Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Tanda Binatang Itu

    Dalam chajal jang diberikan kepada saja pada tanggai 27 Djuni 1850, malaekat pengawal saja itu katakan, “Waktu hampir habis. Adakah engkau membajangkan peta Jesus jang elok itu sebagaimana engkau patut?” Lantas ditundjukkan saja ke dunia ini dan saja lihat bahwa seharusnjalah diadakan persediaan diantara orang2 jang baru menerima pekabaran malaekat jang ketiga itu. Kata malaekat itu: “Bersedia, bersedia, bersedia. Engkau mesti mati lebih banjak kepada dunia ini daripada jang engkau telah pernah mati dahulu.” Saja lihat bahwa ada satu pekerdjaan besar jang harus diselenggarakan untuk mereka dan sedikit sadja waktu akan membuatnja.TP 80.1

    Kemudian saja lihat bahwa bela jang tudjuh itu akan lekas ditjurahkan atas orang jang tidak ada perlindungan, tetapi dunia ini memandangnja tidak lebih daripada mereka memperdulikan beberapa tetes hudjan jang mau djatuh. Kemudian saja diberi kuasa supaja tahan melihat peman¬dangan jang ngeri itu, jakni ketudjuh bela — jaitu murka Allah. Saja lihat bahwa hebat dan dahsjatlah amarahNja itu, dan kalau Dia menghulurkan tanganNja atau mengangkatnja dalam murka, penduduk dunia akan musnah sehingga seperti tak pernah ada tadinja atau mereka akan kena bisul2 jang tak terobati dan penjakit laju jang akan datang atas mereka itu dan mereka tidak akan mendapat kelepasan, tetapi akan dibinasakan oleh penjakit itu. Saja merasa gentar lalu djatuh tersungkur dihadapan malaekat itu dan mohon kepadanja supaja chajal itu didjauhkan dan disembunjikan dari pemandangan saja, karena amatlah dahsjatnja. Kemudian insjaflah saja, seperti belum pernah dahulu, akan kepentingan penjelidikan sabda Allah dengan seksamanja, serta mengetahui bagaimana mengelakkan bela jang dikatakan Sabda itu akan datang atas sekalian orang durdjana jang kelak menjembah binatang itu dan patungnja serta menerima tandanja pada dahi atau tangannja. Sungguh satu keheranan besar bagi saja, jang orang bisa djuga melanggar hukum Allah dan indjak2 hari SabatNja jang sutji sedang antjaman2 dan tjelaan2 jang begitu dahsjat diberikan kepada orang jang melanggarnja.TP 80.2

    Paus telah mengobahkan hari perhentian dari hari jang ketudjuh ke-hari jang pertama. Ia telah sengadja hendak mengobahkan hukum jang keempat, jaitu hukum jang memperingatkan manusia kepada Chaliknja. Ia telah sengadja hendak mengobah hukum jang terbesar dalam Sepuluh Hukum itu dan dengan djalan demikian ia dapat mendjadikan dirinja sama dengan Allah, bahkan meninggikan dirinja lebih daripada Allah. Tuhan tiada berobah, karena itu hukumNja pun tidak berobah; tetapi paus telah meninggikan dirinja diatas Allah, dalam usaha hendak mengobahkan undang2Nja jang tak dapat diobah itu tentang kesutjian, keadilan dan kebaikan. Ia telah mengindjak2 hari jang disutjikan oleh Allah, dan atas kuasanja sendiri telah mengganti hari itu dengan hari jang lain. Seluruh bangsa telah menurut binatang itu dan tiap2 minggu mereka rampas daripada Allah hariNja jang sutji. Paus telah merusakkan hukum Allah jang sutji itu, tetapi saja lihat bahwa waktunja telah datang supaja jang rusak itu diperbaiki umat Allah, dan tempat2 jang rubuh itu didirikan kembali.TP 81.1

    Saja minta kepada malaekat itu supaja Allah menjelamatkan umatNja jang menjimpang itu — menjelamatkan mereka karena kemurahanNja. Ketika tjelaka itu mulai djatuh, orang2 jang terus melanggar Sabat jang sutji itu tidak akan membukakan mulutnja untuk membela diri dengan segala maaf jang mereka sekarang perbuat. Supaja djangan memeliharakan hari itu. Mulut mereka akan terkatup sementara bela itu djatuh dan Hakim Besar itu menuntut keadilan daripada orang jang mengolok-olok hukumNja jang sutji itu dan telah mengatakannja “satu kutuk kepada manusia,” “tjelaka” dan “omong-kosong”. Bila orang ini merasa genggaman besi dari hukum ini menggenggam mereka, maka perkataan edjek2an tadi akan tertulis dihadapan mereka itu dengan huruf2 jang hidup; pada masa itu insjaflah mereka akan dosanja dalam mengolok2 hukum jang disebut oleh Sabda Allah sendiri “sutji, benar dan baik” adanja.TP 81.2

    Kemudian dinjatakan kepada saja kemuliaan sorga dan harta2 jang tersimpan bagi orang2 jang setiawan. Segala sesuatu permai dan mulia adanja. Malaekat2 suka njanjikan satu lagu jang amat merdu, kemudian mereka berhenti menjanji lalu mengambil mahkotanja dari atas kepalanja dan meletakkannja dengan berkilau-kilauan dihadapan kaki Jesus jang elok itu dan dengan suara jang merdu mereka berseru, “Kemuliaan, Hallelujah!” Saja turut menjanjikan pudji2an dan hormat kepada Anak Domba itu, dan tiap2 kali saja buka mulut hendak memudji Dia, terasalah saja akan kemuliaan jang tiada terhingga mengelilingi saja. Itulah kelimpahan kemuliaan jang kekal jang djauh melebihi dan meliputi segala sesuatu. Maka kata malaekat itu, “Adapun umat sisa jang sedikit itu, jang mengasihi Allah dan memeliharakan hukumNja serta setiawan sampai kepada penghabisan itu akan bersuka-suka dalam kemuliaan ini dan akan tinggal selalu dihadapan hadirat Jesus serta ber-njanji2 dengan malaekat2 jang sutji itu.”TP 82.1

    Lantas mata saja ditarik dari kemuliaan itu dan saja pun ditundjukkan kepada umat sisa jang didunia ini. Malaekat itu berkata kepada mereka, “Maukah kamu menghindarkan bela jang tudjuh itu? Maukah kamu pergi kepada kemuliaan dan ber-senang2 dalam segala perkara jang Allah sediakan bagi orang jang kasih akan Dia dan sedia menanggung kesukaran karena Dia? Kalau begitu, engkau mesti mati supaja engkau hidup. Bersedia, bersedia, bersedia. Engkau harus mengadakan persediaan jang lebih besar daripada jang ada sekarang, karena hari Tuhan itu datang, kedjam adanja, dengan murka disertai marah puting beliung, hendak merusakkan negeri itu dan membinasakan orang2 berdosa dari dalamnja. Korbankanlah semua kepada Allah. Letakkanlah seluruhnja atas medzbahNja — dirimu sendiri, harta dan segala sesuatu sebagai korban jang hidup. Seluruhnja harus dikorbankan supaja dapat masuk kedalam kemuliaan itu. Kumpulkanlah bagimu harta disorga, dimana pentjuri tidak dapat menetas atau karat makan. Engkau mesti turut merasai sengsara dengan Kristus disini bila engkau turut merasai dengan Dia akan kemuliaanNja didunia jang kekal.”TP 82.2

    Alangkah murahnja sorga, kalau kita mendapat dia oleh kesukaran. Kita mesti sangkal diri sepandjang perdjalanan itu, mati buat diri sendiri tiap2 hari; biarkan Jesus sadja jang kelihatan dan pandang selalu kepada kemuliaanNja. Saja lihat bahwa orang jang baru menerima kebenaran itu harus tahu apa artinja menanggung karena Kristus, bahwa mereka harus melalui pentjobaan jang berat dan pahit, supaja dibersihkan dan dipantaskan oleh kesengsaraan buat menerima meterai Allah jang hidup, melalui masa kesukaran, melihat Radja itu dalam keindahanNja dan berkediaman dihadapan hadirat Allah serta malaekat2 jang sutji.TP 83.1

    Bila saja lihat bagaimana harus keadaan kita supaja dapat mewarisi kemuliaan itu, dan lantas lihat pula bagai¬mana Jesus telah menanggung sengsara supaja mendapat untuk kita warisan jang begitu besar, saja mohon kepada Tuhan, supaja kita dibaptiskan kedalam sengsara Kristus itu, supaja kita djangan mundur dari udjian, melainkan pikul dia dengan sabar dan kesukaan, karena mengetahui apa jang telah ditanggung oleh Jesus supaja kita oleh kepapaan dan penanggunganNja boleh mendjadi kaja. Maka kata malaekat itu, “Sangkallah diri; engkau mesti djalan lekas.” Beberapa diantara kita telah beroleh waktu buat mendapat kebenaran itu serta madju selangkah demi selangkah, dan tiap2 langkah jang telah kita ambil telah memberikan kekuatan kepada kita buat mengambil langkah jang berikut. Tetapi sekarang waktu sudah hampir habis, dan apa jang tadinja kita peladjari bertahun-tahun lamanja, mereka harus peladjari itu dalam beberapa bulan. Mereka djuga harus membuangkan dari pengetahuannja banjak jang telah dipeladjari dahulu dan banjak jang patut peladjari lagi. Barang siapa jang tidak mau menerima tjap binatang itu serta patungnja bila titah itu datang, mesti mengambil keputusan sekarang buat mengatakan, Tidak, kami tak mau menerima peraturan binatang itu.TP 83.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents