Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Pemberontakan Absalom

    Pasal ini dialaskan atas 2 Samuel 13-19.

    “Tak akan jangan diberinya ganti empat kali ganda,” adalah hukuman yang dengan tidak disadarinya telah dijatuhkan oleh Daud atas dirinya sendiri, pada waktu mendengarkan perumpamaan nabi Natan, dan ia harus dihukum sesuai dengan keputusannya sendiri. Empat orang dari antara anak-anaknya harus mati, dan hilangnya tiap-tiap anak itu adalah akibat dosa bapanya.PB2 340.1

    Kejahatan yang memalukan yang dilakukan oleh Amnon, anak sulungnya, dibiarkan begitu saja oleh Daud tanpa ada hukuman ataupun teguran. Hukum menetapkan hukuman mati bagi pezinah, dan kejahatan Amnon yang luar biasa itu menjadikan kesalahannya berlipat ganda. Tetapi Daud, yang dihukum oleh dirinya sendiri atas dosa yang diperbuatnya, telah gagal untuk mengadakan tindakan yang adil terhadap orang yang bersalahitu. Selama dua tahun, Absalom, yang dengan sendirinya merupakan pelindung adik perempuannya yang sudah dinodai secara keji itu, menyembunyikan niatnya untuk mengadakan pembalasan, tetapi akhirnya dilaksanakan juga. Dalam satu pesta yang diadakan oleh anak-anak raja, Amnon yang sedang mabuk itu telah dibunuh atas perintah saudaranya.PB2 340.2

    Hukuman yang berlipat ganda telah dijatuhkan atas Daud. Kabar yang mengerikan itu telah disampaikan kepadanya, “bahwa Absalom sudah membunuh segala putera baginda, seorang juapun tiada yang tinggal dengan hidupnya. Maka bangkitlah baginda serta dikoyak-koyak baginda akan pakaiannya, maka segala hamba bagindapun berdiri dengan terkoyak-koyak pakaiannya.” Anak-anak raja itu, dengan rasa takut kembali ke Yerusalem dan menyatakan kepada bapanya apa yang sebenarnya telah terjadi, hanya Amnon saja yang telah dibunuh; dan merekapun “menangis riuh rendah bunyinya, demikianpun baginda dan segala hamba baginda menangislah dengan sangat besar tangisnya.” Tetapi Absalom lari kepada Talmai, raja Gesur, ayah dari ibunya.PB2 340.3

    Seperti anak-anak Daud yang lainnya, Amnon telah dibiarkan dalam sifat memanjakan diri. Ia telah berusaha untuk memuaskan segala keinginan hatinya, dengan tidak mengindahkan tuntutan-tuntutan Allah. Sekalipun dosanya yang besar itu, Allah bersikap sabar kepadanya. Dua tahun lamanya kepadanya telah diberikan kesempatan untuk bertobat, tetapi ia tetap dalam dosanya, dan dengan kesalahan tertanggung ke atas dirinya, ia telah dibunuh, untuk kemudian menunggu meja Pengadilan yang hebat itu.PB2 341.1

    Daud telah melalaikan tugas untuk menghukum kejahatan Amnon, dan olehkarena ketidaksetiaan raja dan bapa itu, dan karena anak itu tidak bertobat, Tuhan telah membiarkan peristiwa-peristiwa itu terjadi dengan sendirinya, dan tidak menghalangi Absalom. Apabila orang tua dan para pemimpin mengabaikan tugas untuk menghukum kejahatan, maka Allah sendiri akan melaksanakannya. KuasaNya yang mengendalikan itu sedemikian jauh akan diangkat dari alat-alat sijahat, sehingga serentetan peristiwa akan timbul yang akan menghukum dosa dengan dosa.PB2 341.2

    Akibat-akibat yang buruk dari sikap Daud yang longgar dan tidak adil terhadap Amnon tidaklah berakhir di sini, karena hal inilah yang menjadi awal daripada permusuhan Absalom dengan bapanya. Setelah ia melarikan diri ke Gesur, Daud merasa bahwa kejahatan anaknya itu harus dihukum, telah menolak memberikan kepadanya ijin untuk kembali. Dan hal ini mempunyai satu kecenderungan untuk menambah gantinya mengurangi kejahatan-kejahatan dimana raja telah terlibat. Absalom, yang dipenuhi oleh semangat keinginan yang besar serta tidak mempunyai prinsip itu, yang tidak dapat ambil bahagian dalam segala urusan kerajaan olehkarena keadaannya yang terbuang itu, dengan segera telah melibatkan diri dalam rencana-rencana yang berbahaya.PB2 341.3

    Pada akhir masa dua tahun itu, Yoab berusaha mendamaikan bapa dengan anak itu. Dan untuk maksud ini ia telah menggunakan seorang perempuan dari Tekoa yang terkenal bijaksana. Atas perintah Yoab, perempuan itu datang menghadap Daud dan memperkenalkan dirinya sebagai seorang janda yang mempunyai hanya dua orang anak lelaki sebagai penghibur dan penolongnya. Dalam satu persengketaan, yang satu telah membunuh yang lainnya, dan sekarang seluruh anggota keluarga menuntut agar supaya anak yang masih hidup itu diserahkan kepada orang yang mau mengadakan pembalasan. Ibunya berkata, “Maka dalam hal yang demikian mereka itu hendak memadamkan bara api yang lagi tinggal itu, sehingga tiada diinggalkannya bagi laki patik nama atau anak buah di atas bumi ini.” Perasaan raja tersentuh oleh permintaannya, dan raja memberikan suatu jaminan kepada perempuan itu untuk melindungi anaknya.PB2 341.4

    Setelah perempuan ini berhasil memperoleh janji demi janji dari raja itu demi keselamatan anaknya, ia memohon kesabaran raja, sambil menyatakan bahwa dialah yang sedang berbuat kesalahan dimana dia tidak menyambut kembali anaknya sendiri yang sudah terbuang itu. “Maka,” kata perempuan itu, “apabila patik sekalian mati, adalah patik juga seperti air yang tercurah kepada bumi, yang tiada terkumpulkan; maka sebab itu tiada diambil Allah akan nyawa kelak, melainkan niatnya juga jangan sampai orang yang terbuang itu tinggal terbuang selalu daripada patik sekalian.” Gambaran yang amat mengharukan tentang cinta Allah terhadap orang berdosa ini—yang berasal dari Yoab, tentara yang kasar itu—adalah satu bukti yang nyata tentang pengetahuan bangsa Israel akan kebenaran-kebenaran yang berhubungan dengan penebusan. Raja, yang merasakan kebutuhan pribadinya akan rahmat Allah, tidak dapat menolak permohonannya itu. Kepada Yoab perintah telah diberikan, “Pergilah engkau menyambut kembali akan si Absalom, orang muda itu.”PB2 342.1

    Absalom diijinkan kembali ke Yerusalem, tetapi tidak boleh muncul di istana atau menemui bapanya. Daud telah menyadari akibat-akibat buruk dari sikapnya, dalam memanjakan anak-anaknya, dan sekalipun ia amat mengasihi anaknya yang tampan dan berbakat itu, ia merasa perlu, sebagai suatu pelajaran bagi Absalom dan bangsa itu, agar kebencian terhadap kejahatan seperti itu harus dinyatakan. Absalom tinggal di dalam rumahnya sendiri selama dua tahun, tetapi terbuang dari istana. Adik perempuannya tinggal bersama-sama dengan dia, dan kehadirannya itu selalu mengingatkan kepadanya tentang perbuatan keji yang telah dideritanya itu. Menurut penilaian umum, putera mahkota ini adalah seorang pahlawan gantinya seorang penjahat. Dan dengan keuntungan ini, ia telah bertekad untuk mengambil hati orang banyak. Penampilan pribadinya adalah sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang yang melihatnya mengaguminya. “Adapun di antara segala orang Israel seorangpun tiada yang elok seperti Absalom, masyhurlah keelokannya, daripada gumala-kepalanya datang ke telapak kakinya tiada kecelaannya.” Tidaklah bijaksana bagi raja untuk membiarkan orang yang mempunyai tabiat seperti Absalom—ber-ambisi, penuh emosi dan bernafsu—merenung-renungkan penderitaannya untuk selama dua tahun. Tindakan Daud dalam mengijinkan Absalom kembali ke Yerusalem tetapi menolak kehadirannya di istana telah membangkitkan simpati orang banyak terhadap dirinya. Ingatan tentang pelanggarannya terhadap hukum Allah yang selalu memenuhi pikirannya membuat Daud kelihatannya lumpuh secara moral, ia jadi lemah dan tidak menentu, di mana sebelum ia berbuat dosa ia adalah seorang yang berani dan tegas. Pengaruhnya terhadap orang banyak telah berkurang. Dan semuanya ini menguntungkan rencana anaknya yang luar biasa ini.PB2 342.2

    Melalui pengaruh Yoab, sekali lagi Absalom dibawa ke hadapan bapanya; tetapi sekalipun ada perdamaian secara luar, ia tetap dengan rencananya yang penuh ambisi itu. Sekarang ia telah berhasil mendirikan sesuatu yang menyerupai satu kerajaan, dilengkapi dengan kereta-kereta perang dan kuda, dan lima puluh orang tentara pengawalnya. Dan sementara raja lebih lama lebih cenderung untuk mengasingkan diri ke tempat yang sunyi, Absalom dengan tidak mengenal lelah berusaha menarik simpati orang banyak. Pengaruh sikap Daud yang tidak tegas dan ragu-ragu itu telah meluas sampai kepada bawahan-bawahannya, kelalaian dan keterlambatan menandai pemerintahan Daud untuk menjalankan keadilan. Dengan secara licik Absalom telah menggunakan setiap penyebab rasa tidak puas untuk menjadi keuntungannya sendiri. Hari demi hari orang yang berdarah bangsawan ini terlihat di pintu gerbang kota, tempat banyak orang datang dan menghadapkan segala persoalan mereka kepadanya dan meminta perbaikan. Absalom bercampur dengan mereka, dan mendengarkan segala kesulitan mereka, sambil menyatakan simpati atas penderitaan mereka, dan menyesali kekurangan yang ada di pihak pemerintah. Setelah mendengarkan cerita daripada orang Israel, putera mahkota itu akan menjawab, “Bahwasanya perkaramu itu benar dan betul adanya, tetapi daripada pihak baginda seorangpun tiada yang hendak mendengar akan dikau,” sambil menambahkan, “Jikalau kiranya aku dijadikan hakim dalam negeri ini, alangkah baiknya, supaya segala orang yang ada perkaranya atau perselisihan itu, boleh datang menghadap aku, niscaya aku membenarkan halnya kelak. Demikianpun kelakuannya apabila datang orang menyembah kepadanya, maka diunjukkannya tangannya, lalu berjabat tangan dan mencium akan dia.”PB2 343.1

    Dirangsang oleh hasutan-hasutan yang licik daripada putera mahkota itu, rasa tidak puas terhadap pemerintah dengan cepat telah meluas. Semua orang memuji Absalom. Orang banyak menganggap dia sebagai ahli waris daripada kerajaan itu, mereka memandangnya dengan rasa bangga sebagai seorang yang layak untuk menduduki jabatan yang tinggi ini, dan satu keinginan telah timbul agar ia bisa menempati tahta kerajaan. “Maka dicuri Absalom akan hati orang Israel.” Namun demikian, raja yang sudah dibutakan oleh kasihnya kepada anak-anaknya, tidak menaruh curiga sedikitpun. Kedudukan Absalom sebagai putera mahkota, dianggap oleh Daud sebagai sesuatu yang akan menjadi kehormatan kepadanya—sebagai satu ungkapan kegembiraan atas adanya perdamaian itu.PB2 343.2

    Setelah pikiran orang banyak itu dipersiapkan untuk menghadapi apa yang akan terjadi berikutnya, Absalom dengan diam-diam telah mengutus orang-orang yang terpilih untuk pergi kepada setiap suku bangsa supaya bersiap sedia mengadakan satu pemberontakan. Dan sekarang ia menggunakan jubah keagamaan untuk menyembunyikan rencana pengkhianatannya itu. Satu nazar yang sudah lama diadakannya pada waktu ia terbuang harus dibayar di Hebron. Absalom berkata kepada raja, “Hendaklah tuanku beri patik pergi ke Hebron menyampaikan nazar, yang telah patik janji kepada Tuhan. Karena dahulu, tatkala patik duduk di Gesur dalam benua Syam, patik tuanku ini sudah bernazar, kata patik: Jikalau kiranya Tuhan memulangkan patik ke Yerusalem dengan selamat, niscaya patik perbuat ibadat kelak kepada Tuhan.” Bapa yang suka memanjakan itu, merasa lega olehkarena adanya bukti kesungguh-sungguhannya dalam hal keagamaan dalam diri anaknya itu, telah merestui dia. Sekarang rencana pemberontakan itu sudah benar-benar matang. Tindakan Absalom yang munafik ini dimaksudkan bukan hanya untuk membutakan mata raja tetapi juga untuk meneguhkan kepercayaan orang banyak terhadap dirinya, dan dengan demikian menuntun mereka untuk memberontak terhadap raja yang sudah dipilih oleh Tuhan itu.PB2 343.3

    Absalom pergi ke Hebron, dan bersama-sama dengan dia berangkat “dua ratus orang, semua orang jemputan, adapun sekalian ini pergi dengan tulus hatinya juga, karena tiada diketahuinya akan hal perkara itu.” Orang-orang ini pergi dengan Absalom, dengan tidak memikirkan bahwa kasih mereka terhadap anak itu akan menuntun mereka memberontak melawan bapanya. Setibanya di Hebron, dengan segera Absalom memanggil Akhitofel, salah seorang penasihat utama Daud, seorang yang terkenal bijaksana, yang pendapatnya dianggap selamat dan bijaksana seolah-olah merupakan satu hukum. Akhitofel menggabungkan diri dengan para pemberontak dan dukungannya ini menjadi usaha Absalom kelihatannya pasti akan berhasil, dengan menarik banyak orang yang berpengaruh dari seluruh bahagian negeri itu kepada pihaknya. Apabila terompet tanda pemberontakan itu dibunyikan, mata-mata putera mahkota yang ada di seluruh bagian negeri itu menyebarluaskan berita bahwa Absalom adalah raja, dan banyak orang datang menggabungkan diri kepadanya.PB2 344.1

    Sementara itu kepanikan menjalar ke Yerusalem sampai kepada raja sendiri. Dengan segera Daud terhentak dan menyadari bahwa pemberontakan telah timbul dekat di samping tahtanya. Anaknya sendiri—anak yang amat dipercayai dan dikasihinya itu—telah bermufakat merebut mahkota daripadanya, dan tidak diragukan lagi tentu akan membunuhnya. Di dalam bahaya yang amat besar ini, Daud berusaha melepaskan diri dari beban yang selama ini menekan dirinya, dan dengan semangat yang ada padanya pada masa permulaan pemerintahannya ia mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan darurat yang hebat ini. Absalom mengumpulkan bala tentaranya di Hebron, yang jauhnya dua puluh mil. Dengan segera para pemberontak ini akan berada di gerbang kota Yerusalem.PB2 344.2

    Dari istananya, Daud memandang kepada ibu kota kerajaan itu—yang “elok kedudukannya, suatu kesukaan bagi segenap bumi, . . . negeri Raja yang maha besar.” Mazmur 48:3. Ia gemetar oleh pemikiran untuk membiarkan kota ini diserang dan dibinasakan. Haruskah ia meminta tolong dari rakyat yang masih setia kepadanya dan mempertahankan kota itu? Akankah ia mengijinkan Yerusalem dibanjiri pertumpahan darah? Keputusan diambil. Bencana peperangan tidak boleh menimpa kota yang sudah dipilih itu. Ia akan meninggalkan Yerusalem, dan kemudian menguji kesetiaan bangsanya, sambil memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk bersatu dan menolong dia. Di dalam keadaan krisis yang besar ini adalah tugasnya kepada Allah dan kepada bangsanya untuk mempertahankan wewenang yang telah diberikan sorga kepadanya. Hal-hal yang berhubungan dengan peperangan itu ia serahkan kepada Allah.PB2 345.1

    Di dalam kerendahan hati dan kesedihan, Daud pergi keluar melewati gerbang Yerusalem—terusir dari tahtanya, dari istananya, dari peti Allah, oleh pemberontakan anak yang dimanjakan itu. Orang banyak berjalan mengikutinya dalam satu barisan yang panjang, yang diliputi oleh perasaan sedih, seperti rombongan orang yang sedang pergi ke kuburan. Pengawal Daud, orang pahlawan dan biduanda dan enam ratus orang Geti dari Gat, di bawah perintah Itai, telah pergi menemani raja. Tetapi Daud, dengan tabiatnya yang tidak mementingkan diri itu, tidak setuju bahwa orang-orang asing yang pernah berlindung kepadanya itu harus terlibat dalam malapetaka yang sedang menimpa dirinya. Ia menyatakan rasa herannya bahwa mereka mau berkorban untuk dirinya. Kemudian kata raja kepada Itai, orang Geti itu, “Mengapa maka engkau juga pergi serta kami? Baliklah sahaja dan tinggal dengan raja, karena engkau ini orang dagang, yang sudah meninggalkan negeri asalnya. Bahwa kelemarin baharu engkau datang, masakan pada hari ini aku membawa akan dikau mengembara serta dengan kami. Tak dapat tiada aku pergi ke manapun baik, tetapi hendaklah engkau balik dan bawalah akan segala saudaramu itu sertamu, dan hendaklah kebajikan dan setia menyertai akan dikau kiranya.”PB2 345.2

    Itai menjawab, “Demi Tuhan yang hidup dan alhayat tuanku, barang di mana ada duli tuanku, baik akan mati atau akan hidup, tak akan jangan di sanapun patik akan ada serta.” Orang-orang ini telah bertobat dari kekapiran dan ikut berbakti kepada Tuhan, dan dengan sifat yang agung sekarang mereka membuktikan kesetiaan mereka kepada Allah dan raja mereka. Daud, dengan hati yang penuh rasa syukur, telah menerima pengabdian mereka untuk membela kerajaannya yang hampir tenggelam itu, dan mereka semua telah menyeberangi anak sungai Kedron, dalam perjalanan menuju ke padang belantara.PB2 345.3

    Sekali lagi barisan orang banyak itu berhenti. Serombongan orang yang berjubah suci datang mendekati mereka. “Maka sesungguhnya Zadokpun adalah di sana dan segala orang Lewipun sertanya mengusung tabut perjanjian Allah.” Para pengikut Daud memandang hal ini sebagai satu tanda yang menggembirakan. Kehadiran daripada lambang yang suci itu bagi mereka merupakan satu jaminan kelepasan dan kemenangan mereka yang terakhir. Itu akan membangkitkan keberanian orang banyak untuk bergabung dengan raja. Dibawanya peti itu dari Yerusalem akan menimbulkan kegentaran di antara pengikut Absalom. Pada waktu melihat peti itu, kegembiraan dan pengharapan untuk sejenak telah memenuhi hati Daud. Tetapi dengan segera pemikiran yang lain datang kepadanya. Sebagai seorang pemimpin yang telah dipilih untuk mengawasi pusaka Allah, ia berada di bawah tanggung jawab yang khidmat. Bukan kepentingan diri, tetapi kemuliaan Allah dan kebaikan bagi bangsanya, yang harus paling diutamakan dalam pikiran raja Israel. Allah yang bersemayam di antara kerubium, telah berkata tentang Yerusalem, “Bahwa inilah perhentianku” (Mazmur 132:14), dan tanpa wewenang ilahi, baik imam atau raja tidak mempunyai hak untuk memindahkan lambang kehadiranNya itu dari sana. Dan Daud mengetahui bahwa hati dan hidupnya harus selaras dengan hukum ilahi, kalau tidak maka peti itu akan mendatangkan bencana gantinya kemenangan. Dosanya yang besar itu selalu terbayang di dalam pikirannya. Pedang yang tidak akan undur dari dalam keluarganya itu telah terhunus. Ia tidak mengetahui apa yang akan menjadi akibat daripada peperangan itu. Bukanlah wewenangnya untuk memindahkan dari ibu kota bangsa itu hukum-hukum yang suci yang menjadi wujud daripada kehendak Pemerintah ilahi, yang menjadi undang-undang daripada kerajaan itu, dan landasan kemakmuran mereka.PB2 346.1

    Ia memerintahkan Zadok, “Bawalah olehmu akan tabut Allah itu balik ke dalam negeri; jikalau kiranya aku beroleh rahmat dari hadirat Tuhan, niscaya dikembalikannya aku kelak dan diberinya aku memandang pula akan dia dan akan tempat kediamannya. Tetapi jikalau kiranya firmannya demikian: Tiada aku berkenan akan dikau! maka adalah aku sedia, biarlah diperbuatnya akan daku barang yang baik kepada pemandangannya.”PB2 346.2

    Daud menambahkan, “Bukankah engkau seorang penilik?”—seorang yang telah ditetapkan Allah untuk mengajar bangsa itu. “Maka hendaklah engkau balik dengan selamat ke dalam negeri, demikianpun kedua anakmu, yaitu Ahimaaz, anakmu, dan Yonatan anak Abyatarpun sertanya. Bahwasanya aku akan berjalan melalui padang itu dengan pelahan-lahan, sehingga datanglah barang sepatah kata daripada kamu disampaikan orang kepadaku kelak.” Di kota itu para imam dapat melayani dia dengan baik dengan jalan mempelajari gerak-gerik dan rencana para pemberontak itu, dan dengan diam-diam menyampaikan kepada raja segala kabar melalui anak-anak mereka, Ahimaaz dan Yonatan.PB2 346.3

    Apabila para imam itu berbalik menuju ke Yerusalem, satu bayangan yang lebih gelap menyelubungi orang banyak itu. Raja mereka adalah seorang pengungsi, dan mereka sendiri orang-orang yang terbuang, ditinggalkan oleh peti Allah; masa depan mereka gelap dan dipenuhi oleh ketakutan dan kegentaran. “Maka naiklah Daud daripada curam tempat pohon-pohon Zait, sambil mendaki sambil menangis, dengan berselubung kepalanya dan bagindapun berjalan dengan telanjang kakinya, maka segala orang yang sertanya itupun berselubung kepala dan berjalan sambil mendaki sambil menangis. Maka pada masa itu dimaklumkan oranglah kepada Daud, sembahnya: Bahwa Akhitofelpun adalah di antara segala orang yang sepakat dengan Absalom.” Kembali Daud dipaksa untuk menyadari bahwa malapetaka ini adalah sebagai akibat dari dosanya sendiri. Pengkhianatan Akhitofel, salah seorang dari antara para pemimpin politik yang paling cakap dan bijaksana, didorong oleh rasa dendam atas penghinaan yang telah diadakan terhadap keluarganya sehubungan dengan dosa terhadap Batsyeba, yaitu cucunya.PB2 348.1

    “Maka kata Daud, Ya Tuhan! batalkan kiranya bicara si Akhitofel!” Setibanya di puncak gunung, raja bertelut dalam doa, sambil menyerahkan kepada Allah segala bebannya, dan dengan rendah hati memohon rahmat ilahi. Kelihatannya doanya itu dijawab pada saat itu juga. Husai, orang Arkhi itu, seorang penasihat yang cakap dan bijaksana, yang telah membuktikan dirinya sebagai seorang sahabat Daud yang setia, sekarang datang kepadanya dengan jubah yang terkoyak dan dengan abu di atas kepalanya, untuk memadukan nasib bersama dengan raja yang terbuang itu. Daud melihat, seakan-akan oleh penerangan ilahi, bahwa orang ini, yang setia dan jujur itu, adalah seorang yang diperlukan untuk melayani kepentingan raja di dalam musyawarah-musyawarah di ibu kota kerajaan itu. Atas permohonan Daud, Husai kembali ke Yerusalem, untuk menawarkan jasanya kepada Absalom dan mengalahkan segala nasihat-nasihat yang licik dari Akhitofel.PB2 348.2

    Dengan adanya titik terang dalam kegelapan itu, raja dan para pengikutnya menyusuri jalan yang menuju ke lereng sebelah timur bukit Zaitun, melalui satu padang pasir yang sunyi dan berbatu, melalui jurang-jurang yang curam, dan jalan-jalan yang berbatu, menuju ke sungai Yarden. “Adapun setelah sampai baginda raja Daud ke Bahurim, tiba-tiba keluarlah dari sana seorang laki-laki daripada bangsa isi rumah Saul, bernama Simei bin Gera, sambil berjalan sambil mengutuki baginda. Dan dilontarkannya batu kepada baginda dan kepada segala hamba baginda raja Daud, jikalau segala rakyat dan segala pahlawan ada berjalan pada kiri kanan baginda sekalipun. Maka kata Simei dalam kutuknya itu: Keluarlah engkau, hai sipenumpah darah dan orang fasik! Bahwa Tuhan juga sudah memulangkan segala darah orang isi istana Saul itu kepadamu, yang sudah naik raja akan gantinya; maka sekarang Tuhan sudah menyerahkan kerajaan itu kepada tangan Absalom, anakmu: bahwasanya engkau dalam kesukaran ini, sebab engkau penumpah darah.”PB2 348.3

    Di dalam masa kemakmuran Daud, Simei tidak menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang pengikut yang setia baik melalui kata-kata ataupun perbuatan. Tetapi di dalam penderitaan raja itu orang Benyamin ini telah menunjukkan tabiat yang sebenarnya. Ia menghormati Daud pada waktu berada di atas tahtanya, tetapi ia telah mengutuknya di dalam masa kesusahannya. Sebagai seorang yang sifatnya keji dan mementingkan diri, ia menganggap orang lain mempunyai tabiat yang sama seperti dirinya, dan dengan dorongan dari setan, ia telah melampiaskan kebenciannya ke atas dia yang telah diajar Allah. Roh yang menuntut seseorang untuk bersukasuka, mencemoohkan ataupun menekan, orang yang berada dalam penderitaan, adalah roh setan.PB2 349.1

    Tuduhan Simei terhadap Daud sama sekali tidak benar—satu tuduhan yang keji dan berbahaya. Daud tidak pernah berbuat salah terhadap Saul ataupun keluarganya. Pada waktu Saul berada di dalam kuasanya, dan ia bisa membunuhnya, ia hanya mengerat ujung jubahnya dan ia telah menyesali dirinya karena telah menunjukkan sikap tidak hormat terhadap orang yang sudah diurapi Tuhan.PB2 349.2

    Tentang sikap Daud yang luhur terhadap hidup manusia, bukti yang nyata telah diberikan, sekalipun pada saat dirinya sedang dikejar-kejar seperti seekor binatang. Pada suatu hari sementara ia sedang bersembunyi di dalam goa Adulam, sementara pikirannya kembali kepada masa kanakkanaknya yang penuh dengan kebebasan itu, ia berseru, “Siapakah dapat memberi aku minum air dari dalam perigi yang di Betlehem di tengahtengah pintu gerbang!” 2 Samuel 23:13-17. Betlehem pada saat itu berada di bawah kekuasaan orang Filistin, tetapi tigawang tentara Daud yang gagah perkasa telah berhasil menembusi penjagaan membawa air dari Betlehem kepada raja mereka. Daud tidak mau meminumnya. “Dijauhkan Tuhan kiranya aku daripada berbuat demikian,” serunya, “seolah-olah aku minum darah orang ini, yang sudah pergi membuang nyawanya.” Dan dengan sikap hormat ia telah menuangkan air itu sebagai persembahan kepada Allah. Daud adalah seorang yang banyak terlibat dalam peperangan dan sebagian besar daripada hidupnya dijalani di tengah-tengah suasana yang penuh dengan kekejaman; tetapi dari antara semua orang yang pernah melalui ujian seperti itu, hanya sedikit saja yang tidak terpengaruh oleh akibatakibatnya yang dapat merusak dan mengeraskan hati, seperti halnya Daud.PB2 349.3

    Kemenakan Daud, Abisai, salah seorang pemimpin tentaranya yang paling berani, merasa tidak sabar mendengar kata-kata cemoohan Simei itu. “Mengapakah,” serunya, “maka anjing mati ini mengutuki lagi akan duli tuanku? Biarkan apalah patik ke sana serta memancung kepalanya.” Tetapi raja melarangnya. “Bahwasanya,” katanya, “anakku sendiri . . . menyengajakan matiku, istimewa pula orang Benyamin ini! Biarlah dikutukinya aku, jikalau firman Tuhan kepadanya demikian. Mudah-mudahan ditilik Tuhan akan kesukaranku, dan dibalas Tuhan kelak kebajikan kepadaku akan ganti kutuknya pada hari ini.”PB2 350.1

    Angan-angan hatinya membisikkan kebenaran yang amat getir dan menekan diri Daud. Sementara rakyatnya merasa heran atas perubahan nasibnya yang terjadi secara mendadak itu, hal ini bukanlah merupakan satu rahasia kepada raja. Ia sering merasakan adanya gejala-gejala yang kurang baik seperti halnya sekarang ini. Ia merasa heran bahwa Allah bersikap amat sabar terhadap dosa-dosanya dan telah menunda-nunda pembalasan yang berpadan dengan perbuatannya itu. Dan sekarang dalam keadaannya yang terbuang dan menyedihkan itu, dengan kaki telanjang, jubah kerajaannya diganti dengan karung, sementara ratapan daripada para pengikutnya menggema di bukit-bukit, ia memikirkan tentang kota yang dikasihinya itu—tentang istana yang menjadi tempat ia telah berbuat dosa—dan apabila ia mengingat kebajikan dan kesabaran Allah, ia tidaklah sama sekali tanpa harapan. Ia merasa bahwa Tuhan akan tetap memperlakukan dia dengan penuh rahmat.PB2 350.2

    Banyak orang yang berbuat dosa mencari maaf dengan menunjuk kepada kejatuhan Daud, tetapi betapa sedikit orang yang menyatakan penyesalan dan pertobatan seperti halnya Daud. Betapa sedikit yang mau menerima teguran dan pembalasan dengan sabar dan tabah seperti yang dinyatakan oleh Daud. Ia telah mengakui dosanya dan bertahun-tahun lamanya ia berusaha melaksanakan tugasnya sebagai seorang hamba Allah yang setia; ia telah bekerja untuk membangun kerajaannya, dan di bawah pemerintahannya kerajaan itu telah mencapai kemajuan dan kemakmuran seperti yang belum pernah dialami sebelumnya. Ia telah mengumpulkan bahan-bahan yang amat mahal untuk membangun rumah Allah, dan sekarang apakah segala jerih payahnya dalam hidupnya itu akan musnah begitu saja? Haruskah hasil usahanya yang diadakan bertahun-tahun lamanya itu, pekerjaan yang memerlukan keahlian, pengabdian sebagai seorang negarawan, berpindah ke tangan anaknya yang gegabah dan mengkhianat, yang tidak menghormati Allah dan tidak mementingkan kemakmuran Israel itu? Betapa lumrahnya tampaknya bagi Daud untuk bersungut terhadap Allah di dalam penderitaannya yang hebat itu!PB2 350.3

    Tetapi ia melihat di dalam dosanya penyebab segala kesusahannya itu. Kata-kata nabi Mikha menggambarkan roh yang telah mengilhami hati Daud. “Apabila aku duduk dalam gelap, maka Tuhan juga akan menjadi terangku. Adapun aku menanggung murka Tuhan, sebab aku sudah berbuat dosa, maka ia itu sampai dipadukannya perkaraku dan dilakukannya hakku; bahwa ia akan mengeluarkan daku kepada terang, dan akupun akan melihat pembalasannya.” Mikha 7:8, 9. Dan Tuhan tidak meninggalkan Daud. Pasal daripada pengalamannya ini, bilamana berada di bawah hinaan dan perlakuan yang kejam, ia tetap bersikap rendah hati, tidak mementingkan diri, murah hati dan berserah, adalah salah satu pasal yang paling agung di dalam seluruh pengalaman hidupnya. Tidak pernah pemimpin Israel ini lebih besar di pemandangan Tuhan daripada di saat-saat penderitaannya yang amat hebat itu.PB2 351.1

    Andaikata Allah telah membiarkan Daud tanpa teguran atas dosanya itu, dan sementara melanggar hukum ilahi, tetap berada dalam damai dan makmur di atas tahtanya, maka orang-orang yang tidak percaya dan orang kapir mempunyai dalih untuk mengatakan bahwa sejarah kehidupan Daud sebagai satu celaan terhadap agama Alkitab. Tetapi di dalam pengalaman yang Ia biarkan terjadi kepada Daud, Tuhan menunjukkan bahwa Ia tidak bisa membiarkan atau memaafkan dosa. Dan sejarah Daud menyanggupkan kita juga untuk melihat tujuan yang besar yang ada dalam pikiran Allah di dalam perlakuanNya terhadap dosa, itu menyanggupkan kita untuk mengetahui, sekalipun melalui hukuman yang paling gelap, dilaksanakannya maksud Allah yang penuh rahmat dan kebajikan itu. Ia membiarkan Daud menerima hukuman tetapi Ia tidak membinasakannya, dapur api adalah untuk menyucikan bukan untuk membinasakan. Tuhan berkata, “Jikalau kiranya mereka itu menajiskan syariatku dan tiada memeliharakan hukumku, maka Aku kelak membalas segala durhakanya dengan cemeti dan kesalahannya dengan berbagai-bagai siksa. Akan tetapi kemurahanku tiada akan kulalukan daripadanya, dan setiakupun tiada akan kukurangkan.” Mazmur 89:32-34.PB2 351.2

    Segera setelah Daud meninggalkan Yerusalem, Absalom dan tentaranya masuk, dan tanpa melalui peperangan ia telah mengusai benteng Israel. Husai berada di antara orang yang pertama-tama menyambut raja yang baru diangkat ini, dan putera mahkota ini merasa heran dan merasa puas dapat bertemu kembali dengan sahabat-sahabat lama dan para penasihat bapanya itu. Absalom merasa pasti bahwa ia akan berhasil. Sejauh ini rencananya menguntungkan, dan ia ingin memperkuat tahtanya dan memperoleh kepercayaan bangsa itu, ia telah menyambut Husai ke dalam istananya.PB2 351.3

    Sekarang Absalom dikelilingi oleh satu bala tentara yang kuat, tetapi sebagian besar terdiri dari orang-orang yang tidak terlatih untuk berperang. Oleh sebab mereka belum pernah berperang. Akhitofel mengetahui dengan baik bahwa keadaan Daud jauh daripada keadaan tidak berpengharapan. Sebagian besar daripada bangsa itu masih tetap setia kepadanya, ia dikelilingi oleh bala tentara yang teruji, yang setia kepada raja mereka, dan tentaranya dipimpin oleh para jenderal yang cakap dan berpengalaman. Akhitofel mengetahui bahwa setelah luapan kegembiraan yang pertama dalam menyambut raja yang baru itu dinyatakan, satu reaksi akan timbul. Jikalau pemberontakan ini gagal, Absalom akan bisa mengadakan perdamaian dengan bapanya; dan Akhitofel, sebagai penasihatnya yang terkemuka, akan bertanggung jawab atas terjadinya pemberontakan ini, hukuman yang paling berat akan dijatuhkan ke atas dirinya. Untuk mencegah agar Absalom tidak undur dari rencananya, Akhitofel menasihatkan dia supaya berbuat sesuatu yang pada pemandangan seluruh bangsa itu, perdamaian tidak mungkin lagi diadakan. Dengan cara-caranya yang licik seperti Iblis, negarawan yang jahat dan tidak berprinsip ini telah mendorong Absalom untuk menambahkan perbuatan zinah kepada pemberontakannya itu. Di hadapan seluruh bangsa Israel ia harus mengambil para gundik bapanya bagi dirinya, sesuai dengan adat kebiasaan bangsa timur, dengan demikian menyatakan bahwa dia telah menggantikan bapanya untuk menduduki tahta kerajaan. Dan Absalom telah melaksanakan usul yang jahat itu. Dengan demikian genaplah firman Allah kepada Daud melalui nabi. “Bahwasanya Aku akan menerbitkan jahat atasmu kelak dari dalam isi istanamu, dan Aku akan mengambil isterimu di hadapan matamu dan memberikan dia kepada kawanmu. . . . Adapun engkau sudah berbuat perkara itu sembunyi-sembunyi, tetapi Aku akan mengadakan perkara itu kelak di hadapan segenap orang Israel dan di hadapan matahari.” 2 Samuel 12:11, 12. Bukannya Allah yang telah mendorong dilakukannya perbuatan jahat ini, tetapi olehkarena dosa Daud ia tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk mencegah semuanya itu.PB2 352.1

    Akhitofel dihormati olehkarena kebijaksanaannya, tetapi ia tidak memiliki penerangan yang berasal dari Allah. “Bahwa takut akan Tuhan itulah permulaan hikmat” (Amsal Solaiman 9:10), dan hal ini tidak dimiliki oleh Akhitofel; andaikata ia memilikinya maka ia tidak akan menjadikan perbuatan zinah itu sebagai dasar daripada berhasilnya perbuatan khianatnya itu. Manusia yang hatinya jahat merencanakan kejahatan, seolah-olah tidak ada Pimpinan Allah yang mengendalikan untuk menghalangi rencana mereka itu; tetapi “Ia yang duduk di sorga itu akan tertawa dan Tuhan akan mengolok-olok mereka itu.” . Mazmur 2:4. Tuhan berkata, “Dan tiada mereka itu mau menerima nasihatku dan dicelakannya teguranku. Maka sebab itulah mereka itu akan makan kelak buah-buah jalannya serta mengenyangkan dirinya dengan daya upayanya. Karena tak akan jangan kesalahan orang bodoh juga yang membunuh dia kelak, dan alpa orang ahmak juga yang membinasakan dia.” Amsal Solaiman 1:30-32.PB2 352.2

    Setelah berhasil dalam rencana untuk keselamatan dirinya sendiri, Akhitofel mendesak Absalom untuk segera mengambil tindakan terhadap Daud. “Berilah sekarang patik memilik dua belas ribu orang,” katanya, “lalu bangkit berjalan mengejar Daud pada malam ini juga, supaya patik mendatangi dia selagi ia penat dan lemah tangannya, maka patik akan mengejutkan dia, sehingga larilah segala rakyat yang sertanya itu, lalu patik membunuh kelak akan baginda seorangnya. Maka segala rakyat itu patik pulangkan kelak kepada tuanku.” Rencana ini disetujui oleh para penasihat raja. Andaikata ini telah dilaksanakan, pasti Daud akan terbunuh, kecuali Tuhan dengan secara langsung campur tangan untuk menyelamatkannya. Tetapi satu hikmat yang lebih tinggi daripada hikmat Akhitofel yang terkenal itu sedang mengendalikan jalannya peristiwa-peristiwa yang sedang berlaku. “Tetapi dengan takdir Tuhan juga demikian, sebab hendak dibatalkannya bicara Akhitofel yang baik itu, supaya didatangkan Tuhan kebinasaan atas Absalom.”PB2 353.1

    Husai tidak dipanggil ke dalam musyawarah itu, dan ia tidak mau hadir tanpa diundang, jangan-jangan ia akan dicurigai sebagai seorang mata-mata; tetapi setelah rapat itu bubar, Absalom yang sangat menghormati pertimbangan penasihat bapanya itu, telah menyerahkan rencana Akhitofel itu kepadanya. Husai mengetahui bahwa jikalau rencana yang telah digariskan itu dilaksanakan, maka Daud akan binasa. Dan ia berkata, “Adapun akan bicara yang diberikan Akhitofel pada sekali ini ia itu tidak baik. Dan lagi sembah Husai: Bahwa tuanku juga mengetahui akan paduka ayahanda dan segala orangnyapun orang pahlawan belaka adanya, lagi kepahitan hatinya seperti beruang di padang yang kehilangan anaknya; lagipun paduka ayahanda seorang yang tahu perang, maka tiada ia akan bermalam serta dengan segala rakyat itu. Tak dapat tiada sekarang ia sudah menyembunyikan dirinya dalam salah sebuah gua atau pada salah suatu tempat yang lain,” ia mengatakan bahwa, jikalau bala tentara Absalom mengejar Daud, maka mereka tidak akan dapat menangkap raja itu; dan kalau saja mereka itu mendapat serangan balasan, maka hal itu akan menawarkan hati mereka, dan akan merusak segala usaha Absalom. “Karena,” katanya, “telah diketahui segenap Israel akan hal paduka ayahanda seorang perkasa adanya dan lagi perwira belaka segala orang yang sertanya itu.” Dan ia telah mengemukakan satu rencana yang menarik kepada seseorang yang bersifat mementingkan diri, yang suka menunjukkan kekuasaan: “Tetapi pada bicara patik ini, baiklah dengan segera dihimpunkan kepada tuanku segala orang Israel dari Dan datang ke Birsyeba, seperti pasir di tepi laut banyaknya, dan hendaklah tuanku sendiripun bersama-sama pergi perang. Maka kita sekalian mendatangi dia barang di mana tempatpun kita mendapati akan dia, maka kitapun akan turun menyergap akan dia, seperti turun embun kepada bumi; serta daripadanya dan daripada segala orang yang sertanya itu seorangpun tiada ditinggalkan dengan hidupnya. Maka jikalau kiranya dihimpunkannya tentaranya ke dalam salah sebuah negeri, hendaklah segala orang Israel membawa tali kepada negeri itu, maka kita akan merobohkan dia kelak sampai ke dalam lembah, sehingga sebuah batu kecilpun tiada lagi terdapat di sana. Lalu kata Absalom dan segala orang Israel itu: Bahwa bicara Husai, orang Arkhi itu, baik daripada bicara Akhitofel.” Tetapi ada satu orang yang tidak bisa ditipu—seorang yang melihat dengan jelas akibat daripada kesalahan Absalom yang berbahaya ini. Akhitofel mengetahui bahwa rencana para pemberontak itu telah gagal. Dan ia mengetahui bahwa apapun yang akan menjadi nasib putera mahkota itu, maka tidak akan ada harapan bagi penasihat yang telah menghasut supaya diadakannya perbuatan yang amat jahat itu. Akhitofel telah mendorong Absalom untuk memberontak, ia telah menasihatkan dia untuk berbuat kejahatan yang paling keji, yang menghina bapanya, ia telah mengusulkan agar Daud dibunuh dan telah merencanakan cara untuk melaksanakannya; ia telah melenyapkan segala kemungkinan untuk dapat berdamai dengan raja, dan sekarang ada seorang yang lebih disukai daripada dirinya, bahkan oleh Absalom sendiri. Dengan dipenuhi rasa cemburu, marah dan putus asa, Akhitofel “berjalan pulang ke rumahnya ke dalam negerinya; setelah sudah dipesankannya segala isi rumahnya maka dipunjutkannya dirinya; demikianlah peri matinya.” Demikianlah akibat daripada hikmat seseorang, yang dengan segala bakatnya, tidak menjadikan Allah sebagai penasihatnya. Setan memperdayakan manusia dengan janji-janji palsu, tetapi pada akhirnya itu akan didapati oleh semua orang, bahwa “upah dosa itu adalah maut.” Roma 6:23.PB2 353.2

    Husai, tidak merasa pasti bahwa nasihatnya itu akan dilaksanakan oleh raja yang tidak berpendirian itu, tidak membuang waktu untuk mengamarkan Daud supaya melarikan diri ke seberang sungai Yarden dengan tidak berlambatan. Kepada para imam, yang harus menyampaikannya melalui anak-anaknya, Husai mengirimkan berita: “Bahwa bicara begitu begini telah diberi Akhitofel kepada Absalom dan segala tua-tua orang Israel, tetapi begitu begini bicaraku. Maka sekarangpun . . . Jangan apalah pada malam ini tuanku bermalam di padang belantara, melainkan hendaklah tuanku menyeberang dengan segera, supaya jangan tuanku disergap dan segala rakyatpun yang serta dengan tuanku.”PB2 354.1

    Orang-orang muda ini dicurigai dan dikejar, tetapi mereka berhasil dalam melaksanakan tugas mereka yang berbahaya itu. Daud, merasa lelah dan sedih setelah hari pertama dimana ia telah melarikan diri, menerima kabar bahwa ia harus menyeberangi sungai Yarden malam itu juga, olehkarena anaknya sedang berusaha untuk membunuhnya.PB2 355.1

    Apakah perasaan bapa dan raja itu, yang diperlakukan dengan begitu kejam, di dalam bahaya maut yang hebat ini? “Seorang yang gagah perkasa,” seorang yang cakap dalam peperangan, seorang raja, yang kata-katanya merupakan undang-undang, telah dikhianati oleh anaknya yang ia kasihi, manjakan dan yang dengan tidak bijaksana ia telah percayai; ia telah percayai; ia telah diperlakukan dengan kejam dan ditinggalkan oleh bawahannya yang terikat kepadanya oleh ikatan yang paling kuat dalam kehormatan dan kepatuhan—dengan kata-kata apakah Daud dapat mencurahkan perasaan jiwanya itu? Di dalam jam pencobaan yang paling gelap ini, hati Daud bergantung kepada Allah, dan ia menyanyi: —PB2 355.2

    “Ya Tuhan, bagaimanakah musuhku telah bertambah-tambah!
    Dan banyak orang bangkit berdiri mendurhaka kepadaku.
    Banyak orang yang berkata akan halku,
    Tiadalah baginya pertolongan daripada Allah.
    Tetapi ya Tuhan, Engkau juga perisai yang menudungi aku;
    Engkaulah kemuliaanku dan yang meninggikan kepalaku.
    Dengan nyaring suaraku telah aku berseru kepada Tuhan,
    Dan disahutnya akan daku dari atas bukit kesuciannya.
    Bahwa aku berbaring tidur;
    Lalu jaga pula, karena Tuhan telah menguatkan daku.
    Sekarang tiada aku takut akan berlaksa-laksa mereka,
    Yang mengatur dirinya lawan aku berkeliling....
    Bahwa selamat itu Tuhan punya;
    Dan berkatmu adalah atas segala umatmu.” Mazmur 3:2-9.
    PB2 355.3

    Daud dan semua pengikutnya—tentara dan negarawan, orang tua dan muda, perempuan dan anak-anak—di dalam kegelapan malam telah menyeberangi sungai yang dalam dan deras itu. “Sehingga pada waktu fajar seorang juapun tiada yang kurang yang belum menyeberang Yarden itu.”PB2 355.4

    Daud dan bala tentaranya mundur ke Mahanayim, yang pernah menjadi tempat tahta kerajaan Isyboset. Ini merupakan satu kota yang mempunyai benteng yang kuat, dikelilingi oleh satu daerah yang berbukit yang baik untuk dipakai sebagai satu tempat berlindung dalam keadaan perang. Negeri ini mempunyai perbekalan yang cukup dan rakyatnya menaruh simpati terhadap pekerjaan Daud. Di tempat ini banyak orang yang menggabungkan diri dengan dia, sementara orang-orang kaya membawa pemberian yang limpah berupa persediaan makanan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.PB2 356.1

    Nasihat Husai mengenai sasarannya, dan telah memberikan kesempatan bagi Daud untuk melarikan diri; tetapi putera mahkota yang jahat itu tidak dapat dikendalikan lebih lama lagi dan dengan segera ia telah mengejar ayahnya. “Maka Absalompun menyeberanglah Yarden, baik ia sendiri baik segala orang Israel yang sertanya.” Absalom mengangkat Amasa, anak Abigail saudara perempuan Daud, sebagai pemimpin bala tentaranya. Jumlah tentaranya besar, tetapi mereka tidak berdisiplin dan tidak bersedia berhadapan dengan tentara bapanya yang sudah teruji itu.PB2 356.2

    Daud telah membagi tentaranya itu menjadi tiga bahagian di bawah perintah Yoab, Abisai, dan Itai orang Geti. Adalah menjadi maksudnya untuk memimpin tentara itu oleh dirinya sendiri di medan peperangan; tetapi terhadap rencana ini para pemimpin tentaranya, para penasihatnya, dan orang banyak itu telah mengadakan protes dengan tegas. “Jangan apalah tuanku keluar serta,” kata mereka, “karena jikalau kiranya patik sekalian lari sekalipun, tiada diindahkannya, bahkan, jikalau daripada patik sekalian matilah separuhnya sekalipun, tiada juga diindahkannya kelak, melainkan tuanku juga sekarang bagaikan selaksa patik ini. Lagipun sekarang terutama tuanku membantu patik dari dalam negeri. Maka titah baginda: Bahwa aku hendak menurut barang yang baik pada sangkamu.”PB2 356.3

    Dari atas dinding kota itu barisan yang panjang daripada para pemberontak itu kelihatan dengan jelas. Sipemberontak itu dikawal oleh satu bala tentara yang amat besar jumlahnya, jikalau dibandingkan dengan mereka maka tentara Daud kelihatannya hanya segenggam saja. Tetapi apabila raja ini memandang kepada bala tentara musuh itu, yang terutama di dalam pikirannya bukanlah mahkota atau kerajaan, ataupun hidupnya sendiri, yang bergantung kepada hasil daripada peperangan itu. Hati bapa itu dipenuhi oleh kasih dan belas kasihan bagi anaknya yang memberontak itu. Apabila bala tentara itu berbaris keluar dari pintu gerbang kota itu, Daud memberikan semangat kepada tentaranya yang setia, sambil menyuruh mereka itu maju dengan berharap bahwa Allah Israel akan memberikan kepada mereka kemenangan. Tetapi sekalipun di sini ia tidak dapat memendam kasihnya bagi Absalom. Apabila Yoab, memimpin rombongan yang pertama, melewati tempat raja itu, pemenang daripada ratusan peperangan itu menundukkan kepalanya untuk mendengar pesan yang terakhir dari raja, yang dengan suara gemetar telah berkata, “Sayangkanlah kiranya akan orang muda si Absalom itu.” Dan Abisai dan Itai menerima pesan yang sama pula—”Sayangkanlah kiranya akan orang muda si Absalom itu.” Tetapi permohonan raja, yang seolah-olah menyatakan bahwa Absalom lebih berharga kepadanya daripada kerajaannya, lebih berharga daripada segala bawahannya yang setia kepada kerajaannya, hanyalah menambah kemarahan tentara-tentara itu terhadap anak yang jahat itu.PB2 356.4

    Tempat peperangan itu adalah sebuah hutan di dekat sungai Yarden, di mana jumlah tentara Absalom yang besar itu merupakan satu kerugian kepadanya. Di tengah-tengah semak belukar di hutan ini bala tentara yang tidak berdisiplin ini menjadi kacau balau dan tidak terkendalikan. Dan “orang Israel itu dialahkan di sana di hadapan segala hamba Daud, maka jadilah di sana suatu peperangan besar, sehingga pada hari itu matilah dua puluh ribu orang.” Absalom, melihat bahwa ia dikalahkan, telah berbalik melarikan diri, di saat mana rambutnya telah terjerat kepada cabang-cabang pohon yang besar, dan kudanya berlari terus, iapun tergantung-gantung tanpa daya, menjadi satu mangsa kepada musuhnya. Di dalam keadaan seperti ini ia ditemukan oleh seorang tentara, yang olehkarena takut akan menyusahkan hati raja, telah membiarkan Absalom hidup, tetapi telah melaporkannya kepada Yoab apa yang telah dilihatnya. Hati nuraninya tidak menghalanginya sedikitpun. Ia telah bersahabat dengan Absalom, dimana telah dua kali ia berusaha memperdamaikannya dengan raja Daud, dan usahanya itu telah dikhianati secara keji. Kecuali untuk keuntungan yang diperoleh Absalom melalui pengantaraan Yoab, maka pemberontakan ini, dengan segala akibatnya yang mengerikan itu, tidak akan pernah terjadi. Sekarang adalah di dalam kuasa Yoab untuk membinasakan biang keladi daripada segala kejahatan itu dengan sekejap. “Maka diambilnya akan lembing tiga batang pada tangannya, lalu ditikamkannya terus ke dalam jantung hati Absalom. . . . Maka diangkat oranglah akan mayat Absalom, dicampakkannya ke dalam sebuah lobang besar yang di hutan, lalu didirikannya di atasnya suatu timbunan batu yang amat besar.”PB2 357.1

    Dengan demikian binasalah biang keladi pemberontakan di antara orang Israel itu. Akhitofel telah mati oleh tangannya sendiri. Putera mahkota Absalom, yang keelokan parasnya itu telah menjadi kebanggaan Israel, telah binasa pada masa mudanya, mayatnya telah dicampakkan ke dalam sebuah lubang, dan telah ditimbun dengan batu-batu yang banyak, sebagai satu tanda yang abadi akan kecelaannya. Selama masa hidupnya Absalom telah mendirikan bagi dirinya sendiri satu tugu peringatan yang amat mahal di dalam lembah raja, tetapi satu-satunya peringatan yang menandai kuburnya adalah tumpukan batu-batu di padang belantara.PB2 357.2

    Setelah pemimpin pemberontakan itu dibunuh, Yoab melalui suara terompet telah mengumpulkan kembali bala tentaranya yang sedang mengejar musuh yang sedang melarikan diri itu, dan para pesuruh dengan segera telah diutus untuk membawa berita itu kepada raja. Pengawal yang berada di atas benteng kota, yang sedang mengamatamati medan pertempuran itu, telah melihat ada seseorang sedang berlari sendirian. Tidak lama kemudian orang yang kedua terlihat. Apabila orang yang pertama itu semakin dekat, penjaga itu berkata kepada raja, yang sedang menunggu di dekat pintu gerbang, “Adapun aku melihat peri jalan orang yang dahulu itu bagaikan jalan Ahimaaz bin Zadok. Maka titah baginda: Ialah orang baik, tentu ia datang membawa kabar baik. Maka berserulah Ahimaaz kepada baginda, bunyinya: Daulat tuanku! Lalu datanglah ia menyembah kepada baginda dengan mukanya sampai ke bumi, sembahnya: Segala puji bagi Tuhan, Allah tuanku, sebab telah diserahkannya segala orang yang sudah mendurhaka itu ke bawah duli tuanku.” Menjawab pertanyaan raja, “Adakah baik orang muda, si Absalom itu?” Ahimaaz telah memberikan satu jawab yang tidak pasti.PB2 358.1

    Pesuruh yang kedua datang, sambil berkata, “Maklumlah kiranya kepada tuanku, bahwa pada hari ini Tuhan sudah berbuat benar akan tuanku daripada tangan segala orang yang mendurhaka kepada tuanku.” Sekali lagi dari bibir bapa itu tercetus pertanyaan, “Adakah baik orang muda, si Absalom itu?” Tidak sanggup untuk menyembunyikan kabar itu, pesuruh ini menjawab, “Patutkah segala seteru tuanku dan segala orang yang mendurhaka kepada tuanku menjadi sama seperti orang muda itu.” Sekarang cukup sudah. Daud tidak bertanya lebih jauh lagi, tetapi dengan kepala yang tertunduk ia “naik ke atas sotoh pintu gerbang sambil menangis, sambil berkata dalam antara baginda naik itu: Wai anakku Absalom! Wai anakku, wai anakku Absalom! Aduh, terutamalah aku sudah mati akan gantimu, wai Absalom anakku! wai anakku!”PB2 358.2

    Bala tentara yang menang itu, kembali dari medan pertempuran, bergerak mendekati kota itu; pekikan kemenangan mereka telah menggema di bukit-bukit. Tetapi apabila mereka memasuki pintu gerbang kota teriakan mereka terhenti, bendera mereka terkulai di tangan mereka, dan dengan tertunduk mereka berjalan maju dan tampaknya lebih menyerupai orang yang telah menderita kekalahan daripada orang-orang yang menang. Olehkarena raja tidak menyambut mereka, tetapi dari ruang yang di atas pintu gerbang itu ratapannya terdengar, “Wai anakku Absalom! anakku, anakku Absalom! Aduh terutamalah aku sudah mati akan gantimu, wai Absalom anakku! wai anakku!”PB2 358.3

    “Sehingga kemenangan pada hari itu telah menjadi bagi orang banyak itu seolah-olah suatu perkabungan, karena kedengaranlah kepada segala rakyat kata orang: Tiada terhiburkan baginda dari karena putera baginda. Bahkan pada hari itu segala rakyatpun curi-curi masuk ke dalam negeri, seperti orang yang menyembunyikan dirinya dengan malunya, seolah-olah mereka itu sudah lari dari peperangan.”PB2 359.1

    Yoab dipenuhi oleh kemarahan. Allah telah memberikan kepada mereka sebab untuk menang dan bersuka-suka, pemberontakan yang terbesar yang pernah terjadi di antara orang Israel telah dihancurkan; tetapi kemenangan besar ini telah diubah menjadi satu perkabungan bagi dia yang kejahatannya telah menumpahkan darah ribuan orang-orang yang gagah berani. Pemimpin yang berani ini pergi menghadap kepada raja, dan dengan beraninya berkata, “Pada hari ini tuanku mempermalukan muka segala hamba tuanku, yang pada hari ini juga telah meluputkan nyawa tuanku dan nyawa segala putera tuanku laki-laki dan perempuan. . . . Sedang tuanku mengasihi akan orang yang benci akan tuanku dan tuanku benci akan orang yang mengasihi tuanku, karena pada hari ini juga tuanku menyatakan, bahwa segala penghulu dan segala hamba itu satupun tiada apa kepada tuanku, bahkan, sekarang patik ketahuilah, jikalau kiranya Absalom lagi hidup dan patik sekalian sudah mati pada hari ini, niscaya ia itulah benar kepada pemandangan tuanku. Maka sekarangpun hendaklah tuanku bangkit berdiri lalu keluar dan bertitah seperti kehendak hati segala hamba tuanku; karena bersumpahlah patik demi Tuhan, jikalau kiranya tiada tuanku keluar, niscaya seorangpun tiada lagi akan tinggal serta tuanku pada malam ini, maka celaka ini akan terlebih besar daripada segala celaka yang telah berlaku atas tuanku daripada kecil datang kepada sekarang ini.”PB2 359.2

    Bagaimana kasar bahkan kejamnya teguran kepada raja yang hatinya terluka itu, Daud tidak menolaknya. Menyadari bahwa jenderalnya itu benar, ia pergi ke pintu gerbang, dan dengan kata-kata yang penuh semangat dan pujian itu telah menyambut tentara-tentaranya yang berani itu sementara mereka berbaris melewati dia.PB2 359.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents