Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Khotbah Di Atas Bukit

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First

    “Janganlah sekali-kali bersumpah.” Matius 5:34.

    Alasan perintah ini diberikan: Kita tidak boleh bersumpah “karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, atau pun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.”KAB 76.1

    Segala sesuatu datang dari Allah. Tak satu pun yang ada pada kita yang tidak kita terima; dan lebih daripada ini, kita tak mempunyai apa pun yang tidak dibeli bagi kita oleh darah Kristus. Segala sesuatu yang kita miliki datang kepada kita dengan stempel salib, dibeli dengan darah yang tak dapat diukur harganya, karena itu adalah hidup Allah sendiri. Sebab itu tak ada suatu apa pun yang dapat membuat kita berhak menjanjikannya, seolah-olah itu milik kita, untuk menggenapi kata kita.KAB 76.2

    Orang-orang Yahudi memahami hukum ketiga yang melarang penggunaan nama Allah dengan sia-sia; tetapi mereka pikir bebas mereka menggunakan sumpah-sumpah lain. Bersumpah biasa bagi mereka. Melalui Musa mereka dilarang bersumpah palsu, tetapi mereka mempunyai banyak muslihat untuk membebaskan mereka dari kewajiban yang dikenakan oleh sumpah. Mereka tidak takut melakukan sumpah-serapah sebenarnya, juga tidak enggan bersumpah palsu selama itu diselubungi dengan suatu trik teknis hukum untuk mengelak.KAB 77.1

    Yesus menyalahkan kebiasaan-kebiasaan mereka, menyatakan bahwa adat mereka yang mengambil sumpah adalah suatu pelanggaran hukum Allah. Namun, Juruselamat kita tidak melarang penggunaan sumpah pengadilan, di mana Allah dipanggil dengan khidmat untuk menyaksikan bahwa apa yang dikatakan adalah kebenaran, tak lebih hanya kebenaran saja. Yesus sendiri, ketika diperiksa pada pengadilan di hadapan Sanhedrin, tidak menolak untuk memberikan kesaksian dengan sumpah. Imam besar mengatakan kepada-Nya, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya.” Matius 26:63, 64. Sekiranya Kristus dalam Khotbah di Atas Bukit menyalahkan sumpah pengadilan, pada pemeriksaan atas diri-Nya Dia akan memarahi imam besar, dan dengan demikian Dia telah menjalankan ajaran-Nya sendiri demi para pengikut-Nya.KAB 77.2

    Sangat banyak orang yang tidak takut menipu sesamanya, tetapi kepada mereka telah diajarkan dan telah diingatkan oleh Roh Allah bahwa berdusta kepada Khalik mereka adalah suatu hal yang menakutkan. Apabila disuruh mengambil sumpah mereka dibuat merasa bahwa mereka bersaksi bukan hanya di hadapan manusia, tetapi di hadapan Allah; bahwa jika mereka mengambil sumpah palsu itu adalah kepada Dia yang membaca hati dan yang mengetahui kebenaran yang tepat. Pengetahuan akan pengadilan yang menakutkan yang harus mengikuti dosa ini mempunyai pengaruh yang mengekang pada mereka.KAB 77.3

    Tetapi jika ada seseorang yang dapat bertahan terus bersaksi dalam sumpah, ia adalah orang Kristen. Dia tetap hidup seperti di hadapan Allah, mengetahui bahwa setiap pemikiran terbuka kepada mata-Nya dengan siapa kita harus lakukan, dan apabila diperlukan berbuat demikian dalam suatu sikap yang sah menurut hukum, ia dibenarkan untuk memohon kepada Allah sebagai saksi bahwa apa yang dikatakan adalah kebenaran, dan tidak ada kecuali kebenaran.KAB 78.1

    Selanjutnya Yesus meletakkan suatu prinsip yang membuat pengambilan sumpah tidak perlu lagi. Dia mengajarkan bahwa kebenaran yang tepatlah yang harus menjadi hukum pembicaraan. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”KAB 78.2

    Kata-kata ini menyalahkan semua ungkapan dan seruan tak berarti yang menyerempet kepada perkataan yang sia-sia. Ini menyalahkan pujian yang menipu, pengelakan kebenaran, ungkapan-ungkapan yang menyanjung, membesar-besarkan, penyajian yang keliru dalam dagang yang sedang meluas dalam masyarakat dan dunia usaha. Kata-kata ini mengajarkan bahwa tidak seorang pun boleh berupaya tampil menyelubungi ke adaannya sebenarnya, atau yang kata-katanya tidak menyam paikan perasaan hatinya yang sebenarnya, dapat disebut jujurKAB 78.3

    Jika kata-kata Kristus ini diperhatikan, kata-kata tersebu akan meneliti ucapan dugaan jahat dan kritik yang tidak baik karena dalam memberi komentar kepada tindakan dan moti orang lain, siapa yang dapat dipastikan mengatakan kebenaran Betapa sering kesombongan, nafsu, dendam pribadi, mewarna kesan yang diberikan itu! Suatu pandangan sepintas lalu, sebua kata, bahkan nada suara, bisa berhubungan dengan kepalsuan. Bahkan kenyataan-kenyataan bisa dinyatakan dengan maksud untuk menyampaikan suatu kesan palsu. Dan “apa yang lebih daripada kebenaran, “berasal dari si jahat.”KAB 78.4

    Segala sesuatu yang di lakukan orang-orang Kristen harus jelas seperti terang matahari. Kebenaran berasal dari Allah; penipuan dalam segala bentuknya yang sangat banyak, berasal dari Setan dan barang siapa dengan cara apa saja menyimpang dari garis kebenaran yang lurus adalah mengkhianati dirinya sendiri kepada kuasa si jahat itu. Namun bukanlah suatu hal yang mudah untuk mengatakan kebenaran yang tepat. Kita tidak dapat mengatakan kebenaran kecuali kita mengetahui kebenaran; dan betapa sering pendapat-pendapat yang dipertimbangkan sebelumnya, prasangka mental, pengetahuan yang tidak sempuma, kesalahan-kesalahan pertimbangan, mencegah suatu pengertian hal-hal yang benar yang dengannya kita harus lakukan! Kita tidak dapat membicarakan kebenaran kecuali pikiran kita terus-menerus dituntun oleh Dia, kebenaran itu.KAB 79.1

    Melalui Rasul Paulus, Kristus meminta kepada kita: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih”. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Kolose 4:6; Efesus 4:29. Dalam keterangan Kitab Suci ini kata-kata Kristus di atas bukit tampaknya adalah untuk menyalahkan percakapan sendagurau, tidak penting dan tak suci. Kitab Suci menuntut agar kata-kata kita bukan hanya harus benar, tetapi suci.KAB 79.2

    Orang-orang yang telah mengetahui kehendak Kristus “tidak mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan.” Efesus 5:11. Dalam pembicaraan, sebagaimana dalam kehidupan, mereka akan sederhana, berterus-terang, dan benar; karena mereka sedang bersiap-siap untuk persahabatan orang-orang kudus yang di dalam mulut mereka “tidak terdapat dusta.” Wahyu 14:5.KAB 79.3