Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Chajal2 Jang Berikut

    Allah memberikan kepada saja chajal jang berikut pada tahun 1847 waktu saudara2 berhimpun pada hari Sabat di Topsham, Maine.TP 36.1

    Kami merasa amat rindu hendak sembahjang. Maka bila kami berdoa Roh Sutji pun turunlah atas kami. Kami amat girang. Tiada lama kemudian saja tiada lagi sedar kepada perkara dunia dan mulai berchajal tentang kemuliaan Allah. Saja lihat seorang malaekat terbang dengan tjepat kepada saja. Dengan lekas dia mengangkat saja dari dunia ke kota Sutji itu. Dikota itu saja lihat satu kaabah; saja masuk kedalamnja. Saja lalui satu pintu sebelum sampai ke tirai jang pertama. Tirai ini terangkat lalu sajapun masuk ketempat jang sutji. Disini saja lihat medzbah dupa, kaki-dian dengan tudjuh lampunja dan medja serta roti pertundjukan itu. Sesudah saja memperhatikan kemuliaan tempat jang sutji itu, Jesus mengangkat tirai jang kedua dan saja pun masuklah ketempat jang maha sutji.TP 36.2

    Ditempat jang maha sutji saja lihat peti perdjandjian, tutupnja dan sampingnja dari emas urai. Pada kedua hudjung tabut itu ada seorang cherub jang indah dan molek, sajapnja menudungi tabut itu, muka mereka saling bertentangan dan mereka menengok kebawah. Diantara kedua malaekat itu ada pedupaan emas. Diatas tabut, dimana malaekat itu berdiri ada kemuliaan jang amat berkilau-kilauan, nampaknja bagaikan tachta dimana Allah bersemajam. Jesus berdiri dekat tabut dan bila doa orang sutji itu datang padaNja maka berasaplah dupa itu dan Iapun serahkan doa itu dengan asap dupa itu kepada BapaNja. Didalam tabut itu kedapatan manna dalam buli2 emas, tongkat Harun jang berbunga, dan dua loh batu dilipat seperti buku. Jesus membuka loh itu dan saja lihat Sepuluh Hukum jang tertulis disana dengan djari Allah. Pada sebilah batu ada empat dan pada sebilah lain enam hukum. Jang empat pada batu jang pertama bertjahaja lebih terang dari jang lain; karena adapun Sabat itu telah diasingkan untuk dipelihara bagi memuliakan nama Tuhan jang sutji itu Nampaklah Sabat sutji itu dalam kemuliaannja. Satu tjahaja kemuliaan ada mengelilinginja. Saja lihat bahwa hukum Sabat itu bukan dipakukan dikaju salib. Sekiranja begitu nistjaja jang sembilan lagi itupun begitu maka merdekalah kita melanggar sekalian sebagaimana melanggar jang keempat itu. Saja lihat Tuhan tidak mengobahkan Sabat itu, karena Dia tak pernah berobah. Tetapi Paus telah mengobahkannja dari hari ketudjuh kehari jang pertama dalam minggu itu, karena ia akan mengobah masa dan hukum.TP 36.3

    Dan saja lihat kalau Allah mengobah Sabat itu dari hari jang ketudjuh kehari jang pertama nistjaja akan diobahkanNja pula perkataan hukum keempat itu jang tertulis atas loh batu jang didalam tabut perdjandjian itu didalam bilik jang maha sutji disorga, dan mendjadi demikianlah bunjinja: Hari jang pertama itulah Sabat Tuhan Aliahmu. Tetapi saja lihat itu masih serupa bunjinja de¬ngan jang ditulis Allah dengan djariNja pada loh batu jang diberiNja kepada Musa itu. “Tetapi hari jang ketudjuh itulah Sabat Tuhan Allah.” Saja lihat bahwa Sabat sutji itu adalah tetap selama-lamanja satu dinding jang mentjeraikan orang Israel Allah jang benar dari orang jang tak pertjaja; maka Sabat itu adalah soal besar untuk menghubungkan hati umat Allah jang menantikan kedatangan Jesus itu.TP 37.1

    Saja melihat bahwa Allah mempunjai djuga anak2 jang tak melihat dan memelihara Sabat itu. Mereka belum menolak terang Sabat itu. Maka pada permulaan masa kesusahan itu, kita dipenuhi dengan Roh Sutji waktu kita mengadjarkan Sabat itu lebih njata.*).Lihat halaman 106. Hal ini menimbulkan amarah geredja2 dan orang2 jang hanja dalam nama sadja Adventist, karena mereka tak dapat menjangkal kebenaran Sabat itu. Pada masa itu umat pilihan Allah sekalian melihat dengan terangnja bahwa pada kita ada kebenaran dan mereka sekalian tinggalkan geredjanja dan mereka turut menanggung aniaja dengan kita. Saja melihat pedang, bela kelaparan, bela sampar dan kekatjauan besar dalam negeri. Orang durdjana itu pikir bahwa kitalah jang menjebabkan hukuman itu datang atas mereka, dan mereka bangkit serta mufakat hendak memusnahkan kita, karena disangkanja dengan begitu hukuman tadi akan berhenti.TP 37.2

    Pada masa kesukaran itu kita semua lari dari kota2 dan kampung2, tetapi kita diburu oleh orang2 durdjana itu; mereka masuk kerumah orang2 saleh itu dengan pedang. Mereka mengangkat pedangnja hendak membunuh kita, tetapi pedang itu patah dan djatuh tak berkuasa seperti rumput kering sadja. Kemudian kita sekalian siang dan malam berseru meminta pertolongan dan seruan itupun sampailah kehadirat Allah. Matahari terbitlah dan bulan pun diamlah. Sungai2 berhenti mengalir. Awan jang gelap dan besar2 pun datang dan saling bertempur. Tetapi keli¬hatanlah satu tempat jang terang dan mulia; dari situ datang suara Allah seperti suara banjak air jang menggontjangkan langit dan bumi. Langit terbuka dan tertutup dan semuanja pun katjau-balau. Gunung2 bergontjang seperti buluh ditiup angin lalu melontarkan petjah-petjahan batu berkeliling. Laut mendidih seperti periuk dan muntahkan batu2 kedaratan. Maka bila Tuhan Allah katakan hari dan djam kedatangan Jesus itu serta menjerahkan perdjandjian jang kekal itu kepada umatNja, diserukanNja satu kalimat, kemudian Dia tunggu sebentar dan pada ketika itu gemuruhlah suaraNja itu diseluruh bumi. Umat Israel Allah pun terus-menerus menengadah kelangit, sambil mendengar firman Allah jang keluar dari mulut Huwa Allah, jang menderu dengan berombak-ombak diseluruh bumi seperti guntur jang paling kuat. Keadaan ini amatlah mendahsjatkan dan orang sekalian dipenuhi dengan perasaan menghormati. Pada penghabisan tiap2 kalimat orang2 saleh itu berseru: “Mulia! Haleluja!” Wadjah mereka itu diterangi oleh kemuliaan Allah, dan mereka bertjahaja dengan kemuliaan seperti muka Musa ketika ia turun dari bukit Sinai. Orang2 durdjana itu tak dapat melihat kepada mereka sebab kemuliaan itu. Maka ketika berkat jang tak berkesudahan itu diutjapkan Allah kepada orang2 jang menghormati Tuhan oleh memeliharakan SabatNja jang sutji itu, kedengaranlah sorak kemenangan jang ramai atas binatang itu dan atas patungnja.TP 38.1

    Kemudian mulailah jobel itu, dimana tanah itu harus berhenti. Saja lihat budak jang beribadat itu bangkit dalam kemenangan dan kemegahan serta buangkan rantai jang mengikat dia sedang tuannja jang bengis itu telah kalang kabut, tiada mengetahui apa harus dia buat; karena adapun orang durdjana itu tiada mengerti perkataan Allah itu. Tiada lama nampaklah awan putih besar itu. Nampaknja lebih indah dari jang sudah2. Atasnja duduklah Anak Manusia. Pada mulanja kami tiada lihat Jesus atas mega itu, tetapi semangkin awan itu hampir kebumi dapatlah kami memandang wadjahNja jang tjantik itu. Mega ini, ketika mula2 nampak adalah tanda Anak Manu¬sia dalam sorga. Suara Anak Allah membangunkan orang2 saleh jang tidur itu, dan mereka bangkit dengan peri jang tiada berkematian. Orang2 saleh jang hidup itu diobahkan dalam sekedjap mata dan bersama-sama dengan orang2 jang dibangkitkan itu diangkatlah mereka dengan rata mega itu. Adjaiblah kemuliaan seluruhnja bila kereta itu naik keatas. Pada kedua belah kereta itu ada sajap dan dibawahnja ada roda. Maka sementara kereta itu naik, roda itu berseru: “Sutji,” dan sajap itupun berseru: “Sutji”, dan rombongan malaekat jang keliling mega itupun berseru: “Sutji, sutji, sutji Tuhan Allah jang Maha Kuasa!” Orang2 saleh dalam mega itu pun berseru: “Mulia, Halelujah”. Kereta itupun naiklah keatas menudju kota Sutji itu. Maka Jesus membuka gerbang kota emas itu dan Dia pimpin kita kedalam. Disini kita disambut, karena kita telah memelihara, “hukum Allah” dan “berhak kepada pohon alhajat”.TP 39.1

    ——————

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents