Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Pelayan Injil

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    BAB 2—KUDUSNYA PEKERJAAN ITU

    Penginjil bertindak sebagai jurubicara Allah kepada orang banyak, baik dalam pikiran, perkataan maupun dalam perbuatan selaku wakil Allah. Ketika Musa dipilih menjadi juru kabar perjanjian itu, sabda yang diberikan kepadanya adalah “wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah” (Keluaran 18:19). Sekarang pun Allah memilih utusan-utusan-Nya sama seperti ketika la memilih Musa. Malanglah nasib orang yang merendahkan panggilannya yang kudus itu, atau mereka yang merendahkan ukuran yang telah diberikan kepadanya di dalam hidup dan pekerjaan yang ditugaskan Anak Allah.PI 17.1

    Hukuman yang dijatuhkan kepada Nadab dan Abihu-anak-anak Harunmenunjukkan bagaimana Allah memperlakukan pekerja yang meremehkan tugas mereka yang kudus itu. Mereka ini telah dikhususkan bagi tugas keimamatan, tetapi mereka tidak belajar bagaimana menguasai diri. Kebiasaan untuk memanjakan diri telah menguasai mereka sehingga tanggung jawab tidak memiliki kuasa sama sekali.PI 17.2

    Pada waktu jam kebaktian masih berlangsung, sementara doa umat dinaikkan ke hadirat Allah, Nadab dan Abihu,, justru sedang setengah mabuk, mengambil pedupaan dan membakar bau-bauan di dalamnya. Akan tetapi mereka melanggar perintah yang diberikan Tuhan kepada mereka dengan menggunakan “api yang asing” ganti api yang kudus yang disediakan Allah sendiri, yang telah dikatakan-Nya supaya digunakan untuk upacara kudus seperti itu. Karena pelanggaran yang dilakukan mereka itu, maka api keluar dari hadapan Allah yang membinasakan mereka dari hadapan bangsa itu. “Berkatalah Musa kepada Harun: Inilah yang difirmankan Tuhan: Kepada orang yang karib kepada-Ku Ku-nyatakan kekudusanKu, dan di muka seluruh bangsa itu akan Ku-perlihatkan kemuliaan-Ku’” (Imamat 10:3).PI 17.3

    Penugasan kepada YesayaPI 17.4

    Ketika Allah hendak mengutus Nabi Yesaya untuk menyampaikan sebuah pesan kepada umat-Nya, Ia pertama-tama mengizinkan nabi itu memasuki khayal dalam kunjungan ke dalam bilik yang mahakudus yang terdapat di dalam kaabah itu. Tiba-tiba pintu dan tirai di bagian dalam kaabah itu yang memisahkan bilik yang kudus dengan yang mahakudus terangkat, dan ia diperkenankan melihat ke dalam tempat yang mahakudus itu, tempat yang sesungguhnya tidak dapat dimasuki oleh nabi itu pun. Di sanalah ia melihat Yahwe duduk di atas takhta-Nya yang tinggi di dalam kemuliaan-Nya yang memenuhi kaabah itu. Di sekeliling takhta itu terdapatlah serafim yang mengawal Raja yang Agung, dan mereka pun memancarkan kemuliaan yang mengitari mereka. Sementara lagu pujian mereka mendengung dengan pujipujian, tiang-tiang gerbang itu bergetar seolah-olah diguncang gempa bumi. Dengan bibir yang tidak dicemari dosa sama sekali, malaikat-malaikat ini mencurahkan puji pujian kepada Allah. “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam,” seru mereka, “seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3).PI 17.5

    Serafim yang berkeliling sekitar takhta dipenuhi dengan rasa hormat yang agung begitu mereka melihat kemuliaan Tuhan, sehingga mereka tidak dapat membanggakan diri mereka. Puji-pujian yang diserukan mereka hanya kepada Tuhan saja. Ketika mereka melayangkan pandangan mereka kepada masa yang akan datang, manakala seluruh dunia akan dipenuhi dengan kemuliaan-Nya, lagu kemenangan didengarkan secara bersahut-sahutan dalam irama kemenangan, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam.” Dengan kepuasan yang membahagiakan mereka melantunkan pujian untuk memuliakan Tuhan; di bawah naungan hadirat-Nya, di bawah senyum-Nya yang memperkenankan, sungguh tiada taranya. Dengan mengenakan citra Nya, dengan melakukan perintah-Nya, saat menyembah Dia, keinginan mereka yang paling luhur tercapai.PI 18.1

    Sementara nabi itu mendengarkan, kemuliaan, kuasa dan keagungan Tuhan dibukakan kepadanya di dalam khayal, dan di dalam terang penyataan ini, batinnya yang cemar diperlihatkan dengan amat nyata. Perkataannya sendiri menyatakan kecemarannya. Di dalam kerendahan hati yang mendalam ia berseru, “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir...namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam” (Yesaya 6:5).PI 18.2

    Kerendahan hati yang diperlihatkan Yesaya adalah kerendahan hati yang murni. Kepadanya telah ditunjukkan perbedaan yang amat mencolok antara tabiat manusia dengan tabiat yang Ilahi, sehingga ia merasa sangat tidak layaK dan berdaya Bagaimanakah ia dapat berbicara kepada umat, untuk menyair paikan tuntutan Yahwe yang kudus itu?PI 18.3

    “Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangan nya ada bara, yang diambilnva dengan sempit dari atas mezbah. la menyen tuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.rdquo;PI 18.4

    Lalu Yesaya mendengar suara Tuhan berkata, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Berkat tenaga yang diberikan serta dengan anggapan adanya sentuhan Ilahi, maka ia pun menjawab, “Ini aku, utuslah aku!”PI 19.1

    Sementara hamba-hamba Tuhan menatap ke dalam bilik yang maha suci dengan mata iman, dan melihat pekerjaan Imam Besar kita di dalam kaabah surgawi, mereka pun menyadari bahwa bibir mereka najis, dan sering mengatakan perkara yang sia-sia. Wajarlah apabila mereka merasa sangat prihatin terhadap diri mereka sendiri apabila membandingkan ketidaklayakan mereka dengan kesempurnaan Kristus. Dengan keprihatinan yang mendalam, dilanda perasaan tidak layak yang berat dan tidak mampu untuk melaksanakan pekerjaan yang agung itu, mereka berteriak, “Saya tidak layak.” Tetapi bilamana mereka bertindak seperti Yesaya, merendahkan hati mereka di hadapan Tuhan, maka tugas yang telah dilaksanakan dengan baik oleh nabi itu dapat juga mereka laksanakan dengan baik. Bibir mereka akan disentuh dengan bara api yang hidup yang diambil dari mezbah itu, dan mereka akan melupakan diri di dalam suasana kebesaran dan kuasa Allah dan kesediaanNya untuk membantu mereka. Mereka akan menyadari kekudusan pekerjaan yang diserahkan kepada mereka, dan mereka akan membenci segala sesuatu yang membuat mereka merendahkan Dia yang telah mengirim mereka untuk menyampaikan pekabaran-Nya.PI 19.2

    Bara api yang hidup itu melambangkan kekudusan, sekaligus mewakili kuasa upaya hamba Allah yang sejati. Kepada orang-orang yang benar-benar menyerahkan diri, Tuhan akan meletakkan tangan-Nya ke atas bibir mereka, kata yang akan diucapkan ialah: Pergilah ke ladang tuaian. Aku akan senantiasa menyertai engkau.PI 19.3

    Pekerja yang sudah menerima persiapan ini akan memiliki suatu kuasa yang baik demi kebajikan di dunia ini. Perkataannya benar, sungguh-sungguh dan murni, sarat dengan rasa simpati dan kasih sayang; segala tindakannya benar dan menjadi pertolongan serta berkat bagi orang yang lemah. Kristus akan selalu menyertainya, mengendalikan pikirannya, perkataannya serta tindak-tanduknya. Ia berjanji kepada dirinya untuk mengalahkan kesombongan, rasa ingin terhadap milik orang lain dan sikap mementingkan diri sendiri. Sementara ia berusaha memenuhi janji itu, ia memperoleh kekuatan rohani. Melalui hubungan dari hari ke hari bersama Allah, ia menjadi perkasa di dalam pengetahuan atas Kitab Suci. Pcrsekutusannya dengan Bapa dan Anak; dan jika ia terus mengikuti kehendak Ilahi, semakin tangguhlah ia menyampaikan perkataan yang akan membimbing jiwa yang tersesat ke dalam kelompok Kristus.PI 19.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents