Perintah telah disampaikan kepada Musa pada waktu berada di atas gunung bersama Allah, “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka,” dan petunjuk-petunjuk yang sepenuhnya telah diberikan untuk mendirikan Kemah Suci itu. Oleh kemurtadan mereka, bangsa Israel telah kehilangan berkat dari Hadirat Ilahi, dan untuk jangka waktu yang tertentu mustahil untuk didirikannya sebuah Kemah Suci bagi Allah di antara mereka. Tetapi setelah mereka kembali diperkenankan oleh surga, maka pemimpin besar itu menyuruh untuk melaksanakan perintah Ilahi. SPN 406.1
Orang-orang yang dikaruniai Allah dengan keahlian dan hikmat telah dipilih untuk mendirikan bangunan yang suci itu. Allah Sendiri telah memberikan kepada Musa rencana bangunan itu, dengan petunjukpetunjuk yang terperinci tentang ukuran dan bentuknya, bahan-bahan yang harus digunakan dan setiap perkakas yang harus ada di dalamnya. Tempat-tempat yang suci yang dibuat oleh tangan manusia ini harus menjadi “gambaran dari yang sebenarnya,” “lambang apa yang ada di surga,” (Ibrani 9:24,23)—satu penampilan dalam bentuk mini dari Bait Suci surga di mana Kristus, Imam Besar kita, setelah mempersembahkan hidup-Nya sebagai satu korban, akan melayani demi kepentingan orang yang berdosa. Allah menunjukkan kepada Musa di atas gunung itu satu penglihatan akan Bait Suci surga, dan memerintahkannya untuk membuat segala sesuatunya sesuai dengan pola yang ditunjukkan kepa-danya. Segala petunjuk-petunjuk ini dengan saksama dicatat oleh Musa, yang kemudian telah menyampaikannya kepada pemimpin-pemimpin bangsa itu. SPN 406.2
Untuk pembangunan Kemah Suci itu persiapan-persiapan yang mahal dan banyak diperlukan, bahan-bahan yang paling mahal dan berharga dalam jumlah yang besar harus disediakan; namun demikian Tuhan hanya menerima persembahan sukarela. “Dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu,’’ adalah perintah Ilahi yang diulangi oleh Musa kepada perhimpunan itu. Penyerahan kepada Allah dan satu roh pengorbanan adalah syarat-syarat pertama dalam mempersiapkan satu tempat tinggal bagi Yang Mahatinggi. SPN 407.1
Semua orang dengan serentak memberikan jawabnya. Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada Tuhan untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN.” SPN 407.2
“Juga setiap orang yang mempunyai kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing, kulit domba jantan yang diwarnai merah dan kulit lumba-lumba, datang membawanya. Setiap orang yang hendak mempersembahkan persembahan khusus dari perak atau tembaga, membawa persembahan khusus yang kepada Tuhan itu, dan setiap orang yang mempunyai kayu penaga membawanya juga untuk segala pekerjaan mendirikan itu. Setiap perempuan yang ahli, memintal dengan tangannya sendiri dan membawa yang dipintalnya itu, yakni kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus. Semua perempuan yang tergerak hatinya oleh karena ia berkeahlian, memintal bulu kambing.” SPN 407.3
“Pemimpin-pemimpin membawa permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada, rempah-rempah dan minyak untuk penerangan, untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian.” Keluaran 35:21-28. SPN 408.1
Sementara pembangunan Kemah Suci itu sedang berlangsung, orang banyak itu, tua dan muda—1aki-laki, perempuan dan anak-anak—tetap memberikan persembahan mereka, sampai mereka yang mengawasi pekerjaan itu mendapati bahwa jumlah pemberian itu sudah cukup, bahkan melebihi dari apa yang dapat mereka gunakan. Dan Musa menyuruh untuk mengumumkan ke seluruh perhimpunan itu, “Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu menjadi persembahan khusus bagi tempat kudus. Demikianlah rakyat itu dicegah membawa persembahan lagi.” Persungutan bangsa Israel dan diturunkannya hukuman Allah oleh sebab dosa-dosa mereka telah dicatat sebagai satu amaran kepada generasi-generasi mendatang. Dan pengabdian, semangat dan kedermawanan hati mereka, adalah satu teladan yang patut untuk dicontoh. Semua orang yang mengasihi perbaktian kepada Allah dan menghargai berkat hadirat-Nya yang suci akan menyatakan roh pengorbanan yang sama dalam menyediakan satu rumah di mana Ia dapat bertemu dengan mereka. Mereka mau membawa kepada Tuhan satu persembahan yang terbaik yang mereka miliki. Sebuah rumah yang dibangun bagi Allah janganlah dibiarkan dalam keadaan berutang oleh karena dengan cara itu Ia dihinakan. Satu jumlah yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan itu harus diberikan dengan sukarela, agar pekerja-pekerja itu dapat juga berkata, seperti pembangun-pembangun Kemah Suci itu, “Jangan bawa lagi persembahan.” SPN 408.2
Bait suci itu dibuat sedemikian rupa bentuknya sehingga bagian-ba-giannya dapat dipisah-pisahkan dan dapat dibawa oleh bangsa Israel dalam perjalanan mereka. Oleh sebab itu ukurannya kecil, panjangnya tidak lebih dari lima puluh lima kaki, lebar dan tingginya masing-masing delapan belas kaki. Tetapi itu merupakan satu bangunan yang megah. Kayu yang digunakan untuk bangunan ini dan perkakasnya adalah kayu pohon penaga, yang lebih tahan terhadap kebusukan dibandingkan dengan kayu-kayu lain yang dapat diperoleh di Sinai. Dinding-dindingnya terdiri dari papan yang tegak lurus, yang didirikan di atas alas kakinya yang terbuat dari perak, dan dikukuhkan oleh tiang-tiang dan kayu-kayu palang yang menghubungkan satu dengan yang lainnya; dan semuanya ini harus dilapisi dengan emas, sehingga bangunan itu akan kelihatan seperti seluruhnya terbuat dari emas. Atapnya dibuat dari empat lapis kain, yang paling dalam terbuat dari “kain lenan halus yang dipintal benangnya dan yang berwarna biru laut, ungu dan kirmizi, dengan ada kerubnya, buatan ahli-ahli tenun,” ketiga lapisan lainnya berturut-turut adalah yang terbuat dari bulu kambing, dari kulit domba jantan yang diwarnai merah dan kulit singa laut, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan perlindungan yang sempurna. SPN 408.3
Bangunan itu dibagi menjadi dua ruangan oleh sehelai tirai yang indah dan mahal yang digantungkan kepada tiang-tiang yang berlapis emas, dan satu tirai yang sama menutup pintu masuk ke ruangan yang pertama. Semuanya ini, seperti penutup-penutup yang di bagian dalam yaitu langit-langitnya, haruslah diberi corak warna yang paling indah biru ungu dan darah kirmizi, yang diatur dengan indah, dan juga gambargambar kerubium yang terbuat dari benang emas dianyamkan ke tirai itu untuk menggambarkan bala tentara malaikat yang berhubungan dengan pekerjaan Kemah Suci surga, dan yang juga merupakan roh-ro yang melayani kepada umat Allah di dunia ini. SPN 409.1
Kemah suci ini ditempatkan di atas satu lapangan yang terbuka yang disebut halaman yang dikelilingi oleh helaian-helaian kain halus yang bergantung pada tiang tembaga. Pintu masuk ke halaman ini ada di sebelah timur. Ini ditutupi oleh tirai-tirai yang terbuat dari bahan-bahan yang mahal buatan orang ahli, sekalipun tidak seindah seperti yang ada di dalam Kemah Suci itu. Oleh karena tinggi tirai-tirai yang menutupi halaman Kemah Suci itu hanya setengahnya saja dari pada tinggi dinding-dinding Kemah Suci, maka bangunan Kemah Suci itu dengan jelas dapat dilihat oleh orang banyak dari luar. Di dalam halaman Kemah Suci itu, dekat Sekali dengan pintu masuk, terdapat mezbah korban bakaran yang terbuat dari tembaga. Di atas mezbah ini dibakar segala korban-korban itu oleh api bagi Tuhan dan tanduknya dipercik oleh darah tebusan itu. Di antara mezbah dan pintu Bait Suci itu terdapat sebuah bejana kuningan yang terbuat dari cermin yang telah diberikan oleh kaum wanita Israel sebagai persembahan sukarela. Pada bejana ini imam-imam harus membasuh tangan dan kaki mereka apabila mereka masuk ke dalam ruangan-ruangan yang suci itu, atau pergi ke mezbah untuk mem-persembahkan korban bakaran kepada Tuhan. SPN 409.2
Di dalam ruangan yang pertama, atau bilik yang suci, terdapat meja roti sajian, kaki dian dan mezbah pedupaan. Meja roti sajian ada di sebelah utara. Dengan mahkota hiasannya meja ini dilapisi oleh mas mumi. Di atas meja ini imam tiap hari Sabat harus menaruh dua belas potong roti yang disusun dalam dua baris, dan dipercik dengan kemenyan. Roti-roti yang diambil dari meja ini oleh karena dianggap suci harus dimakan oleh imam-imam. Di sebelah selatan terdapat kaki dian yang bercabang tujuh dengan ketujuh lampunya. Cabang-cabangnya dihiasi dengan bunga yang dibuat dengan indah sekali menyerupai bunga badam dan seluruhnya terbuat dari satu batang emas. Oleh karena Kemah Suci itu tidak berjendela maka lampu-lampu ini tidak pernah dipadamkan semuanya pada waktu yang sama, tetapi memancarkan terangnya siang dan malam. Tepat di hadapan tirai yang memisahkan bilik yang suci dengan bilik yang mahasuci dan dekat sekali dengan hadirat Allah terdapat mezbah pedupaan yang terbuat dari mas. Di atas mezbah ini imam harus membakar kemenyan setiap pagi dan petang, tanduktanduknya harus diolesi dengan darah korban karena dosa, dan itu akan dipercik dengan darah pada hari Pendamaian yang besar. Api di atas mezbah ini dinyalakan oleh Allah sendiri dan dianggap suci. Siang dan malam pedupaan yang suci ini menyebarkan bau yang harum semerbak ke seluruh ruangan-ruangan suci itu dan juga keluar, jauh di sekeliling Kemah Suci itu. SPN 410.1
Di balik tirai yang di sebelah dalam itu terdapat bilik yang mahasuci , di mana terpusat semua upacara penebusan dan pengantaraan yang bersifat simbolis itu, dan yang menjadi mata rantai penghubung antara surga dan dunia. Di dalam ruangan ini terdapat peti perjanjian, sebuah peti yang terbuat dari kayu penaga, luar dan dalamnya dilapisi emas, dan di atasnya terdapat mahkota emas. Itu dibuat untuk menjadi tempat menyimpan kedua loh batu, di atas mana Tuhan sendiri telah menuliskan Sepuluh Hukum. Oleh sebab itu peti ini disebut peti wasiat Allah atau peti perjanjian, oleh karena Sepuluh Hukum itu adalah dasar dari pada perjanjian yang diadakan antara Allah dan Israel. SPN 410.2
Penutup peti yang suci ini disebut tutup pendamaian. Ini dibuat dari satu emas batangan dan di atasnya terdapat kerub keemasan, masingmasing berdiri di ujung-ujungnya. Satu sayap dari masing-masingnya terjulur ke atas sementara sayap yang lain terlipat pada tubuhnya (lihat Yehezkiel 1:11) sebagai tanda hormat dan rendah hati. Letak kerub ini, dengan muka yang saling berhadapan, dan memandang ke bawah dengan penuh hormat kepada peti perjanjian itu, menggambarkan sikap hormat oleh mana segenap penghuni surga memandang kepada hukum Allah dan perhatian mereka di dalam rencana penebusan itu. SPN 411.1
Di atas tutup pendamaian itu terdapat Shekinah, pernyataan hadirat Ilahi; dan dari antara kerub ini Allah menyatakan kehendak-Nya. Pesanpesan Ilahi kadang-kadang disampaikan kepada imam besar oleh satu suara dari awan. Kadang-kadang seberkas cahaya terpancar ke atas malaikat yang di sebelah kanan yang mengartikan persetujuan atau penerimaan, atau segumpal awan turun ke atas malaikat yang di sebelah kiri yang menyatakan tidak setuju atau penolakan. SPN 411.2
Hukum Allah yang disimpan di dalam peti itu adalah undang-undang yang besar dari kebenaran dan pehukuman. Hukum itu menuntut hukuman mati terhadap orang-orang yang melanggar; tetapi di atas hukum itu terdapat tutupan pendamaian, di atas mana hadirat Allah dinyatakan dan dari mana, oleh jasa penebusan, keampunan diberikan kepada orang berdosa yang bertobat. Dengan demikian, di dalam pekerjaan Kristus bagi penebusan kita, yang dilambangkan oleh upacaraupacara Kemah Suci ini, “kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.” Mazmur 85:11. SPN 411.3
Tidak ada bahasa yang dapat menggambarkan kemuliaan pemandangan yang ditampilkan di dalam Kemah Suci—dinding-dinding yang dilapisi emas memantulkan terang dari kaki dian emas itu, warna-warna yang cemerlang dari tirai-tirai yang dihias dengan megahnya dengan malaikat-malaikatnya yang berkilauan, meja itu, mezbah pedupaan, yang berkilauan dengan mas; di balik tirai yang kedua, tabut perjanjian itu dengan kerub yang gaib dan di atasnya Shekinah yang suci, pernyataan hadirat Tuhan yang kelihatan; semuanya ini hanyalah merupakan pantulan yang samar dari pada kemuliaan Bait Suci Allah yang di surga, pusat pekerjaan penebusan manusia. SPN 411.4
Satu jangka waktu kurang lebih setengah tahun telah digunakan untuk mendirikan Kemah Suci ini. Setelah selesai, Musa memeriksa.semua pekerjaan pembangun-pembangun itu, sambil membandingkannya dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung, dan dengan petunjuk-petunjuk yang ia terima dari Allah. “Seperti yang diperintahkan TUHAN, demikianlah mereka melakukannya. Lalu Musa memberkati mereka.” Dengan perhatian yang dalam bangsa Israel berhimpun di sekelilingnya untuk melihat bangunan yang suci itu. Sementara mereka sedang merenung-renungkan pemandangan itu dengan penuh kepuasan yang disertai rasa hormat, tiang awan itu terbang ke atas Kemah Suci itu dan kemudian turun menyelimutinya. “Dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci itu.” Keagungan Ilahi dinyatakan pada waktu itu, dan untuk sementara waktu Musa sekalipun tidak dapat memasukinya. Dengan luapan perasaan yang dalam bangsa itu melihat tanda bahwa pekerjaan tangan mereka itu telah diterima. Saat itu tidak terdengar pernyataan kegembiraan yang ribut. Satu suasana khidmat mencengkam semua orang. Tetapi kegembiraan hati mereka meluap dalam air mata kesukaan, dan dengan suara yang rendah berbisik-bisik mengucapkan syukur bahwa Allah telah turun untuk tinggal bersama mereka. SPN 412.1
Oleh petunjuk Ilahi suku Lewi telah diasmgkan untuk melayani upacara-upacara Kemah Suci. Pada zaman dulu setiap laki-laki adalah imam rumah tangganya. Pada zaman Abraham keimamatan dianggap sebagai hak sulung anak laki-laki yang tertua. Sekarang, gantinya anak sulung bangsa Israel itu, Tuhan menerima suku Lewi untuk pekerjaan Kemah Suci. Oleh kehormatan yang nyata ini Ia menyatakan persetujuan-Nya terhadap kesetiaan mereka, baik kesetiaan dalam pelayanannya, dan juga dalam melaksanakan hukuman-Nya pada waktu Israel murtad di dalam penyembahan terhadap patung anak lembu emas itu. Namun demikian, keimamatan dibatasi kepada keluarga Harun saja. Harun dan anak lelakinya saja yang diizinkan untuk melayani di hadapan Tuhan; sukusuku yang lainnya diberi tugas untuk mengawasi Kemah Suci dan perkakas-perkakasnya, dan mereka harus mendampingi imam-imam di dalam pelayanan mereka, tetapi orang-orang Lewi ini tidak boleh mempersembahkan korban, membakar kemenyan, atau melihat kepada bendabenda yang suci itu sampai semuanya ditutupi. SPN 412.2
Sesuai dengan tugas mereka, satu jubah yang khusus telah ditentukan bagi imam-imam ini. “Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan,” adalah perintah Ilahi kepada Musa. Jubah imam biasa harus terbuat dari kain lenan putih dan ditenun jadi satu helai. Itu harus menjulur hampir mengenai kakinya dan di dekat pinggangnya diikat oleh ikat pinggang yang terbuat dari kain lenan putih yang dibubuhi dengan warna biru, ungu dan merah. Satu serban yang terbuat dari kain lenan putih merupakan pelengkap dari pada pakaian luamya. Di dekat belukar yang menyala itu Musa telah diperintahkan untuk membuka kasutnya, oleh karena tempat di mana ia berdiri itu suci adanya. Demikian pula imam-imam tidak boleh memasuki Kemah Pertemuan itu dengan kaki yang berkasut. Debu yang melekat kepada kasut itu akan menajiskan tempat yang suci. Mereka harus meninggalkan kasut itu di halaman Kemah Suci sebelum memasukinya, dan juga harus membasuh tangan dan kaki mereka sebelum melayani di dalam Kemah Suci atau pada mezbah korban bakaran. Dengan demikian pelajaran senantiasa diajarkan bahwa segala kenajisan harus dibuang dari mereka yang akan datang ke hadirat Allah. SPN 413.1
Jubah imam besar terbuat dari bahan yang mahal dan buatan orang yang ahli, sesuai dengan kedudukannya yang tinggi. Sebagai tambahan kepada pakaian lenan imam biasa, ia memakai satu jubah biru yang juga ditenun jadi satu helai. Sekeliling jubah itu dihiasi dengan giring-giring emas dan buah delima yang berwarna biru, ungu dan merah kirmizi. Di bagian luar jubah itu terdapat baju efod, satu jubah yang lebih pendek terbuat dari emas, berwarna biru, ungu dan merah kirmizi. Dan itu diikat oleh sebuah ikat pinggang yang sama wamanya dan dibuat dengan indah sekali. Baju efod itu tidak berlengan, dan di atas sulaman emas di bagian bahunya dilekatkan dua buah batu permata krisopras yang di atasnya terukir nama-nama dari kedua belas suku bangsa Israel. SPN 413.2
Di atas efod itu terdapat tutup dada, yang paling suci di antara semua pakaian keimamatan itu. Ini terbuat dari bahan yang sama seperti efod. Bentuknya empat segi, panjangnya satu jengkal dan tergantung dari bahunya oleh seutas tali berwarna biru yang diikatkan pada gelang-gelang emas. Pinggirnya ditatah dengan bermacam-macam batu permata, sama dengan yang membentuk kedua belas dasar Kota Allah. Pada tutup dada ini terdapat dua belas batu permata yang diikat oleh emas, diatur dalam empat jajar dan, seperti batu-batu permata yang ada di atas bahunya, pada tiap-tiap permata diukirkan nama masing-masing suku bangsa itu. Perintah Tuhan adalah, “Demikianlah di atas jantungnya harus dibawa Harun nama para anak Israel pada tutup dada pemyataan keputusan itu, apabila ia masuk ke dalam tempat kudus, supaya menjadi tanda peringatan yang tetap di hadapan TUHAN.” Keluaran 28:29. Demikian juga Kristus, Imam Besar yang agung itu, yang menghadapkan darah-Nya kepada Bapa demi orang berdosa, membawa di atas jantung-Nya namanama setiap orang yang bertobat dan percaya. Kata pemazmur, “Aku ini sengsara dan miskin, tetapi TUHAN memperhatikan aku!” Mazmur 40:18. SPN 414.1
Di sebelah kanan dan kiri tutup dada itu terdapat dua batu permata yang besar dan amat berkilauan. Batu-batu itu dikenal dengan nama Urim dan Tumim. Oleh kedua batu ini kehendak Allah diberitahukan melalui imam besar. Apabila pertanyaan-pertanyaan dikemukakan untuk memperoleh keputusan di hadapan Tuhan, seberkas cahaya yang melingkari batu permata yang di sebelah kanan menandakan persetujuan Ilahi, sedangkan segumpal awan yang menyelimuti batu yang di sebelah kiri adalah bukti penyangkalan atau penolakan. SPN 414.2
Tutup kepala imam besar terdiri dari serban lenan putih, ke atasnya dilekatkan oleh seutas tali yang berwarna biru, sebuah patam dari emas yang bertuliskan, “Kudus bagi TUHAN.” Segala sesuatu yang berhubungan dengan perhiasan dan pembawaan imam-imam haruslah sedemikian rupa sehingga akan memberi kesan orang-orang yang melihatnya dengan satu perasaan akan kesucian Allah, kesucian dari pada perbaktian-Nya, dan kesucian yang dituntut dari mereka yang datang ke hadirat-Nya. SPN 414.3
Bukan hanya Kemah Suci itu sendiri, tetapi juga pelayanan-pelayanan imam-imam, haruslah “gambaran dan bayangan dari apa yang ada di surga.” Ibrani 8:5. Dengan demikian itu merupakan satu hal yang amat penting; dan Tuhan, melalui Musa, telah memberikan petunjuk tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara-upacara simbolis ini. Upacara Kemah Suci itu terdiri dari dua bagian, upacara harian dan upacara tahunan. Upacara harian dilaksanakan di mezbah korban bakaran di halaman Kemah Suci dan di dalam bilik yang suci; sedangkan upacara tahunan diadakan di dalam bilik yang maha suci. SPN 415.1
Tidak ada seorang pun dari antara manusia yang fana, kecuali imam besar itu, yang boleh melihat ke bilik yang mahasuci Kemah Pertemuan itu. Hanya sekali setahun imam itu dapat masuk ke dalamnya, dan itu pun setelah mengadakan persiapan yang saksama dan khidmat. Dengan gemetar ia akan masuk untuk menghadap Allah, dan dengan penuh hormat dan tenang orang banyak itu menunggu dia kembali, hati mereka terangkat dalam doa yang sungguh memohon berkat Ilahi. Di hadapan tutup perdamaian itu imam besar mengadakan tebusan bagi Israel; dan di dalam awan kemuliaan, Allah bertemu dengan dia. Tinggalnya dia di tempat itu apabila melebihi waktu yang biasa akan menggentarkan hatinya, kalau-kalau oleh sebab dosa mereka atau dosanya sendiri ia akan dibinasakan oleh kemuliaan Tuhan. SPN 415.2
Upacara harian terdiri dari upacara korban bakaran pagi dan petang, persembahan kemenyan yang harum di atas mezbah keemasan dan persembahan khusus bagi dosa-dosa pribadi. Dan ada juga persembahan bagi hari-hari Sabat, bulan baru dan hari-hari raya istimewa. SPN 415.3
Setiap pagi dan petang seekor anak domba yang berumur satu tahun dibakar di atas mezbah, dagingnya dipersembahkan dengan sepatutnya, dengan demikian melambangkan penyerahan setiap hari dari bangsa itu kepada Tuhan, dan ketergantungan mereka yang tetap kepada darah Kristus yang menebus. Allah dengan nyata memerintahkan agar setiap korban yang dipersembahkan bagi upacara Kemah Pertemuan haruslah “tidak bercela.” Keluaran 12:5. Imam-imam harus memeriksa semua binatang yang dibawa sebagai satu korban dan harus menolak binatang yang ada cacatnya. Hanya satu korban yang “tanpa cacat cela” dapat menjadi satu lambang dari kesucian-Nya yang sempurna yang akan menyerahkan diri-Nya sebagai “Anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” 1 Petrus 1:19. Rasul Paulus menunjuk kepada korban-korban ini sebagai satu gambaran tentang bagaimana seharusnya hidup pengikutpengikut Kristus itu. Ia berkata, “Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkentan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1. Kita harus menyerahkan diri kita kepada pelayanan akan Allah dan kita harus berusaha untuk menjadikan persembahan itu sesempurna-sempurnanya. Allah tidak merasa senang terhadap segala sesuatu yang kurang dari yang terbaik yang dapat kita berikan. Mereka yang mengasihi Dia dengan segenap hatinya akan mau memberikan kepada-Nya pelayanan hidup yang terbaik, dan mereka akan tetap berusaha untuk membawakan hidupnya selaras dengan hukum-hukum yang akan menambah kesanggupan mereka untuk melakukan kehendak-Nya. SPN 415.4
Di dalam mempersembahkan kemenyan imam dibawa kepada hubungan yang lebih dekat lagi dengan hadirat Allah daripada dalam pekerjaan lainnya sehubungan dengan upacara harian itu. Oleh karena tirai yang lebih ke dalam di Kemah Suci itu tidaklah sampai ke langitlangitnya, maka kemuliaan Allah, yang dinyatakan di atas tutupan pendamaian itu, dapat terlihat sebagian dari ruangan yang pertama. Bilamana imam itu mempersembahkan kemenyan di hadapan Tuhan, ia memandang kepada peti perjanjian itu; dan apabila asap kemenyan itu naik, kemuliaan Ilahi turun ke atas tutup pendamaian dan memenuhi bilik yang mahasuci dan sering memenuhi kedua bilik itu sedemikian rupa sehingga imam itu diharuskan mundur sampai ke pintu Kemah Pertemuan. Sebagaimana di dalam upacara simbolis itu imam memandang dengan iman kepada tutup pendamaian yang tidak dapat dilihatnya, demikian pula umat Allah sekarang harus mengangkat doa mereka kepada Kristus, Imam Besar mereka yang agung, yang tidak terlihat kepada pandangan manusia, sedang memohon demi untuk mereka di dalam Bait Suci yang di surga. SPN 416.1
Dupa yang naik bersama-sama dengan doa orang Israel, menggambarkan jasa dan pengantaraan Kristus, kebenaran-Nya yang sem- puma, yang melalui iman dihisabkan kepada umat-Nya, yang olehnya saja dapat menjadikan perbaktian manusia yang berdosa dapat berkenan di hadapan Allah. Di hadapan tirai bilik yang mahasuci itu terdapat sebuah mezbah pengantaraan yang terus-menerus. Oleh darah dan kemenyan Allah harus didekati—lambang-lambang yang menunjuk kepada Pengantara yang agung itu, melalui mana orang-orang berdosa bisa datang dekat kepada Tuhan, dan melalui Dia sendiri sajalah rahmat dan keselamatan dapat diberikan kepada orang yang percaya dan bertobat. SPN 416.2
Sementara imam-imam itu pada waktu pagi dan petang memasuki bilik yang suci pada saat mempersembahkan kemenyan, korban-korban harian disiapkan untuk dipersembahkan di atas mezbah yang terdapat di halaman Kemah Suci. Ini merupakan satu waktu yang amat menarik kepada orang-orang yang sedang berbakti yang berhimpun di sekeliling Kemah Pertemuan itu. Sebelum memasuki hadirat Allah melalui pekerjaan imam itu, mereka harus lebih dulu memeriksa hati mereka dengan sungguh-sungguh dan mengakui dosa-dosa. Mereka bersatu dalam doa dalam hati, dengan wajah mereka tertuju kepada bilik yang suci. Dengan demikian permohonan mereka naik bersama-sama dengan asap dupa itu, sementara iman mereka berpegang kepada jasa-jasa Juruselamat yang dijanjikan itu yang dilambangkan oleh korban penebusan. Jamjam yang ditetapkan untuk korban pagi dan petang harus dianggap suci, dan semuanya itu harus dijaga sebagai waktu yang telah ditetapkan bagi perbaktian di antara segenap bangsa Yahudi. Dan apabila pada masa mendatang bangsa Yahudi diceraiberaikan sebagai orang-orang tawanan di negeri-negeri yang jauh, mereka tetap pada jam yang ditentukan itu memalingkan wajah mereka ke arah Yerusalem dan menghadapkan permohonan mereka kepada Allah orang Israel. Dalam adat kebiasaan ini orang Kristen mempunyai satu contoh untuk kebaktian pagi dan petang. Sementara Allah menghukumkan upacara kebaktian yang sekadar rupa saja, tanpa roh kebaktian, Ia memandang dengan penuh kesukaan terhadap mereka yang mengasihi Dia, yang setiap pagi dan petang mencari keampunan dosa-dosa yang diperbuatnya, dan menghadapkan permohonan mereka untuk memperoleh berkat-berkat yang diperlukan. SPN 417.1
Roti sajian selalu diletakkan di hadapan Tuhan sebagai satu persem- bahan yang terus-menerus. Dengan demikian itu merupakan sebagian upacara harian. Itu disebut roti pertunjukan, atau “roti kehadiran” oleh karena itu senantiasa ada di hadapan wajah Tuhan. Itu merupakan satu pengakuan bahwa manusia bergantung kepada Allah baik untuk makanan rohani ataupun jasmani, dan itu diterima hanyalah melalui pengantaraan Kristus. Allah telah memberi makan Israel di padang belantara dengan roti dari surga, dan mereka masih tetap bergantung kepada kebajikan-Nya, baik untuk makanan jasmani ataupun berkat-berkat rohani. Baik manna atau roti sajian itu menunjuk kepada Kristus, Roti hidup itu, yang senantiasa berada di hadirat Allah demi kita. Ia sendiri berkata, “Akulah Roti hidup yang telah turun dari surga.” Yohanes 6:48-51. Kemenyan dibubuhkan ke atas roti itu. Apabila setiap Sabat roti itu diangkat, diganti dengan roti yang baru, kemenyan itu dibakar di atas mezbah sebagai satu peringatan di hadapan Allah. SPN 417.2
Bagian yang paling penting dari upacara harian itu adalah pekerjaan yang diadakan untuk pribadi-pribadi orang Israel. Orang berdosa yang bertobat membawa persembahannya ke pintu Kemah Pertemuan, dan sambil meletakkan tangannya ke atas kepala korban itu, ia mengaku dosa-dosanya, dengan demikian secara simbolis memindahkan dosanya dari dirinya kepada korban yang tidak bersalah itu. Kemudian oleh tangannya sendiri binatang itu disembelih, dan darahnya dibawa oleh imam itu ke dalam bilik yang suci, dan memercikkannya di hadapan tirai, yang di bagian belakangnya terdapat peti yang berisi hukum yang telah dilanggar oleh orang berdosa itu. Oleh upacara ini dosa, melalui darah itu, dipindahkan secara simbolis kepada Kemah Suci. Di dalam beberapa kasus darah itu tidak dibawa ke bilik yang suci; tetapi dagingnya harus dimakan oleh imam itu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Musa kepada anak-anak Harun, sambil berkata, “TUHAN memberikannya kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat itu.” Imamat 10:17. Kedua upacara ini sama-sama melambangkan pemindahan dosa dari orang yang berdosa ke Kemah Suci. * (Lihat Apendiks, catatan 6) SPN 418.1
Demikianlah pekerjaan yang berlangsung hari demi hari sepanjang tahun. Dosa-dosa orang Israel dipindahkan ke Kemah Suci dengan cara demikian, sehingga ruangan yang suci itu dinodai, dan satu pekerjaan yang khusus diperlukan untuk memindahkan dosa-dosa itu. Allah me-merintahkan agar satu penebusan diadakan untuk masing-masing bilik yang suci itu, demikian juga untuk mezbah itu, untuk “mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel.” Imamat 16:19. SPN 418.2
Sekali setahun, pada Hari Pendamaian yang besar, imam itu memasuki bilik yang suci untuk membersihkan Kemah Suci. Pekerjaan yang dilaksanakan di tempat itu melengkapkan pekerjaan yang telah diadakan sepanjang tahun. SPN 419.1
Pada Hari Pendamaian dua ekor kambing dibawa ke pintu Kemah Pertemuan dan kemudian ia membuang undi atas kedua ekor kambing itu, “sebuah undi bagi TUHAN, sebuah undi lagi bagi Azazel.” Kambing yang untuk Tuhan harus disembelih sebagai satu korban karena dosa orang banyak. Dan imam itu harus membawa darahnya melalui tirai itu dan memercikkannya di atas tutup pendamaian. “Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. SPN 419.2
“Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. Sebelum kambing itu dilepaskan ke gurun, orang banyak belum menganggap bahwa diri mereka telah bebas dari beban dosa mereka. Setiap orang harus memeriksa diri sementara pekerjaan penebusan ini sedang berlangsung. Segala urusan pekerjaan harus ditinggalkan dan seluruh perhimpunan Israel harus menggunakan hari itu untuk merendahkan diri dengan penuh khidmat di hadapan Allah, dengan disertai doa, puasa dan penyelidikan hati yang sungguh-sungguh. SPN 419.3
Kebenaran-kebenaran yang penting sehubungan dengan penebusan diajarkan kepada orang banyak melalui upacara tahunan. Di dalam korban-korban karena dosa yang dipersembahkan sepanjang tahun, satu pengganti bagi dirinya telah diterima; tetapi darah korban itu belum mengadakan penebusan yang sepenuhnya bagi dosa itu. Itu baru me-nyediakan satu alat oleh mana dosa dipindahkan ke Kemah Suci. Oleh mempersembahkan darah, orang berdosa mengakui wewenang hukum, mengakui kesalahan pelanggarannya, dan menyatakan imannya kepada Dia yang harus mengangkat dosa dunia ini; tetapi ia belum dibebaskan sama sekali dari tuntutan hukum itu. Pada Hari Pendamaian, imam besar itu, setelah membawa korban bagi perhimpunan itu, pergi ke bilik yang mahasuci dengan membawa darah dan memercikkannya ke atas tutup pendamaian, yang ada di atas loh batu hukum itu. Dengan demikian tuntutan hukum itu, yang menuntut nyawa orang berdosa, telah dipenuhi. Kemudian dalam peranannya sebagai pengantara, imam itu memindahkan dosa itu kepada dirinya sendiri dan sambil meninggalkan Kemah Suci itu ia membawa beban dosa Israel. Di pintu Kemah Pertemuan ia meletakkan tangannya ke atas kepala kambing yang hidup itu dan mengadakan pengakuan “segala kesalahan Israel dan segala pelanggaran mereka, apa pun dosa mereka; ia harus menariggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu.” Dan apabila kambing yang menanggung dosa ini dilepaskan ke gurun, dosa-dosa itu tertanggung ke atas dirinya dan untuk selama-lamanya terpisah dari orang banyak itu. Demikianlah pekerjaan yang dilakukan “untuk menjadi gambaran dan bayangan dari pada apa yang ada di surga.” Ibrani 8:5. SPN 419.4
Seperti telah dikatakan, kemah yang ada di dunia ini didirikan oleh Musa sesuai dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung. Itu adalah “kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan,” kedua bilik yang suci itu adalah “Lambang apa yang ada di surga;” Kristus, Imam Besar kita, adalah “yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.” Ibrani 9:9, 23; 8:2. Apabila di dalam khayal Rasul Yohanes diizinkan untuk melihat ke dalam Bait Suci Allah di surga, ia melihat di sana “tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu.” Ia melihat seorang malaikat “dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.” Wahyu 4:5; 8:3. Di sini nabi diizinkan untuk melihat ruangan yang pertama dari Bait Suci di surga; dan ia melihat di sana “ketujuh pelita itu” dan “mezbah emas” yang dilambangkan oleh kaki dian emas dan mezbah pedupaan di dalam Bait Suci di dunia. Kembali “terbukalah Bait Suci Allah” (Wahyu 11:19), dan ia melihat ke dalam tirai yang lebih ke dalam, yaitu kepada bilik yang mahasuci. Di sini ia melihat “tabut perjanjian-Nya”( Wahyu 11:19), yang dilambangkan oleh peti yang suci yang diperbuat oleh Musa untuk menjadi tempat penyimpanan hukum Allah. SPN 420.1
Musa telah membuat Kemah Suci di dunia, “menurut contoh yang telah dilihatnya.” Paulus menyatakan bahwa “kemah dan semua alat untuk ibadah,” bilamana disempumakan, “melambangkan apa yang ada di surga.” Kisah 7:44; Ibrani 9 :21, 23. Dan Yohanes menyatakan bahwa ia melihat Bait Suci di dalam surga. Bait Suci itu, di mana Yesus melayani demi kita, adalah yang aslinya, untuk mana Kemah Suci yang didirikan oleh Musa merupakan satu gambaran.” SPN 421.1
Bait Suci surga, tempat tinggalnya Raja atas segala raja, di mana “beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci ini dipenuhi oleh kemuliaan takhta yang kekal, di mana malaikat-malaikat penjaganya yang berkilau-kilauan itu, menudungi wajah mereka sebagai penghormatan—tidak ada bangunan di dunia ini yang dapat menggambarkan kehebatan dan kemuliaannya. Namun demikian kebenaran-kebenaran yang penting sehubungan dengan Bait Suci surga dan pekerjaan yang besar yang dilaksanakan di sana untuk penebusan manusia diajarkan oleh Bait Suci di dunia dan upacara-upacaranya. SPN 421.2
Setelah kenaikan-Nya, Juruselamat kita harus memulai pekerjaanNya sebagai Imam Besar kita. Paulus berkata, “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” Ibrani 9:24. Sebagaimana pelayanan Kristus terdiri atas dua bagian besar, masingmasing mengambil satu jangka waktu dan diadakan pada tempat yang berbeda di dalam Bait Suci surga, demikian juga pelayanan simbolis terdiri atas dua bagian, upacara harian dan upacara tahunan, dan untuk masing-masing upacara ini telah disediakan satu ruangan. SPN 421.3
Sebagaimana Kristus pada waktu kenaikan-Nya tampil di hadapan Allah untuk menghadapkan darah-Nya demi orang percaya yang bertobat, demikian juga imam itu di dalam upacara harian memercikkan darah korban itu di tempat yang suci untuk orang berdosa. SPN 422.1
Darah Kristus, sementara harus membebaskan orang berdosa yang bertobat dari tuntutan hukum, itu tidaklah menghapuskan dosa; dosa akan tetap tercatat di dalam Bait Suci sampai penebusan yang terakhir; demikian juga di dalam upacara simbolis darah korban karena dosa memindahkan dosa dari orang yang bertobat, tetapi itu tetap ada di dalam Bait Suci sampai kepada Hari Pendamaian. SPN 422.2
Pada hari yang besar itu di mana pahala yang terakhir diberikan, orang mati akan “dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.” Wahyu 20:12. Kemudian oleh jasa dari pada darah Kristus yang menebus, dosa-dosa semua orang yang sungguh-sungguh bertobat dihapuskan dari buku-buku surga. Dengan demikian Bait Suci akan dibebaskan, atau dibersihkan, dari catatan dosa. Di dalam upacara simbolis, pekerjaan penebusan yang besar ini, atau penghapusan dosa itu, digambarkan oleh upacara-upacara yang diadakan pada Hari Pendamaian—pembersihan Bait Suci dunia, yang dilaksanakan dengan pemindahan dosa yang telah mencemarinya oleh jasa darah koraban penghapus dosa. SPN 422.3
Sebagaimana di dalam penebusan yang terakhir dosa-dosa orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh itu dihapuskan dari catatan surga, tidak akan diingat lagi atau terlintas kepada pikiran, demikian juga di dalam upacara simbolis dosa-dosa itu dibuang ke gurun, terpisah dari perhimpunan itu untuk selama-lamanya. SPN 422.4
Oleh karena Setan adalah makhluk yang memulai dosa, biang keladi segala dosa yang telah menyebabkan kematian Anak Allah, maka keadilan menuntut agar Setan menanggung hukuman yang terakhir. Pekerjaan Kristus untuk penebusan manusia dan penyucian alam semesta dari dosa akan diakhiri oleh pemindahan dosa dari Bait Suci surga, dan meletakkan dosa-dosa ini ke atas diri Setan, yang akan menang- gung hukuman yang terakhir. Demikian juga di dalam upacara simbolis itu, upacara-upacara yang berlangsung sepanjang tahun diakhiri oleh penyucian Kemah Suci dan pengakuan dosa-dosa di atas kepala Azazel. SPN 422.5
Dengan demikian di dalam upacara-upacara Bait Suci duniawi dan di dalam Bait Suci yang di surga, orang banyak itu diajar setiap hari tentang kebenaran-kebenaran yang agung sehubungan dengan kematian dan pelayanan Kristus, dan sekali setahun pikiran mereka diarahkan kepada peristiwa-peristiwa terakhir dari pertentangan yang besar antara Kristus dan Setan, penyucian terakhir alam semesta ini dari dosa dan orang-orang berdosa. untuk menyerah, kurangnya keteguhan untuk kebenaran, telah menuntun dia melalaikan disiplin anak-anaknya itu. Anak-anaknya telah dibiarkan mengikuti kecenderungan diri mereka. Kebiasaan memanjakan diri, yang sudah lama dipupuk, telah mengikat diri mereka sehingga tanggung jawab dari tugas yang paling suci sekalipun tidak dapat memutuskan-nya. Mereka tidak diajar untuk menghormati wewenang ayah mereka, dan mereka tidak menyadari perlunya penunitan yang saksama atas tuntutan-tuntutan Allah. Sikap Harun yang salah dalam memanjakan anakanaknya itu telah menyiapkan mereka menjadi korban hukuman Ilahi. SPN 423.1
Tuhan bermaksud mengajar orang banyak bahwa mereka harus men-dekati Dia dengan sikap hormat dan khidmat, dan dengan cara seperti yang telah ditetapkan-Nya. Ia tidak dapat menerima penurutan yang setengah-setengah. Tidaklah cukup dalam suasana perbaktian yang khidmat itu bahwa hampir segala sesuatunya dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Allah telah mengucapkan satu kutuk terhadap mereka yang meninggalkan hukum-hukum-Nya, dan tidak membedakan antara yang biasa dengan yang suci. Melalui nabi Ia berkata, “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan! . . . Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menanggap dirinya pintar! ... Yang membenarkan orang fasik karena suap dan yang memungkiri hak orang benar! . Mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel.” Yesaya 5:20-24. Jangan seorang pun menipu dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa hukum-hukum Allah itu tidak perlu atau bahwa Ia akan menerima satu pengganti bagi apa yang telah dituntut-Nya. Kata Nabi Yeremia, “Siapakah berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah TUHAN yang memerintahkannya?” Ratapan 3:37. Allah tidak menempatkan dalam firman-Nya satu perintah yang dapat diturut manusia atau melanggar sesuka hatinya, dan tidak akan menderita akibat-akibatnya. Jikalau manusia memilih jalan selain dari penurutan yang saksama, mereka akan menemukan bahwa “ujungnya menuju maut.” Amsal 14: 12. SPN 426.1
“Maka kata Musa kepada Harun dan kepada Eliezer dan Itamar, anak- anak I la run: Janganlah kamu menguraikan rambutmu atau mengoyakkan pakaianmu; supaya jangan kamu mati;... karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu.” Pemimpin besar itu mengingatkan saudaranya tentang firman Allah, “Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku.” Harun berdiam diri. Kematian anak-anaknya, yang terjadi tanpa amaran, dalam satu dosa yang hebat itu—satu dosa yang sekarang dilihatnya bahwa itu adalah akibat kelalaiannya sendiri terhadap tugasnya—telah menekan hati. Sang ayah dengan rasa duka, tetapi ia tidak mencetuskan perasaannya itu. la seolah-olah tidak mau menunjukkan simpati terhadap dosa dengan memperlihatkan perasaan susahnya. Perhimpunan itu tidak boleh dituntun untuk bersungut-sungut terhadap Allah. SPN 426.2
Tuhan mau mengajar umat-Nya untuk mengakui keadilan tindakanNya untuk memperbaiki itu, agar orang lain merasa takut. Ada orangorang di antara bangsa Israel, yang untuknya amaran hukuman yang mengerikan ini, sebenarnya dapat menyelamatkan mereka dari tindakan yang takabur terhadap panjang sabar Allah, sampai mereka, juga memeteraikan nasib mereka sendiri. Tempelakan Ilahi dinyatakan kepada rasa simpati yang salah terhadap orang berdosa yang berusaha mencari dalih bagi dosanya. Adalah pengaruh dari dosa yang telah melenyapkan pandangan moral, sehingga orang yang berbuat dosa itu tidak menyadari kejinya pelanggaran, dan tanpa kuasa Roh Kudus yang meyakinkan itu, ia tetap tinggal dalam keadaan setengah buta terhadap dosanya. Adalah tugas hamba-hamba Kristus untuk menunjukkan kepada orang berdosa itu akan bahaya yang sedang dihadapinya. Mereka yang menghilangkan pengaruh dari pada amaran itu dengan membutakan mata orang berdosa terhadap sifat-sifat dan akibat-akibat dosa yang sebenarnya sering membanggakan diri bahwa mereka memberikan bukti tentang belas kasihan mereka; tetapi mereka sedang menentang dan menghalangi dengan secara langsung pekerjaan Roh Kudus Allah; mereka sedang meninabobokan orang berdosa supaya tetap berdiam di tepi jurang kebinasaan; mereka sedang menjadikan diri mereka sendiri ambil bagian dalam dosanya dan mendatangkan satu tanggung jawab yang mengerikan atas tidak bertobatnya orang itu. Banyak, banyak orang yang telah binasa sebagai akibat dari rasa simpati yang palsu dan menipu itu. SPN 427.1
Nadab dan Abihu tidak akan pernah melakukan dosa yang mematikan itu andaikata mereka tidak lebih dulu membuat diri mereka setengah mabuk oleh karena penggunaan minuman keras yang berlebihan. Mereka mengerti bahwa persiapan-persiapan yang paling saksama dan khidmat perlu diadakan sebelum menghadapkan diri mereka di dalam Kemah Pertemuan, di mana hadirat Ilahi dinyatakan; tetapi dengan tidak bertarak mereka telah menjadi tidak layak bagi tugas mereka yang suci. Pikiran mereka menjadi kacau dan pandangan akhlak mereka digelapkan sehingga mereka tidak dapat melihat perbedaan antara yang suci dan yang biasa: Kepada Harun dan anak-anaknya yang masih hidup telah diberikan amaran: “Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun. Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis, dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa.” Imamat 10:9-11. Penggunaan minuman keras yang berisi alkohol mendatangkan akibat yang melemahkan tubuh, mengacaukan pikiran dan merusakkan akhlak. Itu akan menghalangi manusia sehingga tidak akan dapat menyadari kesucian perkara-perkara yang kudus dan kuasa dari tuntutan Allah yang mengikat. Semua orang yang menempati jabatan dengan tanggung jawab yang suci haruslah orang-orang yang benar-benar bertarak, agar pikiran mereka bisa menjadi terang untuk membedakan yang benar dan yang salah, agar mereka dapat memiliki keteguhan prinsip dan hikmat untuk nenjalankan keadilan dan menunjukkan rahmat. SPN 428.1
Tanggung jawab yang sama ada di atas pundak setiap pengikut Kristus. Rasul Petrus berkata, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” 1 Petrus 2:9. Kita dituntut oleh Allah untuk memelihara setiap kesanggupan kita dalam keadaan yang sebaik-baiknya agar kita dapat memberikan pela- yanan yang berkenan kepada Khalik kita. Bilamana benda-benda yang memabukkan itu digunakan, maka akibat-akibat yang sama akan terjadi sebagaimana halnya dengan imam-imam Israel itu. Hati nurani akan kehilangan kepekaannya terhadap dosa, dan satu proses pengerasan hati terhadap kejahatan pasti akan terjadi, sampai perbedaan makna dari pada yang biasa dan yang suci tidak akan dapat dilihat lagi. Kalau demikian bagaimanakah kita dapat memenuhi ukuran tuntutan Ilahi itu? “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah—dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan hargariya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain. Lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” 1 Korintus 16:19, 20; 10:31. Kepada gereja Kristus di segala zaman diberikan amaran yang khidmat dan menakutkan, “Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” 1 Korintus 3:17. SPN 428.2