Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Bileam

    Setibanya di Yarden setelah menaklukkan Bazan, bangsa Israel, dalam persiapan penyerangan ke Kanaan, telah berkemah di tepi sungai, tepat di atas pertemuan sungai itu dengan Laut Mati, dan berseberangan dengan dataran Yerikho. Mereka berada tepat di perbatasan tanah Moab, dan bangsa Moab dipenuhi oleh rasa gentar terhadap datangnya penyerang-penyerang itu.PB2 30.1

    Bangsa Moab tidak pernah diganggu oleh Israel, tetapi mereka telah mengamat-amati dengan penuh ketakutan akan segala sesuatu yang telah terjadi di antara bangsa-bangsa sekelilingnya. Bangsa Amori, yang tadinya telah mendesak mundur mereka, telah ditaklukkan oleh bangsa Ibrani, dan daerah yang telah direbut oleh bangsa Amori dari bangsa Moab, sekarang telah menjadi milik bangsa Israel. Bala tentara Bazan telah menyerah di hadapan kuasa rahasia yang terselubung di dalam tiang awan, dan benteng-benteng raksasa itu telah dikuasai oleh orang-orang Ibrani. Bangsa Moab tidak berani menanggung mara bahaya dengan menyerang mereka, penggunaan senjata tidak akan berdaya di hadapan kuasa gaib yang diadakan demi untuk mereka itu. Tetapi mereka bertekad, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Firaun, untuk menggunakan kuasa sihir melawan Allah. Mereka akan mendatangkan kutuk ke atas bangsa Israel.PB2 30.2

    Bangsa Moab berhubungan erat dengan bangsa Midian, baik oleh ikatan kebangsaan dan juga agama. Dan Balak, raja Moab, telah membangkitkan rasa takut bangsa kaum kerabatnya itu, dan memperoleh kerja sama mereka dalam rencananya untuk melawan orang Israel dengan mengirimkan satu berita, “Bahwa sekarang bangsa ini hendak menjilat habis akan segala yang ada keliling kami, bagaikan lembu menjilat habis akan tumbuh-tumbuhan yang hijau di padang.” Bileam, seorang penduduk Mesopotamia, terkenal sebagai seorang yang mempunyai kuasa gaib, dan kemasyhurannya ini telah sampai ke tanah Moab. Telah diputuskan untuk memanggil supaya membantu mereka. Sehubungan dengan itu, pesuruhpesuruh yang terdiri dari “tua-tua Moab dan tua-tua Midian,” telah diutus untuk memperoleh kuasa tenung dan sihirnya itu untuk melawan Israel.PB2 30.3

    Dengan segera para utusan itu memulai perjalanan jauh mereka melewati gunung-gunung dan menyeberangi padang pasir Mesopotamia, dan setelah bertemu dengan Bileam, mereka menyampaikan kepadanya kabar dari raja mereka: “Bahwasanya adalah satu bangsa yang telah keluar dari Mesir, maka sesungguhnya ditudunginya muka tanah serta berhentilah mereka itu bertentangan dengan aku. Maka sekarang marilah kiranya, kutukilah bagiku bangsa ini, karena lebih kuat ia daripada aku, supaya dapat aku mengalahkan dia dan menghalaukan dia dari dalam negeri ini, karena telah kuketahui akan halmu, niscaya berkatlah barangsiapa yang kau berkati dan kutuklah barangsiapa yang kau kutuki.”PB2 31.1

    Dulunya Bileam adalah seorang yang baik dan seorang nabi Tuhan, tetapi ia telah murtad dan telah menyerahkan dirinya kepada ketamakan; namun demikian ia masih tetap mengaku sebagai seorang hamba dari Yang Mahatinggi. Ia mengetahui tentang adanya kuasa Allah demi Israel; dan pada waktu pesuruh-pesuruh itu memberitahukan maksud kedatangan mereka, ia mengetahui dengan baik bahwa adalah tugasnya untuk menolak upah dari Balak dan menyuruh pulang para utusan itu. Tetapi ia memberanikan diri untuk bermain-main dengan penggodaan, dan menyuruh para utusan itu bermalam bersama dia pada malam itu, dengan menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan jawabnya sebelum ia mengadakan hubungan dengan Tuhan. Bileam mengetahui bahwa kutuknya tidak akan dapat melukai Israel. Allah berada pada pihak mereka, dan selama Israel setia kepadaNya, tidak ada kuasa musuh di dunia ini atau kuasa neraka sekalipun yang bisa menang terhadap mereka. Tetapi kesombongannya telah dirangsang oleh kata-kata pujian pesuruh-pesuruh itu, “Barangsiapa yang engkau berkati akan beroleh berkat dan barangsiapa yang engkau kutuki akan terkutuk.” Upah berupa pemberian-pemberian yang mahal serta kedudukan yang tinggi telah membangkitkan sifat tamaknya. Dengan rakus ia telah menerima harta yang ditawarkan itu, dan kemudian, sementara mengaku menurut dengan seksama kepada kehendak Allah, ia mencoba bersepakat dengan keinginan Balak.PB2 31.2

    Pada waktu malam malaikat Allah datang kepada Bileam dengan satu kabar, “Jangan engkau pergi serta dengan mereka itu dan jangan engkau mengutuki bangsa itu, karena keberkatan juga ia.”PB2 31.3

    Keesokan harinya dengan berat hati ia menyuruh para utusan itu pulang, tetapi tidak mengatakan kepada mereka apa yang telah dikatakan Tuhan. Disertai perasaan marah karena harapan untuk beroleh keuntungan dan hormat dengan mendadak telah hilang, ia berseru, “Pulanglah kamu ke negerimu karena engganlah Tuhan memberi aku pergi serta dengan kamu.”PB2 32.1

    Bileam “suka akan upah perbuatan salah.” 2 Petrus 2:15. Dosa tamak, yang Allah nyatakan sebagai penyembahan berhala, telah menjadikan dia seorang yang bekerja hanya mencari uang, dan melalui satu kesalahan ini, setan telah berhasil menguasai dirinya sepenuhnya. Hal inilah yang telah menyebabkan kebinasaannya. Sipenggoda itu selalu menghadapkan keuntungan duniawi untuk menyelewengkan seseorang dari pekerjaan Allah. Ia membisikkan kepada mereka bahwa perasaan yang terlalu pekalah yang membuat mereka tidak makmur. Dengan demikian banyaklah orang yang tertipu untuk menyimpang dari jalan yang jujur. Suatu langkah yang salah membuat langkah yang salah yang berikutnya lebih mudah dilakukan, dan mereka akan menjadi lebih gegabah. Mereka akan berani untuk ber-buat perkara-perkara yang hebat apabila sekali mereka telah menyerahkan diri mereka kepada pengendalian ketamakan akan uang dan keinginan memperoleh kekuasaan. Banyak orang yang menipu diri sendiri dengan berpendapat bahwa mereka bisa berbuat tidak jujur untuk sementara waktu, demi keuntungan yang bersifat duniawi, dan apabila tujuan itu telah mereka peroleh, mereka akan dapat mengubah perbuatan mereka setiap saat mereka kehendaki. Orang-orang seperti ini sedang memasukkan diri ke dalam perangkap setan, dan jarang mereka dapat melepaskan diri dari dalamnya.PB2 32.2

    Apabila pesuruh-pesuruh itu melaporkan kepada Balak tentang penolakan nabi datang bersama mereka, mereka tidak memberitahukan bahwa Allah telah melarang dia. Menyangka bahwa rasa enggan Bileam itu hanyalah semata-mata merupakan usahanya untuk memperoleh harta yang lebih banyak, maka raja telah mengutus penghulu-penghulu yang jumlahnya lebih banyak dan lebih mulia dari yang pertama, dengan janji akan memberikan kedudukan yang lebih tinggi, dan dengan satu wewenang untuk menyetujui segala sesuatu yang diminta oleh Bileam. Berita yang mendesak dari Balak kepada nabi itu adalah, “Janganlah engkau ditegahkan daripada datang mendapatkan aku, karena aku hendak memuliakan dikau amat banyak, dan barang apapun baik yang kau suruh akan daku, niscaya kuperbuat kelak, hanya datanglah juga dan kutukilah bagiku bangsa ini!”PB2 32.3

    Untuk kedua kalinya Bileam telah diuji. Sebagai jawab kepada bujukan para utusan ini, ia mengaku dirinya jujur dan benar, sambil meyakinkan mereka bahwa tidak ada emas ataupun perak bagaimanapun banyaknya Raja Balak merasa kecewa, karena gantinya Bileam mengutuki bangsa Israel menurut keinginannya, Bileam memohon berkat Tuhan atas bangsa itu. yang akan dapat membujuk dia untuk beijalan melawan kehendak Allah. Tetapi ia rindu untuk mengabulkan permohonan raja itu; dan sekalipun kehendak Allah telah dinyatakan kepadanya dengan jelas, ia mengajak para utusan itu untuk bermalam, agar ia dapat menanyakan lebih jauh kepada Allah, seolah-olah Allah adalah seorang manusia yang bisa dibujuk.PB2 32.4

    Pada malam harinya Tuhan menampakkan diriNya kepada Bileam dan berkata, “Sebab orang itu telah datang memanggil akan dikau, maka bangunlah, pergilah sertanya, tetapi firman yang kukatakan kelak kepadamu itu tak akan jangan engkau turut.” Sedemikian jauh Allah telah mengijinkan Bileam mengikuti kehendaknya sendiri, oleh sebab ia memaksakannya. Ia tidak berusaha melakukan kehendak Allah, tetapi memilih jalannya sendiri, dan kemudian berusaha mendapatkan persetujuan dari Tuhan.PB2 34.1

    Ribuan orang dewasa ini yang sedang mengikuti jalan yang sama. Mereka tidak menemui kesulitan untuk mengerti tugas mereka jikalau itu sesuai dengan keinginan hati mereka. Dengan jelas sudah dinyatakan kepada mereka di dalam Alkitab atau ditunjukkan oleh keadaan sekeliling, dan oleh pertimbangan. Tetapi olehkarena bukti-bukti ini bertentangan dengan kehendak mereka dan kecenderungan hati mereka, maka sering mereka menyisihkannya dan berpura-pura pergi kepada Tuhan untuk bertanyakan tentang tugas mereka. Dengan sikap yang kelihatannya sungguh-sungguh mereka berdoa panjang-panjang dan tekun memohon terang. Tetapi Tuhan tidak dapat dipermainkan. Sering Ia mengijinkan orang-orang seperti itu mengikuti kemauan mereka sendiri, dan menanggung akibatnya. “Umatku tiada mau mendengar suaraku. . . . Sebab itu Aku sudah menyerahkan dia kepada kehendak hatinya, sehingga mereka itu melakukan dirinya menurut bicaranya sendiri.” Mazmur 81:12, 13. Apabila seseorang dengan jelas dapat melihat adanya satu tugas, janganlah ia datang kepada Tuhan dengan doa agar ia dimaafkan untuk melaksanakannya. Melainkan, dengan roh yang berserah, meminta hikmat dan kekuatan ilahi untuk memenuhi tuntutannya.PB2 34.2

    Bangsa Moab adalah satu bangsa penyembah berhala yang sudah merosot akhlaknya; tetapi menyangkut dengan terang yang telah mereka terima, kesalahan mereka di hadapan sorga belumlah sebesar kesalahan Bileam. Namun demikian, olehkarena ia mengaku diri sebagai nabi Allah, maka segala sesuatu yang dikatakannya akan dianggap sebagai sesuatu yang diucapkan oleh pengesahan ilahi. Oleh sebab itu ia tidak diijinkan untuk berkata-kata menurut pilihannya sendiri, tetapi harus menyampaikan berita sebagaimana yang diberikan Allah kepadanya. “Firman yang kukatakan kelak kepadamu itu tak akan jangan engkau turut,” adalah perintah ilahi.PB2 34.3

    Bileam telah mendapat ijin untuk pergi bersama dengan pesuruh-pesuruh dari Moab jikalau mereka datang untuk memanggil dia keesokan harinya. Tetapi, merasa kesal oleh sikapnya yang berlambatan dan mengharap bahwa ia akan menolaknya lagi, maka merekapun pulanglah tanpa berunding lebih lanjut dengan dia. Setiap dalih untuk menyetujui permohonan Balak sekarang ini sudah tidak ada lagi. Tetapi Bileam bertekad untuk memperoleh upah itu, dan dengan mengendarai seekor keledai yang biasa ia pakai, iapun telah memulai perjalanannya. Ia merasa khawatir bahwa pada saat ini juga ijin ilahi itu bisa ditarik kembali, dan iapun dengan tergesa-gesa mengadakan perjalanannya itu, ia merasa tidak sabar karena jangan-jangan oleh sesuatu hal ia akan kehilangan upah yang diinginkannya itu.PB2 35.1

    Tetapi “malaikat Tuhan berdiri di jalan hendak melawan dia.” Keledai itu melihat pesuruh ilahi itu, yang tidak dapat dilihat oleh Bileam, dan binatang itu berbelok dari jalan menuju ke sebuah padang. Dengan pukulan-pukulan yang kejam Bileam mencoba untuk membawa kembali keledai itu ke jalan, tetapi kembali, di satu jalan yang sempit, malaikat itu kelihatan, dan binatang itu, sambil berusaha menghindarkan diri dari bentuk yang menakutkannya itu, telah menghimpitkan kaki majikannya kepada pagar tembok yang ada di tepi jalan itu. Bileam telah dibutakan terhadap adanya campur tangan sorga, dan tidak mengetahui bahwa Allah sedang menghalangi jalannya. Ia menjadi gusar sekali, dan dengan tidak mengenal belas kasihan ia telah memukul keledai itu dan memaksanya supaya maju terus.PB2 35.2

    Sekali lagi, “di satu jalan yang sempit, di tempat mana tidak ada jalan lain untuk menyimpang ke kiri atau ke kanan,” malaikat itu menampakkan diri sebelumnya dalam sikap yang mengancam; dan binatang yang malang itu gemetar karena ketakutan, berhenti sama sekali dan tersungkur di bawah majikannya. Kemarahan Bileam tidak terkendalikan lagi, dan dengan tongkatnya ia telah memukul binatang itu lebih kejam lagi daripada sebelumnya. Sekarang Tuhan membuka mulutnya, dan oleh “seekor keledai yang bisu berkata dengan suara manusia,” ia “membatalkan kebebalan nabi itu.” 2 Petrus 2:16. “Apakah salah hamba akan tuan,” katanya, “sehingga tuan memukul hamba sampai tiga kali?”PB2 35.3

    Merasa marah karena perjalanannya dihalangi, Bileam telah menjawab binatang itu seperti ia berkata-kata kepada satu mahluk yang berpikir: “O1eh sebab engkau menghabiskan sabarku; jikalau kiranya sekarang ada pedang di tanganku, niscaya engkau kubunuh!” Inilah seorang yang mengaku diri sebagai seorang petenung, yang ada dalam perjalanan untuk mengucapkan kutuk kepada satu bangsa dengan maksud melumpuhkan kekuatannya, tetapi tidak mempunyai kuasa untuk membunuh binatang yang sedang ia naiki!PB2 35.4

    Sekarang mata Bileam terbuka, dan ia melihat malaikat Allah berdiri dengan pedang terhunus siap untuk membunuh dia. Dengan rasa gentar “ia bersujud dengan mukanya ke tanah.” Malaikat itu berkata kepadanya, “Mengapa maka engkau memukul keledaimu sekarang sudah tiga kali? Bahwa sesungguhnya aku telah keluar hendak melawan akan dikau, dan pada tempat curam jalan tadi tiada aku beri engkau lalu daripadaku. Maka keledai itu telah melihat aku, lalu menyimpang dari hadapanku sekarang sudah tiga kali, maka jikalau tiada ia menyimpang dari hadapanku, niscaya engkau kubunuh, jikalau keledai itu kuhidupi sekalipun.”PB2 36.1

    Bileam berhutang nyawa kepada binatang yang dengan kejamnya telah ia pukuli. Orang yang mengaku nabi Allah itu, yang menyatakan bahwa matanya terbuka dan melihat “khayal tentang Yang Mahakuasa,” telah dibutakan oleh sifat tamak dan keinginan yang berlebih-lebihan sehingga ia tidak dapat melihat malaikat Allah yang kelihatan kepada keledainya. “Penghulu dunia ini telah membutakan pikiran mereka yang tidak percaya itu.” 2 Korinti 4:4. Betapa banyaknya orang yang dibutakan seperti itu! Mereka bergegas-gegas dalam jalan yang dilarang, melanggar hukum ilahi, dan tidak dapat melihat bahwa Allah dan malaikatNya sedang melawan mereka. Seperti Bileam, mereka marah kepada orang-orang yang mencoba mencegah kebinasaan mereka.PB2 36.2

    Oleh perlakuannya terhadap keledainya, Bileam telah memberikan bukti tentang roh yang sedang mengendalikannya. “Bahwa orang yang benar itu mengindahkan nyawa binatangnya, tetapi segala kemurahan orang jahat itu bengis adanya.” Amsal Solaiman 12:10. Hanya sedikit saja orang yang menyadari sebagaimana mestinya tentang kejinya penganiayaan terhadap binatang atau membiarkan mereka menderita olehkarena kelalaian. Ia yang telah menciptakan manusia telah menjadikan khewan yang lebih rendah juga, dan “rahmatNyapun adalah atas segala perbuatanNya.” Mazmur 145:9. Binatang-binatang dijadikan untuk melayani manusia, tetapi manusia tidak mempunyai hak untuk menyebabkan mereka menderita oleh perlakuan yang kejam atau kerja paksa yang bengis.PB2 36.3

    Adalah olehkarena dosa manusia sehingga “segenap mahluk itu sama mengerang dan sama merasa kesakitan beranak.” Rum 8:22. Dengan demikian penderitaan dan kematianpun mengikutinya, bukan hanya kepada umat manusia, tetapi ke atas binatang-binatang juga. Dengan demikian, adalah menjadi tugas manusia untuk berusaha meringankan, gantinya menambahi beban penderitaan mahluk-mahluk ciptaan Allah yang telah diakibatkan oleh pelanggarannya. Ia yang menyiksa binatang oleh sebab dia menjadi pemiliknya adalah seorang pengecut dan juga seorang yang kejam. Satu kecenderungan untuk menyebabkan kesakitan, baik kepada sesama manusia ataupun kepada seekor binatang, adalah bersifat setan. Banyak yang tidak menyadari bahwa kekejaman mereka akan dicatat, olehkarena binatang itu tidak dapat menyatakannya. Tetapi kalau saja mata orangorang ini dapat dicelikkan, sebagaimana halnya Bileam, mereka akan dapat melihat seorang malaikat Allah berdiri sebagai seorang saksi, untuk menyatakannya di pengadilan sorga. Satu catatan naik ke sorga dan harinya akan datang bilamana pehukuman akan diucapkan terhadap mereka yang menganiaya mahluk-mahluk Allah.PB2 36.4

    Apabila ia melihat pesuruh Allah itu, Bileam berteriak ketakutan, “Bahwa hamba telah berdosa, tetapi tiada hamba ketahui akan tuan berdiri di jalan ini hendak mendatangi hamba; maka sekarangpun jikalau jahatlah ini kepada pemandangan tuan, baiklah hamba pulang juga.” Tuhan membiarkan dia melanjutkan perjalanannya, tetapi memberikan pengertian kepadanya bahwa kata-katanya akan dikendalikan oleh kuasa ilahi. Allah mau memberikan bukti kepada bangsa Moab bahwa orang-orang Ibrani itu berada di bawah pimpinan Sorga dan hal ini dengan berhasil telah dilakukanNya bilamana Ia menunjukkan kepada mereka bagaimana tidak berdayanya Bileam sekalipun dalam hal mengucapkan satu kutuk terhadap mereka tanpa ijin dari ilahi.PB2 37.1

    Raja Moab, setelah diberi tahu tentang kedatangan Bileam, pergi menyambut dia disertai sejumlah besar pengawal-pengawalnya sampai ke perbatasan kerajaannya. Pada waktu ia menyatakan rasa herannya atas sikapnya yang lambat itu, sehubungan dengan upah yang banyak yang sedang menunggunya, nabi itu menjawab, “Bahwasanya patik telah datang menghadap tuanku, tetapi sekarang bolehkah patik berkata-kata dengan tuanku? Bahwa firman yang diletakkan Tuhan kelak pada lidah patik, ia itu akan patik katakan.” Bileam amat menyesali pengendalian seperti ini; ia merasa khawatir bahwa maksudnya tidak akan tercapai, oleh sebab kuasa Tuhan yang mengendalikan ada pada dirinya.PB2 37.2

    Dengan kebesarannya raja itu, dengan disertai pembesar-pembesar kerajaannya, mengiringi Bileam “ke atas bukit Baal,” dari tempat mana ia dapat melihat bangsa Ibrani. Lihatlah nabi itu apabila ia berdiri di atas satu tempat yang tinggi, sambil memandang ke bawah ke perkemahan umat Allah yang terpilih. Israel tidak menyadari apa yang sedang terjadi di tempat yang sangat dekat dengan mereka! Mereka tidak menyadari bagaimana Allah melindungi mereka siang dan malam! Betapa kaburnya pandangan umat Allah itu! Betapa lambatnya mereka, pada setiap zaman, untuk dapat memahami rahmat dan kasihNya yang besar itu! Jikalau mereka dapat melihat kuasa Allah yang senantiasa dinyatakan karena mereka, tidakkah hati mereka akan dipenuhi oleh rasa syukur akan kasihNya, dan oleh rasa kagum akan keagungan dan kuasaNya?PB2 37.3

    Bileam mempunyai sedikit pengetahuan tentang upacara korban bakaran yang ada di antara. orang Ibrani itu, dan ia berharap dengan mengadakan pemberian-pemberian yang lebih berharga daripada persembahan mereka itu, ia akan dapat memperoleh berkat-berkat Allah dan memastikan terlaksananya usahanya yang keji itu. Dengan demikian kehendak daripada bangsa penyembah berhala itu sedang menguasai pikirannya. Hikmatnya telah menjadi kebodohan; pandangan rohaninya telah digelapkan; ia telah mendatangkan kebutaan itu ke atas dirinya oleh menyerah kepada kuasa setan.PB2 38.1

    Oleh petunjuk-petunjuk Bileam, beberapa buah mezbah telah didirikan dan di atas masing-masing mezbah ia telah mempersembahkan korban. Kemudian ia naik “ke satu tempat yang tinggi,” untuk bertemu dengan Allah, sambil berjanji akan memberitahukan kepada Balak apa saja yang akan dinyatakan oleh Tuhan.PB2 38.2

    Bersama-sama dengan para bangsawan dan penghulu-penghulu Moab, raja berdiri di samping korban itu, sementara di sekeliling mereka berhimpun orang banyak, menunggu-nunggu kembalinya nabi itu. Akhirnya ia datang dan orang banyak menantikan kata-kata yang untuk selama-lamanya akan melumpuhkan kuasa aneh yang melindungi bangsa Israel yang mereka benci itu. Bileam berkata:PB2 38.3

    “Bahwa raja Moab telah menyuruh aku datang dari Aram,
    Dagi gunung-gunung yang di sebelah timur,
    Titahnya, marilah engkau, kutukilah bagiku akan Yakub,
    Marilah engkau, serahkanlah Israel kepada kebinasaan.
    Maka bagaimanakah aku mengutuki orang yang tiada dikutuki Allah?
    Dan bagaimanakah aku menyerahkan kepada kebinasaan orang yang tiada
    diserahkan oleh Tuhan kepada kebinasaan?
    Karena dari atas kemuncak bukit batu aku melihat dia,
    Dan dari atas gunung kupandang akan dia:
    Bahwasanya ia itulah satu bangsa yang duduk berasing,
    Dan yang tiada mau dibilangkan dengan segala orang kapir.
    Siapa gerangan akan membilang duli Yakub,
    Dan siapa dapat membilang seperempat Israel?
    Bahwa jiwaku matilah kiranya seperti mati orang berbahagia ini,
    Dan hendaklah ajalku bagaikan ajalnya!”
    PB2 38.4

    Bileam mengaku bahwa ia telah datang dengan maksud untuk mengutuki Israel, tetapi kata-kata yang diucapkannya sama sekali bertolak belakang dengan keinginan hatinya. Ia dipaksa untuk mengucapkan berkat-berkat, sementara jiwanya dipenuhi oleh kutuk.PB2 38.5

    Apabila Bileam memandang kepada perkemahan Israel ia melihat dengan rasa heran akan bukti kemakmuran mereka. Mereka telah digambarkannya kepada dia sebagai satu bangsa yang kejam dan tidak teratur, merusak negeri itu oleh perampokan-perampokan sehingga menjadi satu kegentaran kepada bangsa-bangsa di sekelilingnya; tetapi penampilan mereka berbeda sama sekali dengan keterangan itu. Ia melihat bagaimana besarnya dan teraturnya perkemahan mereka itu, segala sesuatu ditandai oleh disiplin dan peraturan. Kepadanya dinyatakan bagaimana Allah mengasihi mereka dan tabiat mereka yang berbeda sebagai umat pilihanNya. Mereka tidak akan berdiri setaraf dengan bangsa-bangsa lain, tetapi akan ditinggikan melebihi mereka semua. “Ia itulah satu bangsa yang duduk berasing dan yang tiada mau dibilangkan dengan segala bangsa kapir.” Pada waktu kata-kata ini diucapkan bangsa Israel belum mempunyai tempat tinggal yang menetap, dan tabiat mereka yang berbeda, pembawaan dan kebiasaan mereka, merupakan sesuatu yang asing kepada Bileam. Tetapi betapa tepatnya nubuatan ini telah digenapkan oleh Israel di dalam sejarah kehidupan mereka selanjutnya! Melalui masa tawanan mereka, sepanjang zaman semenjak mereka tercerai berai di antara bangsa-bangsa lain, mereka tetap berdiri sebagai satu bangsa yang berbeda. Demikian pula umat Allah—Israel yang benar—sekalipun tersebar luas di antara bangsa-bangsa, di dunia ini sebagai pengembara, yang kewarganegaraannya ada di sorga.PB2 38.6

    Kepada Bileam bukan saja dinyatakan sejarah bangsa Ibrani sebagai satu bangsa tetapi juga ia melihat bertambahnya, dan juga kemakmuran bangsa Israel yang dari Allah yang benar sampai kepada akhir zaman. Ia melihat penjagaan Allah yang istimewa yang menaungi mereka yang mengasihi dan takut akan Dia. Ia melihat mereka dibimbing oleh tanganNya apabila mereka memasuki lembah bayang-bayang kematian. Dan ia melihat mereka bangkit dari kubur-kubur, dimahkotai oleh kemuliaan, kehormatan dan kebakaan. Ia melihat umat tebusan bersuka-suka di dalam kemegahan yang tidak pernah akan layu dari dunia yang sudah dibaharui. Sambil memandang kepada pemandangan ini, ia berseru, “Siapakah yang dapat menghitung duli Yakub dan membilang seperempat Israel?” Dan apabila ia melihat mahkota kemuliaan yang ada di atas setiap dahi, kesukaan yang terpancar dari setiap wajah, dan memandang ke depan ke kehidupan yang berbahagia yang tidak ada akhirnya, ia telah melayangkan satu doa yang khidmat, “Bahwa jiwaku matilah kiranya seperti mati orang berbahagia ini dan hendaklah ajalku bagaikan ajalnya!”PB2 39.1

    Jikalau Bileam telah memiliki satu kecenderungan untuk menerima terang yang telah diberikan Allah, maka sekarang ia akan melaksanakan kata-katanya itu; ia akan segera memutuskan segala hubungannya dengan Moab. Ia tidak akan mau lagi mempermainkan rahmat Allah, tetapi ia’ akan kembali kepadaNya dengan penyesalan yang sungguh-sungguh. Tetapi Bileam menyukai upah kejahatan, dan ia bertekad memperolehnya.PB2 39.2

    Dengan penuh keyakinan Balak mengharapkan satu kutuk yang akan jatuh seperti hama yang menghancurkan Israel, dan pada waktu mendengar kata-kata nabi itu ia dengan disertai nafsu telah berseru, “Apakah engkau perbuat akan daku? Aku telah menjemput akan dikau, supaya engkau mengutuki akan musuhku, maka sesungguhnya engkau telah memberkati itu berturut-turut.” Bileam, sambil berusaha untuk menjadikannya sebagai satu keharusan, mengaku telah berkata-kata dengan satu kesadaran untuk menghargai kehendak Allah di mana sebenarnya kata-katanya itu telah dipaksakan keluar dari bibirnya oleh kuasa Allah. Jawabnya adalah, “Bukankah patut patik ingat baik-baik, supaya patik mengatakan barang yang dibubuhkan Tuhan pada lidah patik?”PB2 40.1

    Hingga sekarang Balak tidak mau menyerah dari tujuannya. Ia tahu bahwa pemandangan yang mengesankan yang ditampilkan oleh perkemahan orang Ibrani itu telah begitu menakutkan Bileam sehingga ia tidak berani menggunakan kuasa tenungnya melawan mereka. Raja memutuskan untuk membawa nabi itu ke satu tempat dari mana hanya sebagian kecil saja dari bala tentara Israel itu dapat dilihat. Jikalau Bileam dapat diperdayakan untuk mengutuk mereka dalam kelompok yang terpisah, maka seluruh bala tentara itu dengan segera akan dibinasakan. Di atas puncak bukit yang bernama Piskah satu usaha lain telah diadakan. Sekali lagi tujuh mezbah telah didirikan, di atasnya dipersembahkan korban yang sama seperti yang pertama. Raja dan penghulu-penghulu tinggal di dekat korban itu sementara Bileam mengasingkan diri untuk bertemu dengan Allah. Kembali nabi itu diberikan kepercayaan dengan satu pekabaran ilahi yang ia tidak dapat diubahkan dan ditahannya dengan kuasanya.PB2 40.2

    Pada waktu ia kelihatan kepada orang banyak yang sedang menunggununggu dengan penuh kerinduan itu, satu pertanyaan dihadapkan kepadanya, “Apakah yang Tuhan telah katakan?” Seperti sebelumnya, jawabnya telah menyebabkan kegentaran kepada hati raja dan para penghulu itu:PB2 40.3

    “Bahwa Allah itu bukan manusia yang berdusta;
    Bukannya Ia anak manusia yang bersesalan adanya:
    Masakan Ia berfirman lalu tiada disampaikanNya?
    Atau berfirman lalu tidak diadakanNya?
    Bahwasanya aku telah disuruh memberi berkat,
    Maka jikalau Ia memberkati; bagaimana aku dapat menahaninya.
    Tiada dipandangnya akan kesalahan Yakub,
    Dan tiada ditiliknya akan kejahatan dalam Israel.
    Bahwa Tuhan Aliahnya adalah sertanya,
    Dan bunyi nafiri Raja itu adalah di antaranya.”
    PB2 40.4

    Kagum olehkarena wahyu seperti ini, Bileam berseru, “Bahwasanya tiada berguna barang persona lawan Yakub atau barang tenungan lawan Israel.” Petenung yang besar itu telah mencoba kuasa tenungnya, sesuai dengan kehendak orang Moab; tetapi sehubungan dengan peristiwa itu sendiri, tentang Israel haruslah dikatakan, “Betapa hebatnya apa yang telah diperbuat Allah!” Sementara mereka berada di bawah perlindungan Allah, tidak ada satu bangsa sekalipun dibantu oleh segenap kuasa setan, bisa menang terhadap mereka. Segenap dunia harus merasa heran akan perbuatan Allah yang ajaib demi untuk umatNya—sehingga seorang manusia yang telah bertekad untuk mengikuti satu jalan yang penuh dosa dapat dikuasai oleh kuasa ilahi sedemikian rupa sehingga ia harus mengucapkan, gantinya laknat, janji-janji yang paling indah, di dalam bahasa sastra yang amat indah dan mulia. Dan perlindungan Allah yang pada saat ini dinyatakan kepada Israel haruslah menjadi sebagai satu jaminan akan perlindunganNya bagi umatNya yang setia dan menurut pada sepanjang zaman. Bilamana setan akan mengilhami orang-orang jahat untuk memfitnah, mengganggu dan membinasakan umat Allah, maka kejadian ini akan diingatkan kepada mereka, dan akan menguatkan semangat dan iman mereka kepada Allah.PB2 41.1

    Raja Moab, merasa susah dan kecewa, berseru, “Jikalau sekali-kali engkau tidak dapat mengutuki mereka, maka janganlah kiranya engkau memberkati mereka berturut-turut.” Namun demikian di dalam hatinya masih ada sedikit terang harapan, dan ia bertekad mencoba sekali lagi. Sekarang ia memimpin Bileam ke atas Gunung Peor, dimana terdapat satu tempat kebaktian yang dipersembahkan untuk perbaktian yang sifatnya bejat kepada Baal, dewa mereka. Di tempat ini mezbah-mezbah dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya telah didirikan dan korban-korban yang jumlahnya sama telah dipersembahkan; tetapi Bileam tidak pergi sendirian, seperti halnya pada waktu-waktu sebelumnya, untuk menanyakan kehendak Allah. Ia tidak berpura-pura bertenung, tetapi sambil berdiri di depan mezbah-mezbah itu, ia menatap ke tenda-tenda Israel. Kembali Roh Allah memenuhi dirinya dan pekabaran ilahipun keluar dari bibimya:PB2 41.2

    “Bagaimana baik segala kemahmu, hai Yakub,
    Dan kedudukanmu, hai Israel!
    Seperti anak-anak sungai yang mengalir ke mana-mana, seperti taman-
    taman di tepi sungai;
    Bahwa Tuhan telah menanam dia seperti pohon cendana dan seperti pohon araz di tepi air.
    Bahwa air mengalir daripada timba-timbanya dan benihnyapun akan
    dalam kelimpahan air.
    Maka Rajanya tinggi daripada Agag dan amat mulia kerajaannya....
    Maka iapun menderumlah serta berbaring selaku singa jantan dan seperti singa
    betina, siapa gerangan dapat membangunkan dia
    Berkatlah kiranya barangsiapa yang memberkati akan dikau dan
    kutuklah barangsiapa yang mengutuki akan dikau.”
    PB2 41.3

    Kemakmuran umat Allah di sini digambarkan oleh perkara-perkara yang paling indah yang bisa didapati dalam alam. Nabi itu mengumpamakan Israel seperti lembah-lembah yang subur yang ditutupi oleh gandum yang berkelimpahan; menyamakannya dengan taman-taman yang subur yang diairi oleh mata air yang tidak pernah menjadi kering; dengan pohon cendana yang harum dan pohon araz yang megah. Gambaran yang paling akhir disebutkan adalah salah satu hal yang paling menyolok dan paling indah yang bisa didapati di dalam sabda yang diilhamkan itu. Pohon araz di Libanon adalah pohon yang dihormati oleh orang-orang di Timur. Golongan pohon, yang dalamnya masuk jenis pohon ini, bisa didapati ke mana saja manusia pergi di seluruh dunia ini. Mulai dari daerah-daerah kutub sampai ke daerah khatulistiwa mereka bertumbuh, bersuka-suka di tempat yang panas, tetapi tahan di tempat dingin; bertumbuh dengan suburnya di tepi sungai tetapi juga dapat menjulang tinggi di tempat-tempat yang tandus dan kering. Akar-akarnya tertanam dalam di antara batu-batu karang di pegunungan, dan dengan teguhnya menahan tiupan tofan. Daun-daunnya segar dan tetap hijau pada saat pohon-pohon yang lain binasa oleh serangan musim dingin. Di atas segala-galanya, pohon araz dari Libanon terkenal olehkarena kekuatannya, keteguhannya, dan ketahanannya terhadap pembusukan; dan ini digunakan untuk menjadi satu lambang mereka yang hidupnya “tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Kolosi 3:3. Alkitab berkata, “Orang benar . . . akan bertumbuh seperti pohon araz.” Mazmur 92:12. Tangan ilahi telah meninggikan pohon araz sebagai raja di hutan-hutan. “Tiadalah pohon eru yang setara dengan dia dalam cabangcabang dan tiada pohon berangan yang sama dengan dia dalam bertaruktaruk,” Yehezkiel 31:8; maka dalam taman Allah sebatang pohon kayupun tiada yang dapat dibandingkan dengan keelokannya. Berulang-ulang pohon araz digunakan sebagai satu lambang keagungan dan penggunaannya di dalam Alkitab untuk menggambarkan orang benar menunjukkan bagaimana Sorga memandang mereka yang melakukan kehendak Allah.PB2 42.1

    Bileam bernubuat bahwa Raja Israel akan lebih besar dan lebih berkuasa daripada Agag. Ini adalah nama yang diberikan kepada raja-raja bangsa Amalek, yang pada waktu ini merupakan satu bangsa yang amat kuat; tetapi Israel, jikalau setia kepada Allah, akan mengalahkan semua musuhmusuhnya. Raja Israel adalah Anak Allah; dan takhtaNya satu kali kelak akan didirikan di atas bumi, dan kuasaNya akan ditinggikan lebih daripada segala kerajaan manusia.PB2 42.2

    Apabila ia mendengarkan kata-kata nabi ini, Balak dipenuhi oleh rasa kekecewaan, takut dan kemarahan. Ia merasa gusar karena Bileam sebenarnya dapat memberikan kepadanya semangat sekalipun hanya sedikit saja sebagai jawabnya, padahal segala sesuatunya ternyata telah melawan dia. Ia mengejek sikap nabi yang berkompromi dan penuh tipu daya itu. Dengan marahnya raja itu berseru, “Maka sekarangpun nyahlah engkau dari sini ke tempatmu; sesungguhnya dahulu titahku hendak memuliakan dikau amat banyak, tetapi lihatlah olehmu, bahwa Tuhan telah menahankan kemuliaan itu daripadamu.” Jawabnya adalah bahwa raja telah diberitahukan lebih dulu bahwa Bileam hanya dapat mengatakan pekabaran yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya.PB2 43.1

    Sebelum kembali kepada bangsanya, Bileam telah mengucapkan satu nubuatan yang paling indah dan mulia, tentang Juruselamat dunia dan kehancuran yang terakhir musuh-musuh Allah:PB2 43.2

    “Bahwa aku akan melihat dia, tetapi bukan sekarang, aku akan memandang dia tetapi bukannya segera,
    Maka sebuah Bintang akan terbit daripada Yakub dan sebatang tongkat kerajaan akan naik dari antara Israel,
    Maka ia akan menghancurkan pelipisan Moab dan tempurung orang yang suka berperang.”
    PB2 43.3

    Dan ia mengakhirinya dengan meramalkan kebinasaan total bangsa Moab dan Edom, Amalek dan Keni, dengan demikian tidak meninggalkan sedikitpun terang pengharapan kepada bangsa Moab.PB2 43.4

    Kecewa atas pengharapan akan beroleh kekayaan dan kedudukan, dibenci oleh raja dan sadar bahwa ia telah mendatangkan murka Allah, Bileam telah pulang meninggalkan tugas yang dipilih oleh dirinya sendiri. Setelah tiba di rumahnya, kuasa Roh Allah yang mengendalikan itupun meninggalkan dia, dan sifat tamaknya, yang selama ini ditahan-tahan, telah menguasai dirinya. Ia siap menggunakan segala cara apapun asalkan dapat memperoleh upah yang telah dijanjikan oleh Balak. Bileam mengetahui bahwa kemakmuran Israel bergantung atas penurutan mereka kepada Allah, dan tidak ada satu carapun untuk mendatangkan kehancuran kepada mereka kecuali dengan menipu mereka untuk berbuat dosa. Sekarang ia mengambil keputusan untuk mengambil hati Balak dengan menasihatkan bangsa Moab tentang cara yang harus ditempuh oleh mereka untuk menjatuhkan kutuk kepada Israel.PB2 43.5

    Dengan segera ia kembali ke tanah Moab dan memaparkan rencananya di hadapan raja. Bangsa Moab sendiri merasa yakin bahwa selama bangsa Israel tetap setia kepada Allah, maka Ia akan menjadi perisai mereka. Rencana yang telah digariskan oleh Bileam ialah untuk menceraikan mereka dari Allah dengan cara memperdayakan mereka untuk menyembah berhala. Jikalau mereka dapat dituntun untuk ambil bahagian dalam perbaktian yang bejat kepada Baal dan Astarot, maka Pelindung mereka yang maha kuasa itu akan menjadi musuh mereka, dan dengan segera merekapun akan menjadi satu mangsa yang empuk bagi bangsa-bangsa yang kejam dan suka berperang di sekeliling mereka. Dengan cepat rencana ini telah diterima oleh raja, dan Bileam sendiri tetap berada di sana untuk menolong melaksanakan rencana itu.PB2 43.6

    Bileam menyaksikan sukses rencana jahatnya itu. Ia melihat laknat Allah dijatuhkan ke atas diri umatNya, dan ribuan manusia telah binasa sebagai hukumanNya; tetapi keadilan ilahi yang menghukum dosa Israel, tidak membiarkan sipenggoda itu melepaskan dirinya. Di dalam peperangan Israel melawan bangsa Midian, Bileam telah terbunuh. Ia telah merasakan bahwa ajalnya sudah dekat pada waktu ia berseru, “Bahwa jiwaku matilah kiranya seperti mati orang berbahagia ini, dan hendaklah ajalku bagaikan ajalnya!” Tetapi ia tidak memilih hidup seperti hidup orang benar, dan nasibnya ditetapkan bersama-sama dengan musuh-musuh Allah.PB2 44.1

    Nasib Bileam sama dengan nasib Yudas, dan sifat-sifat mereka bersamaan satu dengan yang lain. Kedua-duanya berusaha menggabungkan pelayanan kepada Allah dan kepada mamon, dan akhirnya menemui kegagalan yang nyata. Bileam mengenal Allah yang benar dan mengaku melayani Dia; Yudas percaya akan Yesus sebagai Mesias, dan bergabung bersama dengan pengikut-pengikutNya. Tetapi Bileam berharap menjadikan pelayanan kepada Tuhan sebagai satu batu loncatan untuk dapat memperoleh kekayaan dan kehormatan duniawi, dan gagal dalam hal ini iapun telah terserandung, lalu jatuh dan akhirnya binasa. Yudas mengharapkan bahwa oleh hubungannya dengan Yesus, ia akan memperoleh kekayaan dan kedudukan di dalam kerajaan dunia yang, sebagaimana ia yakini, akan segera didirikan oleh Mesias itu. Kegagalan pengharapannya itu telah memimpin dia kepada kemurtadan dan kebinasaan. Baik Bileam dan juga Yudas telah menerima terang yang besar dan menikmati kesempatan-kesempatan istimewa, tetapi satu dosa yang dimanjakan telah meracuni seluruh tabiatnya, dan menyebabkan kebinasaan mereka.PB2 44.2

    Adalah satu perkara yang berbahaya untuk membiarkan satu tabiat yang tidak bersifat Kristen tinggal di dalam hati. Satu dosa yang dimanjakan akan—sedikit demi sedikit—merusak tabiat, menaklukkan kuasa-kuasa yang lebih agung ke bawah keinginan yang penuh dosa. Ditiadakannya satu penjaga dari dalam angan-angan hati, pemanjaan satu kebiasaan yang jahat, satu kelalaian terhadap tuntutan yang agung dari tugas, akan menghancurkan pertahanan jiwa, dan membuka jalan bagi setan untuk memasuki diri kita dan memimpin kita kepada jalan yang sesat. Satu-satunya jalan selamat adalah dengan melayangkan doa setiap hari dari satu hati yang sungguh-sungguh sebagaimana Daud, “Bahwa aku berjalan dengan langkah yang tetap pada jalan-jalanmu, dan langkahku itu tiada akan tergelincuh.” Mazmur 17:5.PB2 44.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents