Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kaabah Dan Upacara-Upacara

    Pasal ini dialaskan atas Keluaran 25-40; Imamat 4 dan 16.

    Perintah telah disampaikan kepada Musa pada waktu berada di atas gunung bersama Allah, “Maka hendaklah mereka itu memperbuatkan Daku sebuah baitulmukadis, supaya Aku duduk di antara mereka,” dan petunjukpetunjuk yang sepenuhnya telah diberikan untuk mendirikan kaabah itu. Oleh kemurtadan mereka, bangsa Israel telah kehilangan berkat dari Hadirat ilahi, dan untuk jangka waktu yang tertentu mustahil untuk didirikannya sebuah kaabah bagi Allah di antara mereka. Tetapi setelah mereka diperkenankan kembali oleh Sorga, maka pemimpin besar itu menyuruh untuk melaksanakan perintah ilahi.PB1 360.1

    Orang-orang yang dikaruniai Allah dengan keahlian dan hikmat telah dipilih untuk mendirikan bangunan yang suci itu. Allah Sendiri telah memberikan kepada Musa rencana bangunan itu, dengan petunjuk-petunjuk yang terperinci tentang ukuran dan bentuknya, bahan-bahan yang harus digunakan dan setiap perkakas yang harus ada di dalamnya. Tempattempat yang suci yang dibuat oleh tangan manusia ini harus menjadi “gambaran daripada yang sebenarnya,” “lambang daripada perkara-perkara yang di sorga,” (Ibrani 9:24, 23)—satu penampilan dalam bentuk kecil dari kaabah sorga dimana Kristus, Imam Besar kita, setelah mempersembahkan hidupNya sebagai satu korban, akan melayani demi untuk orang yang berdosa. Allah menunjukkan kepada Musa di atas gunung itu satu penglihatan akan kaabah sorga, dan memerintahkannya untuk membuat segala sesuatunya sesuai dengan pola yang ditunjukkan kepadanya. Segala petunjuk-petunjuk ini dengan seksama dicatat oleh Musa, yang kemudian telah menyampaikannya kepada pemimpin-pemimpin bangsa itu.PB1 360.2

    Untuk pembangunan kaabah itu persiapan-persiapan yang mahal dan banyak diperlukan, bahan-bahan yang paling mahal dan berharga dalam jumlah yang besar harus disediakan; namun demikian Tuhan hanya menerima persembahan sukarela. “Daripada segala orang yang memberikan dengan ridla hatinya hendaklah kau ambilkan Aku persembahan tatangan itu,” adalah perintah ilahi yang diulangi, oleh Musa kepada perhimpunan itu. Penyerahan kepada Aliah dan satu roh pengorbanan adalah syarat-syarat pertama dalam mempersiapkan satu tempat tinggal bagi Yang Mahatinggi.PB1 360.3

    Semua orang dengan serentak memberikan jawabnya. “Lalu datanglah segala orang yang ada gerakan hatinya dan masing-masing orang yang ridla hatinya, dibawanya persembahan tatangan kepada Tuhan akan perbuatan kemah perhimpunan dan akan segala pekerjaannya dan akan pakaian yang suci. Maka datanglah baik orang laki-laki baik orang perempuan, semua dengan ridla hatinya, dibawanya akan gelang dan subang dan cincin dan kerungsang, semuanya perhiasan emas, demikianpun segala orang laki-laki yang mempersembahkan suatu persembahan timangan daripada emas kepada Tuhan.”PB1 361.1

    “Dan oleh segala orang yang didapatinya padanya benang biru laut atau ungu atau kirmizi atau bisus atau bulu kambing atau kulit domba jantan celupan merah atau kulit gajah mina, dibawanya juga akan dia. Adapun barangsiapa yang membawa suatu persembahan tatangan daripada perak atau tembaga, maka dibawanya akan persembahan tatangan bagi Tuhan, dan barangsiapa yang didapatinya padanya kayu penaga, maka dibawanya akan pekerjaan khidmat itu.”PB1 361.2

    “Maka segala orang perempuan yang berbudi hatinya itupun memintal dengan tangannya, lalu dibawanya akan barang yang terpintal itu, biru laut dan ungu dan kirmizi warnanya dan bisus. Dan segala orang perempuan yang cukup bijak dan pandai bagi yang demikian, ia itu memintal bulu kambing.”PB1 361.3

    “Maka oleh segala penghulu dibawa akan permata unam dan permata pertatahan akan efod dan akan perhiasan dada itu, dan rempah-rempah dan minyak akan pelita dan akan minyak siraman dan akan dupa daripada rempah-rempah yang harum baunya.” Keluaran 35:21-28.PB1 361.4

    Sementara pembangunan kaabah itu sedang berlangsung, orang banyak itu, tua dan muda—laki-laki, perempuan dan anak-anak—tetap memberikan persembahan mereka, sampai mereka yang mengawasi pekerjaan itu mendapati bahwa jumlah pemberian itu sudah cukup, bahkan melebihi daripada apa yang dapat mereka gunakan. Dan Musa menyuruh untuk mengumumkan ke seluruh perhimpunan itu, “Baik orang laki-laki baik orang perempuan, jangan lagi susah akan membawa persembahan tatangan kepada tempat yang suci itu! Maka demikianlah orang banyak itu ditahani daripada membawa akan dia lagi.” Persungutan bangsa Israel dan diturunkannya hukuman Allah oleh sebab dosa-dosa mereka telah dicatat sebagai satu amaran kepada generasi-generasi mendatang. Dan pengabdian, semangat dan kedermawanan hati mereka, adalah satu teladan yang patut untuk dicontoh. Semua orang yang mengasihi perbaktian kepada Allah dan menghargai berkat hadiratNya yang suci akan menyatakan roh pengorbanan yang sama dalam menyediakan satu rumah dimana Ia dapat bertemu dengan mereka. Mereka mau membawa kepada Tuhan satu persembahan yang terbaik yang mereka miliki. Sebuah rumah yang dibangun bagi Allah janganlah dibiarkan dalam keadaan berhutang olehkarena dengan cara itu Ia dihinakan. Satu jumlah yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan itu harus diberikan dengan sukarela, agar pekerja-pekerja itu dapat juga berkata, seperti pembangun-pembangun kaabah itu, “Jangan bawa lagi persembahan.”PB1 361.5

    Kaabah itu dibuat sedemikian rupa bentuknya sehingga itu dapat dipisah-pisahkan bagian-bagiannya dan dapat dibawa oleh bangsa Israel dalam perjalanan mereka. Oleh sebab itu ukurannya kecil, panjangnya tidak lebih dari lima puluh lima kaki, lebar dan tingginya masing-masing delapan belas kaki. Tetapi itu merupakan satu bangunan yang megah. Kayu yang digunakan untuk bangunan ini dan perkakasnya adalah kayu pohon penaga, yang lebih tahan terhadap kebusukan dibandingkan dengan kayu-kayu lain yang dapat diperoleh di Sinai. Dinding-dindingnya terdiri dari papan yang tegak lurus, yang didirikan di atas alas kakinya yang terbuat dari perak, dan dikokohkan oleh tiang-tiang dan kayu-kayu palang yang menghubungkan satu dengan yang lainnya; dan semuanya ini harus dilapisi dengan mas, sehingga bangunan itu akan kelihatan seperti seluruhnya terbuat dari mas. Atapnya dibuat dari empat lapis kain, yang paling dalam terbuat dari “kain lenan halus yang dipintal benangnya dan yang berwarna biru laut, ungu dan kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli-ahli tenun,” ketiga lapisan lainnya berturut-turut adalah yang terbuat dari bulu kambing, dari kulit domba jantan yang diwarnai merah dan kulit singa laut, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan perlindungan yang sempurna.PB1 362.1

    Bangunan itu dibagi menjadi dua ruangan oleh sehelai tirai yang indah dan mahal, yang digantungkan kepada tiang-tiang yang berlapis mas; dan satu tirai yang sama menutup pintu masuk ke ruangan yang pertama. Semuanya ini, seperti penutup-penutup yang di bagian dalam yaitu langitlangitnya, haruslah diberi corak warna yang paling indah, biru ungu dan darah kirmizi, yang diatur dengan indah, dan juga gambar-gambar kerubiun yang terbuat dari benang mas dianyamkan ke tirai itu untuk menggambarkan bala tentara malaikat yang berhubungan dengan pekerjaan kaabah sorga, dan yang juga merupakan roh-roh yang melayani kepada umat Allah di dunia ini.PB1 362.2

    Kemah suci ini ditempatkan di atas satu lapangan yang terbuka yang disebut halaman, yang dikelilingi oleh helaian-helaian kain halus yang bergantung pada tiang tembaga. Pintu masuk ke halaman ini ada di sebelah timur. Ini ditutupi oleh tirai-tirai yang terbuat dari bahan-bahan yang mahal buatan orang ahli, sekalipun tidak seindah seperti yang ada di dalam kaabah itu. Olehkarena tinggi tirai-tirai yang menutupi halaman kaabah itu hanya setengahnya saja daripada tinggi dinding-dinding kaabah, maka bangunan kaabah itu dengan jelas dapat dilihat oleh orang banyak dari luar. Di dalam halaman kaabah itu, dekat sekali dengan pintu masuk, terdapat mezbah korban bakaran yang terbuat dari tembaga. Di atas mezbah ini dibakar segala korban-korban itu oleh api bagi Tuhan dan tanduknya dipercik oleh darah tebusan itu. Di antara mezbah dan pintu kaabah itu terdapat sebuah bejana kuningan yang terbuat dari cermin yang telah diberikan oleh kaum wanita Israel sebagai persembahan sukarela. Pada bejana ini imam-imam harus membasuh tangan dan kaki mereka apabila mereka masuk ke dalam ruangan-ruangan yang suci itu, atau pergi ke mezbah untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.PB1 363.1

    Di dalam ruangan yang pertama, attau ruangan yang suci, terdapat meja roti sajian, kaki dian dan mezbah pedupaan. Meja roti sajian ada di sebelah utara. Dengan mahkota hiasannya meja ini dilapisi oleh mas murni. Di atas meja ini imam tiap hari Sabat harus menaruh dua belas potong roti yang disusun dalam dua baris, dan dipercik dengan kemenyan. Roti-roti yang diambil dari meja ini oleh karena dianggap suci harus dimakan oleh imamimam. Di sebelah selatan terdapat kaki dian yang bercabang tujuh dengan ketujuh lampunya. Cabang-cabangnya dihiasi dengan bunga yang dibuat dengan indah sekali menyerupai bunga badam dan seluruhnya terbuat dari satu batang mas. Olehkarena kaabah itu tidak berjendela maka lampulampu ini tidak pernah dipadamkan semuanya pada waktu yang sama, tetapi memancarkan terangnya siang dan malam. Tepat di hadapan tirai yang memisahkan ruangan yang suci dengan ruangan yang maha suci dan dekat sekali dengan hadirat Allah terdapat mezbah pedupaan yang terbuat dari mas. Di atas mezbah ini imam harus membakar kemenyan setiap pagi dan petang, tanduk-tanduknya harus diolesi dengan darah korban karena dosa, dan itu akan dipercik dengan darah pada hari Grafirat yang besar. Api di atas mezbah ini dinyalakan oleh Allah sendiri dan dianggap suci. Siang dan malam pedupaan yang suci ini menyebarkan bau yang harum semerbak ke seluruh ruangan-ruangan suci itu dan juga keluar, jauh di sekeliling kaabah itu.PB1 363.2

    Di balik tirai yang di sebelah dalam itu terdapat ruangan yang maha suci, dimana terpusat semua upacara penebusan dan pengantaraan yang bersifat simbolis itu, dan yang menjadi mata rantai penghubung antara sorga dan dunia. Di dalam ruangan ini terdapat peti perjanjian, sebuah peti yang terbuat dari kayu penaga, luar dan dalamnya dilapisi emas, dan di atasnya terdapat mahkota emas. Itu dibuat untuk menjadi tempat menyimpan kedua loh batu, di atas mana Tuhan sendiri telah menuliskan Hukum Sepuluh. Oleh sebab itu peti ini disebut peti wasiat Allah atau peti perjanjian, olehkarena Hukum Sepuluh itu adalah dasar daripada perjanjian yang diadakan antara Allah dan Israel.PB1 364.1

    Penutup peti yang suci ini disebut tutupan grafirat. Ini dibuat dari satu mas batangan dan di atasnya terdapat kerubiun keemasan, masing-masing berdiri di ujung-ujungnya. Satu sayap dari masing-masingnya terjulur ke atas sementara sayap yang lain terlipat pada tubuhnya (lihat Yehezkiel 1:11) sebagai tanda hormat dan rendah hati. Letak kerubiun ini, dengan muka yang saling berhadapan, dan memandang ke bawah dengan penuh hormat kepada peti perjanjian itu, menggambarkan sikap hormat oleh mana segenap penghuni sorga memandang kepada hukum Allah dan perhatian mereka di dalam rencana penebusan itu.PB1 364.2

    Di atas tutupan grafirat itu terdapat Shekinah, pernyataan daripada Hadirat ilahi; dan dari antara kerubiun ini Allah menyatakan kehendakNya. Pesan-pesan ilahi kadang-kadang disampaikan kepada imam besar oleh satu suara dari awan. Kadang-kadang seberkas cahaya terpancar ke atas malaikat yang di sebelah kanan yang mengertikan persetujuan atau penerimaan, atau segumpal awan turun ke atas malaikat yang di sebelah kiri yang menyatakan tidak setuju atau penolakan.PB1 364.3

    Hukum Allah yang disimpan di dalam peti itu adalah undang-undang yang besar dari kebenaran dan pehukuman. Hukum itu menuntut hukuman mati terhadap orang-orang yang melanggar; tetapi di atas hukum itu terdapat tutupan grafirat, di atas mana hadirat Allah dinyatakan dan dari mana, oleh jasa penebusan, keampunan diberikan kepada orang berdosa yang bertobat. Dengan demikian, di dalam pekerjaan Kristus bagi penebusan kita, yang dilambangkan oleh upacara-upacara kaabah ini, “kemurahan dan kebenaran akan bertemu bersama-sama, maka adalat dan salam akan bercium-ciuman.” Mazmur 85:11.PB1 364.4

    Tidak ada bahasa yang dapat menggambarkan kemuliaan daripada pemandangan yang ditampilkan di dalam kaabah—dinding-dinding yang dilapisi emas. memantulkan terang dari kaki dian emas itu, warna-warna yang cemerlang dari tirai-tirai yang dihias dengan megahnya dengan malaikatmalaikatnya yang berkilauan, meja itu, mezbah pedupaan, yang berkilauan dengan mas; di balik tirai yang kedua, tabut perjanjian itu dengan kerubiun yang mistik dan di atasnya Shekinah yang suci, pernyataan hadirat Tuhan yang kelihatan; semuanya ini hanyalah merupakan pantulan yang samar daripada kemuliaan kaabah Allah yang di sorga, pusat pekerjaan penebusan manusia.PB1 364.5

    Satu jangka waktu kurang lebih setengah tahun telah digunakan untuk mendirikan kaabah ini. Setelah selesai, Musa memeriksa semua pekerjaan pembangun-pembangun itu, sambil membandingkannya dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung, dan dengan petunjuk-petunjuk yang ia terima dari Allah. “Sebagaimana yang Allah telah perintahkan, begitulah mereka telah melaksanakannya: dan Musapun memberkati mereka.” Dengan perhatian yang dalam bangsa Israel berhimpun di sekelilingnya untuk melihat bangunan yang suci itu. Sementara mereka sedang merenung-renungkan pemandangan itu dengan penuh kepuasan yang disertai rasa hormat, tiang awan itu terbang ke atas kaabah itu dan kemudian turun menyelimutinya. “Dan kemuliaan Tuhan memenuhi kaabah itu.” Keagungan ilahi dinyatakan pada waktu itu, dan untuk sementara waktu Musa sekalipun tidak dapat memasukinya. Dengan luapan perasaan yang dalam bangsa itu melihat tanda bahwa pekerjaan tangan mereka itu telah diterima. Saat itu tidak terdengar pernyataan kegembiraan yang ribut. Satu suasana khidmat mencengkam semua orang. Tetapi kegembiraan hati mereka meluap dalam air mata kesukaan, dan dengan suara yang rendah berbisik-bisik mengucapkan syukur bahwa Allah telah turun untuk tinggal bersama mereka.PB1 365.1

    Oleh petunjuk ilahi suku bangsa Lewi telah diasingkan untuk melayani upacara-upacara kaabah. Pada zaman dulu setiap orang laki-laki adalah imam rumah tangganya. Pada zaman Ibrahim keimamatan dianggap sebagai hak sulung anak laki-laki yang tertua. Sekarang, gantinya anak sulung bangsa Israel itu, Tuhan menerima suku Lewi untuk pekerjaan kaabah. Oleh kehormatan yang nyata ini Ia menyatakan persetujuanNya terhadap kesetiaan mereka, baik dalam kesetiaan dalam pelayanannya, dan juga dalam melaksanakan hukumanNya pada waktu Israel murtad di dalam penyembahan terhadap patung emas anak lembu itu. Namun demikian, keimamatan dibatasi kepada keluarga Harun saja. Harun dan anak lelakinya saja yang diizinkan untuk melayani di hadapan Tuhan; suku-suku yang lainnya diberi tugas untuk mengawasi kaabah dan perkakas-perkakasnya, dan mereka harus mendampingi imam-imam di dalam pelayanan mereka, tetapi orang-orang Lewi ini tidak boleh mempersembahkan korban, membakar kemenyan, atau melihat kepada benda-benda yang suci itu sampai semuanya ditutupi.PB1 365.2

    Sesuai dengan tugas mereka, satu jubah yang khusus telah ditentukan bagi imam-imam ini. “Engkau harus membuat jubah yang suci bagi Harun saudaramu, sebagai perhiasan kemuliaan,” adalah perintah ilahi kepada Musa. Jubah imam biasa harus terbuat dari kain lenan putih dan yang ditenun jadi satu helai. Itu harus menjulur hampir mengenai kakinya dan di dekat pinggangnya diikat oleh ikat pinggang yang terbuat dari kain lenan putih yang dibubuhi dengan warna biru, ungu dan merah. Satu serban yang terbuat dari kain lenan putih merupakan pelengkap daripada pakaian luarnya. Musa di dekat belukar yang menyala itu telah diperintahkan untuk membuka sepatunya, olehkarena tempat dimana ia berdiri itu suci adanya. Demikian pula imam-imam tidak boleh memasuki kaabah itu dengan kaki yang bersepatu. Debu yang melekat kepada sepatu itu akan menajiskan tempat yang suci. Mereka harus meninggalkan sepatu itu di halaman kaabah sebelum memasukinya, dan juga harus membasuh tangan dan kaki mereka sebelum melayani di dalam kaabah atau pada mezbah korban bakaran. Dengan demikian pelajaran senantiasa diajarkan bahwa segala kenajisan harus dibuangkan dari mereka yang akan datang ke hadirat Allah.PB1 366.1

    Jubah imam besar terbuat dari bahan yang mahal dan buatan orang yang ahli, sesuai dengan kedudukannya yang tinggi. Sebagai tambahan kepada pakaian lenan imam biasa, ia memakai satu jubah biru yang juga ditenun jadi satu helai. Sekeliling jubah itu dihiasi dengan giring-giring emas dan buah delima yang berwarna biru, ungu dan merah kirmizi. Di bagian luar jubah itu terdapat baju efod, satu jubah yang lebih pendek terbuat dari emas, berwarna biru, ungu dan merah kirmizi. Dan itu diikat oleh sebuah ikat pinggang yang sama warnanya dan dibuat dengan indah sekali. Baju efod itu tidak berlengan, dan di atas sulaman emas di bagian bahunya dilekatkan dua buah batu permata krisopras yang di atasnya terukir nama-nama daripada kedua belas suku bangsa Israel.PB1 366.2

    Di atas efod itu terdapat tutup dada, yang paling suci di antara semua pakaian keimamatan itu. Ini terbuat dari bahan yang sama seperti efod. Bentuknya empat segi, panjangnya satu jengkal dan tergantung dari bahunya oleh seutas tali berwarna biru yang diikatkan pada gelang-gelang emas. Pinggirnya ditatah dengan bermacam-macam batu permata, sama dengan yang membentuk kedua belas dasar Kota Allah. Pada tutup dada ini terdapat dua belas batu permata yang diikat oleh mas, diatur dalam empat jajar dan, seperti batu-batu permata yang ada di atas bahunya, pada tiap-tiap permata diukirkan nama masing-masing suku bangsa itu. Perintah Tuhan adalah, “Demikianlah akan dipakai oleh Harun akan nama-nama bani Israel di atas hatinya, di dalam perhiasan dada hukum, apabila masuklah ia ke dalam tempat yang suci, akan suatu peringatan pada sediakala di hadapan Tuhan.” Keluaran 28:29. Demikian juga Kristus, Imam Besar yang agung itu, yang menghadapkan darahNya kepada Bapa demi orang berdosa, membawa di atas jantungNya nama-nama setiap orang yang bertobat dan percaya. Kata pemazmur, “Sungguhpun aku teraniaya dan miskin, tetapi Tuhan juga yang menilik akan daku!” Mazmur 40:18.PB1 366.3

    Di sebelah kanan dan kiri tutup dada itu terdapat dua batu permata yang besar dan amat berkilauan. Batu-batu itu dikenal dengan nama Urim dan Tumim. Oleh kedua batu ini kehendak Allah diberitahukan melalui imam besar. Apabila pertanyaan-pertanyaan dikemukakan untuk memperoleh keputusan di hadapan Tuhan, seberkas cahaya yang melingkari batu permata yang di sebelah kanan menandakan persetujuan ilahi, sedangkan segumpal awan yang menyelimuti batu yang di sebelah kiri adalah bukti penyangkalan atau penolakan.PB1 367.1

    Tutup kepala imam besar terdiri dari serban lenan putih, ke atasnya dilekatkan oleh seutas tali yang berwarna biru, sebuah patam dari emas yang bertuliskan, “Kesucian bagi Tuhan.” Segala sesuatu yang berhubungan dengan perhiasan dan pembawaan imam-imam haruslah sedemikian rupa sehingga akan memberi kesan orang-orang yang melihatnya dengan satu perasaan akan kesucian Allah, kesucian daripada perbaktianNya, dan kesucian yang dituntut dari mereka yang datang ke hadiratNya.PB1 367.2

    Bukan hanya kaabah itu sendiri, tetapi juga pelayanan-pelayanan imamimam, haruslah “merupakan gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga.” Ibrani 8:5. Dengan demikian itu merupakan satu hal yang amat penting; dan Tuhan, melalui Musa, telah memberikan petunjuk tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara-upacara simbolis ini. Upacara kaabah itu terdiri dari dua bahagian, upacara harian dan upacara tahunan. Upacara harian dilaksanakan di mezbah korban bakaran di halaman kaabah dan di dalam ruangan yang suci; sedangkan upacara tahunan diadakan di dalam ruangan yang maha suci.PB1 367.3

    Tidak ada seorangpun dari antara manusia yang fana, kecuali imam besar itu, yang boleh melihat ke ruangan yang maha suci kaabah itu. Hanya sekali setahun imam itu dapat masuk ke dalamnya, dan itupun setelah mengadakan persiapan yang seksama dan khidmat. Dengan gemetar ia akan masuk untuk menghadap Allah, dan dengan penuh hormat dan tenang orang banyak itu menunggu dia kembali, hati mereka terangkat dalam doa yang sungguh memohon berkat ilahi. Di hadapan tutupan grafirat itu imam besar mengadakan tebusan bagi Israel; dan di dalam awan kemuliaan, Allah bertemu dengan dia. Tinggalnya dia di tempat itu apabila melebihi waktu yang biasa akan menggentarkan hatinya, kalau- kalau oleh sebab dosa mereka atau dosanya sendiri ia akan dibinasakan oleh kemuliaan Tuhan.PB1 367.4

    Upacara harian terdiri dari upacara korban bakaran pagi dan petang, persembahan kemenyan yang harum di atas mezbah keemasan dan persembahan khusus bagi dosa-dosa pribadi. Dan ada juga persembahan bagi hari-hari Sabat, bulan baru dan hari-hari raya istimewa.PB1 368.1

    Setiap pagi dan petang seekor anak domba yang berumur satu tahun dibakar di atas mezbah, dagingnya dipersembahkan dengan sepatutnya, dengan demikian melambangkan penyerahan harian dari bangsa itu kepada Tuhan, dan ketergantungan mereka yang tetap kepada darah Kristus yang menebus. Allah dengan nyata memerintahkan agar setiap korban yang dipersembahkan bagi upacara kaabah haruslah “tanpa cacat cela.” Keluaran 12:5. Imam-imam harus memeriksa semua binatang yang dibawa sebagai satu korban dan harus menolak binatang yang ada cacatnya. Hanya satu korban yang “tanpa cacat cela?’ dapat menjadi satu lambang daripada kesucianNya yang sempurna yang akan menyerahkan diriNya sebagai “seekor Anak domba tanpa cacat dan tanpa cela.” 1 Petrus 1:19. Rasul Paulus menunjuk kepada korban-korban ini sebagai satu gambaran tentang bagaimana seharusnya hidup pengikut-pengikut Kristus itu. Ia berkata, “Aku mintalah kamu, oleh sebab segala rahmat Allah, mempersembahkan tubuhmu menjadi korban yang hidup lagi kudus dan yang berkenan kepada Allah, maka itulah ibadatmu yang patut.” Rom 12:1. Kita harus menyerahkan diri kita kepada pelayanan akan Allah dan kita harus berusaha untuk menjadikan persembahan itu sesempurna-sempurnanya. Allah tidak merasa senang terhadap segala sesuatu yang kurang dari yang terbaik yang dapat kita berikan. Mereka yang mengasihi Dia dengan segenap hatinya akan mau memberikan kepadaNya pelayanan hidup yang terbaik, dan mereka akan tetap berusaha untuk membawakan hidupnya selaras dengan hukum-hukum yang akan menambah kesanggupan mereka untuk melakukan kehendakNya.PB1 368.2

    Di dalam mempersembahkan kemenyan imam dibawa kepada hubungan yang lebih dekat lagi dengan hadirat Allah daripada dalam pekerjaan lainnya sehubungan dengan upacara harian itu. Olehkarena tirai yang lebih ke dalam di kaabah itu tidaklah sampai ke langit-langitnya, maka kemuliaan Allah, yang dinyatakan di atas tutupan grafirat itu, dapat terlihat sebagian dari ruangan yang pertama. Bilamana imam itu mempersembahkan kemenyan di hadapan Tuhan, ia memandang kepada peti perjanjian itu; dan apabila asap kemenyan itu naik, kemuliaan ilahi turun ke atas tutupan grafirat dan memenuhi ruangan yang maha suci dan sering memenuhi kedua ruangan itu sedemikian rupa sehingga imam itu diharuskan mundur sampai ke pintu kaabah. Sebagaimana di dalam upacara simbolis itu imam memandang dengan iman kepada tutupan grafirat yang tidak dapat dilihatnya, demikian pula umat Allah sekarang harus mengangkat doa mereka kepada Kristus, Imam Besar mereka yang agung, yang tidak terlihat kepada pandangan manusia, sedang memohon demi untuk mereka di dalam kaabah yang di sorga.PB1 368.3

    Dupa yang naik bersama-sama dengan doa orang Israel, menggambarkan jasa dan pengantaraan Kristus, kebenaranNya yang sempurna, yang melalui iman dihisabkan kepada umatNya, yang olehnya saja dapat menjadikan perbaktian manusia yang berdosa dapat berkenan di hadapan Allah. Di hadapan tirai ruangan yang maha suci itu terdapat sebuah mezbah pengantaraan yang terus-menerus. Oleh darah dan kemenyan Allah harus didekati—lambang-lambang yang menunjuk kepada Pengantara yang agung itu, melalui mana orang-orang berdosa bisa datang dekat kepada Tuhan, dan melalui Dia sendiri sajalah rahmat dan keselamatan dapat diberikan kepada orang yang percaya dan bertobat.PB1 369.1

    Sementara imam-imam itu pada waktu pagi dan petang memasuki ruangan yang suci pada saat mempersembahkan kemenyan, korban-korban harian disiapkan untuk dipersembahkan di atas mezbah yang terdapat di halaman kaabah. Ini merupakan satu waktu yang amat menarik kepada orang-orang yang sedang berbakti yang berhimpun di sekeliling kaabah itu. Sebelum memasuki hadirat Allah melalui pekerjaan imam itu, mereka harus lebih dulu memeriksa hati mereka dengan sungguh-sungguh dan mengakui dosa-dosa. Mereka bersatu dalam doa dalam hati, dengan wajah mereka tertuju kepada ruangan yang suci. Dengan demikian permohonan mereka naik bersama-sama dengan asap dupa itu, sementara iman mereka berpegang kepada jasa-jasa Juruselamat yang dijanjikan itu yang dilambangkan oleh korban penebusan. Jam-jam yang ditetapkan untuk korban pagi dan petang harus dianggap suci, dan semuanya itu harus dijaga sebagai waktu yang telah ditetapkan bagi perbaktian di antara segenap bangsa Yahudi. Dan apabila pada masa mendatang bangsa Yahudi dicerai-beraikan sebagai orang-orang tawanan di negeri-negeri yang jauh, mereka tetap pada jam yang ditentukan itu memalingkan wajah mereka ke arah Yerusalem dan menghadapkan permohonan mereka kepada Allah orang Israel. Dalam adat kebiasaan ini orang Kristen mempunyai satu contoh untuk kebaktian pagi dan petang. Sementara Allah menghukumkan upacara kebaktian yang sekedar rupa saja, tanpa roh kebaktian, Ia memandang dengan penuh kesukaan terhadap mereka yang mengasihi Dia, yang setiap pagi dan petang mencari keampunan dosa-dosa yang diperbuatnya, dan menghadapkan permohonan mereka untuk memperoleh berkat-berkat yang diperlukan.PB1 369.2

    Roti sajian selalu diletakkan di hadapan Tuhan sebagai satu persembahan yang terus-menerus. Dengan demikian itu merupakan sebagian upacara harian. Itu disebut roti pertunjukan, atau “roti kehadiran” olehkarena itu senantiasa ada di hadapan wajah Tuhan. Itu merupakan satu pengakuan bahwa manusia bergantung kepada Allah baik untuk makanan rohani ataupun jasmani, dan itu diterima hanyalah melalui pengantaraan Kristus. Allah telah memberi makan Israel di padang belantara dengan roti dari sorga, dan mereka masih tetap bergantung kepada kebajikanNya, baik untuk makanan jasmani ataupun berkat-berkat rohani. Baik manna atau roti sajian itu menunjuk kepada Kristus, Roti hidup itu, yang senantiasa berada di hadirat Allah demi kita. Ia sendiri berkata, “Akulah Roti hidup yang turun dari sorga.” Yohanes 6:48-51. Kemenyan dibubuhkan ke atas roti itu. Apabila setiap Sabat roti itu diangkat, diganti dengan roti yang baru, kemenyan itu dibakar di atas mezbah sebagai satu peringatan di hadapan Allah.PB1 370.1

    Bahagian yang paling penting dari upacara harian itu adalah pekeijaan yang diadakan untuk pribadi-pribadi orang Israel. Orang berdosa yang bertobat membawa persembahannya ke pintu kaabah, dan sambil meletakkan tangannya ke atas kepala korban itu, ia mengaku dosa-dosanya, dengan demikian secara simbolis memindahkan dosanya dari dirinya kepada korban yang tidak bersalah itu. Kemudian oleh tangannya sendiri binatang itu disembelih, dan darahnya dibawa oleh imam itu ke dalam ruangan yang suci, dan memercikkannya di hadapan tirai, yang di bagian belakangnya terdapat peti yang berisi hukum yang telah dilanggar oleh orang berdosa itu. Oleh upacara ini dosa, melalui darah itu, dipindahkan secara simbolis kepada kaabah. Di dalam beberapa masalah darah itu tidak dibawa ke ruangan yang suci; tetapi dagingnya harus dimakan oleh imam itu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Musa kepada anak-anak Harun, sambil berkata, “Allah telah memberikannya kepadamu supaya ditanggung olehmu akan kesalahan orang banyak itu.” Imamat 10:17. Kedua upacara ini sama-sama melambangkan pemindahan dosa dari orang yang berdosa ke kaabah.PB1 370.2

    Demikianlah pekerjaan yang berlangsung hari demi hari sepanjang tahun. Dosa-dosa orang Israel dipindahkan ke kaabah dengan cara demikian, sehingga ruangan yang suci itu dinodai, dan satu pekeijaan yang khusus diperlukan untuk memindahkan dosa-dosa itu. Allah memerintahkan agar satu penebusan diadakan untuk masing-masing ruangan yang suci itu, demikian juga untuk mezbah itu, untuk “membersihkannya dan menyucikannya daripada segala kenajisan orang Israel.” Imamat 16:19.PB1 370.3

    Sekali setahun, pada Hari Grafirat yang besar, imam itu memasuki ruangan yang maha suci untuk membersihkan kaabah. Pekerjaan yang dilaksanakan di tempat itu melengkapkan pekerjaan yang telah diadakan sepanjang tahun.PB1 370.4

    Pada hari Grafirat dua ekor kambing dibawa ke pintu kaabah dan kemudian ia membuang undi atas kedua ekor kambing itu, “sebuah undi bagi Tuhan, sebuah undi lagi bagi Azazel.” Kambing yang untuk Tuhan harus disembelih sebagai satu korban karena dosa orang banyak. Dan imam itu harus membawa darahnya melalui tirai itu dan memercikkannya di atas tutupan grafirat. “Demikianlah diadakannya grafirat atas tempat yang suci itu sebab najasat segala bani Israel dan sebab segala kesalahannya dan sebab segala dosanya dan demikianpun hendaklah diperbuatnya akan kemah perhimpunan itu yang diam serta mereka itu di tengah-tengah segala najasatnya.” Imamat 16:16.PB1 371.1

    “Maka hendaklah ditumpangkan Harun kedua belah tangannya pada kepala kambing jantan yang hidup itu dan di atasnya ia akan mengaku segala durhaka bani Israel, segala dosanya dan menanggungkan dia di atas kepala kambing jantan itu, lalu hendaklah disuruhnya orang, yang ditentukan bagi yang demikian, membawa kambing itu pergi ke gurun.” Imamat 16:21. Sebelum kambing itu dilepaskan ke gurun orang banyak belum menganggap bahwa diri mereka telah bebas dari beban dosa mereka. Setiap orang harus memeriksa diri sementara pekerjaan penebusan ini sedang berlangsung. Segala urusan pekerjaan harus ditinggalkan dan seluruh perhimpunan Israel harus menggunakan hari itu untuk merendahkan diri dengan penuh khidmat di hadapan Allah, dengan disertai doa, puasa dan penyelidikan hati yang sungguh-sungguh.PB1 371.2

    Kebenaran-kebenaran yang penting sehubungan dengan penebusan diajarkan kepada orang banyak melalui upacara tahunan. Di dalam korbankorban karena dosa yang dipersembahkan sepanjang tahun, satu pengganti bagi dirinya telah diterima; tetapi darah korban itu belum mengadakan penebusan yang sepenuhnya bagi dosa itu. Itu baru menyediakan satu alat oleh mana dosa dipindahkan ke kaabah. Oleh mempersembahkan darah, orang berdosa mengakui wewenang hukum, mengakui kesalahan pelanggarannya, dan menyatakan imannya kepada Dia yang harus mengangkat dosa dunia ini; tetapi ia belum dibebaskan sama sekali dari tuntutan hukum itu. Pada Hari Grafirat, imam besar itu, setelah membawa korban bagi perhimpunan itu, pergi ke ruangan yang mahasuci dengan membawa darah dan memercikkannya ke atas tutupan grafirat, yang ada di atas loh batu hukum itu. Dengan demikian tuntutan hukum itu, yang menuntut nyawa orang berdosa, telah dipenuhi. Kemudian dalam peranannya sebagai pengantara, imam itu memindahkan dosa itu kepada dirinya sendiri dan sambil meninggalkan kaabah itu ia membawa beban dosa Israel. Di pintu kaabah ia meletakkan tangannya ke atas kepala kambing yang hidup itu dan mengadakan pengakuan “segala kesalahan Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu’ ke atas kepala kambing jantan itu.” Dan apabila kambing yang menanggung dosa ini dilepaskan ke gurun, dosa-dosa itu tertanggung ke atas dirinya dan untuk selama-lamanya terpisah dari orang banyak itu. Demikianlah pekerjaan yang dilakukan “untuk menjadi gambaran dan bayangan daripada apa yang ada di sorga.” Ibrani 8:5.PB1 371.3

    Seperti telah dikatakan, kaabah yang ada di dunia ini didirikan oleh Musa sesuai dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung. Itu adalah “satu kiasan masa sekarang, dimana telah dipersembahkan baik persembahan-persembahan dan korban-korban,” kedua ruangan yang suci itu adalah “Lambang daripada apa yang ada di sorga;” Kristus, Imam Besar kita, adalah “seorang yang melayani di dalam kaabah yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.” Ibrani 9:9, 23; 8:2. Apabila di dalam khayal rasul Yohanes diijinkan untuk melihat ke dalam kaabah Allah di sorga, ia melihat di sana “tujuh pelita yang menyala di hadapan tahta.” Ia melihat seorang malaikat “memegang pedupaan emas, maka dikaruniakannyalah kepadanya banyak kemenyan, supaya ia dapat mempersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang suci di atas mezbah emas yang ada di hadapan tahta itu.” Wahyu 4:5; 8:3. Di sini nabi diijinkan untuk melihat ruangan yang pertama dari kaabah di sorga; dan ia melihat di sana “ketujuh pelita itu” dan “mezbah emas” yang dilambangkan oleh kak’ dian emas dan mezbah pedupaan di dalam kaabah di dunia. Kembaii “kaabah Allah terbuka” (Wahyu 11:19), dan ia melihat ke dalam tirai yang lebih ke dalam, yaitu kepada ruangan yang maha suci. Di sini ia melihat “tabut Perjanjian Allah” (Wahyu 11:19), yang dilambangkan oleh peti yang suci yang diperbuat oleh Musa untuk menjadi tempat menyimpan hukum Allah.PB1 372.1

    Musa telah membuat kaabah duniawi, “sesuai dengan pola yang ia telah lihat.” Paulus menyatakan bahwa “kaabah dan segala perkakas untuk ibadah itu,” bilamana disempurnakan, merupakan “gambaran daripada apa yang ada di sorga.” Kisah 7:44; Ibrani 9:21, 23. Dan Yohanes menyatakan bahwa ia melihat kaabah di dalam sorga. Kaabah itu, dimana Yesus melayani demi kita, adalah kaabah yang aslinya, untuk mana kaabah yang didirikan oleh Musa merupakan satu gambaran.”PB1 372.2

    Kaabah sorga, tempat tinggalnya Raja atas segala raja, di mana “beriburibu melayani Dia dan berlaksa-laksa berdiri di hadapanNya” (Daniel 7:10), kaabah ini dipenuhi oleh kemuliaan tahta yang kekal, dimana malaikat- malaikat penjaganya yang berkilau-kilauan itu, menudungi wajah mereka sebagai penghormatan—tidak ada bangunan di dunia ini yang dapat menggambarkan kehebatan dan kemuliaannya. Namun demikian kebenarankebenaran yang penting sehubungan dengan kaabah sorga dan pekerjaan yang besar yang dilaksanakan di sana untuk penebusan manusia diajarkan oleh kaabah duniawi dan upacara-upacaranya.PB1 372.3

    Setelah kenaikanNya, Juruselamat kita harus memulai pekerjaanNya sebagai Imam Besar kita. Paulus berkata, “Kristus itu sudah masuk bukannya ke dalam tempat kudus perbuatan tangan, yang hanya menjadi gambaran tempat kudus yang sebenarnya itu; melainkan ke dalam sorga yang benar, maksudNya sekarang Ia menghadap hadirat Allah karena kita.” Ibrani 9:24. Sebagaimana pelayanan Kristus terdiri atas dua bagian besar, masing-masing mengambil satu jangka waktu dan diadakan pada tempat yang berbeda di dalam kaabah sorga, demikian juga pelayanan simbolis terdiri atas dua bahagian, upacara harian dan upacara tahunan, dan untuk masing-masing upacara ini telah disediakan satu ruangan.PB1 373.1

    Sebagaimana Kristus pada waktu kenaikan Nya tampil di hadapan Allah untuk menghadapkan darahNya untuk orang percaya yang bertobat, demikian juga imam itu di dalam upacara harian memercikkan darah korban itu di tempat yang suci untuk orang berdosa.PB1 373.2

    Darah Kristus, sementara itu harus membebaskan orang berdosa yang bertobat dari tuntutan hukum, itu tidaklah menghapuskan dosa; dosa akan tetap tercatat di dalam kaabah sampai penebusan yang terakhir; demikian juga di dalam upacara simbolis darah korban karena dosa memindahkan dosa dari orang yang bertobat, tetapi itu tetap ada di dalam kaabah sampai kepada Hari Grafirat.PB1 373.3

    Pada hari yang besar itu dimana pahala yang terakhir diberikan, orang mati akan “dihukumkan menurut segala perbuatannya yang tertulis di dalam kitab-kitab itu.” Wahyu 20:12. Kemudian oleh jasa daripada darah Kristus yang menebus, dosa-dosa semua orang yang sungguh-sungguh bertobat dihapuskan dari buku-buku sorga. Dengan demikian kaabah akan dibebaskan, atau dibersihkan, dari catatan dosa. Di dalam upacara simbolis, pekerjaan penebusan yang besar ini, atau penghapusan dosa itu, digambarkan oleh upacara-upacara yang diadakan pada Hari Grafirat—pembersihan kaabah duniawi, yang dilaksanakan dengan memindahkan dosa yang telah mengotorinya, dengan memindahkannya melalui darah korban karena dosa.PB1 373.4

    Sebagaimana di dalam penebusan yang terakhir dosa-dosa orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh itu dihapuskan dari catatan sorga, tidak akan lagi diingat atau terlintas kepada pikiran, demikian juga di dalam upacara simbolis dosa-dosa itu dibuang ke gurun, terpisah dari perhimpunan itu untuk selama-lamanya.PB1 373.5

    Olehkarena setan adalah mahluk yang memulai dosa, biang keladi segala dosa yang telah menyebabkan kematian Anak Allah, maka keadilan menuntut agar setan menanggung hukuman yang terakhir. Pekerjaan Kristus untuk penebusan manusia dan penyucian alam semesta dari dosa akan diakhiri oleh pemindahan dosa dari kaabah sorga, dan meletakkan dosa-dosa ini ke atas diri setan, yang akan menanggung hukuman yang terakhir. Demikian juga di dalam upacara simbolis itu, upacara-upacara yang berlangsung sepanjang tahun diakhiri oleh penyucian kaabah dan pengakuan dosa-dosa di atas kepala Azazel.PB1 374.1

    Dengan demikian di dalam upacara-upacara kaabah duniawi dan di dalam kaabah yang di sorga, orang banyak itu diajar setiap hari tentang kebenaran-kebenaran yang agung sehubungan dengan kematian dan pelayanan Kristus, dan sekali setahun pikiran mereka diarahkan kepada peristiwaperistiwa terakhir dari pertentangan yang besar antara Kristus dan setan, penyucian yang terakhir dari alam semesta ini dari dosa dan orang-orang yang berdosa.PB1 374.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents