Saya telah bertemu dengan orang-orang yang mengaku hidup tanpa dosa. Tetapi bila diuji dengan firman Allah, orang-orang ini didapati secara terang-terangan melanggar hukum-Nya yang suci. Bukti-bukti yang paling nyata dari kekekalan dan tuntutan yang mengikat dari hukum keempat, gagal menggugah kata hati mereka. Mereka tidak dapat menyangkal tuntutan Allah, tetapi berani memaafkan diri sendiri dalam melanggar Sabat. Mereka mengaku suci, dan melayani Allah sepanjang pekan. Banyak orang hidupnya baik-baik, kata mereka, tidak memelihara hari Sabat. Jika orang telah disucikan, mereka tidak lagi di bawah pehukuman walaupun mereka tidak memeliharanya. Allah begitu murah hati untuk menghukum mereka karena tidak memelihara hari ketujuh. Mereka akan dianggap ganjil di antara orang banyak sekiranya mereka menyucikan Sabat, dan tidak akan berpengaruh di dunia. Dan mereka harus tunduk kepada penguasa yang ada. HD 61.2
Seorang wanita di New Hampshire memberi kesaksiannya dalam suatu kumpulan umum, bahwa kasih Allah menguasai hatinya, dan ia sepenuhnya milik Tuhan. Kemudian ia mengungkapkan keyakinannya bahwa orang-orang ini berbuat banyak kebajikan untuk menggugah orang-orang berdosa melihat bahaya mereka. Dikatakannya, “Sabat yang dinyatakan orang ini kepada kita adalah satu-satunya Sabat Kitab Suci”; dan kemudian menyatakan bahwa pikirannya sangat dipengaruhi oleh pelajaran ini. Dia melihat kesukaran besar di hadapannya, yang harus dia hadapi jika dia menyucikan hari ketujuh. Keesokannya ia datang lagi ke kumpulan itu dan kembali memberi kesaksiannya, katanya ia telah bertanya kepada Tuhan apakah ia harus memelihara hari Sabat, dan Dia katakan kepadanya bahwa ia tidak perlu memelihara hari Sabat. Sekarang dia tidak lagi memikirkan masalah itu. Kemudian ia memberikan suatu nasihat yang paling menggugah bagi hati semua orang, yaitu supaya mencari kesempurnaan kasih Yesus, di mana tidak ada lagi pehukuman jiwa. HD 62.1
Wanita ini tidak memiliki penyucian sejati. Bukan Allah yang mengatakan bahwa dia dapat suci walaupun hidup dalam pelanggaran terhadap salah satu dari hukum-hukumnya yang jelas. Hukum Allah adalah suci, dan tak seorang pun boleh melanggarnya dan bebas dari hukuman. Dia yang mengatakan kepadanya bahwa ia boleh terus melanggar hukum Allah dan hidup tanpa dosa ialah raja kegelapan--oknum yang sama yang mengatakan kepada Hawa, melalui sang ular, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (Kej 3:4). Hawa membodohi dirinya dengan berkata bahwa Allah terlalu baik untuk menghukum dia karena melanggar hukum-hukum-Nya. Pemikiran sesat yang sama diajukan oleh banyak orang untuk memaafkan pelanggaran mereka terhadap hukum keempat. Mereka yang memiliki Kristus dalam pikirannya akan memelihara semua hukum Allah, dalam keadaan apa pun. Penguasa surga berkata, “Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku” (Yoh 15:10). HD 62.2
Adam dan Hawa tega hati melanggar tuntutan-tuntutan Tuhan, dan akibat dosa mereka yang mengerikan itu seharusnya sudah satu amaran kepada kita agar tidak mengikuti contoh pelanggaran mereka. Kristus berdoa untuk murid-murid-Nya dengan kata-kata berikut ini: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran” (Yoh 17:17). Tak ada penyucian sejati kecuali melalui penurutan kepada kebenaran. Barangsiapa yang mengasihi Allah dengan segenap hati akan mengasihi juga hukum-hukum-Nya. Penyucian hati sesuai dengan peraturan-peraturan hukum Allah; karena hukum-hukum itu suci, adil dan benar. HD 63.1