Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Raja Israel Yang Pertama

    Pasal ini dialaskan atas 1 Samuel 8-12.

    Pemerintahan Israel dijalankan di dalam nama dan oleh wewenang Allah. Pekerjaan Musa, ketujuh puluh tua-tua, penghulu dan hakim-hakim, hanyalah untuk menjalankan undang-undang yang telah diberikan Allah, mereka tidak mempunyai wewenang untuk membuat hukum bagi bangsa itu. Hal ini, dan seterusnya, adalah merupakan keadaan daripada adanya Israel sebagai satu bangsa. Dari zaman ke zaman orang-orang yang diilhami oleh Allah telah diutus untuk memberikan petunjuk kepada bangsa itu dan menuntun mereka dalam pelaksanaan hukum itu.PB2 208.1

    Tuhan telah melihat sebelumnya bahwa Israel akan menghendaki seorang raja, tetapi Ia tidak menyetujui adanya suatu perubahan di dalam prinsip-prinsip atas mana negara itu telah didirikan. Raja harus menjadi wakil daripada Yang Mahatinggi itu. Allah harus diakui sebagai Kepala bangsa, dan undang-undangNya harus dilaksanakan sebagai hukum yang terutama negara itu.PB2 208.2

    Pada waktu mula-mula Israel tinggal di Kanaan mereka mengakui prinsip-prinsip teokrasi, dan bangsa itu makmur di bawah pemerintahan Yusak. Tetapi bertambahnya penduduk dan pergaulan mereka dengan bangsa-bangsa lain telah mengakibatkan suatu perubahan. Bangsa itu telah meniru banyak dari antara adat kebiasaan bangsa kapir tetangga mereka, dan dengan demikian sebegitu jauh mereka telah mengorbankan tabiat mereka yang suci dan berbeda itu. Lambat laun mereka kehilangan sikap hormat mereka kepada Allah, dan tidak lagi bangga sebagai bangsa yang telah dipilih Allah. Tertarik oleh pertunjukkan dan kemegahan daripada raja-raja kapir itu, mereka merasa jemu dengan kesederhanaan mereka. Kecemburuan dan iri hati timbul di antara suku-suku bangsa itu. Perpecahan di dalam telah membuat mereka lemah, mereka terus-menerus terbuka kepada penyerangan-penyerangan musuh mereka orang kapir itu, dan bangsa itu mempercayai bahwa untuk mempertahankan kedudukan mereka di antara bangsa-bangsa, suku-suku bangsa itu harus dipersatukan di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Apabila mereka berpaling dari penurutan atas hukum Allah, mereka menghendaki supaya dibebaskan dari wewenang Pemerintahan ilahi; dan dengan demikian tuntutan untuk meminta seorang raja tersebar luas di seluruh Israel.PB2 208.3

    Semenjak zaman Yusak pemerintahan negara itu tidak pernah dilaksanakan dengan begitu bijaksana dan berhasil sebagaimana pada waktu di bawah pemerintahan Samuel. Dengan tiga rangkap jabatan sebagai hakim, nabi, dan imam yang diberikan oleh ilahi, ia telah bekerja dengan semangat yang tidak kenal lelah demi kesejahteraan bangsanya, dan bangsa itu telah menjadi makmur di bawah pengendaliannya yang bijaksana itu. Tata tertib dipulihkan, dan peribadatan ditingkatkan, dan roh tidak puas telah dicegah pada waktu itu. Tetapi dengan bertambah lanjutnya usia nabi itu terpaksa harus membahagi tugas pemerintahan dengan orang-orang lain, dan ia telah mengangkat kedua orang anaknya untuk bertindak sebagai pembantupembantunya. Sementara Samuel melanjutkan tugas jabatannya di Rama, kedua orang muda itu ditempatkan di Birsyeba, untuk melaksanakan pemerintahan di antara orang banyak dekat perbatasan sebelah selatan negeri itu.PB2 209.1

    Dengan persetujuan yang penuh dari seluruh bangsa itu, dimana Samuel telah mengangkat anak-anaknya kepada jabatan itu, tetapi mereka terbukti tidak menunjukkan diri layak kepada pilihan bapanya itu. Tuhan telah—melalui Musa—memberikan petunjuk-petunjuk khusus kepada umatNya bahwa pemerintah Israel harus memerintah dengan adil, memperlakukan dengan adil akan kaum janda dan anak piatu, dan tidak menerima suap. Tetapi anak-anak Samuel itu “cenderung kepada kekikiran, dimakannya suap dan diubahkannya hukum.” Anak-anak nabi itu tidak memperhatikan peraturanperaturan yang telah diusahakannya untuk menanamkannya di dalam pikiran mereka. Mereka tidak meneladani kehidupan bapa mereka yang suci, dan tidak mementingkan diri itu. Amaran yang diberikan kepada Eli tidak memberikan pengaruh kepada pikiran Samuel sebagaimana mestinya. Sebegitu jauh ia telah bersikap terlalu memanjakan kedua anaknya itu, dan akibatnya jelas terlihat di dalam tabiat dan hidup mereka.PB2 209.2

    Ketidak-adilan hakim-hakim ini telah menimbulkan ketidak-puasan, dan dengan demikian ada satu dalih untuk mendesak agar diadakan suatu perubahan yang memang dengan secara diam-diam sudah lama diingini. “Maka sebab itu berhimpunlah segala tua-tua orang Israel, lalu sekaliannya pergi mendapatkan Samuel, yang di Rama, sambil katanya kepadanya: Bahwa engkau sudah tua, maka anakmu itu tiada berjalan pada kesan kakimu, sebab itu hendaklah engkau mengangkat seorang raja atas kami, supaya diperintahkannya kami seperti adat segala bangsa yang lain.” Keadaan-keadaan yang buruk di antara bangsa itu tidak disampaikan kepada Samuel. Andaikata perbuatan jahat anak-anaknya diketahui olehnya, tanpa berlambatan ia akan memindahkan mereka; tetapi ini bukanlah apa yang dikehendaki oleh orang-orang yang mengajukan permohonan itu. Samuel dapat melihat bahwa motivasi mereka yang sebenarnya adalah rasa tidak puas dan kesombongan, dan bahwa tuntutan mereka itu merupakan akibat dari tujuan yang nekad dan sewenang-wenang. Tidak ada persungutan terhadap diri Samuel. Semua mengakui kejujuran dan hikmat pemerintahannya; tetapi nabi yang tua itu menganggap permohonan itu sebagai suatu kecaman terhadap dirinya, dan suatu usaha yang langsung untuk menyisihkan dia. Namun demikian, ia tidak menunjukkan perasaannya; ia tidak mengucapkan kata-kata teguran, tetapi membawakan hal itu kepada Tuhan dalam doa dan mencari nasihat daripadaNya saja.PB2 209.3

    Dan Tuhan berkata kepada Samuel, “Dengarlah juga olehmu akan kata bangsa ini dalam segala sesuatu yang dipintanya kepadamu, karena bukannya engkau yang dicelakan olehnya, melainkan dicelakannya Aku, supaya jangan lagi Aku jadi Rajanya. Seperti segala perbuatan mereka itu daripada hari Aku menghantar akan mereka itu keluar dari Mesir datang kepada hari ini, yaitu ditinggalkannya akan Daku dan diturutnya akan berhala, demikianpun perbuatan mereka itu akan dikau.” Nabi itu ditegur olehkarena bersedih hati atas tindakan bangsa itu terhadap dirinya sendiri sebagai satu pribadi. Mereka tidak menyatakan sikap tidak hormat kepada dirinya, melainkan terhadap wewenang Allah, yang telah mengangkat pemerintahpemerintah atas bangsaNya. Mereka yang menghina dan menolak hamba Allah yang setia mencemoohkan, bukan hanya kepada orang itu saja, tetapi kepada Guru yang telah mengutus dia. Firman Allah, teguran dan nasihat-nasihatNya, yang telah diremehkan; wewenangNyalah yang telah ditolak.PB2 210.1

    Zaman kemakmuran Israel yang lebih besar adalah zaman di mana mereka mengakui Tuhan sebagai Raja mereka—pada waktu hukum dan pemerintahan yang telah ditetapkan Allah dipandang sebagai lebih besar daripada pemerintahan bangsa-bangsa lainnya. Musa telah menyatakan kepada Israel sehubungan dengan hukum Tuhan, “karena ia itu menjadi bagimu akan budi dan hikmat kepada pemandangan segala bangsa; apabila didengamya akan segala hukum ini, maka akan katanya demikian: Bahwasanya bangsa yang besar ini, ia itu suatu bangsa yang budiman dan bijaksana.” Ulangan 4:6. Tetapi dengan menyeleweng dari hukum Allah, bangsa Ibrani telah gagal untuk menjadi umat seperti yang dikehendaki Allah, dan kemudian segala kejahatan yang menjadi akibat daripada dosa-dosa dan kebodohan mereka sendiri telah mereka timpakan kepada pemerintahan Allah. Mereka sama sekali telah dibutakan oleh dosa. PB2 210.2

    Tuhan telah, melalui nabi-nabiNya meramalkan bahwa Israel akan diperintah oleh seorang raja; tetapi itu tidaklah berarti bahwa bentuk pemerintahan ini adalah yang terbaik bagi mereka atau sesuai dengan kehendakNya. Ia membiarkan bangsa itu mengikuti pilihan mereka, oleh sebab mereka telah menolak dipimpin oleh nasihatNya. Hosea menyatakan bahwa Allah telah memberikan kepada mereka seorang raja dengan disertai kemarahan. Hosea 13:11. Apabila manusia memilih mengikuti jalannya sendiri, tanpa mencari nasihat dari Allah, atau yang bertentangan dengan kehendakNya yang telah dinyatakan, sering Ia mengabulkan permohonan mereka, agar supaya—melalui pengalaman pahit yang mengikutinya—mereka dapat dituntun untuk menyadari kebodohan mereka dan bertobat dari dosa mereka. Kesombongan dan hikmat manusia akan terbukti sebagai penuntun yang berbahaya. Perkara yang dikehendaki oleh hati manusia yang bertentangan dengan kehendak Allah pada akhirnya akan didapati sebagai suatu kutuk gantinya suatu berkat.PB2 211.1

    Allah menghendaki agar umatNya memandang kepadaNya saja sebagai Pemberi hukum mereka, dan Sumber kekuatan mereka. Dengan merasa bergantung kepada Allah, mereka akan senantiasa ditarik lebih dekat kepadaNya. Mereka akan ditinggikan dan diagungkan, dilayakkan bagi masa depan yang mulia ke tempat mana mereka telah dipanggil sebagai umat pilihanNya. Tetapi bilamana seorang manusia ditempatkan di atas takhta, hal itu akan cenderung untuk memalingkan pikiran bangsa itu dari Allah. Mereka akan lebih berharap kepada kekuatan manusia, dan kurang berharap kepada kuasa ilahi, dan kesalahan-kesalahan raja mereka akan menuntun mereka ke dalam dosa, dan memisahkan bangsa itu dari Tuhan.PB2 211.2

    Samuel diperintahkan supaya mengabulkan permohonan bangsa itu, tetapi mengamarkan mereka bahwa Allah tidak menyetujuinya, dan juga memberitahukan apa yang akan menjadi akibat tindakan mereka ini. “Maka disampaikan Samuel segala firman Tuhan itu kepada orang banyak, yang sudah meminta seorang raja kepadanya.” Dengan setia ia memaparkan di hadapan mereka beban yang akan tertanggung ke atas diri mereka, dan menunjukkan perbedaan antara keadaan terjajah seperti itu dengan keadaan mereka sekarang ini, yang bebas dan makmur. Raja mereka akan meniru kemewahan serta kesombongan raja-raja yang lain, dan untuk membiayai keadaan seperti itu, diperlukan adanya pajak yang berat atas diri dan harta mereka. Orang-orang muda mereka yang terbaik akan diminta untuk melayaninya. Mereka akan dijadikan sebagai pengemudi keretanya, tukang kudanya, dan pengawal di hadapannya. Mereka harus memasuki dinas ketentaraannya, dan mereka akan dituntut untuk mencangkul ladangnya, menuai hasil panennya, dan membuat alat-alat perang baginya. Anak-anak perempuan Israel akan diambil untuk dijadikan sebagai tukang rempahrempah dan pembakar-pembakar roti di dalam istananya. Untuk membiayai keadaannya sebagai seorang raja maka ia akan merebut yang terbaik dari hasil ladang mereka, yang telah diberikan Tuhan Sendiri kepada umatNya. Hamba-hamba mereka yang paling berhargapun, dan juga ternak mereka, akan diambilnya, dan “digunakannya kepada pekerjaannya.” Selain semuanya ini, raja akan menuntut sepersepuluh daripada penghasilan mereka, dari keuntungan hasil kerja mereka, ataupun dari hasil bumi. “Dan kamu sekalianpun akan menjadi hambanya,” kata nabi sambil mengakhiri. “Bahwasanya pada hari itu juga kamu akan berseru-seru dari sebab rajamu, yang telah kamu pilih itu, tetapi tiada juga Tuhan hendak mendengar akan kamu pada hari itu.” Bagaimanapun juga beratnya beban yang akan mereka rasakan itu, apabila sekali mereka telah mengangkat seorang raja maka mereka tidak boleh menyisihkannya sekehendak hati mereka.PB2 211.3

    Tetapi orang banyak itu menjawab, “Kendati, biarlah juga atas kami seorang raja. Dan biar kamipun seperti segala bangsa lain, diperintahkan oleh raja kami, biar ia berjalan pada hulu kami dan melakukan segala perang kami.”PB2 212.1

    “Seperti segala bangsa lain.” Bangsa Israel tidak menyadari bahwa berada di dalam keadaan seperti ini yang berbeda daripada bangsa lain adalah merupakan suatu kesempatan yang istimewa dan suatu berkat. Allah telah mengasingkan bangsa Israel dari setiap bangsa lainnya, untuk menjadikan mereka sebagai hartaNya sendiri yang khusus. Tetapi mereka, dengan meremehkan kehormatan yang tinggi ini, ingin sekali meniru teladan orang kapir! Dan keinginan untuk menjadi sama dengan adat serta perbuatan orang-orang duniawi masih ada sekarang ini di antara orang yang mengaku sebagai umat Allah. Orang-orang Kristen senantiasa berusaha meniru praktek-praktek dari mereka yang menyembah dewa dunia ini. Banyak yang berpendapat bahwa dengan bersatu dengan orang duniawi dan menyelaraskan diri dengan adat kebiasaan mereka, maka mereka akan dapat memberikan pengaruh yang lebih besar kepada orang-orang yang tidak beribadat itu. Tetapi semua orang yang menempuh jalan seperti ini, olehnya mereka memisahkan diri dari Sumber kekuatan mereka. Dengan menjadi sahabat dunia, mereka adalah musuh Allah. Demi untuk kebesaran duniawi mereka mengorbankan kehormatan yang tidak terkatakan ke dalam mana Allah telah memanggil mereka, untuk menyatakan puji-pujian kepadaNya yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan ke dalam terangNya yang ajaib. 1 Petrus 2:9.PB2 212.2

    Dengan hati yang amat sedih Samuel mendengarkan kata-kata orang banyak itu; tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Dengarlah juga olehmu akan katanya, dan lantiklah bagi mereka itu seorang raja.” Nabi itu telah melaksanakan tugasnya. Dengan setia ia telah menyampaikan segala amarannya, dan amaran itu telah ditolak. Dengan hati yang berat ia menyuruh mereka pulang, dan ia sendiri pergi untuk bersiap sedia bagi perubahan besar di dalam pemerintahan itu.PB2 213.1

    Kehidupan Samuel yang suci dan pengabdiannya yang tidak mementingkan diri merupakan suatu teguran yang terus-menerus baik kepada para imam dan tua-tua yang hanya melayani kepentingan diri, dan juga kepada bangsa Israel yang sombong dan penuh dengan hawa nafsu itu. Sekalipun ia tidak mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan, pekerjaannya ditandai oleh Sorga. Ia dihormati oleh Penebus dunia ini, di bawah pimpinan siapa ia telah memerintah bangsa Ibrani. Tetapi bangsa itu telah menjadi jemu akan kesalehan dan pengabdiannya; mereka mencemoohkan wewenangnya yang disertai kerendahan hati itu, dan menolak dia agar diganti dengan seseorang yang akan memerintah mereka sebagai seorang raja.PB2 213.2

    Di dalam tabiat Samuel kita melihat terpantul peta Kristus. Kesucian hidup Juruselamat kita yang telah membangkitkan amarah setan. Kehidupan itu adalah terang dunia ini, dan menyatakan kemerosotan yang tersembunyi di dalam hati manusia. Kesucian Kristus yang telah membangkitkan terhadap Dirinya amarah yang paling kejam dari orang-orang yang berpura-pura beribadat. Kristus telah datang bukan dengan kekayaan dan kehormatan dunia, namun demikian pekerjaan yang telah dilakukanNya menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa yang lebih besar daripada raja-raja manusia manapun juga. Bangsa Yahudi menantikan Mesias yang akan menghancurkan kuk penjajah, tetapi mereka memanjakan dosa-dosa yang mengikatkan kuk itu kepada lehernya. Kalau Kristus telah menutupi dosa-dosa mereka dan memuji-muji kesalehan mereka, mereka akan menerima Dia sebagai raja mereka; tetapi mereka tidak bisa menahan teguranNya yang tidak mengenal takut itu atas segala kejahatan mereka. Keindahan suatu tabiat yang di dalamnya kebajikan, kesucian dan kekudusan memerintah, yang tidak pernah menunjukkan kebencian kecuali kepada dosa, telah mereka cemoohkan. Demikianlah adanya pada setiap zaman di dalam dunia ini. Terang dari sorga mendatangkan hukuman atas semua orang yang menolak beijalan di atasnya. Bilamana ditegur oleh teladan dari mereka yang membenci dosa, kemunafikan akan menjadi alat setan untuk mengganggu dan menganiaya mereka yang setia. “Bahkan, segala orang yang hendak hidup beribadat kepada Allah di dalam Kristus Yesus akan terkena aniaya.” 2 Timotius 3:12PB2 213.3

    Sekalipun bentuk pemerintahan seorang raja bagi Israel telah diramalkan di dalam nubuatan, Allah telah menyimpan bagi Dirinya sendiri hak untuk memilih raja mereka. Sedemikian jauh bangsa Ibrani menghormati wewenang Allah dengan menyerahkan pemilihan itu seluruhnya kepada Dia. Pilihan jatuh atas diri Saul, seorang anak Kisy, dari suku Benyamin.PB2 214.1

    Nilai peribadi calon raja itu adalah sedemikian rupa sehingga memuaskan kesombongan hati yang telah mendorong keinginan untuk mempunyai seorang raja. “Di antara bani Israel seorangpun tiada yang elok daripadanya.” 1 Samuel 19:2. Dengan pembawaannya yang agung dan bermartabat itu, rupawan dan tinggi, ia kelihatan sebagai seseorang yang telah dilahirkan untuk memerintah. Namun demikian, dengan segala penarikan secara luar ini, Saul tidak memiliki sifat-sifat yang lebih agung yang merupakan hikmat yang sejati. Pada waktu mudanya ia tidak belajar mengendalikan sifatnya yang kasar dan tekebur; ia tidak pernah merasakan kuasa anugerah ilahi yang membaharui.PB2 214.2

    Saul adalah anak seorang pemimpin yang kaya dan berkuasa, tetapi sesuai dengan kesederhanaan pada zaman itu ia terikat kepada bapanya dalam pekerjaan yang sederhana sebagai seorang petani. Beberapa dari antara khewan bapanya telah tersesat di gunung, Saul pergi bersama dengan seorang hambanya mencarinya. Tiga hari lamanya mereka berusaha mencarinya. Tiga hari lamanya mereka berusaha mencarinya tetapi sia-sia, pada waktu itu, tatkala mereka berada tidak jauh dari Rama, tempat tinggal Samuel, hamba itu bermaksud agar mereka bertanya kepada nabi itu tentang harta mereka yang hilang itu. “Tengoklah, dalam tangan sahaya ada lagi sahaya dapati seperempat syikal perak,” katanya, “bolehlah sahaya berikan dia kepada aziz Allah, supaya ditunjukkannya jalan kepada kita.” Hal ini adalah sesuai dengan kebiasaan pada zaman itu. Seseorang yang datang kepada seorang yang lebih tinggi daripadanya dalam jabatan atau kedudukan, akan membawa sedikit hadiah, sebagai suatu tanda hormat.PB2 214.3

    Waktu mereka mendekati kota itu, mereka bertemu dengan beberapa anak gadis yang datang hendak menimba air, dan bertanya kepada mereka tentang penilik itu. Dalam jawabnya kepada mereka telah diberitahukan bahwa suatu upacara keagamaan segera akan diadakan, bahwa nabi itu sudah tiba, dan akan ada korban yang dipersembahkan “di tempat yang tinggi,” dan sesudah itu akan diadakan suatu pesta korban. Suatu perubahan besar telah terjadi di bawah pemerintahan Samuel. Bilamana panggilan itu pertama kalinya datang kepada dia upacara-upacara kaabah dianggap enteng. “Orang banyak mencelakan persembahan korban kepada Tuhan.” 1 Samuel 2:17. Tetapi perbaktian kepada Allah sekarang ini dipertahankan di seluruh negeri itu, dan orang banyak menyatakan suatu perhatian di dalam upacara keagamaan. Olehkarena tidak ada pelayanan di dalam kaabah, korbankorban pada waktu itu dipersembahkan di tempat lainnya; dan kota-kota daripada para imam dan orang Lewi, yang kepadanya orang banyak datang meminta petunjuk, telah dipilih untuk maksud ini. Tempat-tempat yang paling tinggi di dalam kota-kota ini biasanya dipilih sebagai tempat untuk korban, dan oleh sebab itu disebut “tempat-tempat yang tinggi.”PB2 214.4

    Di gerbang kota Saul didatangi oleh nabi itu sendiri. Allah telah menyatakan kepada Samuel bahwa pada waktu itu raja Israel yang terpilih itu akan menampakkan dirinya di hadapan dia. Apabila mereka sekarang berdiri muka dengan muka, Tuhan berkata kepada Samuel, “Bahwasanya inilah orang yang telah Aku berfirman kepadamu akan halnya demikian: Iapun akan memerintahkan umatku.”PB2 215.1

    Kepada permohonan Saul, “Tunjuk apalah kepadaku di mana rumah peniliki itu,” Samuel menjawab, “Bahwa aku ini penilik itu.” Sambil memberikan jaminan juga bahwa khewan yang hilang itu telah ditemukan, ia meminta agar dia tinggal dan menghadiri pesta itu, dan pada waktu yang sama memberikan pemberitahuan secara tidak langsung tentang peristiwa besar yang ada di hadapannya, “Maka bagi siapa gerangan ada segala kegemaran di antara orang Israel, jikalau tiada bagimu dan bagi segala orang isi rumah bapamu?” Hati pendengar itu merasa terharu atas kata-kata nabi itu. Ia tidak dapat berbuat lain kecuali memahami sedikit tentang maknanya, olehkarena tuntutan meminta seorang raja telah menjadi satu bahan perhatian yang mengasyikkan di seluruh bangsa itu. Namun demikian dengan rendah hati Saul menjawab, “Bukankah sahaya ini seorang bani Benyamin, daripada suku yang terkecil dalam bangsa Israel? bukankah bangsa sahaya terkecil daripada segala bangsa suku Benyamin? maka betapa gerangan tuan menegur sahaya dengan perkataan yang demikian itu?” Samuel memimpin orang asing itu ke tempat perhimpunan itu, di mana orang-orang terkemuka di kota itu sedang berkumpul. Di antara mereka, atas perintah nabi, tempat kehormatan itu diberikan kepada Saul, dan pada pesta itu bahagian yang paling istimewa disajikan di hadapannya. Setelah upacara selesai, Samuel membawa tamunya ke rumahnya sendiri, dan di sana di tingkat atas rumahnya itu ia telah berbicara dengan dia, sambil memaparkan prinsip-prinsip atas mana pemerintahan Israel telah didirikan, dan dengan demikian berusaha untuk mempersiapkan dia, seberapa jauh, untuk jabatannya yang tinggi itu.PB2 215.2

    Pada waktu Saul pergi, pagi-pagi sekali keesokan harinya, nabi itu pergi bersama dia. Setelah melewati kota itu, ia memerintahkan hamba itu supaya berjalan terus. Kemudian ia menyuruh Saul berdiri tegak untuk menerima suatu pekabaran yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. “Maka oleh Samuel diambil akan sebuah buli-buli berisi minyak bau-bauan, dicurahkannya isinya pada kepala Saul dan diciumnya akan dia sambil katanya: Bukankah Tuhan sudah menyiram engkau dengan minyak baubauan akan menjadi penganjur bahagiannya pusaka?” Sebagai bukti bahwa hal inidi lakukan oleh wewenang ilahi, ia telah meramalkan peristiwaperistiwa yang akan terjadi dalam perjalanan pulang, dan memberikan jaminan kepada Saul bahwa ia akan disanggupkan oleh Roh Allah bagi jabatan yang telah menantikannya. “Maka Roh Tuhanpun akan datang atasmu,” kata nabi itu, dan “Engkau akan diubah menjadi orang lain. Maka akan jadi kelak apabila segala tanda ini sudah datang kepadamu, perbuatlah olehmu akan barang sependapat tanganmu, karena engkaupun akan disertai Allah.”PB2 215.3

    Apabila Saul melanjutkan perjalanannya, segala sesuatu terjadi sebagaimana yang telah dikatakan oleh nabi itu. Di dekat perbatasan Benyamin kepadanya diberitahukan bahwa hewan yang hilang itu telah ditemukan kembali. Di padang Tebor ia telah bertemu dengan tiga orang yang sedang pergi untuk berbakti kepada Allah di Bait-el. Salah seorang dari antara mereka membawa tiga ekor anak kambing untuk korban, yang lain membawa tiga ketul roti, dan yang ketiga membawa sebotol anggur, untuk pesta korban. Mereka memberikan salam hormat kepada Saul seperti biasa dan juga memberikan kepadanya dua dari antara ketiga ketul roti itu. Di Gibea, kotanya sendiri, sekelompok nabi-nabi sedang pulang kembali dari “tempat yang tinggi itu” sambil menyanyikan puji-pujian kepada Allah dengan disertai dandi dan rebana, bangsi dan kecapi. Apabila Saul mendekati mereka Roh Tuhan turun ke atasnya juga, dan ia menggabungkan diri bersama dengan mereka dalam nyanyian puji-pujian mereka itu, dan bernubuat bersama dengan mereka. Ia berkata-kata dengan fasih sekali dan dipenuhi oleh hikmat, dan dengan sungguh-sungguh ikut serta dalam upacara itu, sehingga mereka yang telah mengenal dia berseru dengan penuh keheranan, “Apakah yang sudah jadi pada bin Kisy itu? Sungguhkah Saulpun di antara segala nabi?”PB2 216.1

    Dan Saulpun bergabung dengan nabi-nabi itu dalam perbaktian mereka, suatu perubahan yang besar telah diadakan oleh Roh Suci di dalam dirinya. Terang dari kesucian ilahi bersinar di dalam kegelapan hati manusia biasa. Ia melihat dirinya sebagaimana adanya di hadapan Allah. Ia melihat keindahan kesucian itu. Sekarang ia dipanggil untuk memulaikan peperangan melawan dosa dan setan dan ia telah dijadikan untuk merasa bahwa di dalam pertarungan ini kekuatannya harus datang seluruhnya dari Allah. Rencana keselamatan yang dulunya kelihatan kabur dan tidak menentu, sekarang dibukakan pada pengertiannya. Tuhan telah mengaruniai dia dengan semangat dan hikmat untuk jabatannya yang tinggi itu. Ia menyatakan kepadanya Sumber daripada kekuatan dan anugerah, dan menerangi pengertiannya sehubungan dengah tuntutan ilahi dan tugasnya sendiri.PB2 216.2

    Pengangkatan Saul sebagai raja tidak dinyatakan kepada seluruh bangsa itu. Pilihan Allah itu harus dinyatakan secara umum melalui undi. Untuk maksud ini Samuel telah mengumpulkan orang banyak di Mizpa. Doa dilayangkan untuk memohon pimpinan ilahi; kemudian menyusul upacara yang khidmat untuk membuang undi. Dengan tenang orang banyak yang sedang berhimpun itu menunggu hasilnya. Suku bangsanya, keluarganya, dan rumah tangganya berturut-turut dinyatakan, dan kemudian Saul, bin Kisy, telah ditunjuk sebagai pribadi yang terpilih. Tetapi Saul tidak berada di antara orang banyak itu. Dibebani oleh suatu perasaan tanggung jawab yang besar yang segera akan jatuh ke atas bahunya, dengan diam-diam ia telah menarik diri dari tempat itu. Ia dibawa kembali kepada perhimpunan itu, yang mengamat-amati dia dengan rasa bangga dan puas bahwa ia adalah seorang yang mempunyai pembawaan sebagai seorang raja serta agung, dan “daripada bahunya lalu ke atas ia lebih tinggi daripada orang kebanyakan itu.” Samuel sendiri, pada waktu menghadapkan dia kepada perhimpunan itu berseru, “Lihatlah olehmu orang yang sudah dipilih Tuhan, karena tiada setaranya di antara segala orang banyak itu.” Dan sebagai sambutan terdengar dari antara orang banyak itu satu teriakan kegembiraan yang lama dan kuat, “Daulat raja!”PB2 217.1

    Kemudian Samuel memaparkan di hadapan orang banyak itu “hukum kerajaan itu,” sambil menyebutkan prinsip-prinsip atas mana pemerintahan raja itu didasarkan, dan oleh mana itu harus dikendalikan. Raja tidak boleh menjadi sebagai seorang pemerintah yang mutlak, tetapi harus memegang kekuasaannya di bawah kehendak Yang Mahatinggi. Amanat ini telah dicatat di dalam sebuah buku, dimana dicantumkan hak-hak raja dan hak-hak serta kesempatan-kesempatan orang banyak itu. Sekalipun bangsa itu telah mencemoohkan amaran Samuel, nabi yang setia itu, sementara dipaksa untuk menyerah kepada keinginan mereka, masih tetap berusaha, sedapat-dapatnya untuk menjaga kebebasan mereka.PB2 217.2

    Sementara orang banyak itu pada umumnya telah siap mengakui Saul sebagai raja mereka ada satu pihak yang jumlahnya besar yang menentang. Memilih seorang raja dari suku Benyamin, suku bangsa yang terkecil di Israel—dan mengabaikan baik Yehuda dan Efrayim, yang paling kuat dan paling besar—adalah suatu penghinaan yang tidak bisa mereka biarkan. Mereka menolak mengaku setia kepada Saul atau mempersembahkan kepadanya hadiah yang biasa diberikan menurut adat. Mereka yang paling mendesak di dalam tuntutan mereka untuk meminta seorang raja adalah orang-orang yang sama yang menolak menerima dengan rasa syukur orang yang telah diangkat oleh Allah. Anggota dari masing-masing pihak mempunyai pilihan sendiri, yang mereka mau agar ditempatkan di atas takhta kerajaan, dan beberapa dari antara pemimpin mereka menginginkan kehormatan itu bagi dirinya sendiri. Iri hati dan cemburu berkobar-kobar di dalam hati banyak orang. Usaha yang telah beraduk dengan kesombongan, keinginan yang berlebih-lebihan telah mengakibatkan kekecewaan dan rasa tidak puas.PB2 217.3

    Di dalam keadaan seperti ini Saul merasa tidak layak menduduki martabat yang agung ini. Sambil meninggalkan Samuel untuk mengurus pemerintahan itu seperti sebelumnya, ia kembali ke Gibea. Dengan penuh kehormatan ia telah dikawal ke tempat itu oleh sekelompok orang, yang melihat adanya pilihan ilahi di dalam pengangkatannya, bertekad mendukung dia. Tetapi ia tidak berusaha untuk mempertahankan melalui kekerasan akan haknya untuk menduduki takhta itu. Di tempat kediamannya di antara dataran-dataran tinggi Benyamin dengan diam-diam ia telah menyibukkan dirinya dengan tugas-tugas sebagai seorang petani, dan membiarkan peneguhan wewenangnya kepada Allah.PB2 218.1

    Segera setelah pengangkatan Saul, bangsa Ammon, di bawah pimpinan raja mereka, Nahas, telah menyerang daerah suku bangsa di sebelah timur sungai Yarden dan mengancam kota Yabes-Gilead. Penduduk kota itu berusaha mengadakan perdamaian dengan menyatakan siap membayar upeti kepada bangsa Ammon. Atas tawaran ini raja yang kejam itu tidak menyetujuinya kecuali dengan syarat bahwa ia bisa mencungkil mata sebelah kanan setiap orang dari antara penduduk itu, dengan demikian menjadikan mereka sebagai saksi yang hidup akan kekuasaannya.PB2 218.2

    Penduduk kota yang dikepung itu meminta diberi waktu tujuh hari. Bangsa Ammon menyetujui permintaan ini, sambil berpikir bahwa dengan demikian mereka menambahkan kehormatan dari kemenangan yang mereka harapkan itu. Dengan segera utusan telah dikirim dari Yabes untuk mencari bantuan dari suku-suku bangsa yang berada di sebelah barat sungai Yarden. Mereka membawa berita itu ke Gibea, sehingga menimbulkan kegentaran yang meluas di kalangan orang banyak. Saul, sekembalinya dari mengiringkan lembu di padang pada malam itu, mendengar ratapan yang kuat itu, yang memberitahukan kepadanya tentang adanya malapetaka yang besar. Ia berkata, “Apa kurang orang banyak itu, maka sekaliannya menangis?” Pada waktu cerita yang memalukan itu diulangi kembali, segala kekuatannya yang terpendam itu timbul kembali. “Maka datanglah Roh Allah atasnya... . Lalu diambilnya sepasang lembu, dipenggal-penggalnya, maka penggal-penggal itu dikirimkannya kepada segala jajahan negeri Israel dengan tangan utusan titahnya; Barangsiapa yang tiada keluar sendiri datang mengiringkan Saul dan Samuel, maka demikian peri dibuat kelak akan lembunya.” Tiga ratus tiga puluh ribu orang berkumpul di padang Bezek, di bawah perintah Saul. Para utusan dengan segera dikirimkan ke kota yang sedang dikepung itu dengan suatu jaminan bahwa mereka bisa mengharapkan pertolongan itu pada keesokan harinya, hari yang sama di mana mereka harus menyerah kepada bangsa Ammon. Dengan mengadakan satu perjalanan yang cepat pada malam hari, Saul dan tentaranya menyeberangi sungai Yarden dan tiba di hadapan Yabes “ketika kawal dini hari.” Seperti Gideon, dengan membagibagi tentaranya menjadi tiga kelompok, ia menyerang kemah bangsa Ammon itu pada waktu masih pagi sekali, pada saat mereka sedang lengah karena tidak mengharapkan adanya bahaya. Di dalam kepanikan yang mengikutinya mereka telah dibantai secara besar-besaran. Dan “tercerai berailah segala orang sisanya, sehingga daripadanya dua orang juapun tiada tinggal bersama-sama.”PB2 218.3

    Kecekatan dan keberanian Saul, sebagaimana juga kepemimpinannya yang ditunjukkannya di dalam mengatur bala tentara yang begitu besar jumlahnya dengan berhasil, adalah kesanggupan yang diinginkan oleh bangsa Israel untuk dimiliki oleh seorang raja, agar mereka sanggup bertarung dengan bangsa-bangsa lain. Mereka sekarang menyambut dia sebagai raja mereka, sambil memberikan kehormatan daripada kemenangan itu kepada manusia, dan melupakan bahwa tanpa berkat Allah yang istimewa segala usaha mereka akan sia-sia. Di dalam semangat mereka itu banyak dari antara mereka yang bermaksud membunuh semua yang tadinya menolak untuk mengakui hak Saul. Tetapi raja turun tangan sambil berkata, “Pada hari ini seorangpun tak boleh dibunuh, karena pada hari ini juga Tuhan mengadakan suatu pertolongan bagi orang Israel.” Dalam hal ini Saul telah memberikan bukti bahwa ada perubahan yang telah terjadi di dalam tabiatnya. Gantinya mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, ia memberikan kemuliaan itu kepada Allah. Gantinya menunjukkan suatu keinginan untuk membalas, ia telah menyatakan satu roh belas kasihan dan pengampunan. Hal ini merupakan bukti yang jelas bahwa anugerah Allah tinggal di dalam hatinya.PB2 219.1

    Sekarang Samuel bermaksud agar satu perhimpunan bangsa diadakan di Gilgal, agar di sana kerajaan itu secara umum diteguhkan kepada Saul. Hal ini dilakukan, “serta dipersembahkannya di sana korban syukur di hadapan hadirat Tuhan, maka di sanapun Saul bersuka-suka dengan segala orang Israel amat ramai adanya.”PB2 219.2

    Gilgal pernah menjadi tempat perkemahan Israel yang pertama di Tanah Perjanjian itu. Di tempat inilah Yusak, oleh petunjuk ilahi, telah mendirikan tiang yang terdiri dari dua belas buah batu untuk memperingati penyeberangan Yarden yang ajaib itu. Di sini upacara sunat telah dibaharui. Di sini mereka telah merayakan Paskah yang pertama setelah dosa yang dilakukan di Kades dan pengembaraan di padang belantara. Di sini manna berhenti diturunkan. Di sini Penghulu bala tentara Tuhan telah menyatakan Dirinya sebagai pemimpin yang memerintah tentara Israel. Dari tempat ini mereka bergerak maju untuk menghancurkan Yerikho dan menaklukkan Ai. Di sini Akhan menerima hukuman atas dosanya, dan di sini telah diadakan janji persahabatan dengan orang Gibeon yang mendatangkan hukuman atas Israel karena kelalaiannya meminta nasihat dari Allah. Di atas padang ini, sambil diingatkan kepada begitu banyak peristiwa-peristiwa yang mengharukan, Samuel dan Saul berdiri; dan pada waktu teriakan sambutan kepada raja telah berhenti, nabi yang tua itu telah memberikan amanat perpisahannya sebagai pemimpin bangsa itu.PB2 219.3

    “Bahwasanya,” katanya, “aku sudah menurut katamu dalam segala perkara yang telah kamu pinta kepadaku, dan aku sudah melantik seorang raja atas kamu. Maka sekarang lihatlah olehmu akan raja itu berjalan di hadapanmu; adapun aku ini sudah jadi tua dan putihlah rambutku,. .. maka aku sudah berjalan di hadapanmu daripada kecilku datang kepada hari ini. Maka sekarang adalah aku hadir di sini, biarlah kamu bersaksi atasku di hadapan hadirat Tuhan dan di hadapan hambanya, yang telah disiram dengan minyak bau-bauan, siapa punya lembu sudah kuambil, atau siapa punya keledai sudah kuambil, atau siapa sudah kuaniayakan, atau siapa yang telah kutindih, atau daripada siapa sudah kumakan suap supaya kututup mataku akan hal perkaranya, niscaya kupulangkan dia kelak kepadamu.”PB2 220.1

    Dengan serentak orang banyak itu menjawab, “Bukan tuan menganiayakan kami dan bukan tuan menindih kami, dan bukan tuan mengambil barang sesuatu daripada tangan salah seorang.” Samuel bukan sekedar berusaha untuk membenarkan hidupnya. Sebelumnya ia telah menyatakan prinsip-prinsip yang harus memerintah baik raja dan bangsa itu, dan ia ingin untuk menambahkan kepada kata-katanya itu bukti daripada teladan hidupnya sendiri. Sejak masa kanak-kanak ia telah berhubungan dengan pekerjaan Allah, dan selama masa hidupnya yang lama itu satu tujuan selalu ada di hadapannya—kemuliaan kepada Allah, dan kebajikan yang tertinggi bagi Israel.PB2 220.2

    Sebelum ada pengharapan bagi kemakmuran Israel mereka harus dituntun kepada pertobatan di hadapan Allah. Sebagai akibat dosa mereka telah kehilangan iman di dalam Allah, dan pengertian mereka akan kuasa dan hikmatNya untuk memerintah bangsa itu—telah kehilangan percaya di dalam kesanggupanNya untuk membenarkan pekerjaanNya. Sebelum mereka bisa memperoleh damai mereka harus dipimpin untuk melihat dan mengakui dosa yang sama yang untuknya mereka telah bersalah. Mereka telah menyatakan bahwa tujuan tuntutan mereka untuk meminta seorang raja adalah, “supaya diperintahkan oleh raja kami, biar ia berjalan pada hulu kami dan melakukan segala perang kami.” Samuel mengulangi kembali sejarah bangsa Israel, dari sejak Allah membawa mereka keluar dari Mesir. Tuhan, Raja di atas segala raja, telah berjalan di hadapan mereka dan berperang bagi mereka. Sering dosa-dosa mereka telah menjual mereka ke bawah kekuasaan musuh-musuh mereka, tetapi segera setelah mereka berpaling dari jalan-jalan mereka yang jahat maka rahmat Allah telah membangkitkan seorang pembebas. Tuhan telah mengutus Gideon dan Barak, dan “Yefta dan Samuel, disentakkannya kamu dari dalam tangan segala musuhmu keliling, sehingga boleh kamu duduk dengan sentosa.” Tetapi bilamana mereka terancam oleh mara bahaya mereka telah berseru, “Hendaklah seorang raja memerintahkan kami,” pada waktu nabi berkata, “Tuhan Aliahmu, juga Raja kamu.”PB2 220.3

    “Maka sekarangpun,” kata Samuel melanjutkan, “marilah kamu berdiri di sini, lihatlah olehmu akan perkara besar, yang diadakan Tuhan kelak di hadapan matamu. Bukankah sekarang ini musim pemotongan gandum? Maka aku hendak berseru kepada Tuhan dan Iapun kelak mengadakan guruh dan hujan, demikian nyatalah kepadamu dan dapat diketahui olehmu, bahwa besarlah adanya jahat yang telah kamu perbuat di hadapan pemandangan Tuhan, sebab kamu menghendaki seorang raja bagi dirimu. Lalu berserulah Samuel kepada Tuhan, maka Tuhanpun mengadakan guruh dan hujan pada hari itu juga.” Pada waktu penuaian gandum, dalam bulan Mei dan Juni, tidak ada hujan yang turun di Timur. Langit kelihatan cerah, dan udara terasa tenang sekali. Sehingga angin kuat yang bertiup pada waktu seperti itu telah menyebabkan ketakutan di dalam hati mereka. Dengan rendah hati bangsa itu mengakui dosa-dosa mereka—dosa yang sama untuk mana mereka telah bersalah: “Pintakan apalah doa kepada Tuhan Aliahmu, akan segala hambamu ini, supaya jangan kami dibunuh, karena kecuali segala dosa kami, maka kami menambahi dia pula dengan jahat ini, yaitu kami sudah meminta seorang raja bagi diri kami.”PB2 221.1

    Samuel tidak membiarkan orang banyak itu dalam keadaan kecewa, karena hal ini akan menghalangi segala usaha untuk memperoleh suatu kehidupan yang lebih baik. Setan akan menuntun mereka untuk memandang Allah sebagai satu Oknum yang kejam dan tidak suka mengampuni, dan dengan demikian mereka akan terbuka kepada segala macam pencobaan. Allah adalah penuh rahmat dan suka mengampuni, selalu ingin untuk menyatakan kasihanNya kepada umatNya bilamana mereka mau menurut suaraNya. “Janganlah kamu takut,” adalah pekabaran dari Allah melalui hambaNya, “sungguhpun kamu sudah berbuat segala jahat ini, tetapi sekarang sahaja janganlah kamu undur daripada Tuhan, melainkan hendaklah kamu berbuat bakti kepada Tuhan dengan segenap hatimu. Janganlah kamu menyimpang hendak menurut perkara yang sia-sia, yang tiada berguna dan yang tiada dapat menolong, karena sia-sialah adanya. Sebab tiada Tuhan meninggalkan umatNya.”PB2 221.2

    Samuel tidak mengatakan apa-apa sehubungan dengan penghinaan yang telah dilemparkan kepada dirinya sendiri; ia tidak mengucapkan kata-kata teguran atas sikap tidak berterima kasih yang dibalaskan Israel terhadap pengabdiannya yang seumur hidupnya itu; tetapi ia memberikan jaminan kepada mereka bahwa perhatiannya terhadap mereka tidak kunjung padam: “Dijauhkan kiranya daripadaku berbuat dosa ini kepada Tuhan, yaitu aku berhenti daripada mendoakan kamu, melainkan aku hendak mengajarkan kamu juga jalan yang baik dan betul. Sahaja hendaklah kamu takut akan Tuhan dan berbuat bakti kepadanya dengan segala setia dan tulus hatimu; karena lihatlah olehmu bagaimana besar perkara yang telah diadakannya kepadamu. Tetapi jikalau kamu berkanjang dalam berbuat jahat, niscaya kamu akan binasa kelak, baik kamu baik rajamu.”PB2 222.1

    Lihat appendiks, catatan 8.

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents