Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Daud Di Ziklag

    Daud dan para pengikutnya tidak ambil bahagian dalam peperangan antara Saul dengan orang Filistin, sekalipun mereka telah berbaris maju ke medan peperangan. Apabila kedua belah pihak telah bersiap sedia untuk berperang anak Isai itu mendapati dirinya berada dalam satu keadaan yang amat sulit. Sudah diharapkan bahwa ia akan berperang membantu orang Filistin. Jikalau ia dalam peperangan itu telah meninggalkan tempat yang telah ditentukan baginya lalu pergi meninggalkan medan perang itu, maka ia bukan saja mencap dirinya sebagai pengecut, tetapi juga sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih dan pengkhianat kepada Akhis, yang telah melindungi dia dan bernaung di bawahnya. Tindakan seperti itu akan menodai namanya, dan akan membuka dirinya terhadap kemarahan musuh yang lebih ditakuti daripada Saul. Namun demikian, ia tidak dapat sejenakpun bersepakat memerangi Israel. Andaikata ia berbuat hal ini, maka ia akan menjadi pengkhianat negaranya—musuh Allah dan umatNya. Hal ini akan menghalangi jalannya menuju ke takhta Israel untuk selama-lamanya; dan jikalau Saul terbunuh di dalam peperangan ini, maka kematiannya akan ditanggungkan kepada Daud.PB2 300.1

    Daud merasa bahwa ia telah kehilangan jalan. Jauh lebih baik baginya mencari perlindungan di dalam benteng-benteng Allah yang ada di gununggunung daripada di bawah lindungan musuh Tuhan dan umatnya. Tetapi Tuhan di dalam rahmatNya yang besar itu tidak menghukum kesalahan hambaNya itu dengan membiarkan dirinya sendirian di dalam kesusahan dan kecemasan; olehkarena sekalipun Daud, kehilangan pegangannya atas kuasa ilahi, telah goyah dan berpaling dari jalan yang jujur, tekadnya masih tetap mau setia kepada Allah. Sementara setan dan pengikut-pengikutnya sedang sibuk untuk membantu musuh Allah dan Israel untuk berperang dengan seorang raja yang telah meninggalkan Allah, malaikat-malaikat Tuhan sedang berusaha untuk membebaskan Daud dari bahaya ke dalam mana ia telah jatuh. Pesuruh-pesuruh sorga telah menggerakkan hati penghulu-penghulu Filistin untuk menentang kehadiran Daud dan bala tentaranya bersama-sama dengan tentara mereka di dalam peperangan yang akan diadakan itu.PB2 300.2

    “Apa mau segala orang Ibrani ini?” teriak pemimpin-pemimpin Filistin itu, sambil mendesak Akhis. Yang terakhir ini, enggan untuk berpisah dari satu sekutu yang amat penting itu, menjawab, “Bukankah ia ini Daud, hamba Saul, raja orang Israel, yang tahun ini, bahkan beberapa tahun ini, sudah serta dengan aku? maka satupun tiada salah kudapati dalamnya daripada hari iapun undur datang kepada hari ini.”PB2 301.1

    Tetapi dengan marahnya para pemimpin itu tetap bertahan dalam tuntutan mereka: “Suruhlah orang itu kembali ke tempatnya, yang telah kautentukan baginya, jangan ia turut serta dengan kita pergi perang, supaya jangan ia menjadi lawan kita dalam peperangan; karena dengan apa gerangan dapat ia memperkenankan tuannya melainkan dengan kepala orang-orang ini? Bukankah ia ini Daud, yang dinyanyikan oranglah akan halnya ramai-ramai, bunyinya: Bahwa Saul sudah mengalahkan beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Terbunuhnya pahlawan mereka, dan kemenangan Israel dalam peristiwa itu masih segar di dalam ingatan para pemimpin Filistin itu. Mereka tidak percaya bahwa Daud akan memerangi bangsanya sendiri; dan jikalau ia berada di tengah-tengah kancah peperangan itu, memihak kepada mereka, maka ia akan menjadi bahaya yang lebih besar daripada seluruh bala tentara Saul.PB2 301.2

    Dengan demikian Akhis terpaksa menyerah, dan dipanggilnya Daud sambil berkata kepadanya, “Demi Tuhan yang hidup, maka hatimu tulus juga. Adapun hal engkau masuk keluar sertaku dalam tentara itu, ia itu baik kepada pemandanganku, karena tiada kudapati jahat padamu daripada hari engkau datang mendapatkan aku sampai kepada hari ini; tetapi engkau tiada berkenan kepada pemandangan segala raja itu. Sebab itu hendaklah engkau pulang sekarang dan pergilah dengan selamat, supaya jangan engkau berbuat sesuatu yang salah kepada pemandangan segala raja itu.”PB2 301.3

    Daud, merasa takut mengkhianati perasaannya yang sebenarnya, ia berkata kepadanya, “Apa gerangan perbuatan patik? atau apa tuanku sudah dapat dalam patik, daripada hari patik datang menghadap tuanku sampai hari ini, maka tiada boleh patik turut memerangi musuh tuanku?”PB2 301.4

    Jawab Akhis tentunya telah membangkitkan rasa malu dan penyesalan di dalam hati Daud, apabila ia memikirkan betapa tidak pantasnya seorang hamba Allah menggunakan tipu daya. “Ketahuilah aku, bahwa engkau berkenan kepada pemandanganku seperti seorang malaikat Allah,” kata raja itu, “Tetapi kata segala raja orang Filistin: Jangan diberi ia turut kita pergi perang. Maka sebab itu hendaklah engkau bangun esok pagi-pagi dan segala hamba tuanmu yang sudah datang sertamu itu, setelah sudah kamu bangun pagi-pagi dan sudah mulai siang, hendaklah kamu berjalan balik.” Dengan demikian jerat yang ke dalamnya Daud terjebak telah dihancurkan, dan iapun bebaslah.PB2 301.5

    Setelah tiga hari perjalanan Daud dan para pengikutnya yang terdiri dari enam ratu sorang itu tiba di Ziklag, rumah mereka di negeri Filistin. Tetapi satu pemandangan yang penuh dengan kerusakan terlihat di hadapan mereka. Bangsa Amalek, dengan mengambil keuntungan atas tidak hadirnya Daud, dengan bala tentaranya, telah mengadakan pembalasan atas penyerangan Daud ke daerah mereka. Mereka telah membuat satu kejutan terhadap kota itu sementara kota itu dibiarkan tanpa penjaga, dan setelah merampok dan membakarnya, lalu pergi meninggalkan kota itu, dengan membawa semua kaum wanita dan anak-anak sebagai tawanan, dan juga barang rampasan.PB2 302.1

    Dengan dipenuhi oleh kegentaran dan rasa heran, Daud dan pengikutnya itu sejenak lamanya memperhatikan dengan tenang atas puing-puing yang sudah hangus itu. Kemudian apabila suatu perasaan dahsyat yang menyedihkan memenuhi hati mereka menyaksikan kehancuran itu, tentara-tentara itu “menangislah dengan nyaring suaranya, sehingga tiada kuasa lagi akan menangis.”PB2 302.2

    Sekali lagi di sini Daud telah mendapat pelajaran karena kurangnya iman yang telah menuntun dia untuk menempatkan dirinya di antara orang Filistin. Ia mempunyai kesempatan untuk menyadari berapa besar keselamatan yang ia dapat peroleh di antara musuh Allah dan umatNya. Para pengikut Daud menunjuk kepadanya sebagai penyebab terjadinya malapetaka itu. Ia telah membangkitkan pembalasan orang Amalek oleh serangannya terhadap mereka; namun demikian, merasa aman di tengahtengah musuhnya, ia telah membiarkan kota itu tanpa penjaga. Dengan digelorakan amarah dan duka, tentaranya sekarang siap untuk melakukan segala sesuatu, dan mereka bahkan telah mengancam akan melempari pemimpinnya itu dengan batu.PB2 302.3

    Daud merasa seolah-olah telah terpisah dari segala pertolongan manusia. Segala sesuatu yang ia anggap berharga di atas dunia ini telah disapu bersih daripadanya. Saul telah mengusir dia dari dalam negerinya; orang Filistin telah mengusir dia dari perkemahan; bangsa Amalek telah menghancurkan kotanya, isteri-isteri dan anak-anaknya telah dijadikan tawanan; dan sahabat-sahabatnya sendiri telah menentang dia, dan mengancam akan membunuhnya. Dalam suasana yang amat sulit ini Daud, gantinya membiarkan pikirannya memikir-mikirkan keadaan sekeliling yang amat menekan itu, telah meminta dengan sungguh-sungguh pertolongan dari Tuhan. Ia “mempertetapkan hatinya dengan Tuhan.” Ia merenung-renungkan kembali peristiwa-peristiwa yang lalu dalam hidupnya. Kapankah pernah Tuhan meninggalkan dia? Jiwanya disegarkan bilamana ia mengenang kembali bukti-bukti kebaikan Allah. Para pengikut Daud, oleh rasa tidak puas dan tidak sabar mereka, telah menjadikan penderitaan mereka berlipat ganda; tetapi hamba Allah ini, sekalipun mempunyai alasan yang lebih besar untuk menjadi gusar, telah berusaha menguatkan dirinya. “Pada masa ketakutanku haraplah aku padamu” (Mazmur 56:4), adalah bahasa jiwanya. Sekalipun ia sendiri tidak dapat melihat jalan keluar dari kesulitan itu, Allah dapat melihatnya, dan akan mengajar dia darihal apa yang harus diperbuatnya.PB2 302.4

    Setelah memanggil Abyatar imam itu, anak Akhimelekh, “Daud bertanya akan Tuhan sembahnya: Jikalau aku mengejar akan pasukan itu, dapatkah aku sampai kepadanya?” Jawabnya adalah, “Kejarlah juga akan dia, karena tak dapat tiada engkau akan sampai kepadanya kelak dan sudah tentu engkau akan melepaskan semuanya.” 1 Samuel 30:8.PB2 303.1

    Setelah mendengar kata-kata ini kesedihan dan kesusahanpun hilanglah. Daud dan tentaranya dengan segera mulai mengejar musuh mereka yang sedang melarikan diri. Begitu cepat gerak maju mereka, sehingga pada waktu mereka tiba di anak sungai Besor, yang bermuara di Laut Tengah dekat dengan Gaza, dua ratus orang dari antara bala tentara mereka terpaksa harus tinggal di belakang karena keletihan. Tetapi Daud bersama dengan keempat ratus yang lainnya maju terus tanpa halangan apa-apa.PB2 303.2

    Dengan maju terus, mereka mendapati seorang hamba sahaya orang Mesir yang tampaknya hampir mati karena lelah dan lapar. Setelah mendapat makanan dan minuman, ia segar kembali, dan mereka diberitahu bahwa ia telah ditinggalkan untuk mati oleh majikannya yang kejam, seorang Amalek dari antara bala tentara yang telah mengadakan penyerangan itu. Ia telah menceritakan segala sesuatu tentang penyerangan dan perampokan itu; dan kemudian, setelah menuntut satu perjanjian bahwa dia tidak akan dibunuh ataupun diserahkan kembali kepada majikannya, ia setuju memimpin tentara Daud pergi ke perkemahan musuh itu.PB2 303.3

    Apabila mereka mendekati perkemahan itu satu suasana pesta yang meriah tampak kepada mereka. Bala tentara yang menang itu sedang mengadakan pesta kemenangannya. “Mereka itu berkaparanlah di atas bumi serta makan minum, dan setengah mereka itu bertari-tari sebab segala jarahan yang besar, yang dirampasnya dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. Satu serangan yang mendadak telah diperintahkan, dan sipenyerang itu dengan cepat telah menyerbu mangsanya dengan dahsyat. Bangsa Amalek itu terkejut dan menjadi kacau balau. Peperangan itu berlangsung semalam suntuk sampai keesokan harinya, sampai akhirnya hampir semua bala tentara itu dibinasakan. Hanya sekelompok tentara yang terdiri dari empat ratus orang, dengan mengendarai unta telah berhasil melarikan diri. Firman Allah telah digenapkan. “Demikianlah peri dilepaskan Daud segala sesuatu yang telah dirampas oleh orang Amalek itu, dan lagi dilepaskannya kedua isterinyapun daripadanya. Maka satupun tiada kehilangan di antaranya daripada besar dan kecil, daripada anak laki-laki dan perempuan dan daripada jarahanpun, segala yang dirampas musuh daripadanya itu semuanya dikembalikan oleh Daud.”PB2 303.4

    Pada waktu Daud menyerang daerah bangsa Amalek itu, ia telah membunuh semua orang yang jatuh ke tangannya dengan pedang. Jikalau bukan karena campur tangan Allah maka orang Amalek itu akan membalasnya dengan membunuh semua orang di Ziklag. Mereka memutuskan untuk membiarkan para tawanan itu hidup, dengan tujuan untuk lebih menyemarakkan kemenangan mereka dengan membawa sejumlah besar tawanan, dan kemudian menjualnya sebagai budak-budak. Dengan demikian, dengan tidak disadari, mereka telah menggenapi maksud Tuhan, dengan tidak menyakiti para tawanan itu, untuk dikembalikan kepada suami dan bapa-bapa mereka.PB2 304.1

    Segala kuasa yang ada di dunia ini berada di bawah pengendalian satu Oknum yang tidak terbatas. Kepada raja yang paling berkuasa, kepada penjajah yang paling kejam, Ia berkata, “Boleh engkau sampai, tetapi jangan jauh lagi.” Ayub 38:11. Kuasa Allah senantiasa dijalankan untuk melawan alat-alat kejahatan; Ia selalu berjalan di antara manusia, bukan untuk membinasakan mereka, tetapi untuk memperbaiki dan memelihara mereka.PB2 304.2

    Dengan kesukaan yang amat besar sipemenang itu telah pulang menuju ke rumah. Setibanya di tempat di mana teman-teman mereka itu telah tertinggal di belakang, mereka yang bersifat mementingkan diri dan sukar dikendalikan dari antara keempat ratus orang tentara itu menganjurkan agar orang-orang yang tidak ambil bahagian dalam peperangan itu tidak perlu mendapat bahagian daripada barang rampasan; bahwa cukuplah bagi mereka itu memperoleh kembali isteri dan anak-anak mereka sendiri. Tetapi Daud tidak menyetujui cara pengaturan seperti ini. “Jangan kamu berbuat begitu, hai saudaraku,” katanya, “akan barang yang telah di-karuniakan Tuhan kepada kita. . . . Karena seperti bahagian orang yang sudah pergi berperang, begitu juga bahagian orang yang sudah tinggal menunggui perkakasan, hendaklah mereka itu bahagi-bahagi sama banyaknya.” Dengan demikian persoalan itu telah diselesaikan, dan setelah itu telah menjadi satu peraturan di antara orang Israel bahwa semua orang yang ada hubungannya dengan satu peperangan harus mendapat bahagian dari barang rampasan yang sama banyaknya dengan mereka yang memang benar-benar terlibat langsung dalam peperangan.PB2 304.3

    Disamping telah berhasil merebut kembali segala sesuatu yang telah dibawa dari Ziklag, Daud dan pengikutnya telah merampas sejumlah besar kawanan kambing domba kepunyaan bangsa Amalek. Semuanya ini disebut “jarahan Daud”, dan setibanya kembali di Ziklag, ia telah mengirimkan dari antara barang jarahannya itu hadiah kepada tua-tua suku bangsanya sendiri yaitu Yehuda. Di dalam pembagian ini semua orang yang telah bersahabat dan telah menjadi pengikutnya bersama dengan dia pada waktu berada di atas gunung-gunung telah diingatnya, pada waktu ia telah dipaksa untuk melarikan diri dari satu tempat ke tempat yang lainnya untuk menyelamatkan diri. Kebaikan dan simpati mereka, yang amat berharga kepada pengungsi itu, dengan demikian telah dibalas.PB2 305.1

    Itu adalah hari yang ketiga semenjak Daud dan tentaranya kembali ke Ziklag. Sementara mereka bekerja memperbaiki rumah-rumah mereka yang sudah rusak itu, dengan hati yang cemas mereka menunggu-nunggu berita tentang peperangan yang mereka tahu telah diadakan antara Israel dan Filistin. Tiba-tiba seorang pesuruh memasuki kota, “pakaiannya terkoyakkoyak dan abupun adalah pada kepalanya.” Dengan segera ia dibawa menghadap Daud, di hadapannya ia telah sujud dengan sikap hormat, sambil mengakui Daud sebagai seorang pemimpin yang berkuasa, yang kepadanya ia ingin meminta belas kasihan. Dengan penuh kerinduan Daud bertanya-tanya tentang bagaimana peperangan itu telah berlangsung. Ia melaporkan tentang kematian dan kekalahan Saul, dan kematian Yonatan. Tetapi ia telah membesar-besarkan kenyataan yang sederhana itu. Merasa bahwa Daud tentunya menyimpan rasa permusuhan terhadap sipenganiayanya yang tidak mengenal belas kasihan itu, orang asing ini berharap akan mendapat kehormatan bagi dirinya dengan mengatakan bahwa dia adalah orang yang telah membunuh Saul itu. Dengan disertai sikap yang congkak orang ini terus menceritakan bahwa pada waktu berlangsungnya peperangan itu, ia telah mendapati raja Israel itu terluka, dan tertekan oleh musuhnya, dan bahwa atas permintaannya sendiri pesuruh itu telah membunuhnya. Mahkota dari kepalanya dan gelang emas dari tangannya telah ia bawa kepada Daud. Dengan penuh keyakinan ia berharap bahwa kabar ini akan disambut dengan kegembiraan, dan bahwa satu upah yang besar akan diberikan kepadanya atas perbuatannya itu.PB2 305.2

    Tetapi “pada masa itu dicapai Daud akan pakaiannya sendiri, dicarikcariknya, demikianpun kelakuan segala orang yang sertanya. Maka mereka itu sekalian meratap dan menangis dan berpuasa sampai haripun malamlah karena Saul dan karena Yonatan, putera baginda, dan karena segala umat Tuhan dan karena segala isi rumah Israel, sebab mereka itu sudah rebah mati dimakan pedang.”PB2 305.3

    Kekagetan yang pertama karena berita yang mengerikan itu berlalu, sekarang pikiran Daud tertuju kepada orang asing ini, dan kejahatan, yang menurut keterangannya sendiri telah ia lakukan. Pemimpin itu bertanya kepadanya, “Dari mana engkau?” dan ia menjawab, “Sahaya ini anak seorang helat, anak seorang-orang Amalek. Maka kata Daud kepadanya: Bagaimana engkau tiada takut mengangkat tanganmu akan membinasakan orang yang telah disiram bagi Tuhan?” Dua kali Daud telah berhasil menguasai Saul, tetapi pada waktu ia disuruh untuk membunuhnya, ia telah menolak mengangkat tangannya melawan dia yang telah diasingkan atas perintah Tuhan untuk memerintah atas orang Israel. Tetapi orang Amalek ini tidak merasa takut membanggakan bahwa ia telah membunuh raja Israel. Ia telah menuduh dirinya sendiri atas kejahatan yang harus dihukum mati, dan dengan segera hukuman itu telah dilaksanakan. Daud berkata, “Bahwa darahmu itu di atas kepalamu, karena mulutmu sudah naik saksi atas dirimu, katanya: Sahaya sudah membunuh orang yang telah disiram bagi Tuhan.”PB2 306.1

    Kedukaan Daud atas kematian Saul adalah sungguh-sungguh dan amat dalam, menunjukkan kemurahan hati daripada satu sifat yang agung. Ia tidak bersuka-suka atas kebinasaan musuhnya itu. Halangan yang telah merintangi dia untuk mencapai takhta Israel sekarang telah disingkirkan, tetapi atas hal ini ia tidak gembira. Kematian telah meniadakan ingatan terhadap kejahatan dan kekejaman Saul, dan sekarang tidak ada satupun di dalam sejarah hidupnya yang diingat kecuali sesuatu yang agung dan mulia. Nama Saul dihubungkan dengan nama Yonatan, yang persahabatannya begitu sejati dan tidak mementingkan diri.PB2 306.2

    Nyanyian, yang di dalamnya Daud telah mencetuskan perasaan hatinya telah menjadi satu harta bagi bangsanya, dan kepada umat Allah pada zaman mendatang!PB2 306.3

    “Aduh, rusa Israel! di atas bukitmu engkau sudah tertikam!
    Aduh, segala orang perkasa sudah rebah mati!
    Jangan diwartakan hal itu di Gat,
    Jangan dikabarkan hal itu pada lorong-lorong Askelon,
    Asal jangan anak-anak perempuan orang Filistin itu bersuka-suka,
    Dan jangan anak-anak perempuan orang kulup itu bertari-tari dengan suka cita hatinya.
    Hai kamu, gunung yang di Gilboa! Jangan ada embun atau hujan turun kepadamu; demikianpun hai kamu segala
    perhumaan hulu hasil!
    Karena di sana dinajiskan perisai orang perwira,
    Yaitu perisai Saul, seolah-olah cuma-cuma ia disiram dengan minyak bau-bauan.
    Adapun Saul dan Yonatan yang berkasih-kasihan dan berkenan seorang akan
    seorang pada masa hidupnya,
    Ia itu tiada juga diceraikan pada masa matinya!
    Keduanya itu tangkas daripada burung nazar,
    Dan gagah daripada singa adanya.
    Hai kamu, anak perempuan Israel! Tangisilah olehmu akan Saul,
    Yang telah memakaikan kamu dengan kain warna kermizi dan beberapa benda
    yang indah-indah,
    Dan yang telah mengenakan perhiasan emas pada pakaianmu.
    Aduh! rebahlah sudah segala orang perkasa di tengah-tengah peperangan!
    Wai Yonatan, engkau sudah tertikam di atas bukitmu!
    Karena sebab engkau, hai saudaraku, Yonatan! tersesaklah hatiku.
    Bahwa engkaulah kekasihku terlebih daripada sekaliannya,
    Dan kasihmu akan daku lebih kuasa daripada kasih orang perempuan.
    Aduh! rebahlah sudah orang perkasa itu,
    Dan hilanglah segala senjata peperangan!” 2 Samuel 1:19-27.
    PB2 306.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents