengan apakah kami akan membenarkan diri kami? Allah telah memperlihatkan kesalahan hambahambamu ini. Maka kami ini, budak tuankulah kami, baik kami maupun orang pada siapa kedapatan piala itu.” Maka jawab Yusuf: Jauhlah dari padaku untuk berbuat demikian! Pada siapa kedapatan piala itu, diala yang akan menjadi budakku, tetapi kamu ini, perailah kembali dengan selamat kepada ayahmu.” Dalam kepedihan hatinya itu Yehuda datang lebih dekat kepada penguasa itu dan berseru, “Mohon bicara tuanku. izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun.” Dengan kata-kata yang amat mengharukan ia menerangkan rasa duka ayahnya atas kehilangan Yusuf, dan rasa enggannya untuk membiarkan Benyamin pergi bersama-sama dengan mereka ke Mesir, oleh karena dia adalah anak satu-satunya yang tinggal dari Rahel, yang amat dikasihi oleh Yakub. Ia berkata, “Apabila aku datang kepada hambamu, ayahku, dan tidak ada bersama-sama dengan kami anak itu, padahal ayahku tidak dapat hidup tanpa dia, tentulah akan terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke dunia orang mati karena dukacita. Tetapi hambamu ini telah menanggung anak itu terhadap ayahku dengan perkataan: Jika aku tidak membawanya kembali kepada bapa, maka akulah yang berdosa kepada bapa untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku.” SPN 266.3
Yusuf merasa puas. la telah menyaksikan adanya buah-buah pertobatan yang benar di dalam diri saudara-saudaranya. Setelah mendengar tawaran Yehuda yang agung itu, ia memerintahkan agar semua orang kecuali saudara-saudaranya itu meninggalkan tempat itu; kemudian sambil menangis kuat-kuat ia berseru, “Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?” SPN 267.1
Saudara-saudaranya berdiri terpaku, dipenuhi oleh rasa takut dan kebingungan. Pemerintah Mesir, saudara mereka Yusuf yang telah mereka perlakukan dengan rasa cemburu, dan akan mereka bunuh, dan akhirnya dijual sebagai seorang budak! Segala perlakuan mereka yang jahat terhadap dia terlintas kembali dalam ingatan mereka. Mereka ingat bagaimana mereka telah mencemoohkan mimpinya dan telah berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi kegenapannya. Tetapi mereka telah melakukan bagian mereka di dalam menggenap mimpi-mimpinya itu; dan sekarang kenyataan bahwa mereka ada di bawah kekuasaannya, pasti dia akan membalas dendam atas kejahatan yang telah mereka lakukan kepadanya. SPN 267.2
Melihat kebingungan mereka itu, dengan ramah ia berkata, Marilah dekat-dekat,” dan apabila mereka datang dekat kepadanya, ia melanjutkan dengan berkata, “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Merasa bahwa mereka telah cukup menderita oleh karena kekejaman mereka terhadap dirinya, dengan penuh keagungan ia berusaha untuk menghilangkan rasa takut mereka, dan meringankan perasaan penyesalan mereka yang amat getir itu. SPN 267.3
Kemudian ia melanjutkan, “Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu. Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu. Di sanalah aku memelihara engkau sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi—supaya engkau jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau. Dan kamu telah melihat dengan mata sendiri, dan saudaraku Benyamin juga, bahwa mulutku sendiri mengatakannya kepadamu. Sebab itu ceritakanlah kepada bapa segala kemuliaanku di negeri Mesir ini, dan segala yang telah kamu lihat, kemudian segeralah bawa bapa ke mari Lalu dipeluknyalah leher Benyamin, adiknya itu, dan menangislah ia, dan menangis pulalah Benyamin pada bahu Yusuf. Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.” Dengan rendah hati mereka mengakui dosa-dosa mereka, dan memohon keampunan dari padanya. Lama mereka telah menderita kecemasan dan rasa menyesal, dan sekarang mereka bergembira karena ia masih hidup. SPN 268.1
Kabar tentang apa yang telah terjadi itu dengan cepat sampai kepada raja, yang karena rindu untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Yusuf, telah menyampaikan undangannya dengan berkata, “Aku akan memberikan kepadamu apa yang paling baik di tanah Mesir.” Saudarasaudaranya itu disuruh pulang dengan diperlengkapi bekal yang limpah, kereta-kereta kuda dan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengangkut semua keluarga serta pengikut-pengikutnya. Kepada Benyamin, Yusuf telah memberikan pemberian-pemberian yang lebih berharga daripada apa yang diberikannya kepada saudara-saudaranya yang lain. Kemudian, karena merasa khawatir jangan-jangan akan terjadi perselisihan di antara mereka dalam perjalanan pulang itu, apabila mereka segera akan berangkat, ia telah berpesan, “Janganlah berbantah-bantah di jalan.” SPN 268.2
Anak-anak Yakub itu kembali kepada bapa mereka dengan kabar yang menggembirakan, “Yusuf masih hidup, bahkan dialah yang menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir!” Mula-mula orang tua itu kebingungan; ia tidak dapat mempercayai apa yang telah didengarnya; tetapi apabila ia melihat iring-iringan kereta kuda yang panjang dengan bekal yang berkelimpahan, dan apabila Benyamin sekali lagi kembali kepadanya, ia telah diyakinkan, dan di dalam kegembiraannya yang meluapluap itu ia berseru, “Cukuplah itu; anakku Yusuf masih hidup; aku mau pergi melihatnya, sebelum aku mati!” SPN 269.1
Ada satu perkara lagi yang memerlukan kerendahan hati yang harus dilakukan oleh kesepuluh bersaudara itu. Mereka sekarang mengakui kepada ayah mereka tentang tipu daya serta kekejaman yang untuk bertahun-tahun lamanya telah menyusahkan hidupnya dan hidup mereka. Yakub tidak pernah menyangka bahwa mereka telah berbuat dosa sekeji itu, tetapi ia melihat bahwa segala perkara itu telah diubahkan menjadi kebajikan, dan ia telah mengampuni serta memberkati anakanaknya yang telah bersalah itu. SPN 269.2
Dengan segera ayah dan anak-anaknya, dengan keluarganya, kawanan kambing dombanya, beserta pengikut-pengikutnya yang banyak itu berangkat menuju Mesir. Dengan hati gembira mereka menempuh perjalanan itu, dan apabila mereka tiba di Bersyeba, Yakub telah mempersembahkan korban sebagai ucapan syukur, dan memohon kepada Tuhan agar memberikan kepada mereka jaminan bahwa Ia akan menyertai mereka. Di dalam satu khayal pada waktu malam hari kata-kata Ilahi datang kepadanya: “Janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali.” SPN 269.3
Jaminan, “Janganlah takut pergi ke Mesir; sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana,” sangat berarti. Janji telah diberikan kepada Abraham tentang turunan yang jumlahnya seperti bintang, tetapi hingga saat itu umat pilihan telah bertambah-tambah dengan lambat sekali. Dan tanah Kanaan sekarang ini tidak memberikan satu tempat bagi perkembangan satu bangsa seperti yang telah diramalkan itu. Tanah itu adalah milik dari pada satu bangsa kafir yang amat kuat, yang tidak akan dapat dimiliki oleh mereka sampai kepada “keturunan yang keempat.” Jikalau keturunan Israel akan menjadi satu bangsa yang besar di sini, mereka harus mengusir penduduknya itu atau hidup tersebar di antara mereka. Pilihan yang pertama yang sesuai dengan rencana Ilahi, tidak dapat mereka lakukan; dan kalau mereka harus bercampur baur dengan orang Kanaan, maka mereka berada dalam bahaya terjerat kepada penyembahan berhala. Namun demikian, Mesir menyediakan satu keadaan yang perlu bagi kegenapan maksud Ilahi itu. Satu bagian dari negeri itu yang cukup air serta subur, terbuka bagi mereka, dan memberikan satu keuntungan untuk pertambahan jumlah mereka dengan cepat. Dan sikap antipati yang harus mereka hadapi di Mesir oleh sebab pekerjaan mereka itu—karena setiap gembala merupakan “satu kebencian kepada orang Mesir”—akan menyanggupkan mereka untuk tinggal te-tap sebagai satu bangsa yang berbeda serta terpisah, dan dengan demikian akan membuat mereka terhindar dari turut ambil bagian dalam penyembahan berhala di Mesir. SPN 270.1
Setibanya di Mesir mereka langsung menuju ke tanah Gosyen. Ke tempat ini Yusuf telah datang dengan kereta kebesarannya, dengan disertai pengawal-pengawal kenegaraan. Kemegahan yang ada di sekelilingnya, dan martabat kedudukannya telah terlupakan; hanya satu ingatan saja yang memenuhi pikirannya, satu kerinduan memenuhi hatinya. Apabila ia melihat rombongan pendatang itu tiba, kasihnya yang bergelora yang selama bertahun-tahun terpendam di hatinya sekarang tidak dapat ditahankannya lagi, la melompat dari kereta kudanya dan dengan cepat berlari menyambut ayahnya. “Dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. Berkatalah Israel kepada Yusuf: ‘Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup.” SPN 270.2
Yusuf membawa lima dari antara saudara-saudaranya itu untuk menghadap kepada Firaun dan menerima dari padanya jaminan akan tanah tersebut sebagai tempat kediaman mereka pada hari-hari mendatang. Rasa terima kasih kepada perdana menterinya itu telah mendorong raja untuk menghormati mereka dengan mengangkat mereka kepada jabatan-jabatan penting di negeri Mesir; tetapi Yusuf, yang setia kepada penyembahan Allah, berusaha untuk menyelamatkan saudarasaudaranya dari godaan-godaan yang akan mereka hadapi di istana orang kafir itu; oleh sebab itu ia menasihatkan mereka, agar bilamana ditanyai oleh raja, mereka memberitahukan dengan jujur tentang pekerjaan mereka. Anak-anak Yakub itu mentaati nasihat itu, dan dengan saksama memberitahukan juga bahwa mereka telah datang sekadar untuk menumpang di negeri Mesir dan bukan untuk menjadi penghuni yang menetap di sana, dengan demikian mereka mempunyai hak untuk meninggalkan tempat itu jikalau mereka mau. Raja menetapkan bagi mereka satu tempat tinggal, seperti yang ditawarkannya, di “tempat yang terbaik dalam negeri itu: yaitu negeri Gosyen. SPN 271.1
Tidak lama setelah mereka tiba Yusuf juga membawa bapanya untuk menghadap raja. Yakub adalah seorang asing di istana bangsawan itu; tetapi di tengah-tengah alam kejadian yang megah itu ia telah berhubungan dengan seorang Raja yang lebih berkuasa; dan sekarang, dengan kesadaran bahwa dirinya lebih agung, ia mengangkat kedua belah tangannya dan memberkati Firaun. SPN 271.2
Di dalam ucapan selamatnya yang pertama kepada Yusuf, Yakub telah berkata-kata seolah-olah, dengan kegembiraan yang mengakhiri kecemasan serta kesedihannya yang telah lama dideritanya itu, ia sudah sedia untuk mati. Tetapi tujuh belas tahun lamanya lagi ia diizinkan untuk menikmati tempat istirahatnya yang tenang itu di tanah Gosyen. Tahun-tahun ini merupakan masa yang berbahagia yang berbeda dari- pada tahun-tahun yang mendahuluinya. Ia melihat di dalam diri anakanaknya bukti pertobatan yang sejati; ia melihat keluarganya dikelilingi oleh segala macam keadaan yang diperlukan untuk perkembangan satu bangsa yang besar; dan imannya memegang janji yang pasti bahwa mereka akan berdiri dengan teguh di Kanaan di masa mendatang. Ia sendiri dikelilingi oleh segala bukti tentang kasih serta kebaikan yang dapat diberikan oleh Perdana Menteri Mesir itu; dan dalam keadaan yang berbahagia di samping anaknya yang sudah lama hilang itu, Yakub dengan tenang telah menghembuskan napasnya yang penghabisan. SPN 271.3
Apabila ia merasa bahwa kematian akan segera tiba, ia telah memanggil Yusuf. Sambil berpegang teguh kepada janji Allah sehubung’ an dengan hal memiliki tanah Kanaan, ia berpesan, “Jika aku mendapat kasihmu, letakkanlah kiranya tanganmu di bawah pangkal pahaku, dan bersumpahlah, bahwa engkau akan menunjukkan kasih dan setia kepadaku: Janganlah kiranya kuburkan aku di Mesir, karena aku mau mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangku. Sebab itu angkutlah aku dari Mesir dan kuburkanlah aku dalam kubur mereka.” Yusuf berjanji akan melakukannya seperti itu, tetapi Yakub belum puas; ia menuntut satu sumpah yang khidmat bahwa Yusuf akan membaringkan dia di samping leluhurnya di gua Makhpela. SPN 272.1
Satu perkara penting lainnya memerlukan perhatian; anak-anak Yusuf harus secara resmi ditetapkan di antara anak-anak Israel. Yusuf, yang datang untuk berbicara dengan ayahnya untuk terakhir kalinya, telah membawa bersama-sama dengan dia Efraim dan Manasye. Kedua anak muda ini, melalui ibu mereka telah dihubungkan dengan tingkat tertinggi dari pada keimamatan Mesir; dan kedudukan dari ayah mereka telah membuka jalan bagi mereka untuk dapat memperoleh kekayaan serta kehormatan, kalau saja mereka memilih untuk menghubungkan diri dengan orang-orang Mesir. Namun demikian adalah kehendak Yusuf agar mereka menggabungkan diri dengan bangsa mereka sendiri. Ia menyatakan imannya dalam perjanjian itu, dan atas nama anak-anaknya itu, ia mau meninggalkan segala kehormatan yang dapat diberikan oleh istana Mesir, untuk memperoleh satu tempat di antara bangsa gembala yang hina itu, kepada siapa telah dipercayakan hukum Allah. SPN 272.2
Yakub berkata, “Maka sekarang kedua anakmu yang lahir bagimu di tanah Mesir, sebelum aku datang kepadamu ke Mesir, akulah yang empunya mereka; akulah yang akan empunya Efraim dan Manasye sama seperti Ruben dan Simeon.” Mereka harus diangkat sebagai anaknya sendiri, dan akan menjadi pemimpin dari suku-suku yang terpisah. Dengan demikian salah satu dari kesempatan-kesempatan hak kesu-lungan itu, yang telah ditinggalkan oleh Ruben, jatuh ke tangan Yusuf yaitu dua bahagian di dalam Israel. SPN 273.1
Mata Yakub sudah kabur oleh usianya yang sudah lanjut itu, dan ia tidak mengetahui akan kehadiran kedua orang muda itu; tetapi sekarang, samar-samar ia melihat bentuk tubuh mereka, dan ia berkata, “Siapakah ini?” Pada waktu diberitahukan siapa mereka itu, ia menambahkan, “Dekatkanlah mereka kepadaku, supaya kuberkati mereka.” Apa-bila mereka datang lebih dekat kepadanya, Yakub memeluk dan mencium mereka, dan dengan khidmat meletakkan tangannya di atas kepala mereka dan memberkatinya. Kemudian ia telah melayangkan doa, “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini.” Sekarang ini tidak ada lagi roh untuk bergantung kepada diri sendiri, tidak lagi berharap kepada akal dan kuasa manusia. Allah telah menjadi penyelamat dan penolongnya. Tidak ada lagi persungutan tentang hari yang penuh derita di masa yang telah silam. Segala ujian serta kesukaran-kesukarannya itu tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang “melawan” dia. Pikirannya hanya mengingat rahmat serta kebajikan-Nya yang telah menjadi bagiannya selama masa pengembaraannya. SPN 273.2
Upacara pemberkatan itu telah berakhir, dan Yakub telah memberikan jaminan kepada anaknya—sambil meninggalkan bagi generasi mendatang, selama tahun-tahun perhambaan serta kesedihan itu, kesaksian akan imannya— “Tidak lama lagi aku akan mati, tetapi Allah akan menyertai kamu dan membawa kamu kembali ke negeri nenek moyangmu.” SPN 273.3
Akhirnya semua anak-anak Yakub berkumpul di sekeliling tempat tidurnya. Dan Yakub memanggil anak-anaknya dan berkata, “Berhim- punlah kamu dan dengarlah, ya anak-anak Yakub, dengarlah kepada Israel, ayahmu.” “Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di kemudian hari.” Sering, dan dengan penuh kerinduan, ia memikir-mikirkan tentang masa depan mereka, dan telah berusaha untuk membayangkan dalam dirinya sendiri tentang sejarah suku-suku bangsa yang berbeda-beda itu. Sekarang apabila anakanaknya itu menunggu-nunggu untuk menerima berkatnya yang terakhir maka Roh Ilham itu telah turun ke atasnya dan di hadapannya di dalam khayal nabi, masa depan keturunannya telah dibentangkan. Satu demi satu nama-nama anaknya itu disebutkan, tabiat masing-masing mereka digambarkan, dan sejarah masa depan dari suku-suku bangsa itu secara ringkas telah diramalkan. SPN 273.4
“Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan.” SPN 274.1
Dengan demikian Yakub menggambarkan apa yang akan menjadi kedudukan Ruben sebagai anak sulung; tetapi dosanya yang keji di Edar telah menjadikan dia tidak layak untuk menerima berkat hak kesulungan itu. Yakub melanjutkan, “Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama.” SPN 274.2
Keimamatan ditetapkan kepada Lewi, kerajaan serta janji Mesias kepada Yehuda, dan dua bagian dari pada pusaka itu kepada Yusuf. Suku Ruben tidak pernah bangkit menjadi yang terutama di antara bangsa Israel, jumlahnya tidak sebanyak seperti Yehuda, Yusuf atau Dan, dan ia berada di antara mereka yang pertama-tama di bawa ke dalam tawanan. SPN 274.3
Urutan yang berikutnya dalam usia setelah Ruben adalah Simeon dan Lewi. Mereka telah bersatu dalam tindakan yang kejam terhadap orang-orang Sikhem, dan juga merekalah yang paling bersalah dalam peristiwa penjualan Yusuf. Tentang mereka dikatakan: SPN 274.4
“Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel.” SPN 274.5
Pada waktu menghitung bangsa Israel, sesaat sebelum mereka memasuki Kanaan, Simeon merupakan suku yang paling sedikit jumlahnya. Musa, di dalam mengucapkan berkatnya yang terakhir tidak menyebut- kan tentang Simeon. Di dalam pembagian tanah Kanaan suku ini hanya memperoleh bagian yang sedikit saja dari tanah Yehuda, dan keluargakeluarga itu bilamana kemudian telah menjadi kuat telah membentuk kelompok-kelompok yang berbeda-beda dan bermukim di daerah di luar perbatasan Tanah Suci. Lewi juga tidak menerima pusaka kecuali empat puluh delapan kota yang tersebar di bagian yang berbeda-beda di negeri itu. Namun demikian, sehubungan dengan suku bangsa ini, kesetiaan mereka kepada Allah di saat-saat suku-suku yang lainnya telah murtad, telah melayakkan mereka untuk diangkat sebagai pengurus-pengurus upacara-upacara Bait Suci itu, dan dengan demikian kutuk itu telah berubah menjadi satu berkat. SPN 274.6
Berkat-berkat hak kesulungan yang mulia itu telah dipindahkan kepada Yehuda. Arti namanya—yang menggambarkan puji-pujian— dipaparkan di dalam sejarah nubuatan suku ini: SPN 275.1
“Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.” Singa, si raja hutan itu, merupakan satu lambang yang cocok bagi suku bangsa ini, yang dari dalamnya datang Daud, Silo, “Singa dari suku Yehuda” yang sebenarnya, yang kepadanya segala kuasa akhirnya akan tunduk, dan segala bangsa akan memberi hormat. SPN 275.2
Bagi sebagian besar anak-anaknya itu, Yakub telah meramalkan satu masa depan yang makmur. Akhimya nama Yusuf disebutkan, dan hati Yakub terharu apabila ia mengucapkan berkat ke atas “kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya.” SPN 275.3
“Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buahbuahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya, namun panahnya tetap kukuh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel, oleh Allah ayahmu yang akan menolong engkau, dan oleh Allah Yang Mahakuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letaknya di bawah, dengan berkat buah dada dan kandungan. Berkat ayahmu melebihi berkat gunung-gunung yang sejak dahulu, yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang berabad-abad; semuanya itu akan turun ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya.” SPN 275.4
Yakub adalah seorang yang selalu mempunyai belas kasihan yang hangat dan dalam; kasihnya terhadap anak-anaknya amat besar, kesaksiannya disaat-saat menjelang kematiannya kepada mereka itu bukanlah merupakan ucapan-ucapan yang memihak ataupun ucapan yang disertai kemarahan, la telah mengampuni mereka semua, dan ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Kelemahlembutannya sebagai orang tua telah dinyatakannya hanya dalam kata-kata yang penuh dengan dorongan serta pengharapan; tetapi kuasa Allah ada padanya, dan di bawah pengaruh Ilham ia dipaksa untuk menyatakan kebenaran sekalipun menyakitkan. SPN 276.1
Setelah mengucapkan berkat-berkatnya yang terakhir, Yakub mengulangi kembali pesan sehubungan dengan tempat penguburannya: “Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku . .. dalam gua yang di ladang Makhpela.” “Di situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, istrinya; di situlah dikuburkan Ishak beserta Ribka, istrinya, dan di situlah juga kukuburkan Lea.” Dengan demikian tindakan yang terakhir dalam hidupnya telah menyatakan imannya terhadap janji Allah. SPN 276.2
Tahun-tahun yang terakhir kehidupan Yakub merupakan satu senja yang penuh damai dan ketenangan setelah melewati hari yang penuh kesusahan dan kelelahan. Awan gelap menyelubungi jalannya, tetapi mataharinya bersinar dengan terang, dan sinar surga menerangi jam perpisahannya. Kata Alkitab, “Malam pun akan menjadi siang!” Zakharia 14:7. “Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan.” Mazmur 37:37. SPN 276.3
Yakub telah berdosa dan benar-benar menderita. Tahun-tahun yang penuh kesulitan dan duka telah menjadi bagiannya sejak hari di mana dosanya yang besar itu telah menyebabkan dia lari dari kemah ayahnya. Sebagai seorang pengungsi yang tidak mempunyai tempat tinggal, terpisah dari ibunya, yang tidak pernah dilihatnya lagi, bekerja selama tujuh tahun untuk memperoleh orang yang dikasihinya, kemudian ditipu secara keji; bekerja selama dua puluh tahun untuk melayani seorang yang tamak dan serakah; melihat kekayaannya bertambah-tambah dan anak-anaknya bertumbuh di sekelilingnya tetapi menikmati sedikit saja kebahagiaan dalam rumah tangga yang penuh sengketa an terpecah; tertekan oleh kehinaan yang diperbuat oleh anak perempuannya, oleh perbuatan balas dendam anak-anak lelakinya, oleh kematian Rahel, oleh kejahatan Ruben yang keji itu, oleh dosa Yehuda, ole penipuan serta perbuatan yang kejam terhadap Yusuf betapa panjang dan gelapnya catatan kejahatan-kejahatan itu terbentang di hadapannya! Berulangulang ia telah memetik buah-buah perbuatan salahnya yang pertama itu. Berulang-ulang ia melihat dosa yang telah dilakukannya itu diperbuat kembali oleh anak-anaknya. Tetapi bagaimanapun getirnya disiplin itu, hal itu telah melaksanakan tugasnya. Hukuman itu bagaimanapun s akitnya, telah menghasilkan “buah kebenaran yang memberikan damai.” Ibrani 12:11. SPN 277.1
Pena ilham dengan setia mencatat kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang baik, mereka telah diasingkan menurut kesukaan Allah; sesungguhnya, kesalahan mereka itu lebih banyak ditampilkan daripada jasa-jasa baik mereka. Hal ini telah menjadi sesoatu yang membingungkan banyak orang, dan telah memberikan peluang kepada orang yang tidak percaya itu untuk mengolok-olok Kitab Suci. Tetapi ini adalah salah satu bukti yang paling kuat akan kebenaran Alkitab; di mana kenyataan tidak pernah disembunyikan ataupun dosadosa dari pada tokoh-tokoh terkemuka yang tersurat di dalamnya tidak pernah ditutup-tutupi. Pikiran manusia sangat cenderung untuk mempunyai prasangka sehingga mustahil bagi sejarah manusia itu ditulis bebas dari sifat memihak. Jikalau Alkitab itu telah ditulis oleh orang- orang yang tidak diilhami, maka tidak diragukan lagi itu akan menampilkan sifat tokoh-tokoh yang terkemuka itu dalam satu cara yang lebih bersifat memuji-muji. Tetapi sebagaimana adanya, kita memiliki satu catatan yang benar tentang pengalaman mereka. SPN 277.2
Manusia yang disukai Allah, dan yang kepadanya Dia telah mempercayakan berbagai tanggung jawab yang besar sering dikalahkan oleh godaan-godaan dan berbuat dosa, sebagaimana halnya kita pada zaman sekarang ini bergumul, terombang-ambing dan sering jatuh ke dalam perbuatan yang salah. Kehidupan mereka, dengan segala kesa-lahan-kesalahan serta tindakan-tindakan mereka yang bodoh, terbentang di hadapan kita, agar menjadi dorongan dan juga amaran. Jikalau mereka itu ditampilkan sebagai orang-orang yang seolah-olah bebas dari kesalahan, maka kita, dengan sifat alamiah kita yang berdosa ini, akan menjadi putus asa melihat segala kesalahan-kesalahan serta kegagalan kita. Tetapi dengan melihat bahwa orang-orang lain pun bergumul melalui kekecewaan-kekecewaan seperti halnya kita sendiri, bahwa mereka pun jatuh kepada godaan sebagaimana kita pun pernah alami, tetapi kemudian bangkit lagi dan menang oleh anugerah Allah, maka kita pun mendapat dorongan untuk bergumul mencapai kebenaran. Sebagaimana mereka, sekalipun sering dipukul mundur tetapi kemudian maju lagi dan diberkati Allah, maka kita pun dapat menjadi pemenang-pemenang dengan kekuatan yang berasal dari Yesus. Sebaliknya, catatan hidup mereka berguna sebagai satu amaran bagi kita. Itu menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan begitu saja orang-orang yang bersalah, la memperhatikan dosa-dosa orang yang paling berkenan kepada-Nya sekalipun, dan Ia memperlakukan diri mereka dengan lebih ketat daripada terhadap mereka yang mempunyai lebih sedikit terang serta tanggung jawab yang lebih kecil. SPN 278.1
Setelah pemakaman Yakub, kembali rasa takut memenuhi hati saudara-saudara Yusuf. Sekalipun keramahtamahan yang ditunjukkannya kepada mereka, perasaan bersalah menjadikan mereka bersikap curiga dan tidak percaya. Boleh jadi Yusuf telah menunda untuk membalas dendam kepada mereka karena rasa hormatnya kepada ayah mereka, dan sekarang ia akan menjatuhkan hukuman terhadap diri mereka atas segala kejahatan yang telah mereka lakukan. Mereka tidak berani datang kepada Yusuf melainkan telah mengirimkan satu pesan. Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Begitulah harus kamu kata an epa a Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan osa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka se arang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu.” Pesan ini telah membuat Yusuf menangis dan terharu; saudarasaudaranya datang dan bersujud di hadapannya sambil berkata, “Bahwa sesungguhnya kami sekalian ini menjadi hambamu.” Kasih Yusuf terhadap saudara-saudaranya amat dalam, dan tidak bersifat mementingkan diri, dan hatinya merasa sakit memikirkan bahwa saudara-saudaranya itu menyangka bahwa dia menyimpan roh membalas dendam kepada mereka. Ia berkata, “Janganlah takut, sebab aku inilah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga. SPN 278.2
Kehidupan Yusuf menggambarkan kehidupan Kristus. Adalah rasa cemburu yang telah menggerakkan hati saudara-saudaranya untuk menjual dia sebagai seorang budak; mereka mengharapkan agar dapat menghalangi dia supaya jangan ia menjadi lebih besar daripada mereka. Dan apabila ia dibawa ke Mesir, mereka merasa lega karena mereka tidak akan dipusingkan lagi oleh mimpi-mimpinya itu dan mereka telah menghapus segala kemungkinan bahwa mimpi itu akan digenapkan. Tetapi perjalanan hidup mereka sendiri telah diatur oleh Allah sedemikian rupa sehingga telah mengakibatkan berlakunya peristiwa yang mereka coba halangi. Demikian pula tua-tua dan imam-imam orang Yahudi merasa cemburu terhadap Kristus, takut bahwa Dia akan mengalihkan perhatian orang banyak dari mereka. Mereka bunuh Dia untuk menghalangi agar Dia jangan menjadi raja, tetapi justru tindakan mereka itulah yang telah menyebabkan berlakunya hal itu. SPN 279.1
Yusuf, melalui perhambaannya di Mesir, menjadi seorang juruselamat bagi keluarga ayahnya; tetapi kenyataan ini tidaklah mengurangi kesa- lahan saudara-saudaranya. Demikian pula penyaliban Kristus oleh musuh-musuh-Nya telah menjadikan Dia sebagai Penebus umat manusia, Juruselamat umat yang berdosa, dan Pemerintah segenap dunia; tetapi kejahatan dari pada pembunuh-pembunuh-Nya itu sama kejamnya seolah-olah tangan pimpinan Allah tidak mengendalikan peristiwaperistiwa untuk kemuliaan-Nya, dan kebajikan manusia. SPN 279.2
Sebagaimana Yusuf dijual kepada orang kafir oleh saudara-saudaranya sendiri, demikian pula Kristus telah dijual kepada musuh-musuhNya yang paling besar oleh salah seorang dari murid-murid-Nya. Yusuf dituduh secara palsu dan dimasukkan ke dalam penjara oleh sebab perbuatan baiknya; demikian pula Kristus telah dinista dan ditolak oleh sebab kehidupan-Nya yang benar dan penuh penyangkalan diri itu merupakan satu tempelakan kepada dosa; dan walaupun tidak pernah berbuat kesalahan Ia telah dihukum atas dasar kesaksian-kesaksian yang palsu. Dan kelemahlembutan serta kesabaran Yusuf dalam menghadapi tekanan dan ketidak-adilan, roh suka mengampuni dan sifat kedermawanan yang agung terhadap saudara-saudaranya yang kejam itu, menggambarkan kesabaran Juruselamat pada waktu menghadapi kekejaman serta cemoohan orang-orang jahat, dan juga roh suka mengampuni bukan saja kepada pembunuh-pembunuh-Nya, tetapi bagi semua orang yang telah datang kepada-Nya sambil mengaku dosa-dosa mereka dan meminta keampunan. SPN 280.1
Yusuf hidup lima puluh empat tahun lebih lama daripada ayahnya. Ia hidup hingga dapat menyaksikan “anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf.” Ia menyaksikan kemakmuran serta bertambah besarnya bangsanya itu, dan sepanjang tahun-tahun hidupnya imannya terhadap janji Allah untuk mengembalikan orang Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak pernah goyah. SPN 280.2
Bilamana ia melihat bahwa akhir hidupnya telah dekat, ia mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk menghadap kepadanya. Sekalipun ia dihormati di dalam negeri Firaun itu, Mesir baginya hanyalah merupakan tempat pembuangannya; tindakannya yang terakhir ialah menegaskan bahwa ia telah memadukan nasibnya bersama-sama de- ngan Israel. Pesannya yang terakhir adalah, “Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu ke luar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.” Dan ia pun telah mengambil satu sumpah yang khidmat dari anak-anak Israel itu bahwa mereka akan memindahkan tulang-tulangnya ke Tanah Kanaan. “Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.” Dan sepanjang abad-abad penderitaan yang berikutnya, peti mayat itu, sebagai satu peringatan akan pesan Yusuf yang terakhir, memberikan kesaksian kepada Israel bahwa mereka itu hanyalah sekadar pengembara di negeri Mesir, dan mengajak mereka untuk selalu memusatkan pengharapan mereka ke Tanah Perjanjian itu, karena saat kelepasan pasti akan datang. SPN 280.3