Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Dosa Dan Pertobatan Daud

    Alkitab hanya mencatat sedikit saja tentang pujian kepada manusia. Hanya sedikit saja tempat diberikan untuk mencatat jasa-jasa orang yang terbaik sekalipun yang pernah hidup. Diam yang seperti ini bukannya tidak beralasan, bukannya tanpa satu pelajaran. Segala sifat-sifat yang baik yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian Allah; perbuatan baik mereka dilakukan oleh anugerah Allah melalui Kristus. Olehkarena mereka berhutang segala-galanya kepada Allah maka kemuliaan daripada segala apapun yang berhubungan dengan keadaan diri mereka ataupun perbuatan mereka adalah milik Allah sendiri; mereka hanyalah sekedar alat di dalam tanganNya. Lebih daripada ini—sebagaimana yang diajarkan oleh semua pengajaran dalam sejarah Alkitab—adalah satu perkara yang berbahaya untuk memuji atau meninggikan manusia; karena jikalau seseorang kehilangan pandangan akan kebergantungannya kepada Allah, dan berharap kepada kekuatannya sendiri, maka pasti ia akan jatuh. Manusia sedang bergumul dengan musuh yang lebih kuat daripadanya. “Karena kita bergumul, bukannya dengan manusia, melainkan dengan segala penguasa dan kuasa, dan penghulu dunia yang memerintahkan kegelapan, dan segala kuasa roh yang jahat di udara.” Efesus 6:12. Adalah mustahil bagi kita di dalam kekuatan kita sendiri untuk bertahan dalam peperangan ini; dan apapun yang memalingkan pikiran kita dari Allah, apapun yang menuntun kita untuk meninggikan diri sendiri atau bergantung atas diri sendiri, pasti sedang menyediakan jalan kehancuran kita. Alkitab menekankan agar jangan berharap kepada kuasa manusia dan mendorong kita berharap kepada kuasa ilahi.PB2 328.1

    Roh percaya kepada diri sendiri dan meninggikan diri itulah yang telah menyediakan jalan bagi kejatuhan Daud. Puji-pujian dan bujukan yang licik daripada kekuasaan dan kemewahan bukannya tanpa akibat terhadap dirinya. Pergaulan dengan bangsa-bangsa sekeliling juga mendatangkan satu pengaruh yang tidak baik. Sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di antara raja-raja Timur, kejahatan-kejahatan yang tidak boleh ditolerir jikalau dilakukan oleh rakyat jelata tidak akan dihukum jikalau itu dilakukan oleh raja-raja, maka raja tidak perlu mengadakan pengendalian diri yang sama seperti yang dilakukan oleh rakyat. Semuanya ini cenderung untuk mengurangi kepekaan Daud terhadap kejinya dosa. Dan gantinya dengan rendah hati bergantung atas kuasa Tuhan, ia mulai berharap kepada kebijaksanaan dan kekuatannya sendiri. Segera setelah setan berhasil memisahkan jiwa dari Allah, satu-satunya Sumber kekuatan itu, ia akan berusaha untuk membangkitkan keinginan-keinginan yang keji daripada sifat alamiah manusia yang jahat itu. Pekerjaan musuh itu bukanlah secara mendadak; pada permulaannya, itu tidak mengejutkan; itu merupakan suatu usaha yang diam-diam untuk menghancurkan benteng-benteng prinsip. Itu dimulai dengan perkara-perkara yang kelihatannya kecil—kelalaian untuk setia kepada Allah dan untuk bergantung dengan sepenuhnya kepadaNya, kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan dan praktek-praktek duniawi.PB2 328.2

    Sebelum berakhirnya peperangan dengan bangsa Ammon, Daud, dengan menyerahkan kepemimpinan atas bala tentara itu kepada Yoab, telah kembali ke Yerusalem. Bangsa Syam sudah menyerah kepada Israel, dan kehancuran total bangsa Ammon kelihatannya sudah dapat dipastikan. Daud dikelilingi oleh hasil-hasil kemenangan dan kemuliaan pemerintahannya yang bijaksana dan mantap itu. Sekaranglah, pada saat ia sedang berada dalam keadaan senang dan lengah, dimana sipenggoda itu telah menggunakan kesempatan untuk menguasai pikirannya. Kenyataan bahwa Allah telah membawa Daud ke dalam hubungan yang sangat erat dengan Dirinya Sendiri dan telah menyatakan kebajikannya yang amat besar itu, seharusnya menjadi satu pendorong baginya untuk menjaga tabiatnya agar tidak bercacat. Tetapi bilamana di dalam kesenangan dan merasa diri aman ia melepaskan pegangannya kepada Allah, Daud telah menyerah kepada setan dan mendatangkan ke atas jiwanya noda dosa. Ia, pemimpin bangsa yang telah diangkat oleh Sorga, yang telah dipilih Allah untuk menegakkan hukumNya, telah melanggar peraturan-peraturannya. Ia yang seharusnya menjadi suatu kegentaran kepada orang-orang yang berbuat jahat, oleh tindakannya sendiri telah menguatkan tangan mereka.PB2 329.1

    Di tengah-tengah bahaya pada awal hidupnya, Daud dengan jujur dapat menyerahkan hidupnya kepada Allah. Tangan Tuhan telah menuntun dia dengan selamat melalui jerat yang tidak terhitung banyaknya yang telah dipasang untuk menjerat kakinya. Tetapi sekarang, dalam keadaan bersalah dan tidak bertobat, ia tidak meminta pertolongan dan bimbingan dari Sorga, tetapi berusaha untuk melepaskan diri dari bahaya ke dalam mana dosa telah melibatkan dirinya.Batsyeba, yang keelokan parasnya itu terbukti telah menjadi jerat kepada raja, adalah isteri Uria, orang Heti, salah seorang pegawai Daud yang paling berani dan setia. Tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan menjadi akibatnya jikalau kejahatan itu diketahui. Hukum Allah menuntut hukuman mati atas diri orang yang berzinah, dan serdadu yang sombong itu, yang telah dihina secara keji, akan mengadakan balas dendam dengan membunuh raja atau dengan menghasut bangsa itu untuk memberontak.PB2 329.2

    Setiap usaha yang Daud adakan untuk menutupi kesalahannya itu ternyata sia-sia saja. Ia telah mengkhianati dirinya dan menyerahkannya kepada kekuasaan setan; bahaya mengelilingi dirinya, kehinaan yang lebih getir daripada kematian ada di hadapannya. Kelihatannya hanya ada satu saja jalan kelepasan, dan di dalam kekecewaannya itu dengan cepatnya ia telah menambahkan dosa pembunuhan kepada perzinahan. Ia yang telah berhasil dalam membinasakan Saul sedang berusaha untuk menuntun Daud juga ke dalam kehancuran. Sekalipun pencobaannya berbeda, semuanya itu sama-sama memimpin kepada pelanggaran akan hukum Allah. Daud berpikir bahwa jikalau Uria dibunuh oleh tangan musuh di dalam peperangan, maka kesalahan yang terjadi atas kematiannya itu tidak akan dapat dikenakan kepada raja, Batsyeba akan bebas untuk menjadi isteri Daud, kecurigaan akan dapat dicegah, dan kehormatannya sebagai seorang raja akan tetap dipertahankan.PB2 330.1

    Uria telah dijadikan sebagai pembawa surat perintah kematiannya sendiri. Sepucuk surat telah dikirimkan melalui tangannya kepada Yoab dari raja yang memerintahkan, “Taruhlah olehmu akan Uria itu pada haluan tentara, di tempat perang itu sangat ramai, lalu undurlah daripadanya, supaya iapun kena lalu mati.” Yoab, yang sudah bersalah atas pembunuhannya yang kejam itu, tidak berlambatan untuk menuruti perintah raja, dan Uria tewas oleh pedang bangsa Ammon.PB2 330.2

    Sampai kepada saat itu catatan hidup Daud sebagai seorang pemimpin adalah sedemikian rupa sehingga hanya sedikit saja yang dapat menyamainya. Telah tersurat tentang dirinya bahwa ia “melakukan kebenaran dan keadilan kepada segala bangsanya.” 2 Samuel 8:15. Kejujurannya telah menawan kepercayaan dan kesetiaan bangsa itu. Tetapi apabila ia berpaling dari Allah dan menyerahkan dirinya kepada sijahat itu, untuk sementara ia telah menjadi alat setan; namun demikian, ia masih tetap menduduki kedudukan dan wewenang yang telah diberikan Allah kepadanya, dan oleh sebab hal ini, menuntut penurutan yang akan membahayakan jiwa dia yang tidak mau menurutnya. Dan Yoab, yang kesetiaannya telah diberikan kepada Daud gantinya kepada Allah, telah melanggar hukum Allah oleh sebab raja telah memerintahkannya.PB2 330.3

    Kuasa Daud telah diberikan Allah kepadanya, tetapi harus dijalankan selaras dengan hukum ilahi saja. Apabila ia memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Allah, maka akan menjadi dosa jika diturutnya. “Maka segala kuasa yang ada itu ditetapkan oleh Allah” (Rom 13:1), tetapi kita tidak harus menurutnya bila itu bertentangan dengan hukum Allah. Rasul Paulus, dalam tulisannya kepada sidang Korintus, menyatakan prinsip yang dengannya kita harus diperintah. Ia berkata, “Hendaklah kamu menurut teladan aku, seperti akupun menurut teladan Kristus.” 1 Korintus 11:1.PB2 331.1

    Satu berita tentang telah dilaksanakannya perintahnya itu telah dikirimkan kepada Daud, tetapi kata-katanya itu telah diatur sedemikian rupa sehingga tidak melibatkan baik Yoab ataupun raja. Yoab “berpesan kepada utusan itu demikian: Setelah sudah engkau mempersembahkan segala hal ikhwal peperangan itu kepada baginda, jikalau kiranya pada masa itu terbitlah murka baginda akan dikau, . . . lalu hendaklah kau sahut: Bahwa patik tuanku Uria orang Heti itupun mati juga. Maka utusan itupun berjalanlah, lalu masuklah ia langsung ke dalam istana, maka dipersembahkannya kepada Daud segala kabar yang dipesan Yoab kepadanya.”PB2 331.2

    Sambutan raja adalah, “Katakanlah ini kepada Yoab: Janganlah engkau memperhatikan sangat perkara ini, karena sekali begini, sekali begitu peri makan pedang. Baiklah engkau membantarkan perangmu dengan melanggar negeri dan binasakan dia. Maka demikian hendaklah engkau mempertetapkan hati Yoab.”PB2 331.3

    Batsyeba mengikuti adat kebiasaan untuk berkabung bagi suaminya; dan berakhir masa perkabungan itu “disuruh Daud bawa akan dia ke dalam istananya, diperisterikannyalah ia.” Ia yang hati nuraninya halus itu dan kepekaannya terhadap kehormatan itu tidak mengijinkan dia, sekalipun dalam keadaan yang membahayakan dirinya, untuk mengedangkan tangannya terhadap orang yang sudah disiram bagi Tuhan, telah begitu merosot sehingga ia bisa berbuat salah dan membunuh salah seorang dari antara tentaranya yang paling setia dan paling berani, dan berharap akan dapat menikmati hasil dosanya itu tanpa mendapat gangguan apa-apa. Celaka! bagaimana emas murni itu telah menjadi kabur! bagaimana emas yang paling murni itu telah berubah!PB2 331.4

    Semenjak awainya setan telah menggambarkan kepada manusia keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh melalui pelanggaran. Dengan cara demikianlah ia telah menipu malaikat-malaikat. Dengan cara demikian ia telah memperdayakan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Dan dengan cara yang sama seperti ini pulalah ia sedang menuntun banyak orang untuk berpaling dari penurutan kepada Allah. Jalan pelanggaran telah dijadikan kelihatan menarik, “tetapi akhirnya kelak menjadi jalan kepada maut.” Amsal Solaiman 14:12. Berbahagialah mereka yang, setelah menempuh jalan ini, menyadari betapa pahitnya buah dosa itu, dan berpaling daripadanya dengan segera. Allah di dalam rahmatNya tidak meninggalkan Daud untuk dibujuk ke dalam kebinasaan total oleh upah dosa yang penuh tipu daya itu.PB2 331.5

    Demi kepentingan Israel juga maka perlu bagi Allah untuk campur tangan. Apabila waktu berlalu, dosa Daud terhadap Batsyeba telah diketahui, dan kecurigaan telah timbul bahwa ia telah merencanakan kematian Uria. Tuhan telah dihinakan. Ia telah berbuat baik dan menghormati Daud, dan dosa Daud telah menampilkan tabiat Allah dengan secara ‘keliru dan telah melemparkan cemoohan kepada namaNya. Hal itu cenderung untuk merendahkan ukuran peribadatan di antara Israel, untuk mengurangi rasa kejinya dosa dalam banyak pikiran manusia; sementara mereka yang tidak mengasihi dan takut akan Allah olehnya telah dijadikan berani di dalam berbuat pelanggaran.PB2 332.1

    Nabi Natan telah diperintahkan untuk menyampaikan satu teguran kepada Daud. Teguran itu merupakan satu kabar yang sifatnya keras. Teguran seperti itu hanya dapat diberikan kepada sedikit saja dari antara raja-raja tetapi itupun dengan upah kematian kepada orang yang mengadakan teguran itu. Natan menyampaikan hukuman ilahi dengan beraninya, tetapi dengan disertai hikmat yang berasal dari sorga sehingga bisa memperoleh simpati dari raja, untuk membangkitkan hati nuraninya, dan untuk mengeluarkan dari dalam bibirnya sendiri hukuman mati terhadap dirinya. Sambil menyatakan bahwa Daud adalah seorang pembela hak-hak rakyatnya yang sudah diangkat oleh ilahi, nabi itu telah menuturkan satu cerita tentang tindakan yang salah dan menekan yang perlu untuk diperbaiki.PB2 332.2

    “Dalam sebuah negeri anu adalah dua orang,” katanya, “seorang yang kaya, seorang yang miskin. Maka pada orang kaya itu adalah amat banyak lembu dan kambing domba. Tetapi orang miskin itu tiada empunya melainkan hanya seekor anak domba yang telah dibelinya dan dipeliharakannya, sehingga ia itu menjadi besar bersama-sama dengan dia dan dengan anak-anaknyapun, maka ia itupun makanlah daripada makanannya dan minumlah daripada cawannya, dan tidurlah pada ribaannya dan adalah ia itu baginya seperti seorang anaknya. Maka datanglah seorang perjalanan singgah kepada orang kaya itu, maka disayangkannya orang kaya itu akan kambing domba dan lembunya sendiri, tiada ia mau mengambil dia akan disediakan bagi orang perjalanan yang telah singgah kepadanya itu, melainkan diambilnya akan anak domba orang miskin itu, disediakannya bagi orang yang telah singgah kepadanya.”PB2 332.3

    Kemarahan raja bangkit, dan ia berseru, “Demi Tuhan yang hidup, orang yang telah berbuat demikian itulah akan mati dibunuh! Tak akan jangan diberinya ganti anak domba itu empat kali ganda, sebab telah diperbuatnya perkara yang demikian dan sebab tiada ia menaruh kasihan.” 2 Samuel 12:5, 6.PB2 333.1

    Natan memusatkan pandangannya kepada raja, kemudian sambil mengangkat tangan kanannya ke atas, dengan khidmat ia berkata, “Tuanku juga orang itu!” “Mengapa gerangan,” sambungnya, “engkau sudah mempermudahkan firman Tuhan dengan berbuat perkara yang jahat kepada pemandangannya?” Orang yang bersalah bisa berusaha, sebagaimana yang telah dicoba oleh Daud, untuk menyembunyikan kejahatan mereka dari manusia; mereka bisa berusaha untuk mengubur perbuatan jahat dari pandangan manusia untuk selama-lamanya; tetapi “nyata dan terbuka segala sesuatu kepada pemandangan Allah, yang harus kita memberi jawab kepadaNya.” Ibrani 4:13. “Suatupun tiada yang tertudung yang tidak dibukakan kelak, dan suatupun tiada yang tersembunyi yang tiada dinyatakan kelak.” Matius 10:26. Natan menyatakan: “Maka inilah firman Tuhan, Allah orang Israel: Bahwa Aku sudah menyiram engkau akan raja orang Israel dan Aku sudah meluputkan dikau daripada tangan Saul. . . . Mengapa gerangan engkau sudah mempermudahkan firman Tuhan dengan berbuat barang yang jahat kepada pemandangannya? Bahwa engkau sudah membunuh Uria, orang Heti itu dengan pedang dan bininya telah kau ambil akan isterimu; bahkan engkau sudah membunuh Uria itu dengan pedang bani Ammon! Maka sekarang pedang itu tiada akan undur daripada isi rumah mu sampai selama-lamanya. . . . Bahwa Aku akan menerbitkan jahat atasmu kelak dari dalam isi istanamu, dan Aku akan mengambil isterimu di hadapan matamu dan memberikan dia kepada kawanmu. . . . Adapun engkau sudah berbuat perkara itu dengan sembunyi-sembunyi, tetapi Aku akan mengadakan perkara itu kelak di hadapan segenap Israel dan di hadapan matahari.”PB2 333.2

    Teguran nabi itu menjamah hati Daud, hati nuraninya dibangkitkan; kesalahannya nampak dalam segala kekejiannya. Jiwanya tertunduk dalam pertobatan kepada Allah. Dengan bibir yang gemetar ia berkata, “Bahwa aku sudah berdosa kepada Tuhan.” Segala kesalahan yang diperbuat kepada orang lain telah terpantul kembali dari yang disakiti kepada Allah. Daud telah melakukan dosa yang keji, baik terhadap Uria dan juga Batsyeba, dan ia benar-benar merasakannya. Tetapi jauh lebih besar daripada itu adalah dosanya terhadap Allah.PB2 333.3

    Sekalipun tidak akan didapati seorang di dalam Israel untuk melaksanakan hukuman mati kepada orang yang sudah dilantik bagi Tuhan, Daud gemetar, karena jangan-jangan, dalam keadaan yang bersalah dan tidak diampuni, ia akan dibunuh oleh hukuman Allah yang segera. Tetapi satu kabar telah dikirimkan kepadanya oleh nabi, “Bahwa Tuhan juga sudah mengangkat dosa itu daripada tuanku, supaya jangan tuanku mati dibunuh.” Namun demikian keadilan harus dipertahankan. Hukuman mati itu dipindahkan dari diri Daud kepada anak yang telah diperolehnya dalam dosa. Dengan demikian raja diberi kesempatan untuk bertobat; sementara kepadanya penderitaan dan kematian anak itu, sebagai sebahagian daripada hukumannya itu, adalah lebih getir daripada kematiannya sendiri. Nabi itu berkata, “Sebab tuanku sudah menyebabkan segala seteru tuanku itu menghujat sangat, tak dapat tiada putera tuanku yang baharu jadi bagi tuanku, itu akan mati kelak.”PB2 334.1

    Pada waktu anak ini sakit payah, Daud, dengan berpuasa dan dengan merendahkan diri, memohon agar anak itu hidup. Ia menanggalkan jubah rajanya, ia menanggalkan mahkotanya, dan dari malam ke malam ia berbaring di atas tanah, dengan hati yang hancur memohon bagi seorang yang menderita karena kesalahannya. “Maka segala tua-tua dalam istana bagindapun berbangkitlah, lalu mendapatkan baginda hendak membangkitkan baginda dari tanah itu, tetapi tiada baginda mau.” Sering bilamana hukuman sudah dinyatakan kepada manusia ataupun negeri, sikap merendahkan hati dan pertobatan telah menegahkan hukuman itu, dan Yang Senantiasa menunjukkan rahmat itu, yang cepat mengampuni, telah mengirimkan utusan-utusan perdamaian. Didorong oleh pendapat ini, Daud terus bertahan dalam permohonannya selama anak itu masih hidup. Setelah mengetahui bahwa anak itu sudah mati, dengan diam-diam ia telah menyerah kepada pernyataan Allah. Pukulan yang pertama daripada pembalasan itu telah dinyatakannya sendiri sebagai sesuatu yang adil telah dijatuhkan; tetapi Daud, sambil berharap kepada rahmat Allah, bukannya tanpa penghiburan.PB2 334.2

    Sangat banyak orang, setelah membaca sejarah tentang kejatuhan Daud, telah bertanya-tanya, “Mengapakah catatan ini telah dipaparkan di hadapan umum? Mengapakah Allah merasa tepat untuk membuka kepada dunia ini pasal yang gelap daripada kehidupan seorang yang amat dihormati oleh Sorga?” Nabi itu, di dalam tegurannya kepada Daud, telah menyatakan tentang dosanya, “Sebab tuanku sudah menyebabkan segala seteru Tuhan itu menghujat sangat.” Di sepanjang generasi-generasi yang berikutnya orang-orang kapir telah menunjuk kepada tabiat Daud, yang ternoda itu dan telah berseru dalam kemenangan dan cemoohan, “Inilah orang yang diperkenan Allah!” Dengan demikian satu celaan telah dilemparkan terhadap agama, Allah dan firmanNya telah dihujat, jiwa-jiwa telah dikeraskan dalam sikap tidak percaya, dan banyak orang, di bawah jubah agama, telah menjadi berani dalam dosa.PB2 334.3

    Tetapi sejarah tentang Daud tidak memberikan persetujuan kepada dosa. Pada waktu ia berjalan sesuai dengan nasihat Allah ia disebut sebagai seorang yang diperkenan Allah. Pada waktu ia berbuat dosa, maka hal ini tidak berlaku lagi kepadanya sampai oleh pertobatan ia berpaling kepada Tuhan. Firman Allah dengan jelas menyatakan, “Perkara yang telah diperbuat Daud itu jahatlah adanya kepada pemandangan Tuhan!” 2 Samuel 11:27. Dan Tuhan berkata kepada Daud melalui nabi itu, “Mengapa gerangan engkau sudah mempermudahkan firman Tuhan dengan berbuat barang yang jahat kepada pemandangannya? .... Maka sekarang pedang itu tiada akan undur daripada isi rumahnya sampai selama-lamanya, yaitu sebab engkau sudah menghinakan Daku.” Sekalipun Daud bertobat dari dosanya dan diampuni dan diterima oleh Tuhan, ia telah menuai hasil yang amat mengerikan daripada benih yang telah ditaburkannya sendiri. Hukuman ke atas dirinya dan ke atas isi rumahnya menyaksikan tentang rasa muak Allah terhadap dosa.PB2 335.1

    Hingga saat ini pimpinan Allah telah memeliharakan Daud daripada segala niat jahat musuh-musuhnya, dan dengan langsung pimpinan itu telah dilaksanakan untuk menahan Saul. Tetapi pelanggaran Daud telah mengubah hubungannya kepada Allah. Bagaimanapun juga Tuhan tidak dapat membenarkan kejahatan. Ia tidak dapat menggunakan kuasaNya untuk melindungi Daud daripada segala akibat dosanya itu sebagaimana ia telah dilindungi dari permusuhan Saul.PB2 335.2

    Di dalam diri Daud sendiri terjadi suatu perubahan yang besar. Rohnya hancur olehkarena kesadaran akan dosanya itu dan akibat-akibatnya yang meluas itu. Ia merasa hina di hadapan rakyatnya. Pengaruhnya telah dilemahkan. Hingga saat ini kemakmurannya telah dianggap sebagai akibat daripada penurutannya kepada hukum-hukum Tuhan. Tetapi sekarang rakyatnya, setelah mengetahui tentang dosanya itu, akan dituntun kepada dosa dengan lebih leluasa. Wewenangnya di dalam rumah tangganya sendiri, tuntutannya agar ia dihormati dan diturut oleh anak-anaknya, telah dilemahkan. Satu perasaan akan kesalahannya itu memaksa dia untuk tutup mulut dimana sebenarnya ia harus menghukumkan dosa; itu telah menjadikan tangannya lemah untuk menegakkan keadilan di dalam rumah tangganya. Teladannya yang buruk itu telah memberikan pengaruh kepada anak-anaknya, dan Allah tidak akan campur tangan untuk menegahkan akibat-akibatnya. Ia akan membiarkan segala perkara itu berjalan sebagaimana biasanya, dan dengan demikian Daud telah diajar dengan keras sekali.PB2 335.3

    Selama satu tahun penuh setelah kejatuhannya itu Daud hidup di dalam rasa aman yang semu; tidak ada bukti yang kelihatan tentang adanya murka Allah. Tetapi hukuman ilahi ada di atas kepalanya. Dengan cepat dan dengan pasti satu hari pehukuman dan pembalasan sedang datang mendekat, yang tidak dapat ditegahkan oleh pertobatan, kesedihan dan rasa malu yang akan menggelapkan seluruh kehidupannya di dunia ini. Mereka yang, dengan menunjuk kepada teladan hidup Daud, berusaha untuk mengurangi kesalahan dosa-dosa mereka, harus belajar dari Alkitab bahwa jalan pelanggaran itu sukar. Sekalipun seperti Daud mereka akan berpaling dari jalan dosa mereka, segala akibat dosa, sekalipun di dalam hidup yang sekarang ini, akan ternyata getir dan berat untuk ditanggung.PB2 336.1

    Allah bermaksud bahwa sejarah kejatuhan Daud itu akan berguna sebagai satu amaran bahwa sekalipun mereka yang telah diberkati dan dikasihi oleh Allah hendaknya jangan merasa aman dan melalaikan doa dan sikap waspada. Dan dengan demikian itu telah terbukti kepada mereka yang dengan rendah hati telah berusaha untuk mengambil pelajaran yang Allah mau berikan. Dari generasi kepada generasi ribuan orang telah dituntun dengan cara demikian untuk menyadari akan bahaya yang sedang mereka hadapi dari kuasa sipenggoda itu. Kejatuhan Daud, seorang yang amat dihormati Allah, telah membangkitkan di dalam diri mereka sikap untuk tidak berharap, kepada diri sendiri. Mereka telah merasa bahwa Allah saja yang dapat memelihara mereka oleh kuasaNya melalui iman. Dengan menyadari bahwa kekuatan dan keselamatan mereka itu ada di dalam Dia, maka mereka merasa takut untuk mengambil langkah yang pertama di daerah setan.PB2 336.2

    Sekalipun sebelum hukuman ilahi dijatuhkan kepada Daud, ia telah mulai menuai buah pelanggarannya itu. Hati nuraninya tidak tenteram. Tekanan jiwa yang ditanggungnya pada waktu itu telah dinyatakannya di dalam mazmur tiga puluh dua. Ia berkata:PB2 336.3

    “Berbahagialah orang yang telah diampuni salahnya dan ditudungkan dosanya.
    Berbahagialah orang yang tiada ditanggungkan Tuhan kesalahan di atasnya,
    Dan yang tiada menaruh tipu daya dalam hatinya.
    Sementara aku lagi berdiam diriku maka tulang-tulangku menjadi tua,
    Dalam peraungku pada segenap hari.
    Karena pada siang dan malam tanganmu beratlah menekan aku,
    Dan airku telah kekeringanlah seperti pada musim kemarau adanya.” Mazmur 32:1-4
    PB2 336.4

    Dan mazmur lima puluh satu adalah satu ungkapan daripada pertobatan Daud, pada waktu teguran itu datang kepadanya dari Allah:PB2 337.1

    “Kasihankanlah kiranya, ya Allah, sekadar kemurahanmu,
    Dan hapuskan apalah segala durhakaku sekadar kebesaran segala rahmatmu!
    Basuhkan kiranya aku baik-baik daripada salahku dan sucikanlah aku daripada dosaku.
    Karena telah diketahui akan salahku dan dosaku akan ada senantiasa di hadapanku.
    Sucikanlah kiranya aku daripada dosa dengan zuf, maka akupun akan suci kelak;
    basuhkanlah aku, maka aku akan putih daripada salju.
    Berilah aku mendengar pula kesukaan dan kegemaran,
    Biarlah segar pula segala tulang, yang telah kauhancurkan.
    Palingkanlah wajahmu daripada dosaku,
    Dan hapuskan apalah segala kesalahanku.
    Jadikanlah dalam aku suatu hati yang suci, ya Allah!
    Dan baharuilah dalam aku suatu peri yang teguh.
    Jangan apalah Engkau membuangkan daku dari hadapan hadiratmu,
    Dan jangan Engkau mengambil Roh Sucimu daripadaku.
    Kembalikanlah kiranya kesukaan selamat yang daripadamu,
    Dan sokonglah akan daku dengan Rohmu yang bebas.
    Maka aku akan mengajarkan jalanmu kepada orang yang bersalah,
    Dan orang yang berdosapun akan bertobat kepadamu.
    Lepaskanlah aku daripada hutang darah, ya Allah! ya Allah, pohon selamatku,
    Maka lidahku akan memuji segala kebenaranmu. Mazmur 51:3-16.
    PB2 337.2

    Dengan demikian di dalam satu nyanyian yang suci yang harus dinyanyikan di dalam perkumpulan umum bangsanya itu, di hadapan orangorang istana—para imam dan hakim, penghulu dan tentara—dan yang akan memelihara pengetahuan tentang kejatuhannya sampai kepada generasi yang paling akhir, raja Israel ini telah menceritakan dosanya, pertobatannya, dan pengharapannya akan keampunan melalui rahmat Allah. Gantinya berusaha untuk menyembunyikan kesalahannya ia menghendaki agar orang lain dapat diajar melalui sejarah yang menyedihkan dari kejatuhannya itu.PB2 337.3

    Pertobatan Daud sangat dalam dan sungguh-sungguh. Tidak ada usaha untuk mencari dalih atas kejahatannya. Tidak ada keinginan untuk melepaskan diri dari hukuman yang telah dinyatakan kepadanya, yang mendorong doanya itu. Tetapi ia melihat kejinya pelanggaran terhadap Allah; ia melihat noda pada jiwanya; ia merasa muak atas dosanya itu. Bukan hanya untuk keampunan saja ia berdoa, tetapi juga untuk kesucian hati. Daud tidak menghentikan pergumulannya itu dalam kekecewaan. Di dalam janjijanji Allah kepada orang berdosa yang bertobat ia melihat bukti daripada keampunan dan penerimaannya.PB2 337.4

    “Karena tiada Engkau menghendaki korban, jikalau kiranya Engkau menghendaki
    dia niscaya ia itu kupersembahkan,
    Maka akan korban bakaranpun tiada Engkau berkenan.
    Adapun persembahan yang kesukaan Allah yaitulah hati yang pecah,
    Maka tiada Engkau, ya Allah! menghinakan hati yang hancurluluh adanya.” Mazmur 51:18, 19.
    PB2 338.1

    Sekalipun Daud telah jatuh, Tuhan mengangkat dia. Sekarang ia lebih serasi dengan Allah dan lebih bersimpati dengan sesamanya daripada sebelum ia jatuh. Di dalam kesukaan daripada kelepasan itu ia menyanyi:PB2 338.2

    “Lalu aku mengaku dosaku kepadamu dengan tiada menyembunyikan kejahatanku.
    Maka kataku: Aku hendak mengaku segala salahku kepada Tuhan,
    Maka Engkau juga mengampuni kesalahan dosaku.. ..
    Bahwa Engkaulah perlindungan bagiku, dan Engkau memeliharakan aku daripada kepicikan;
    Maka Engkau mengelilingi aku dengan nyanyian kelepasan yang beramai-ramai.” Mazmur 32:5-7.
    PB2 338.3

    Banyak orang telah bersungut terhadap apa yang mereka sebut sebagai ketidak-adilan Allah di dalam membiarkan Daud hidup, yang kesalahannya itu begitu besar, setelah menolak Saul untuk sesuatu yang kelihatannya merupakan dosa yang lebih kecil bahayanya. Tetapi Daud, telah merendahkan dirinya dan mengakui dosa-dosanya, sementara Saul meremehkan teguran dan mengeraskan hatinya dalam sikap yang tidak bertobat.PB2 338.4

    Bahagian sejarah Daud ini mengandung makna kepada orang berdosa yang bertobat. Itu merupakan salah satu gambaran yang paling nyata yang diberikan kepada kita sehubungan dengan pergumulan dan pencobaan manusia, dan tentang pertobatan yang sejati terhadap Allah dan iman di dalam Yesus Kristus Tuhan kita. Sepanjang zaman itu telah terbukti sebagai satu sumber kekuatan kepada jiwa-jiwa, yang setelah jatuh ke dalam dosa, sedang bergumul di bawah beban kesalahannya. Ribuan anak-anak Allah, yang telah tertipu ke dalam dosa, pada waktu hampir menjadi kecewa telah mengingat bagaimana pengakuan dan pertobatan Daud yang sungguh-sungguh itu telah diterima oleh Allah, sekalipun ia harus menderita karena pelanggarannya itu; dan mereka juga telah menjadi berani untuk bertobat dan berusaha kembali untuk berjalan pada jalan hukum Allah.PB2 338.5

    Siapa saja yang pada waktu ditegur oleh Allah mau merendahkan hati dengan disertai pengakuan dan pertobatan, sebagaimana halnya Daud, bisa merasa pasti bahwa ada pengharapan baginya. Siapa saja yang di dalam iman mau menerima janji-janji Allah, akan memperoleh pengampunan. Ia telah memberikan janji ini: “Jikalau sahaja dijamahnya kuatku, niscaya ia kelak berdamai dengan Aku, niscaya ia kelak berdamai dengan Aku!” Yesaya 27:5. “Hendaklah orang fasik itu meninggalkan jalannya dan orang jahat itu kepikirannya, dan hendaklah ia bertobat kepada Tuhan, maka dikasihankan Tuhan akan dia kelak, dan kepada Allah kita, karena Iapun mengampuni dengan limpahnya. “Yesaya 55:7.PB2 338.6

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents