Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Samuel Waktu Kanak-Kanak

    Elkana, seorang Lewi dari bukit Efrayim, adalah seorang yang kaya dan berpengaruh, dan seorang yang mengasihi dan takut akan Allah. Isterinya, Hanna, adalah seorang yang beribadat dengan sungguh-sungguh. Lemah lembut dan tidak sombong, tabiatnya ditandai oleh kesungguhsungguhan yang dalam dan iman yang teguh.PB2 171.1

    Berkat yang dengan sungguh-sungguh dicari oleh setiap orang Ibrani tidak diberikan kepada pasangan yang beribadat ini, rumah tangga mereka tidak digembirakan oleh suara anak-anak; dan keinginan untuk mengabadikan namanya memimpin suami itu—sebagaimana itu telah memimpin banyak orang lainnya—melakukan perkawinan yang kedua. Tetapi langkah ini, yang didorong olehkarena kurang iman dalam Allah, tidak memberikan kebahagiaan. Anak-anak-lelaki dan perempuan ditambahkan ke dalam rumah tangga; tetapi kesukaan dan keindahan lembaga Allah yang suci itu telah dinodai, dan suasana damai di dalam keluarga telah dirusak. Penina, isteri yang baru itu, cemburuan dan berpikiran sempit, dan ia adalah seorang yang sombong dan tidak tahu malu. Kepada Hanna, harapan kelihatannya telah musnah, dan kehidupan terasa sebagai suatu beban yang menjemukan; namun demikian ia menghadapi ujian itu dengan rendah hati dan tidak bersungut.PB2 171.2

    Elkana dengan setia mengikuti upacara-upacara kebaktian kepada Allah. Perbaktian di Silo masih tetap dipertahankan, tetapi oleh sebab tidak teraturnya di dalam hal pelaksanaannya maka pelayanannya tidak dituntut di dalam kaabah, yang dalamnya ia termasuk, karena ia adalah seorang Lewi, ia diharuskan hadir. Namun demikian ia pergi, bersama dengan keluarganya, untuk berbakti dan mempersembahkan korban pada kumpulan-kumpulan yang telah ditetapkan.PB2 171.3

    Sekalipun di tengah-tengah upacara-upacara suci yang berhubungan dengan perbaktian kepada Allah, roh jahat yang telah mendatangkan kutuk kepada rumah tangganya telah mengganggu. Setelah mempersembahkan korban syukur, seluruh keluarga, sesuai dengan adat yang sudah ditentukan, bersatu di dalam pesta yang khidmat tetapi meriah itu. Pada peristiwa ini, Elkana telah memberikan kepada ibu dari anak-anaknya satu bahagian dan juga kepada setiap anak lelakinya dan anak perempuannya; dan sebagai tanda penghargaannya kepada Hanna, ia telah memberikan kepadanya dua bahagian, yang mengertikan bahwa kasihnya bagi dia adalah sama seolaholah ia sudah mempunyai seorang anak lelaki. Kemudian isteri yang kedua itu, dibakar oleh rasa cemburu, menuntut agar ia lebih diutamakan se-bagai seorang yang dikasihi oleh Allah, dan mencela Hanna dengan keadaannya yang tidak mempunyai anak itu sebagai bukti bahwa Allah tidak senang kepadanya. Hal ini terulang kembali tahun demi tahun, sampai Hanna tidak dapat menahannya lagi. Olehkarena tidak sanggup untuk menyembunyikan kesedihannya itu, ia menangis sejadi-jadinya, dan menarik diri dari upacara itu. Suaminya berusaha menghiburnya, tetapi sia-sia. “Mengapa engkau menangis? apa sebab engkau tiada mau makan? dan karena apa susah hatimu?” katanya, “bukankah aku ini bagimu terlebih baik daripada anak laki-laki sepuluh orang?”PB2 172.1

    Hanna tidak mengucapkan kata-kata yang mengecam. Beban yang ia tidak dapat bahagikan kepada sahabat di dunia ini, ia serahkan kepada Allah. Dengan sungguh-sungguh ia memohon agar Ia mau mengangkat kehinaannya itu, dan memberikan kepadanya satu karunia yang indah berupa seorang anak lelaki untuk dipelihara dan dididik bagi Dia. Dan ia mengadakan satu janji yang khidmat bahwa jikalau permohonannya itu dikabulkan, ia akan menyerahkan anaknya itu kepada Allah, sejak dari lahirnya. Hanna telah berada dekat ke pintu kaabah, dan dengan dipenuhi oleh kesedihan ia “berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedih-sedih.” Tetapi ia berhubungan dengan Tuhan dengan diam-diam, tanpa mengeluarkan suara. Di dalam masa yang jahat seperti itu, perbaktian seperti ini jarang terjadi. Pesta-pesta yang tidak hormat, bahkan mabuk-mabuk, adalah perkara yang biasa terjadi, sekalipun di dalam upacara keagamaan; dan Eli imam besar itu, pada waktu melihat Hanna, menyangka bahwa ia sedang dikuasai oleh air anggur. Dengan maksud memberikan satu teguran, dengan keras ia berkata, “Berapa lama gerangan seperti mabuklah lakumu? Buangkan mabukmu itu daripadamu.”PB2 172.2

    Dengan rasa sedih dan heran, Hanna menjawab dengan lemah lembut, “Bukan begitu, ya tuan! melainkan sahaya ini seorang perempuan yang berduka cita, bukan sahaya sudah minum air anggur atau minuman yang keras, melainkan sahaya sudah mencurahkan segala kepikiran hati saya di hadapan hadirat Tuhan. Jangan apalah tuan sangkakan sahaya seorang perempuan yang jahat, karena sampai sekarang sahaya sudah berkata-kata daripada kebanyakan pengaduh dan duka cita hatiku.”PB2 172.3

    Imam besar itu tergerak, karena ia adalah seorang hamba Tuhan; dan gantinya memberikan satu tempelakan ia telah mengucapkan suatu berkat: “Pergilah engkau dengan selamat! bahwa Allah orang Israel akan mengaruniakan kepadamu kelak barang yang telah kau pinta kepadanya.” Doa Hanna dikabulkan; ia menerima pemberian yang untuknya ia telah berdoa dengan sungguh-sungguh. Apabila ia memandang kepada anak itu, ia menamai dia Samuel—”sudah kupinta dia kepada Tuhan.” Segera setelah anak itu cukup besar untuk berpisah dari ibunya, ia menggenapi janjinya. Ia mengasihi anaknya itu dengan segala kasih sayang dari hati seorang ibu; hari demi hari, apabila ia memperhatikan kesanggupannya yang semakin bertambah, dan mendengarkan percakapannya yang bersifat kekanak-kanakan itu, kasihnya menjadi lebih dalam lagi kepadanya. Dia adalah anak lelakinya satu-satunya, pemberian sorga yang istimewa; tetapi ia telah menerima dia sebagai satu harta yang diserahkan kepada Tuhan, dan ia tidak mau menahan dari Pemberi itu apa yang menjadi milikNya.PB2 173.1

    Sekali lagi Hanna pergi bersama dengan suaminya ke Silo, dan mem-persembahkan kepada imam, di dalam nama Allah, pemberian yang indah itu, sambil berkata, “Maka sahaya sudah meminta budak ini, dan Tuhan telah mengaruniakan barang yang telah sahaya pinta kepadanya. Maka sebab itu sahayapun menyerahkan dia kepada Tuhan sepanjang umur hidupnya.” Eli amat terkesan oleh iman dan pengabdian perempuan Israel ini. Dia sendiri adalah seorang bapa yang terlalu memanjakan anak, ia merasa heran dan merasa rendah diri apabila melihat pengorbanan yang besar dari ibu ini untuk berpisah dari anak satu-satunya, agar ia bisa menyerahkan anak itu kepada pekerjaan Allah. Ia merasa tertempelak atas kasihnya yang mementingkan diri itu, dan dengan rendah hati dan sikap hormat ia menundukkan dirinya di hadapan Tuhan dan menyembah.PB2 173.2

    Hati ibu itu dipenuhi oleh kesukaan dan pujian, dan ia rindu untuk mencurahkan rasa syukurnya kepada Allah. Roh ilham datang ke atas dirinya, “dan Hanna berdoa dan berkata:PB2 173.3

    Bahwa dalam hatiku berbangkitlah suka cita akan Tuhan;
    Tandukku telah ditinggikan dalam Tuhan;
    Dan mulutkupun terbuka lebar atas segala seteruku;
    Karena suka citalah hatiku akan selamat yang daripadamu.
    Seorangpun tiada yang suci seperti Tuhan;
    Seorangpun tiada melainkan Engkau; Dan tiadalah gunung batu seperti Allah kami.
    Jangan berlebih-lebihan kamu bermegah-megah;
    Janganlah perkataan sombong keluar daripada mulutmu;
    Karena Tuhan itu Allah yang amat mengetahuinya,
    Dan segala perbuatannyapun benar adanya. . . .
    Bahwa Tuhan juga yang mematikan dan yang menghidupkan;
    Tuhan juga yang menurunkan ke dalam alam barzakh dan yang menaikkan orang pula;
    Tuhan juga yang menjadikan miskin dan yang menjadikan kaya;
    Tuhan juga yang merendahkan dan yang meninggikan.
    Orang yang hina diangkatnya dari dalam abu;
    Dan orang miskin dibangkitkannya dari dalam lebu;
    Supaya didudukkannya mereka itu dengan raja-raja,
    Dan diberinya akan dia mempusakai kursi kemuliaan;
    Karena segala alas bumi ini Tuhan punya,
    Dan Tuhan juga yang telah membangunkan bumi di atasnya.
    Maka dipeliharakannya kaki segala kekasihnya,
    Tetapi segala orang jahat ditumpas kelak ke dalam kegelapan,
    Maka satupun tiada dapat diadakan oleh orang laki-laki dengan kuasanya sendiri,
    Barangsiapa yang berbantah-bantah dengan Tuhan, ia itu akan dibinasakan kelak,
    Tuhanpun akan berguruh atasnya dari langit,
    Tuhan menghukumkan segala ujung bumi,
    Hendaklah dikaruniakannya kemuliaan kepada Rajanya,
    Dan ditinggikannya tanduk Almasihnya.”
    PB2 173.4

    Kata-kata Hanna ini bersifat nubuatan, baik tentang Daud, yang akan me-merintah sebagai raja Israel, dan tentang Mesias, yang diurapi oleh Tuhan. Pertama-tama menunjuk kepada perempuan yang sombong yang suka berkelahi dan tidak tahu malu, nyanyian itu kemudian menunjuk kepada kebinasaan musuh-musuh Allah, dan kemenangan yang terakhir umat tebusanNya.PB2 174.1

    Dari Silo, dengan diam-diam Hanna telah kembali ke rumahnya di Rama, meninggalkan kanak-kanak Samuel untuk dilatih bagi pekerjaan di rumah Tuhan, di bawah petunjuk imam besar. Sejak anak itu mulai berpikir ia telah mengajar anaknya mengasihi dan menghormati Allah, dan menganggap dirinya sebagai milik Allah. Melalui segala sesuatu yang biasa yang ada di sekelilingnya, ia telah berusaha mengarahkan pikirannya kepada Khalik itu. Bilamana terpisah dari anaknya, dengan setia doa ibu itu tidak henti-hentinya dilayangkan. Setiap hari ia menjadi bahan doanya. Setiap tahun oleh tangannya sendiri, ia membuat jubah kerja bagi dia; dan apabila ia pergi bersama dengan suaminya untuk berbakti di Silo, ia memberikan kepada anaknya tanda pengingat kasihnya itu. Setiap helai benang jubah kecil itu telah ditenun bersama dengan doa agar ia bisa menjadi suci, agung dan benar. Ia tidak meminta kebesaran duniawi bagi anaknya itu, tetapi dengan sungguh-sungguh ia memohon agar ia dapat mencapai kebesaran yang dinilai oleh Sorga, agar ia dapat menghormati Allah, dan menjadi berkat bagi sesama manusia.PB2 174.2

    Betapa suatu pahala bagi Hanna! dan betapa satu dorongan untuk menjadi setia teladan hidupnya itu! Ada kesempatan yang tidak ternilai harganya, tugas yang tidak terkira indahnya, yang telah dipercayakan kepada setiap ibu. Tugas-tugas kecil yang terus-menerus yang oleh kaum wanita telah dianggap sebagai pekerjaan yang menjemukan, haruslah dianggap sebagai suatu pekerjaan yang agung dan mulia. Kesempatanlah bagi para ibu untuk memberikan berkat kepada dunia ini melalui pengaruhnya, dan di dalam melakukan hal ini, ia akan mendatangkan kesukaan kepada hatinya sendiri. Ia dapat meluruskan jalan bagi kaki anak-anaknya, melalui sinar matahari dan kegelapan, untuk menuju kepada suatu ketinggian yang mulia. Tetapi hanyalah bilamana ia berusaha, di dalam kehidupannya sendiri, untuk mengikuti pengajaran-pengajaran Kristus, dimana ibu dapat berharap membentuk tabiat anak-anaknya sesuai dengan pola ilahi. Dunia ini penuh dengan pengaruh-pengaruh yang jahat. Mode dan adat kebiasaan memberikan suatu kuasa yang kuat terhadap anak-anak muda. Jikalau para ibu gagal di dalam tugasnya untuk memberi petunjuk, membimbing, dan mengendalikan, maka dengan sendirinya anak-anaknya akan menerima kejahatan, dan berpaling dari kebaikan. Biarlah setiap ibu sering pergi kepada Juruselamatnya dengan doa, “Ajarlah kami, peri hal yang patut kami pengapakan kanak-kanak itu, dan apa yang harus kami perbuat terhadap dirinya?” Biarlah ia memperhatikan petunjuk yang telah diberikan Allah di dalam firmanNya, dan hikmat akan diberikan kepadanya apabila ia membutuhkannya.PB2 175.1

    “Maka Samuel, orang muda itu, makin besar makin ia berkenan, baik kepada Tuhan baik kepada manusia.” Sekalipun masa muda Samuel dijalaninya di kaabah yang ditahbiskan kepada perbaktian kepada Allah, ia tidaklah bebas daripada pengaruh-pengaruh jahat ataupun contoh-contoh hidup yang keji. Anak-anak lelaki Eli tidak takut akan Allah, ataupun menghormati bapa mereka; tetapi Samuel tidak bersahabat dengan mereka ataupun mengikuti jalannya yang jahat. Usahanya yang senantiasa ialah untuk menjadi apa yang dikehendaki Allah. Ini adalah kesempatan bagi setiap orang muda. Allah merasa senang bilamana anak-anak sekalipun menyerahkan diri mereka kepada pekerjaanNya.PB2 175.2

    Samuel telah ditempatkan di bawah pengawasan Eli, dan keindahan daripada tabiatnya membangkitkan kasih yang hangat imam yang sudah tua itu. Ia manis budi, murah hati, penurut dan bersikap hormat. Eli, merasa sedih olehkarena penyelewengan anak-anaknya, telah mendapat kelegaan dan penghiburan dan berkat di dalam kehadiran anak asuhannya itu. Samuel bersifat penolong dan berbelas kasihan, dan tidak pernah ada bapa yang mengasihi anaknya lebih dalam daripada Eli terhadap anak ini. Suatu hal jarang bahwa di antara seorang pemimpin dari satu bangsa terjalin satu kasih yang begitu hangat dengan seorang anak muda yang sederhana. Apabila penderitaan-penderitaan masa tua datang kepada Eli, dan ia dipenuhi oleh kecemasan dan penyesalan oleh tindakan-tindakan penyelewengan anakanaknya, ia telah berpaling kepada Samuel untuk memperoleh penghiburan.PB2 175.3

    Tidaklah biasa bagi orang-orang Lewi memasuki pekerjaannya yang khusus itu sebelum berusia dua puluh lima tahun, tetapi Samuel telah merupakan satu kekecualian atas peraturan ini. Setiap tahun tugas-tugas yang lebih penting ditanggungkan kepadanya; dan sementara ia masih merupakan seorang kanak-kanak, sebuah baju efod telah dikenakan kepadanya sebagai satu tanda penyerahan dirinya kepada pekerjaan kaabah. Sekalipun masih muda pada waktu dibawa kepada tugas pelayanan di dalam kaabah, Samuel pada saat itu mempunyai tugas untuk dilaksanakan di dalam pelayanannya kepada Allah, sesuai dengan kesanggupannya. Pada mulanya semua tugas itu merupakan sesuatu yang sederhana saja dan tidak selalu menyenangkan; tetapi semuanya itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya menurut kemampuannya, dan dengan hati yang sukarela. Agamanya dibawa ke dalam setiap tugas dalam hidupnya. Ia menganggap dirinya sebagai seorang hamba Allah, dan pekerjaannya sebagai pekerjaan Allah. Usahanya diterima, oleh sebab semuanya itu telah didorong oleh kasih kepada Allah dan suatu kerinduan yang sungguh-sungguh untuk ‘melaksanakan kehendakNya. Dengan cara demikianlah Samuel telah menjadi seorang yang bekerja sama dengan Tuhan langit dan bumi ini. Dan Tuhan menyanggupkan dia melaksanakan suatu pekerjaan yang besar bagi bangsa Israel.PB2 176.1

    Jikalau anak-anak diajar menghargai pekerjaan-pekerjaan yang tetap yang kecil-kecil setiap hari sebagai suatu rencana yang telah ditetapkan Allah bagi mereka, sebagai satu sekolah di mana mereka dilatih untuk memberikan pelayanan yang setia dan mantap, betapa lebih menyenangkan dan lebih mulia kelihatan pekerjaannya itu. Untuk melaksanakan setiap tugas sebagaimana kepada Tuhan, akan menjadikan pekerjaan yang paling rendah sekalipun terasa menyenangkan, dan menghubungkan pekerja-pekerja di dunia ini dengan mahluk-mahluk yang melaksanakan kehendak Allah di sorga.PB2 176.2

    Sukses di dalam hidup ini, sukses di dalam memperoleh kehidupan pada masa yang akan datang, bergantung atas suatu perhatian yang setia serta penuh kesadaran terhadap perkara-perkara kecil. Kesempurnaan terlihat di dalam perkara yang terkecil sebagaimana halnya di dalam perkara yang terbesar daripada pekerjaan Allah. Tangan yang menopang dunia di dalam ruang angkasa ini adalah tangan yang telah menjadikan bunga-bunga bakung di padang dengan keahlian yang halus sekali. Dan sebagaimana Allah sempurna di dalam keadaanNya, demikian pula kita harus menjadi sempurna di dalam keadaan kita. Bangunan yang sejajar dari suatu tabiat yang kokoh dan indah didirikan oleh setiap tindakan-tindakan di dalam pekerjaan kita. Dan kesetiaan harus menandai kehidupan kita di dalam perkara yang terkecil sebagaimana halnya di dalam perkara yang terbesar. Kejujuran di dalam perkara-perkara kecil, pelaksanaan perbuatan ketulusan dan perbuatan kebajikan yang kecil-kecil, akan menyemarakkan jalan kehidupan; dan bilamana pekerjaan kita di dunia ini berakhir, maka akan didapati bahwa setiap tugas yang kecil yang telah dilakukan dengan setia telah memberikan suatu pengaruh yang baik, suatu pengaruh yang tidak akan pernah binasa.PB2 176.3

    Orang-orang muda pada zaman kita bisa menjadi seindah di pemandangan Tuhan seperti halnya Samuel. Oleh mempertahankan dengan setia kejujuran sebagai orang Kristen, mereka akan memberikan suatu pengaruh yang kuat di dalam pekerjaan pembaharuan. Orang-orang yang seperti ini diperlukan sekarang ini. Tuhan mempunyai suatu pekerjaan bagi masing-masing mereka. Tidak pernah manusia memperoleh hasil yang lebih besar bagi Allah dan kemanusiaan daripada yang dapat diperoleh pada zaman kita ini oleh mereka yang setia kepada tugas yang telah dipercayakan Allah kepada mereka.PB2 177.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents