Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Tabut Perjanjian Diambil Oleh Orang Filistin

    Pasal ini dialaskan atas 1 Samuel 3-7.

    Amaran yang lain harus diberikan kepada rumah tangga Eli. Allah tidak dapat berhubungan dengan imam besar dan anak-anaknya; dosa-dosa mereka, seperti satu awan yang tebal, telah menutup kehadiran Roh KudusNya. Tetapi di tengah-tengah kejahatan, Samuel yang masih muda itu tetap setia kepada Sorga, dan kabar pehukuman kepada rumah tangga Eli merupakan tugas dari Samuel sebagai seorang nabi Yang Mahatinggi.PB2 185.1

    “Maka mahallah firman Allah pada masa itu, karena tiadalah wahyu pada sediakala. Maka sekali peristiwa pada masa itu, sementara Eli berbaring pada tempat tidurnya (adapun mata Eli pada masa itu mulai kabur, tiada lagi nampak baik-baik) dan pelita Tuhan belum padam dan Samuelpun sudah pergi berbaring tidur di dalam kaabah Tuhan, yaitu di tempat tabut Allah, maka dipanggil Tuhan akan Samuel.” Menyangka bahwa itu adalah suara Eli, anak itu dengan cepat pergi ke samping tempat tidur imam itu, sambil berkata, “Bahwa sahaya ada di sini, maka tuan sudah memanggil sahaya.” Jawabnya adalah, “Tiada aku panggil; balik juga engkau berbaring.” Tiga kali Samuel dipanggil, dan tiga kali ia menyahut dengan cara yang sama. Dan kemudian Eli merasa yakin bahwa panggilan yang ajaib itu adalah suara Allah. Tuhan telah melewati hambaNya yang terpilih itu, seorang yang rambutnya sudah memutih, untuk berhubungan dengan seorang kanakkanak. Hal ini sendiri sudah merupakan suatu teguran yang pahit tetapi sepatutnya diberikan kepada Eli dan anak-anaknya.PB2 185.2

    Tidak ada perasaan iri hati atau cemburu timbul di hati Eli. Ia menyuruh Samuel supaya menjawab, jikalau dipanggil lagi, “Hendaklah Tuhan kiranya berfirman, karena hambamu ini mendengar juga.” Sekali lagi suara itu terdengar, dan anak itu menjawab, “Berfirmanlah juga, ya Tuhan! karena hambamu ini ada mendengar.” Begitu heran ia atas pemikiran bahwa Allah yang besar itu harus berbicara kepadanya, sehingga dia tidak dapat mengingat dengan tepat kata-kata yang diucapkan Eli supaya dikatakannya.PB2 185.3

    “Lalu firman Tuhan kepada Samuel: Bahwasanya Aku akan mengadakan kelak suatu perkara di antara orang Israel, sehingga mendesinglah kedua belah telinganya pada barangsiapa yang mendengarnya. Maka pada hari itu juga Aku mendatangkan atas Eli segala perkara yang telah kukatakan akan hal isi rumahnya, maka Akupun akan mulai dan lagi menyudahkan perkara itu. Karena sudah kuberi tahu kepadanya, bahwa Aku akan menghukumkan orang isi rumahnya sampai selama-lamanya sebab kejahatan yang telah diketahuinya, karena pada masa kedua anaknya mendatangkan laknat atas dirinya sendiri, tiada pernah dipandangnya akan dia dengan muka masam juga. Maka sebab itu Aku telah bersumpah kepada orang isi rumah Eli, bahwa sekalikali tiada kejahatan orang isi rumah Eli itu dihapuskan dengan korban atau dengan persembahan sampai selama-lamanya.”PB2 186.1

    Sebelum menerima pekabaran ini dari Allah, “Samuel belum mengetahui akan Tuhan, karena firman Tuhan belum dinyatakan kepadanya,” yaitu, ia belum mengetahui pernyataan yang langsung dari hadirat Allah yang sedemikian rupa yang diberikan kepada nabi-nabi. Allah bermaksud menyatakan diriNya di dalam satu cara yang tidak diharap-harapkan, agar Eli dapat mendengarnya melalui rasa heran serta sikap bertanya-tanya anak muda itu.PB2 186.2

    Samuel dipenuhi oleh ketakutan dan rasa heran mengingat adanya satu pekabaran yang amat hebat yang telah dipercayakan kepadanya. Keesokan paginya ia pergi untuk melaksanakan’ tugasnya sebagaimana biasanya, tetapi dengan satu beban yang berat di dalam hatinya yang masih muda itu. Tuhan tidak memerintahkan dia untuk menyatakan hukuman yang menakutkan itu, oleh sebab itu ia tetap diam, menghindarkan, sedapat-dapatnya, kehadiran Eli. Ia gemetar, jangan-jangan beberapa pertanyaan akan memaksa dia menyatakan hukuman ilahi terhadap seseorang yang ia kasihi dan hormati. Eli merasa yakin bahwa pekabaran itu meramalkan beberapa malapetaka yang besar kepada dia dan rumah tangganya. Ia memanggil Samuel, dan menyuruh dia supaya dengan setia memaparkan apa yang telah Tuhan nyatakan. Anak muda itu menurutnya, dan orang tua itu tertunduk disertai sikap menyerah atas hukuman yang mengagetkan itu. “Bahwa Ialah Tuhan; biarlah diperbuatnya barang yang baik kepada pemandanganNya.”PB2 186.3

    Namun demikian Eli tidak menyatakan buah-buah pertobatan yang sejati. Ia mengakui kesalahannya, tetapi gagal meninggalkan dosanya. Tahun demi tahun Tuhan menunda hukuman yang telah diberikanNya itu. Banyak hal sebenarnya dapat dilakukan selama tahun-tahun itu untuk menebus kegagalan-kegagalan pada masa yang lalu; tetapi imam yang tua ini tidak mengadakan usaha yang baik untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang menajiskan kaabah Tuhan dan menuntun ribuan orang Israel ke dalam kebinasaan. Sikap panjang sabar Allah telah menyebabkan Hofni dan Pinehas mengeraskan hati mereka, dan menjadi lebih berani lagi dalam pelanggaran mereka. Pekabaran amaran dan teguran kepada rumah tangganya diberitahukan oleh Eli kepada seluruh bangsa itu. Dengan cara ini ia berharap untuk menentang seberapa dapat, pengaruh jahat karena kelalaiannya pada masa yang lalu. Tetapi amaran-amaran itu tidak dipedulikan oleh orang banyak, sebagaimana mereka telah diabaikan oleh para imam. Bangsabangsa yang ada di sekeliling yang mengetahui adanya kejahatan yang dilakukan dengan terang-terangan di antara orang Israel, juga menjadi lebih berani lagi dalam kejahatan dan penyembahan berhala mereka. Mereka tidak merasakan adanya kesalahan dari dosa mereka, sebagaimana yang akan mereka rasakan jikalau bangsa Israel telah mempertahankan kejujuran mereka. Tetapi satu hari pembalasan sedang mendekat. Wewenang Allah telah disisihkan, dan perbaktian kepadaNya telah diabaikan dan dihinakan, dan perlulah bagiNya campur tangan, agar supaya kehormatan namaNya dapat dipertahankan.PB2 186.4

    “Sebermula, maka keluarlah orang Israel pergi mendatangi orang Filistin hendak berperang, maka didirikannyalah kemahnya dekat Eben Haezar, tetapi orang Filistin dekat Afek.” Tindakan ini telah diadakan oleh orang Israel tanpa nasihat dari Allah, tanpa persetujuan imam besar ataupun nabi. “Maka orang Filistin dengan ikatan perangnya mendatangi orang Israel, lalu ramailah berperang, maka alahlah orang Israel di hadapan orang Filistin, dibunuhnya pada medan peperangan itu kira-kira empat ribu orang.” Apabila bala tentara yang hancur dan kecewa itu kembali ke perkemahan mereka, “Kata segala tua-tua Israel: Mengapa maka pada hari ini Tuhan memberi kita alah di hadapan orang Filistin?” Bangsa itu telah matang untuk menerima pehukuman Allah, namun demikian mereka tidak melihat bahwa dosa-dosa mereka telah menjadi sebab dari malapetaka yang mengerikan ini. Dan mereka berkata, “Marilah kita pergi mengambil tabut perjanjian Tuhan dari Silo, biarlah ia itu di antara kita, supaya dilepaskannya kita daripada tangan musuh kita.” Tuhan tidak memberikan perintah atau ijin agar tabut perjanjian itu harus dibawa ke tengah-tengah bala tentara itu; namun demikian Israel merasa yakin bahwa kemenangan akan menjadi bahagian mereka, dan mereka berseru-seru dengan kerasnya pada waktu tabut itu dibawa ke kemah mereka oleh anak-anak Eli.PB2 187.1

    Bangsa Filistin menganggap tabut perjanjian itu sebagai dewa orang Israel. Segala perbuatan ajaib yang Tuhan telah adakan bagi umatNya telah dianggap sebagai hasil kuasanya. Apabila mereka mendengar teriakan kesukaan itu mendekati mereka, mereka berkata, “Apakah bunyi sorak yang ramai ini dalam tentara orang Ibrani? Lalu diketahuinya akan hal tabut Tuhan sudah sampai ke dalam tentara itu. Maka sebab itu ketakutanlah orang Filistin, karena katanya: Bahwa Allah sudah datang ke dalam tentara itu. Dan lagi katanya: Wai bagi kita! karena belum pernah jadi yang demikian ini pada kemarin atau pada kemarinnya. Wai bagi kita, karena siapa gerangan dapat melepaskan kita daripada tangan dewata yang mulia raya itu? Bahwasanya inilah juga dewata yang sudah menyiksakan orang Mesir dengan segala bala dekat padang belantara. Hendaklah kamu perwira perkasa, hai orang Filistin! agar jangan kiranya kamu takluk kepada orang Ibrani itu, seperti mereka itu telah takluk kepada kamulah; nyatakanlah dirimu orang laki-laki dan berperanglah baik-baik.”PB2 187.2

    Orang Filistin mengadakan satu serangan yang kejam sekali, yang telah mengakibatkan kekalahan Israel, dengan satu pembantaian yang besar. Tiga puluh ribu orang terkapar mati di tengah padang, dan tabut Tuhan telah diambil, kedua anak Eli telah mati sementara sedang berjuang mempertahankannya. Dengan demikian kembali telah tercatat di atas lembaran sejarah suatu kesaksian bagi segala zaman yang akan datang—bahwa kejahatan umat Allah tidak akan dibiarkan tanpa mendapat hukuman. Lebih besar pengetahuan akan kehendak Allah, maka lebih besar dosa mereka yang tidak mengindahkannya.PB2 188.1

    Malapetaka yang paling mengerikan yang dapat terjadi telah berlaku atas Israel. Tabut Tuhan telah direbut, dan berada di bawah kekuasaan musuh. Kemuliaan itu benar-benar telah undur dari Israel apabila lambang hadirat dan kuasa Tuhan telah diangkat dari tengah-tengah mereka. Kepada peti yang suci ini telah dihubung-hubungkan pernyataan yang paling ajaib daripada kebenaran dan kuasa Allah. Pada zaman dulu, kemenangankemenangan ajaib telah diperoleh jikalau tabut itu sudah kelihatan. Tabut itu dinaungi oleh sayap kerubium keemasan, dan kemuliaan yang tidak terkatakan dari hadirat ilahi, lambang yang bisa dilihat daripada Allah yang maha tinggi, telah turun ke atasnya di dalam ruangan yang maha suci. Tetapi sekarang itu tidak memberikan kemenangan. Itu tidak terbukti sebagai suatu pertahanan pada peristiwa ini, dan di seluruh Israel terdapat kesedihan.PB2 188.2

    Mereka tidak menyadari bahwa iman mereka hanyalah merupakan sebagai satu iman yang cuma nama saja, dan telah kehilangan kuasanya untuk menang bersama dengan Allah. Hukum Allah, yang terdapat di dalam tabut itu, adalah juga lambang daripada hadiratNya; tetapi mereka telah mencemoohkan hukum itu, telah mengabaikan tuntutan-tuntutannya, dan telah mendukakan Roh Tuhan dari antara mereka. Bilamana orang banyak itu menurut akan hukum yang suci itu, Tuhan bersama dengan mereka untuk bekerja bagi mereka melalui kuasaNya yang tidak terbatas itu; tetapi bilamana mereka melihat kepada tabut itu, dan tidak menghubungkannya dengan Allah, atau menghormati kehendakNya yang telah dinyatakan itu oleh penurutan kepada hukumNya, maka itu tidak akan lebih berarti kepada mereka sebagaimana halnya satu peti yang biasa. Mereka memandang kepada tabut itu seperti bangsa-bangsa penyembah berhala memandang kepada dewa-dewa mereka, seolah-olah benda itu, di dalam dirinya sendiri, memiliki unsur-unsur kuasa dan keselamatan. Mereka melanggar hukum yang terdapat di dalamnya; karena perbaktian mereka terhadap tabut itu sendiri telah menuntun mereka kepada perbaktian secara rupa saja, kepada sifat munafik, dan penyembahan berhala. Dosa mereka telah memisahkan mereka dari Allah, dan Ia tidak dapat memberikan kepada mereka kemenangan sebelum mereka bertobat dan meninggalkan dosa mereka.PB2 188.3

    Tidak cukup bahwa tabut dan kaabah berada di tengah-tengah Israel. Tidaklah cukup bahwa para imam mempersembahkan korban, dan bahwa bangsa itu disebut sebagai anak-anak Allah. Tuhan, tidak mempedulikan permohonan mereka yang memanjakan kejahatan di dalam hatinya; tersurat bahwa “orang yang memalingkan telinganya dan tiada mau mendengar akan hukum, jikalau doanya sekalipun maka menjadi suatu kebencian.” Amsal Solaiman 28:9.PB2 189.1

    Pada waktu bala tentara itu pergi berperang, Eli, yang buta dan tua itu, tetap tinggal di Silo. Dengan hati yang gundah, ia telah menunggu hasil peperangan itu, “karena berdebarlah hatinya dari sebab tabut Allah.” Sambil menempatkan dirinya di luar pintu kaabah itu, ia duduk di tepi jalan dari hari ke hari sambil mengharap-harapkan datangnya seorang pesuruh dari medan peperangan.PB2 189.2

    Akhirnya seorang dari suku Benyamin dari antara bala tentara itu, “dengan pakaiannya terkoyak-koyak dan abupun adalah pada kepalanya,” dengan cepat-cepat datang melalui jalan naik ke kota itu. Dengan tidak memperhatikan orang tua yang ada di pinggir jalan itu, ia bergegas-gegas pergi ke kota, dan menceritakan kembali kepada orang banyak yang sedang menunggu-nunggu itu berita tentang kekalahan serta kerugian.PB2 189.3

    Bunyi ratapan dan kesedihan tiba di telinga orang yang sedang menunggu di samping kaabah itu. Pesuruh itu dibawa kepadanya. Dan orang itu berkata kepada Eli, “Bahwa orang Israel sudah lari dari hadapan orang Filistin, lagipun kealahan yang besar telah jadi di antara segala rakyat itu, tambahan pula kedua anak tuan Hofni dan Pinehas sudah mati.” Eli bisa menahan semuanya ini, bagaimanapun hebatnya hal itu, karena ia sudah mengharapkannya. Tetapi tatkala pesuruh itu menambahkan, “Dan tabut Allahpun sudah dirampas musuh,” suatu keadaan yang amat menyedihkan tampak pada raut mukanya. Pemikiran bahwa dosanya telah menghinakan Tuhan dengan sedemikian rupa, dan menyebabkan sehingga Ia telah menarik hadiratNya dari antara Israel, adalah lebih daripada apa yang bisa ditanggungnya, kekuatannya hilang daripadanya, ia jatuh, “dan patah batang lehernya, lalu mati.”PB2 189.4

    Isteri Pinehas, sekalipun suaminya jahat, adalah seorang perempuan yang takut akan Allah. Kematian mertuanya dan suaminya, dan di atas sekaliannya itu, kabar yang mengerikan bahwa tabut Allah telah direbut, telah menyebabkan kematiannya. Ia merasa bahwa pengharapan Israel yang terakhir telah musnah; dan ia telah menamai anaknya yang dilahirkan dalam jam-jam yang penuh kesusahan ini, Ikabod, atau “tidak mulia,” bersama-sama dengan nafasnya yang terakhir ia mengulangi kembali kata-kata, “Kemuliaan Israel sudah dibawa dengan tertawan, karena tabut Allah sudah dirampas adanya.”PB2 190.1

    Tetapi Tuhan tidak sama sekali meninggalkan umatNya, ataupun membiarkan kesombongan bangsa kapir itu. Ia telah menggunakan orang Filistin sebagai alat menghukum Israel, dan Ia telah menggunakan tabut itu untuk menghukum orang Filistin. Pada waktu silam hadirat ilahi telah menyertainya, untuk menjadi kemuliaan dan kekuatan umatNya yang menurut. Hadirat yang tidak terlihat itu masih tetap menyertainya, untuk mendatangkan kegentaran dan kebinasaan kepada orang-orang yang melanggar hukumNya yang suci itu. Tuhan sering menggunakan musuhNya yang paling kejam untuk menghukum ketidak-setiaan orang yang mengaku diri sebagai umatNya. Untuk sementara waktu orang jahat itu merasa diri menang apabila mereka melihat Israel menderita hukuman, tetapi waktunya akan datang bilamana mereka juga harus berhadapan dengan hukuman dari Allah yang suci, dan membenci dosa. Di mana saja kejahatan dimanjakan, maka di sana, dengan segera dan dengan tidak salah, hukuman ilahi akan mengikutinya.PB2 190.2

    Dengan disertai suasana kemenangan orang Filistin telah memindahkan tabut Allah itu ke Asbod, salah satu dari kota-kota utama mereka, dan menempatkannya di dalam rumah dewa mereka, Dagon. Mereka menyangka bahwa kuasa yang hingga saat itu telah menyertai tabut itu akan menjadi milik mereka, dan bahwa hal ini, digabungkan dengan kuasa Dagon, akan menjadikan mereka tidak terkalahkan. Tetapi pada waktu mereka memasuki tempat kebaktian mereka keesokan harinya, mereka melihat suatu pemandangan yang memenuhi diri mereka dengan kegentaran. Dagon telah terjerembab dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan itu. Dengan penuh sikap hormat para imam mengangkat berhala itu, dan mendirikannya kembali pada tempatnya. Tetapi keesokan paginya mereka dapati dewanya itu, dengan cara yang ganjil, telah tergeletak kembali di atas tanah di hadapan tabut Allah. Bahagian atas berhala ini menyerupai bentuk manusia, dan bahagian bawahnya menyerupai bentuk seekor ikan. Sekarang setiap bahagian yang menyerupai bentuk manusia telah terpotong-potong, dan hanya badan dari seekor ikan saja yang tetap utuh. Para imam dan orang banyak dipenuhi kegentaran; mereka menganggap peristiwa yang ganjil itu sebagai suatu pertanda buruk, kebinasaan yang akan datang menimpa diri mereka dan berhala-berhala mereka di hadapan Allah orang Ibrani. Sekarang mereka memindahkan tabut itu dari rumah kebaktian mereka, dan menempatkannya di dalam satu gedung sendirian.PB2 190.3

    Penduduk Asdod ditimpa oleh penyakit yang mengganggu dan mematikan. Mengingat kutuk yang telah dijatuhkan ke atas Mesir oleh Allah Israel, orang banyak beranggapan bahwa penderitaan mereka itu telah disebabkan oleh hadirnya tabut Tuhan di antara mereka. Keputusan diadakan untuk memindahkannya ke Gat. Tetapi bala penyakit itu mengikutinya tidak lama setelah pemindahannya itu, dan orang-orang di kota itupun mengirimkannya ke Ekeron. Di tempat ini orang banyak itu menerimanya dengan penuh ketakutan, sambil berseru, “Bahwa dibawanya akan tabut Allah orang Israel itu kepada kita hendak dibunuhnya akan kita dan akan bangsa kita.” Mereka berpaling kepada dewa-dewa mereka untuk meminta per-lindungan, seperti yang telah diperbuat oleh orang-orang di Gat dan Asdod; tetapi pekerjaan sipembinasa itu berlangsung terus, sampai di dalam kesusahan mereka, “pengerik orang isi negeri itu naiklah ke langit.” Merasa takut untuk menahan tabut itu lebih lama lagi di antara rumah-rumah orang itu, mereka kemudian meletakkannya di sebuah ladang yang terbuka. Di tempat itu kemudian suatu hama tikus telah terjadi, yang merusak tanah itu, sambil membinasakan hasil bumi, baik yang ada di dalam lumbung dan yang ada di ladang. Kebinasaan total, oleh penyakit dan bala kelaparan, sekarang mengancam bangsa itu.PB2 191.1

    Selama tujuh bulan tabut Allah tinggal di antara orang Filistin, dan selama itu bangsa Israel tidak berusaha membawanya kembali. Tetapi sekarang orang Filistin ingin membebaskan diri mereka dari kehadirannya sama seperti pada waktu mereka menginginkannya. Gantinya menjadi sebagai suatu sumber kekuatan kepada mereka, itu telah menjadi sebagai satu beban besar dan kutuk yang hebat. Namun demikian mereka tidak mengetahui jalan apa yang harus ditempuh; olehkarena ke mana saja tabut itu ditaruh, hukuman Allah mengikutinya. Orang banyak itu memanggil penghulu-penghulu bangsa itu, bersama dengan para imam dan ahli tenung mereka, dan dengan sungguh-sungguh bertanya, “Patut kami pengapakan tabut Tuhan itu? Berilah tahu kami, bagaimana dapat kami mengirimkan dia kembali ke tempatnya?” Mereka dinasihatkan supaya mengembalikannya dengan disertai suatu korban karena pelanggaran yang mahal sekali. “Kemudian,” kata imam-imam itu, “Nyatalah kepadamu apa sebab tangannya tiada undur daripadamu.”PB2 191.2

    Untuk menahan atau membuangkan satu bala, maka adalah satu adat pada zaman dulu di antara orang kapir, untuk membuat sebuah patung emas, perak atau bahan lainnya, daripada sesuatu yang telah menyebabkan kebinasaan, atau dari benda atau bahagian dari tubuh yang terutama sekali telah menderita. Kemudian patung ini diletakkan di atas sebuah tiang atau di satu tempat yang ramai, dan ini dianggap sebagai suatu pelindung yang ampuh terhadap malapetaka yang telah dilambangkan dengan cara demikian. Satu praktek yang sama masih ada di antara beberapa bangsa kapir. Bilamana seseorang yang menderita olehkarena suatu penyakit pergi ke rumah kebaktian berhala mereka untuk meminta kesembuhan, ia akan membawa sebuah gambar daripada bahagian yang telah terkena penyakit itu, yang ia hadapkan sebagai satu korban kepada dewanya.PB2 192.1

    Sesuai dengan tahyul yang biasa pada zaman itu, dimana pemimpinpemimpin orang Filistin itu telah memerintahkan bangsa itu untuk membuat gambar-gambar daripada bala oleh mana mereka telah menderita, “lima buah puru emas dan lima ekor tikus emas, seturut bilangan segala penghulu orang Filistin,” kata mereka, “karena, satu jua bala berlaku atas kamu sekalian dan atas segala penghulumu.”PB2 192.2

    Orang-orang bijaksana ini mengakui satu kuasa gaib yang menyertai tabut itu—suatu kuasa yang tidak dapat mereka hadapi. Namun demikian mereka tidak menasihatkan bangsa itu untuk berpaling dari penyembahan berhala mereka untuk melayani Tuhan. Mereka tetap membenci Allah Israel, sekalipun dipaksa oleh hukuman yang hebat itu untuk menyerah kepada. kekuasaanNya. Dengan demikian orang berdosa bisa diyakinkan oleh hukuman-hukuman Allah bahwa tiadalah gunanya berdebat melawanNya. Mereka bisa dipaksa menyerah kepada kuasaNya, sementara di dalam hati mereka memberontak terhadap pengendalianNya. Penyerahan seperti itu tidak dapat menyelamatkan orang berdosa. Hati harus diserahkan kepada Allah—harus ditaklukkan oleh anugerah ilahi—sebelum pertobatan manusia dapat diterima.PB2 192.3

    Betapa besarnya sikap sabar Allah terhadap orang jahat! Bangsa Filistin yang menyembah berhala dan orang Israel yang murtad itu sama-sama menikmati pemberian-pemberian dari pimpinanNya. Puluhan ribu rahmatNya yang tidak kelihatan dengan diam-diam telah turun pada jalan orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan memberontak itu. Setiap berkat menyatakan kepada mereka tentang Pemberinya, tetapi mereka bersikap acuh tak acuh terhadap kasihNya. Kesabaran Allah sangat besar kepada anak-anak manusia; tetapi apabila mereka dengan keras hati tetap bertahan dalam kejahatan mereka, Ia mengangkat dari mereka tangan perlindunganNya. Mereka telah menolak mendengar suaraNya di dalam perkara-perkara yang telah dijadikanNya, dan di dalam amaran-amaran, nasihat dan teguran dari sabdaNya, dan dengan demikian Ia telah dipaksa berbicara kepada mereka melalui hukuman.PB2 192.4

    Ada beberapa dari antara orang Filistin yang siap menentang pengembalian tabut itu ke negerinya. Pengakuan terhadap kuasa Allah Israel seperti itu akan merupakan suatu kehinaan kepada kecongkakan orang Filistin. Tetapi “imam-imam dan tukang tenung” menasihatkan mereka agar jangan meniru kekerasan hati Firaun dan orang Mesir, dan dengan demikian akan mendatangkan atas diri mereka penderitaan yang lebih besar lagi. Suatu rencana yang telah mendapatkan persetujuan dari semua orang sekarang telah digariskan, dan dengan segera dilaksanakan. Tabut itu, beserta dengan korban pelanggaran yang terbuat dari emas, diletakkan di atas sebuah pedati yang baru, dengan demikian menjauhkan kemungkinan adanya kenajisan; kepada pedati ini diikatkan dua ekor lembu, yang belum pernah dikenakan kuk pada leher mereka. Anak-anak lembunya dikurung di dalam kandangnya, dan kedua lembu itu dibiarkan pergi sesuka hatinya. Jikalau tabut itu akan kembali kepada Israel melalui jalan Bait-semes,kota yang terdekat dari suku Lewi, maka orang Filistin akan menerima hal ini sebagai bukti bahwa Allah Israel telah mendatangkan atas mereka penderitaan itu, “tetapi jikalau tiada ia menuju ke sana,” kata mereka, “maka kita ketahui bukan tangan Dia, yang sudah mengenai kita; melainkan untung nasib kita jua adanya.”PB2 193.1

    Pada waktu dilepaskan, lembu-lembu itu berpaling dari anak-anak mereka, dan sambil menguak pada waktu mereka berangkat, mereka telah mengambil jalan yang langsung ke Bait-semes. Tanpa dipimpin oleh tangan manusia, kedua ekor binatang yang sabar ini meneruskan perjalanan mereka. Hadirat ilahi menyertai tabut itu, dan telah bergerak maju dengan selamat tiba di tempat yang telah ditentukan.PB2 193.2

    Saat itu adalah waktu penuaian gandum, dan orang-orang di Bait-semes sedang menuai di lembah itu. “Serta diangkatnya matanya terlihatlah mereka itu akan tabut itu, lalu bersukacitalah hati mereka itu sebab melihat dia. Maka sampailah pedati itu ke bendang Yusak, orang Bait-semes itu, lalu berhentilah di sana; maka adalah di sana sebuah batu besar, lalu dibelahkan oranglah akan kayu pedati itu dan dipersembahkannya kedua ekor lembu itu kepada Tuhan akan korban bakaran.” Para pemimpin orang Filistin, yang telah mengikuti tabut itu “sampai ke perhinggaan Bait-semes,“ dan telah menyaksikan penyambutannya, sekarang kembali ke Ekeron. Kutuk itu telah berhenti, dan mereka diyakinkan bahwa malapetaka yang telah menimpa mereka itu adalah merupakan hukuman dari Allah Israel.PB2 193.3

    Orang-orang Bait-semes dengan segera menyebar-luaskan kabar bahwa tabut Allah ada pada mereka, dan orang-orang dari negeri-negeri sekelilingnya datang berbondong-bondong menyambut kembalinya tabut itu. Tabut itu telah ditempatkan di atas batu yang mula-mula telah digunakan sebagai sebuah mezbah, dan di hadapannya korban-korban tambahan telah dipersembahkan kepada Tuhan. Jikalau orang-orang yang berbakti ini telah bertobat dari dosa-dosa mereka, berkat Allah akan menjadi bahagian mereka. Tetapi mereka tidak setia dalam mentaati hukumNya; dan sementara mereka bersuka-suka atas kembalinya tabut itu sebagai suatu pertanda akan datangnya perkara yang baik, mereka tidak memiliki perasaan yang sebenarnya atas kesuciannya. Gantinya menyediakan satu tempat yang patut untuk penyambutannya, mereka telah membiarkan tabut itu terletak di atas sebuah ladang yang sedang dituai. Apabila mereka terus-menerus memandang kepada peti yang suci itu, dan membicarakan tentang keadaan yang ajaib yang menyebabkannya dikembalikan, mereka mulai menyelidiki di manakah letak kekuasaannya yang ganjil itu. Akhirnya, karena dikuasai oleh rasa ingin tahu, mereka telah membuka tutupnya dengan beraninya.PB2 194.1

    Semua orang Israel telah diajar untuk memandang kepada tabut itu dengan sikap takut dan hormat. Bilamana disuruh untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain, orang Lewi sekalipun tidak berani melihat kepadanya. Hanya sekali setahun imam besar diijinkan melihat tabut Allah itu. Orang Filistin yang kapir itu sekalipun tidak berani memindahkan penutupnya. Malaikat-malaikat sorga, yang tidak terlihat, senantiasa menyertai dalam segala perjalanannya. Sikap tidak hormat yang gegabah dari orang Bait-semes itu dengan segera telah dihukum. Banyak dari antara mereka yang telah dibunuh seketika itu juga.PB2 194.2

    Mereka yang masih hidup tidak dituntun oleh hukuman ini supaya bertobat dari dosa-dosa mereka, tetapi hanya memandang tabut itu dengan rasa takut yang penuh dengan tahyul. Dengan merasa ingin dibebaskan dari kehadirannya, tetapi tidak berani untuk memindahnya, orang-orang Bait-semes telah mengirimkan kabar kepada penduduk Kirjat-Yearim, sambil mengundang mereka untuk membawanya. Dengan kesukaan yang besar orang-orang ini telah menyambut peti yang suci itu. Mereka mengetahui bahwa itu adalah tanda dari kasih Allah kepada mereka yang menurut dan setia. Dengan kegembiraan yang khidmat mereka telah membawanya ke kota mereka, dan menempatkannya di rumah Abinadab, seorang Lewi. Orang ini mengangkat anaknya Eliazar untuk mengawasinya, dan tabut itu tinggal di tempat itu bertahun-tahun lamanya.PB2 194.3

    Selama tahun-tahun semenjak Tuhan untuk pertama kalinya menyatakan diriNya kepada anak Hanna, panggilan Samuel kepada jabatannya sebagai nabi telah diakui oleh segenap bangsa itu. Oleh menyampaikan amaran ilahi dengan setianya kepada rumah tangga Eh, sekalipun tugas itu terasa menguji dan menyakitkan, Samuel telah memberikan bukti akan kejujurannya sebagai pesuruh Tuhan, “Dan Tuhanpun adalah sertanya, dan sepatah kata daripada segala firmanNyapun tiada yang tiada disampaikannya. Maka segenap bangsa Israel daripada Dan sampai ke Birsyebapun mengetahui akan hal Samuel sudah dilantik akan nabi Tuhan.”PB2 195.1

    Israel sebagai satu bangsa masih terus berada dalam keadaan tidak beragama dan menyembah berhala, dan sebagai satu hukuman mereka tetap berada di bawah penjajahan bangsa Filistin. Selama masa ini, Samuel telah mengunjungi kota-kota dan kampung-kampung di seluruh negeri itu, sambil berusaha untuk memalingkan hati orang banyak kepada Allah leluhur mereka; dan usahanya bukannya tanpa mendatangkan hasil yang baik. Setelah menderita tekanan-tekanan dari musuh mereka selama dua puluh tahun bangsa Israel “mengaduhkan halnya sambil mengikut Tuhan.” Samuel menasihatkan mereka, “Jikalau kiranya kamu bertobat kepada Tuhan dengan segenap hatimu, hendaklah kamu membuang segala berhala dari antara kamu, demikianpun segala Astarot, dan perbetulkanlah hatimu kepada Tuhan dan perbuatlah bakti kepadanya juga,” di sini kita melihat bahwa kesalehan yang praktis, agama hati itu, telah diajarkan pada zaman Samuel sebagaimana diajarkan oleh Kristus, bentuk luar dari agama tidaklah berguna kepada bangsa Israel zaman dahulu. Hal yang sama juga berlaku kepada Israel modern.PB2 195.2

    Sekarang ini perlu diadakannya satu kebangunan agama hati yang sebenarnya, sebagaimana yang telah dialami oleh Israel kuno. Pertobatan adalah langkah yang pertama yang harus diambil oleh semua orang yang mau kembali kepada Allah. Tidak seorangpun dapat melaksanakan hal ini bagi orang lain. Secara pribadi kita harus merendahkan diri di hadapan Allah, dan membuangkan berhala-berhala kita. Bilamana kita sudah melakukan segala sesuatu yang dapat kita lakukan, maka Tuhan akan menyatakan kepada kita keselamatanNya.PB2 195.3

    Dengan kerja sama pemimpin-pemimpin suku bangsa itu, suatu perhimpunan yang besar telah diadakan di Mizpa. Di tempat ini mereka telah berpuasa dengan khidmat sekali. Dengan kerendahan hati orang banyak itu telah mengakui dosa-dosa mereka, dan sebagai satu bukti dari tekad mereka untuk menurut petunjuk-petunjuk yang telah mereka dengar itu, mereka telah memberikan kepada Samuel wewenang sebagai seorang hakim.PB2 195.4

    Bangsa Filistin menyangka bahwa perkumpulan ini sebagai perundingan untuk mengadakan peperangan, dan dengan suatu bala tentara yang kuat mereka telah mengadakan serangan kepada bangsa Israel sebelum rencana mereka ini menjadi matang. Kabar tentang kedatangan mereka telah menyebabkan satu kegentaran yang besar di antara orang Israel. Orang banyak berseru kepada Samuel, “Jangan apalah tuan berhenti daripada memintakan kami doa kepada Tuhan, Allah kami, supaya dilepaskannya kami daripada tangan orang Filistin.”PB2 196.1

    Sementara Samuel sedang mempersembahkan seekor domba sebagai korban bakaran, orang Filistin telah berada dekat untuk berperang. Kemudian Yang Mahakuasa yang telah turun di atas Sinai di tengah-tengah api dan asap dan guntur, yang telah membelah Laut Merah, dan menyediakan satu jalan bagi bani Israel, sekali lagi telah menyatakan kuasaNya. Angin tofan yang dahsyat telah menyerang bala tentara yang sedang bergerak maju itu, dan bumi telah dipenuhi oleh mayat-mayat daripada serdadu-serdadu yang kuat itu.PB2 196.2

    Bangsa Israel berdiri dengan diam penuh keheranan, gemetar dengan harapan yang bercampur ketakutan. Apabila mereka menyaksikan kebinasaan musuh mereka itu, mereka tahu bahwa Allah telah menerima pertobatan mereka. Sekalipun tidak bersedia untuk mengadakan peperangan, mereka telah mengambil senjata-senjata dari orang Filistin yang sudah mati itu, dan mengejar mereka yang lari sampai ke Bait-kar. Kemenangan besar ini telah diperoleh di atas ladang yang sama di mana, dua puluh tahun sebelumnya, Israel telah dipukul mundur di hadapan orang Filistin, para imam dibunuh, dan tabut Allah telah direbut. Bagi bangsa, sebagaimana juga halnya untuk pribadi, jalan penurutan kepada Allah adalah jalan keselamatan dan kebahagiaan, sementara jalan pelanggaran akan memimpin hanya kepada malapetaka dan kekalahan. Sekarang bangsa Filistin sama sekali telah ditaklukkan sehingga mereka telah menyerahkan benteng-benteng yang telah direbutnya dari Israel, dan selama bertahun-tahun tidak mengadakan tindakan-tindakan yang bermusuhan. Bangsa-bangsa lain mengikuti teladannya, dan bangsa Israel menikmati damai sampai akhir dari pemerintahan Samuel yang sendirian itu.PB2 196.3

    Agar peristiwa itu tidak pernah dilupakan, Samuel telah mendirikan di antara Mizpa dan Sen, sebuah batu yang besar sebagai suatu peringatan. Ia telah menamai tempat itu Eben-Haezar, “batu pertolongan,” sambil berkata kepada orang banyak itu, “Sampai di sini telah ditolong Tuhan akan kita.”PB2 196.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents