Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kematian Musa

    Di dalam segala sangkut-paut Allah dengan umatNya terdapatlah, bercampur dengan kasih dan rahmatNya, bukti yang amat jelas akan keadilanNya yang ketat dan tidak memihak. Hal ini dinyatakan di dalam sejarah bangsa Ibrani. Allah telah mengaruniakan berkat-berkat yang limpah kepada Israel. KemurahanNya kepada mereka dengan amat mengharukan digambarkan sebagai berikut: “Seperti burung nasar menunggui sarangnya dan melayanglayang di atas anak-anaknya dan mengembangkan kepaknya, lalu diambilnya dan didukungnya akan dia di atas sayapnya, demikian telah dihantar Tuhan akan dia.” Namun demikian betapa cepat dan hebatnya pembalasan yang telah diturunkan kepada mereka atas pelanggaran yang telah mereka lakukan!PB2 64.1

    Kasih Allah yang tidak terbatas telah dinyatakan dalam pemberian AnakNya yang tunggal untuk menebus satu umat yang telah hilang. Kristus datang ke dunia ini untuk menyatakan tabiat BapaNya, dan kehidupanNya dipenuhi oleh kebajikan-kebajikan yang ditandai oleh belas-kasihan dan kelemah-lembutan ilahi. Namun demikian Kristus Sendiri menyatakan, “Sehingga langit dan bumi lenyap, satu noktah atau satu titikpun sekali-kali tiada akan lenyap daripada hukum Torat itu.” Matius 5:18. Suara yang sama yang dengan ajakan yang penuh kesabaran dan kasih mengundang orang berdosa supaya datang kepadaNya dan memperoleh keampunan dan damai, pada hari pehukuman akan berkata kepada orang-orang yang menolak rahmatNya, “Undurlah dari hadapanku, hai lanat.” Matius 25:41. Di dalam seluruh Alkitab, Allah digambarkan bukan hanya sebagai seorang bapa yang lemah lembut tetapi juga sebagai seorang hakim yang adil. Sekalipun Ia suka untuk menunjukkan rahmat, dan “yang mengampuni segala durhaka dan kesalahan dan dosa,” tetapi Ia “sekali-kali tiada mengirakan suci daripada salah segala orang jahat.” Keluaran 34:7.PB2 64.2

    Raja yang besar dari segala bangsa telah menyatakan bahwa Musa tidak akan memimpin perhimpunan Israel itu untuk memasuki tanah yang baik itu, dan permohonan yang sungguh-sungguh dari hamba Allah itu tidak berhasil untuk mengubah hukumanNya. Ia mengetahui bahwa ia harus mati. Namun demikian sedikitpun ia tidak melalaikan pemeliharaannya bagi Israel. Dengan setia ia berusaha untuk menyiapkan perhimpunan itu untuk memasuki tanah pusaka yang telah dijanjikan itu. Atas perintah ilahi Musa dan Yusak pergi ke kaabah, sementara tiang awan datang dan berdiri di pintunya. Di tempat ini dengan khidmat orang banyak itu telah diserahkan kepada pengawasan Yusak. Pekerjaan Musa sebagai pemimpin Israel telah berakhir. Namun demikian ia tetap melupakan dirinya demi kepentingan bangsanya. Di hadapan orang banyak yang berhimpun itu Musa, di dalam nama Allah, telah mengucapkan amanat yang berisi kegembiraan kepada penggantinya itu, “Hendaklah engkau perwira dan perkasa! karena engkau akan membawa bani Israel masuk ke dalam negeri yang telah kujanji kepadanya pakai sumpah, maka Akupun menyertai akan dikau kelak!” Kemudian Ia berpaling kepada tua-tua dan pemimpinpemimpin bangsa itu, sambil memberikan kepada mereka amanat supaya setia menurut petunjuk-petunjuk dari Allah yang telah disampaikannya kepada mereka.PB2 65.1

    Apabila orang banyak itu memandang kepada orang tua ini, yang segera akan diambil dari tengah-tengah mereka, mereka mengingat kembali, dengan satu pandangan yang baru dan lebih dalam lagi, akan kelemah-lembutannya sebagai orang tua, nasihat-nasihatnya yang amat bijaksana, dan jerih payahnya yang tidak mengenal lelah. Betapa sering, apabila dosa mereka mendatangkan hukuman Allah yang adil, doa Musa telah berhasil melepaskan mereka dari kebinasaan! Kesedihan mereka menjadi lebih dalam lagi oleh adanya rasa penyesalan mereka. Dengan rasa getir mereka mengingat kembali bahwa kejahatan merekalah yang telah menyebabkan Musa berbuat dosa untuk mana ia harus mati.PB2 65.2

    Diangkatnya pemimpin yang dikasihi dari tengah-tengah mereka itu akan merupakan satu tempelakan yang lebih keras daripada yang lain-lainnya, yang dapat mereka terima seandainya saja hidup dan pekerjaan Musa diteruskan. Allah mau agar mereka jangan menjadikan hidup pemimpin yang baru ini sesulit seperti yang mereka telah lakukan terhadap Musa. Allah berbicara kepada umatNya melalui berkat-berkat yang dikaruniakan; dan bilamana semuanya ini tidak dihargai, maka Ia berbicara kepada mereka melalui berkat-berkat yang diangkat, agar mereka dapat melihat dosa-dosa mereka, dan kembali kepadaNya dengan segenap hatinya.PB2 65.3

    Pada hari itu juga datanglah kepada Musa perintah, “Naiklah engkau . . . ke atas gunung Nebo, . . . serta lihatlah tanah Kanaan, yang telah kukaruniakan kepada segala bani Israel akan miliknya. Lalu matilah engkau di atas gunung yang hendak kau naiki itu dan pulanglah kepada asalmu.” Sering Musa meninggalkan kemahnya, sesuai dengan perintah ilahi, untuk berhubungan dengan Allah; tetapi sekarang ia harus pergi dengan satu tugas yang baru dan penuh rahasia. Ia harus naik untuk menyerahkan hidupnya ke tangan Khaliknya. Musa mengetahui bahwa ia harus mati seorang diri; tidak seorang sahabatpun yang diijinkan untuk melayani dia pada jam-jam yang terakhir hidupnya itu. Ada sesuatu yang sifatnya dahsyat dan penuh rahasia sehubungan dengan pemandangan yang ada di hadapannya, untuk mana hatinya merasa takut. Ujian yang terberat adalah perpisahan dari umat yang selama ini dipelihara dan dikasihinya—kepada umat yang perhatian dan hidupnya telah dipadukan untuk jangka waktu yang lama. Tetapi ia telah belajar berharap kepada Allah, dan dengan iman yang tidak pernah ragu-ragu ia menyerahkan dirinya dan umatnya kepada rahmat dan kasihNya.PB2 66.1

    Terakhir kalinya Musa berdiri di hadapan perhimpunan umatnya. Kembali Roh Allah turun ke atas dirinya, dan dalam bahasa yang amat indah dan mengharukan ia telah mengucapkan berkat kepada setiap suku bangsa, sambil mengakhirinya dengan satu doa berkat ke atas mereka semua:PB2 66.2

    “Satupun tiada yang setara dengan Allah, hai Yesyurun,
    Yang mengendarai langit hendak menolong akan dikau,
    Dengan kebesarannya di atas awan yang tinggi.
    Dari dahulu-dahulu Allah itu perlindungan bagi kamu,
    Dengan lengan yang kekal.
    Apabila dihalaukannya musuh dari hadapanmu,
    Maka katanya sahaja: Binasakanlah dia.
    Demikian hendaklah Israel duduk berasing dengan sentosa,
    Biarlah mata Yakub memandang
    Kepada tanah gandum dan air anggur,
    Dan dari langitnyapun hendaklah bertitik-titik air embun.
    Berbahagialah engkau, hai Israel.
    Siapakah setara dengan dikau, satu bangsa yang ditebus oleh Tuhan,
    Yang perisai pertolonganmu.” Ulangan 33:26-29.
    PB2 66.3

    Musa berpaling dari perhimpunan itu, dan dengan tenang dan sendirian ia berjalan menuju ke atas gunung. Ia pergi ke “gunung Nebo, ke puncak Pisga.” Di atas puncak gunung yang sunyi itu ia berdiri dan memandang dengan penglihatan yang masih jelas kepada pemandangan yang terbentang di hadapannya. Jauh di sebelah barat terbentang air biru Samudera Luas; di sebelah utara, Gunung Hermon menjulang ke angkasa; di sebelah timur adalah dataran Moab dan jauh di belakangnya terbentang Bazan; dan jauh di sebelah selatan terbentang padang belantara tempat pengembaraan mereka yang lama itu.PB2 66.4

    Di dalam kesunyian itu ia telah mengulangi kembali kehidupannya yang penuh dengan ujian dan kesukaran-kesukaran semenjak ia meninggalkan kehormatan istana dan kerajaan Mesir, untuk menggabungkan hidupnya dengan umat pilihan Allah. Ia mengingat kembali tahun-tahun tatkala ia bersama-sama dengan kawanan domba Jetero, terlihatnya Malaikat di belukar yang menyala dan panggilannya untuk melepaskan Israel. Kembali ia melihat mujizat-mujizat kuasa Allah yang hebat yang dinyatakan untuk umat pilihan itu dan rahmat serta panjang sabarNya selama tahun-tahun pengembaraan dan pemberontakan mereka. Sekalipun adanya segala sesuatu yang telah dilakukan Allah bagi mereka, sekalipun adanya doa serta usaha Musa, hanya dua dari antara semua orang dewasa dari bala tentara yang meninggalkan Mesir itu yang kedapatan setia sehingga mereka dapat memasuki Tanah Perjanjian. Apabila Musa memikirkan kembali hasil usahanya, hidupnya yang penuh ujian dan pengorbanan itu kelihatannya hampir-hampir tidak berhasil.PB2 67.1

    Namun demikian ia tidak menyesali beban yang telah dipikulnya. Ia mengetahui bahwa tugasnya dan usahanya itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Pada waktu pertama kali dipanggil untuk menjadi pemimpin Israel untuk keluar dari perbudakan, ia merasa gentar menerima tanggung jawab itu; tetapi semenjak ia menerima pekerjaan itu ia tidak pernah meninggalkan beban itu. Sekalipun pada waktu Allah telah bermaksud untuk melepaskan dia dan membinasakan Israel yang memberontak itu, Musa tidak menyetujuinya. Sekalipun ujian-ujian berat, ia telah menikmati tanda-tanda yang istimewa dari kebaikan Allah; ia telah memperoleh pengalaman yang kaya selama pengembaraannya di padang belantara, di dalam menyaksikan pernyataan kuasa dan kemuliaan Allah, dan di dalam hubungan kasihNya; ia merasa bahwa ia telah mengadakan pilihan yang bijaksana untuk menderita bersama dengan umat Allah, gantinya menikmati kepelesiran dosa untuk sementara waktu.PB2 67.2

    Apabila ia menoleh kembali kepada pengalamannya sebagai seorang pemimpin umat Allah, satu tindakan yang salah telah menodai catatan hidupnya. Jikalau saja pelanggaran itu dapat dihapuskan, ia merasa bahwa ia tidak akan takut menghadapi kematian. Ia mendapat jaminan bahwa pertobatan, dan iman kepada Korban yang telah dijanjikan itu, adalah semua yang Allah tuntut, dan kembali Musa mengakui dosanya dan memohon keampunan dalam nama Yesus.PB2 67.3

    Dan sekarang suatu pemandangan akan Tanah Perjanjian ditampilkan kepadanya. Setiap bahagian negeri itu dibentangkan kepadanya, bukan merupakan sesuatu yang samar-samar dan tidak menentu, melainkan dengan jelas, nyata dan indah terpampang di hadapannya. Di dalam pemandangan itu digambarkan, bukan sebagaimana adanya pada saat itu, melainkan bagaimana jadinya negeri itu kelak bila berkat-berkat ilahi dicurahkan ke atasnya, sesudah itu menjadi milik Israel. Ia seolah-olah sedang mengamat-amati Eden yang kedua. Di sana terdapat gunung-gunung yang ditutupi oleh pohon araz dari Libanon, bukit-bukit yang dipenuhi oleh pohon zaitun dan semerbak oleh harumnya pohon anggur, padangpadang hijau yang luas diwarnai oleh bunga-bunga yang berkelimpahan dengan buah-buahan, di satu tempat terdapat pohon palem tropis, di tempat lain terdapat ladang-ladang gandum yang melambai-lambai, lembah-lembah yang cerah disemarakkan oleh bunyi riakan anak sungai dan nyanyian margasatwa, kota-kota dan taman-taman bunga yang indah, danau-danau yang berkelimpahan “dengan kekayaan lautan,” kawanan domba yang sedang mencari makan di lereng bukit dan di tengah-tengah batu karangnya sekalipun terlihat lebah sedang mengumpulkan hartanya. Sungguh itu merupakan satu negeri sebagaimana Musa, dengan ilham Roh Allah, telah gambarkan kepada bangsa Israel: “Berkatlah daripada Tuhan . . . atas yang indah-indah dari langit, dengan embun dan dengan beberapa mata air yang dalam-dalam, dengan segala hasil matahari yang indah-indah, . . . dengan barang yang terindah dari dalam gunung yang tua-tua, . . . dan dengan barang yang terutama daripada bumi dengan sepenuh-penuh isinya.”PB2 68.1

    Musa melihat umat pilihan itu bermukim di Kanaan, masing-masing suku di tempat pusakanya sendiri. ia melihat sejarah mereka setelah tinggal di Tanah Perjanjian; cerita yang panjang dan menyedihkan tentang kemurtadan mereka dan hukumnya dibentangkan kepadanya. Ia melihat mereka, oleh sebab dosa-dosa mereka, tercerai-berai di antara bangsa kapir, kemuliaan itu meninggalkan mereka, kota-kotanya yang indah hancur dan orang-orangnya ditawan di negeri asing. Ia melihat mereka dikembalikan ke negeri leluhur mereka dan akhirnya dijajah oleh kerajaan Romawi.PB2 68.2

    Ia diijinkan mengamat-amati berlalunya waktu, dan memandang kepada kedatangan yang pertama Juruselamat kita. Ia melihat Yesus sebagai seorang bayi di Betlehem. Ia mendengar suara malaikat-malaikat yang menyanyikan lagu pujian kepada Allah dan damai ke atas bumi. Ia melihat di langit bintang-bintang yang menuntun orang-orang Bijaksana dari Timur itu kepada Yesus, dan satu berkas cahaya telah menerangi pikirannya apabila ia mengingat kembali akan kata-kata nubuatan, “Maka sebuah bintang akan terbit daripada Yakub dan sebatang tongkat kerajaan akan naik dari antara Israel.” Bilangan 24:17. Ia melihat kehidupan Kristus yang sederhana di Nazaret, pelayananNya yang penuh kasih dan simpati dan kesembuhan, penolakan terhadap diriNya oleh satu bangsa yang sombong dan tidak percaya itu. Dengan keheran-heranan ia mendengar pernyataan mereka yang angkuh untuk meninggikan hukum Allah, sementara mereka menghina dan mengolok-olok Dia yang memberikan hukum itu. Ia melihat Yesus di atas bukit Zaitun sambil menangis mengucapkan selamat tinggal ke kota yang dikasihiNya itu. Apabila Musa melihat penolakan yang terakhir umat yang amat diberkati oleh Sorga—yang kepadanya ia telah bekerja, berdoa dan berkorban, yang kepadanya ia telah rela namanya dihapuskan dari buku kehidupan; apabila ia mendengar kata-kata yang menakutkan itu, “Sesungguhnya rumahmu kelak tertinggal sunyi senyap.” (Matius 23:38), hatinya tersayat, dan air mata kegetiran mengalir dari matanya, merasa bersimpati bersama-sama dengan Anak Allah.PB2 68.3

    Ia mengikuti Juruselamat ke Getsemani dan melihat kesedihan itu di dalam taman, pengkhianatan, olok-olokan dan aniaya—penyaliban. Musa melihat bahwa sebagaimana ia telah mengangkat ular itu di padang belantara, demikian pula Anak Allah harus diangkat, agar supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya “tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” Yohanes 3:15. Kesedihan, kemarahan dan ketakutan memenuhi hati Musa apabila ia melihat kebencian yang bersifat iblis dan kemunafikan yang dinyatakan oleh bangsa Yahudi terhadap Penebus mereka, malaikat yang berkuasa yang telah berjalan di hadapan leluhur mereka. Ia mendengar teriakan Kristus yang menyedihkan itu, “Ya Tuhanku, ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku?” Markus 15:34. Ia melihat Dia terbaring di dalam kuburan Yusuf yang baru. Kegelapan kekecewaan yang tidak berpengharapan seolah-olah menudungi bumi ini. Tetapi ia melihat kembali dan memandang Dia bangkit sebagai seorang pemenang dan naik ke sorga dikawal oleh malaikat-malaikat mulia dan memimpin sejumlah tawanan. Ia melihat pintu gerbang yang bercahaya itu terbuka menerima Dia, dan bala tentara sorga dengan nyanyian kemenangan telah menyambut Pemimpin mereka. Dan di sana dinyatakan kepadanya bahwa ia sendiri akan termasuk kepada salah seorang yang akan menemani Juruselamat dan membukakan bagiNya pintu gerbang kekal itu. Tatkala ia menatap pemandangan itu, wajahnya diterangi oleh satu berkas cahaya yang suci. Betapa kecilnya ujian dan pengorbanan-pengorbanannya itu bila dibandingkan dengan apa yang telah dialami oleh Anak Allah! betapa kecilnya jika dibandingkan dengan “suatu kemuliaan kekal yang penuh!” 2 Korinti 4:17. Ia bersuka-suka dimana ia telah diijinkan, sekalipun hanya untuk sedikit saja, untuk ambil bahagian dalam penderitaan Kristus.PB2 69.1

    Musa melihat murid-murid Yesus apablia mereka pergi untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Ia melihat bahwa sekalipun bangsa Israel “secara daging” telah gagal untuk mencapai tujuan untuk mana mereka telah dipanggil, di dalam tidak percaya mereka telah gagal menjadi terang dunia, sekalipun mereka telah menolak rahmat Allah dan kehilangan berkatberkat mereka sebagai umat pilihan Allah—tetapi Allah tidak membuangkan benih Ibrahim; tujuan mulia yang telah diusahakanNya untuk diwujudkan melalui Israel harus tetap dilaksanakan. Semua orang, yang melalui Kristus mau menjadi anak iman, dihitung sebagai benih Ibrahim; mereka adalah pewaris perjanjian itu; seperti Ibrahim, mereka telah dipanggil untuk menjaga dan menyatakan kepada dunia akan hukum Allah dan Injil AnakNya. Musa melihat terang Injil memancar melalui murid-murid Yesus kepada mereka “yang duduk dalam kegelapan” (Matius 4:16), dan ribuan orang dari negeri kapir datang berduyun-duyun kepada pancaran terang itu. Dan sambil memandang, ia bergembira akan adanya pertambahan dan kemakmuran Israel, yang lebih mulia daripada apa yang dapat digambarkan oleh pengharapannya yang paling indah. Pengembaraan mereka di dunia telah berakhir selama-lamanya, Israel Allah akhirnya telah memasuki negeri yang baik itu.PB2 70.1

    Kembali khayalnya itupun hilanglah, dan matanya terpusat kepada tanah Kanaan yang terbentang di kejauhan. Kemudian, seperti seorang serdadu yang letih, iapun berbaring untuk beristirahat. “Maka demikian matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana, di tanah Moab, seperti firman Tuhan. Maka dikuburkannya!ah ia dalam suatu lembah di tanah Moab, bertentangan dengan Bait-peor, maka seorangpun tiada mengetahui kuburnya.” Banyak dari antara mereka yang telah enggan memperhatikan nasihatnasihatnya pada waktu Musa masih ada bersama dengan mereka berada dalam bahaya untuk mengadakan penyembahan berhala terhadap mayatnya, kalau saja mereka mengetahui tempat di mana Musa dikuburkan. Untuk alasan ini, kuburnya telah disembunyikan dari manusia. Tetapi malaikatmalaikat Allah telah menguburkan tubuh hambaNya yang setia itu dan menunggui kubur yang sunyi itu.PB2 70.2

    “Maka di antara orang Israel tiada berbangkit pula seorang nabi yang seperti Musa, yang dikenal oleh Tuhan muka dengan muka, dengan segala tanda alamat dan mujizat yang disuruh Tuhan akan dia berbuat . . . serta dengan tangan yang kuat dan dengan segala perkara yang hebat dan besar-besar yang diperbuat oleh Musa di hadapan pemandangan segenap bangsa Israel.PB2 70.3

    Andaikata hidup Musa tidak dinodai oleh dosa yang satu itu, dalam kealpaannya untuk memberikan kepada Allah kemuliaan dalam mengeluarkan air dari dalam batu karang di Kades, ia telah memasuki Tanah Perjanjian itu dan akan diangkat ke sorga tanpa merasai kematian. Tetapi ia tidak tinggal lama di dalam kubur. Kristus Sendiri, dengan mlaikat-malaikat yang telah menguburkan Musa, turun dari sorga untuk membangkitkan orang suci yang tidur itu. Setan telah bersuka-suka atas berhasilnya usaha untuk menuntun Musa kepada dosa melawan Allah dan dengan demikian membawa dia kepada kuasa maut. Musuh yang besar itu menyatakan bahwa hukuman ilahi—”Bahwa abulah adamu, maka kepada abupun engkau akan kembali juga” (Kejadian 3:19)—memberikan kepadanya hak atas mayat itu. Kuasa kubur belum pernah dikalahkan dan semua yang berada di dalam kuburan ia nyatakan sebagai tawanan-tawanannya, yang tidak akan pernah dilepaskan dari penjaranya yang gelap itu.PB2 70.4

    Untuk pertama kalinya Kristus segera memberikan hidup kepada orang yang sudah mati. Apabila Penghulu kehidupan dan mahluk-mahluk yang bercahaya itu mendekati kubur itu, setan merasa khawatir atas kemenangannya itu. Bersama dengan malaikat-malaikat jahatnya ia berdiri memperdebatkan penyerangan terhadap wilayah yang ia nyatakan sebagai hak miliknya. Ia membanggakan bahwa hamba Allah itu telah menjadi tawanannya. Ia menyatakan bahwa sekalipun Musa tidak sanggup menuruti hukum Allah; bahwa ia telah mengambil bagi dirinya sendiri kemuliaan yang menjadi hak Tuhan—dosa yang sama yang telah menyebabkan diusirnya setan dari sorga—dan oleh pelanggaran telah berada di bawah kekuasaan setan. Pemimpin pengkhianat itu mengulangi kembali tuduhan yang semula yang telah diadakannya terhadap pemerintahan ilahi, dan mengulangi persungutannya tentang ketidak-adilan Allah terhadap dirinya.PB2 71.1

    Kristus tidak mau membiarkan diriNya terlibat dalam pergumulan dengan setan. Sebenarnya Ia bisa menghadapkan kepadanya pekerjaan yang kejam yang telah diakibatkan oleh penipuannya di dalam sorga, yang telah menyebabkan kehancuran sejumlah besar penduduknya. Ia bisa saja menunjukkan dusta yang telah diucapkannya di Eden, yang telah mengakibatkan Adam berdosa dan mendatangkan maut ke atas umat manusia. Ia bisa mengingatkan setan bahwa adalah pekerjaannya dalam menggoda Israel untuk bersungut-sungut dan memberontak, yang telah menghabiskan kesabaran pemimpin mereka, dan pada saat yang lengah telah membawa dia kepada dosa, sehingga ia telah jatuh ke bawah kuasa kematian. Tetapi Kristus menyerahkan kepada BapaNya segala perkara itu, sambil berkata, “Dihardik Tuhan kiranya akan dikau.” Yehuda 9. Juruselamat tidak melibatkan diriNya dalam perbantahan dengan musuhNya, tetapi pada saat itu di sana Ia telah memulaikan pekerjaanNya untuk menghancurkan kuasa musuh yang telah jatuh itu, dan membawa orang mati kepada kehidupan. Di sini terdapat satu bukti bahwa setan tidak dapat melawan keunggulan Anak Allah. Kebangkitan dipastikan untuk selamalamanya. Setan kehilangan mangsanya; orang benar yang sudah mati akan hidup kembali.PB2 71.2

    Sebagai akibat dosa Musa telah berada di bawah kuasa setan. Di dalam jasanya sendiri dia adalah tawanan maut yang sah; tetapi ia dibangkitkan kepada kehidupan yang kekal, memegang haknya dalam nama Penebus itu. Musa keluar dari kubur dengan kemuliaan, dan naik bersama dengan Yang melepaskannya ke Kota Allah.PB2 72.1

    Belum pernah, sampai kepada saat dinyatakannya dalam pengorbanan Kristus, keadilan dan kasih Allah lebih jelas dinyatakan selain dalam perlakuanNya terhadap Musa. Tuhan melarang Musa untuk memasuki Kanaan, untuk memberikan satu pelajaran yang tidak boleh dilupakan—bahwa Ia menuntut penurutan yang seksama dan bahwa manusia harus berhati-hati jangan mengambil bagi dirinya sendiri kemuliaan yang hanya menjadi hak daripada Khalik mereka. Ia tidak dapat mengabulkan doa Musa agar ia bisa mengambil bahagian dalam warisan Israel, tetapi Ia tidak melupakan atau meninggalkan hambaNya. Allah yang di sorga itu mengerti akan penderitaan yang telah ditanggung oleh Musa; Ia telah mencatat setiap tindakan daripada pelayanan yang setia selama tahun-tahun yang lama daripada ujian dan pertentangan itu. Di atas puncak Pisga, Allah memanggil Musa kepada satu warisan yang jauh lebih mulia daripada Kanaan duniawi.PB2 72.2

    Di atas bukit di mana Yesus dipermuliakan Musa hadir bersama dengan Elia, yang telah diangkat ke sorga. Mereka diutus sebagai pembawa terang dan kemuliaan Bapa kepada AnakNya. Dan dengan demikian doa Musa, yang diucapkan berabad-abad sebelumnya, akhirnya telah dikabulkan. Ia telah berdiri di atas “gunung yang indah itu” pusaka umatnya, sambil memberikan kesaksian kepada Dia yang di dalamnya segala perjanjian Israel terpusat. Demikianlah pemandangan terakhir yang dinyatakan kepada khayal manusia fana dalam sejarah hidup seorang manusia yang amat dihormati oleh sorga.PB2 72.3

    Musa adalah satu lambang Kristus. Ia sendiri telah menyatakan kepada Israel, “Bahwa seorang nabi dari tengah-tengah kamu, dari antara segala saudaramu, dan yang seperti aku ini, yaitu akan dijadikan oleh Tuhan Aliahmu bagi kamu, maka akan Dia patutlah kamu dengar.” Ulangan 18:15. Tuhan melihat bahwa sepatutnya untuk mendisiplin Musa di dalam sekolah penderitaan dan kemiskinan sebelum ia dapat dipersiapkan memimpin bala tentara Israel ke Kanaan duniawi. Bangsa Israel Allah, yang sedang berjalan menuju ke Kanaan sorgawi, mempunyai seorang Pemimpin yang tidak memerlukan pengajaran manusia untuk menyediakan Dia bagi tugasNya sebagai pemimpin ilahi; namun demikian Ia telah dijadikan sempurna melalui penderitaan; dan “sedangkan la Sendiri telah merasa sengsara tatkala terkena coba, dapatlah Ia menolong orang yang terkena coba itu.” Ibrani 2:10, 18. Penebus kita tidak menyatakan adanya kelemahan atau ketidaksempurnaan manusia; namun demikian Ia telah mati untuk memperoleh bagi kita satu hak untuk memasuki Tanah Perjanjian.PB2 72.4

    “Adapun Musa itu setiawan di dalam segenap isi rumah Allah seperti hamba, akan menyatakan segala perkara yang akan difirmankan kelak, tetapi Kristus itu sebagaimana seorang anak berkuasa atas isi rumah Allah; maka kita inilah isi rumahnya itu, asal kita tetap di dalam iman dan harap, yang menjadi kemegahan kita, hingga kepada kesudahannya.” Ibrani 3:5, 6.PB2 73.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents