Saya terkenang akan Abraham yang setia yang dalam penurutannya akan perintah Ilahi yang diberikan kepadanya dalam suatu khayal pada malam di Bersyeba, mengadakan perjalanan dengan Ishak di sisinya. Ia melihat di hadapannya gunung yang dikatakan Allah kepadanya akan dinyatakan-Nya sebagai tempat ia harus mengorbankan anaknya. NBS 207.4
Dengan tangan gemetar Abraham yang penuh kasih dan belas kasihan mengikat tangan Ishak sebab Allah telah mengatakannya. Anak itu menyerah untuk dikorbankan sebab ia percaya akan ketulusan ayahnya. Tetapi ketika segala sesuatu sudah sedia, ketika iman ayah dan penyerahan anak sudah diuji sepenuhnya, malaikat Allah menahan tangan Abraham yang terangkat yang sudah hampir menyembelih anaknya dan mengatakan kepadanya bahwa hal itu sudah cukup. “Sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” (Kej. 22:12). NBS 208.1
Perbuatan iman di pihak Abraham dicatat untuk kepentingan kita. Diajarkannya kepada kita pelajaran penting tentang keyakinan pada segala tuntutan Allah; meskipun hal itu tampaknya keras dan menyakiti hati; dan diajarkannya kepada anak-anak penyerahan yang sempurna kepada orang tua mereka dan kepada Allah. Oleh penurutan Abraham diajarkan kepada kita bahwa tiada suatu pun terlalu berharga bagi kita untuk diserahkan kepada Allah. NBS 208.2
Ia menyerahkan Anak-Nya untuk hidup merendahkan diri, menyangkal diri, miskin, bekerja berat, dicela, dan menanggung kematian yang menyedihkan di salib. Tetapi tidak ada malaikat membawa kabar yang menggembirakan: “Sudahlah cukup; Engkau tidak usah mati, Anak-Ku yang kekasih.” Serombongan besar malaikat-malaikat menunggu dengan kesedihan, dengan mengharapkan bahwa, sebagaimana halnya dengan Ishak, Allah akan mencegah kematian-Nya yang memalukan itu pada saat terakhir. Tetapi malaikat-malaikat tidak diizinkan membawa pekabaran seperti itu kepada Anak Allah yang kekasih. Penghinaan di ruang pengadilan dan di tengah perjalanan ke Kalvari berjalan terus. Ia diolok-olok, dinista, dan diludahi. Ia menanggung ejekan, hinaan, dan makian dari mereka yang membenci Dia, sampai Ia menundukkan kepalaNya di salib dan mati. NBS 208.3
Adakah bukti lain yang lebih besar tentang kasih Allah yang dapat diberikan-Nya kepada kita selain daripada dalam mengaruniakan Anak-Nya untuk mengalami peristiwa penderitaan ini? Dan sebagaimana pemberian Allah kepada manusia merupakan suatu pemberian cuma-cuma, dan kasih-Nya tidak terbatas, demikian juga tuntutan-Nya atas keyakinan kita, penurutan kita, segenap hati kita, dan kasih sayang kita yang limpah harus pula tidak terbatas seperti itu. Ia menuntut segala perkara yang dapat diberikan oleh manusia. Penyerahan di pihak kita harus seimbang dengan pemberian Allah; hal itu harus sempurna dan tidak kekurangan suatu pun. Kita semua berutang kepada Allah. Segala tuntutan-Nya kepada kita tidak dapat kita penuhi tanpa menyerahkan diri kita sepenuhnya dan dengan kerelaan. Ia menuntut penurutan dengan serta merta dan dengan kerelaan, dan tiada suatu pun yang kurang dari ini akan diterima-Nya. Sekarang kita mempunyai kesempatan untuk mendapat kasih karunia Allah. Tahun ini mungkin merupakan tahun terakhir dalam kehidupan beberapa orang yang membaca seruan ini. Adakah di antara orang-orang muda yang membaca seruan ini yang lebih suka memilih kepelesiran duniawi gantinya damai yang dikaruniakan Kristus kepada mereka yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh dan kepada mereka yang melakukan kehendak-Nya dengan gembira?6 NBS 208.4