Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Membina Keluarga Sehat

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    PASAL IV — Jamahan Iman

    Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” 1Mat 9:21 Ada seorang wanita malang yang mengucapkan kata-kata ini — seorang wanita yang selama dua belas tahun menderita suatu penyakit yang membuat hidupnya satu beban. Ia telah menghabiskan semua hartanya untuk biaya dokter dan pengobatan, namun penyakitnya itu dinyatakan tidak bisa sembuh. Namun pada saat ia mendengar tentang Tabib Agung itu, harapannya bangkit kembali. Ia berpikir, “Sekiranya saja aku dapat berada cukup dekat untuk berbicara kepada-Nya, aku akan dapat sembuh.”MKS 45.1

    Yesus sedang dalam perjalanan menuju rumah Yairus, seorang rabi Yahudi yang memohon supaya Ia datang untuk menyembuhkan putrinya. Permohonan yang menyayat hati itu, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganmu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup,“ 2Mrk 5:23 berhasil menjamah hati Yesus yang lembut dan penuh simpati, dan langsung Ia pergi bersama pemuka itu ke rumahnya.MKS 45.2

    Mereka bergerak maju dengan lambat, karena kerumunan orang banyak mendesak Yesus dari segala sisi. Sambil mencari jalan melewati kelompok orang banyak itu, Juruselamat mendekat ke tempat di mana wanita yang menderita itu berdiri. Berulang-ulang wanita itu mencoba dengan sia-sia untuk mendekati-Nya. Sekarang peluangnya tiba. Dia tidak melihat adanya peluang untuk berbicara kepada-Nya. Dia tidak mau menghalangi gerak maju Yesus yang bergerak dengan perlahan itu. Tetapi dia pernah dengar bahwa kesembuhan bisa datang dari suatu jamahan pada jubah-Nya; dan, khawatir akan kehilangan satu kesempatan untuk sembuh, ia mendesak maju, sambil berkata kepada dirinya sendiri, ” Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Yesus mengetahui setiap pemikiran dalam benak wanita itu, dan Ia berjalan menuju ke tempat di mana wanita itu berdiri. Yesus menyadari kebutuhan yang besar dari wanita itu, dan Ia sedang menolong wanita itu untuk melatih iman.MKS 46.1

    Waktu Yesus lewat, wanita itu menerobos ke depan dan berhasil dengan susah payah menjamah tepi jubah Yesus. Saat itu juga ia tahu bahwa ia telah sembuh. Dalam satu jamahan itu dipusatkan iman kehidupannya, dan seketika itu juga rasa nyeri dan kelemahannya lenyap. Segera ia merasa getaran seakan-akan suatu arus listrik mengalir di setiap jaringan dalam tubuhnya. Dirasakannya suatu perasaan sehat yang sempurna. “Ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.” 3Ayat 29MKS 46.2

    Iman yang menyelamatkan adalah suatu transaksi, oleh mana mereka yang menerima Kristus menggabungkan diri mereka dalam hubungan perjanjian dengan Allah

    Wanita yang bersyukur ini rindu untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tabib Agung itu, yang telah berbuat lebih banyak baginya hanya dengan satu jamahan dibandingkan dengan apa yang para dokter lakukan selama dua belas tahun yang panjang; namun dia tidak memiliki keberanian itu. Dengan hati yang penuh syukur dia berusaha menjauh dari kerumunan itu. Sekonyong-konyong Yesus berhenti, sambil memandang berkeliling Ia bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”MKS 46.3

    Sambil memandang kepada-Nya dengan keheranan, Petrus berkata, “Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” 4Luk. 8:45MKS 47.1

    “Ada seorang yang menjamah Aku,” Yesus berkata, “sebab Aku merasa ada kuasa yang keluar dari diri-Ku.” 5Ayat 46 Yesus dapat membedakan jamahan iman dari jamahan biasa kerumunan orang banyak yang tak peduli itu. Seseorang telah menjamah Dia dengan suatu maksud yang mendalam, dan orang itu telah menerima jawabannya.MKS 47.2

    Yesus tidak bertanya untuk mendapatkan informasi bagi diri-Nya. Ia ingin memberikan pelajaran bagi orang banyak, bagi murid-muridNya, dan bagi wanita itu. Ia ingin mengilhami orang-orang yang menderita dengan pengharapan. Ia ingin menunjukkan bahwa imanlah yang telah memberi kuasa penyembuhan. Rasa percaya wanita itu tidak boleh dibiarkan berlalu tanpa komentar. Allah harus dipermuliakan melalui pengakuan rasa terima kasihnya. Yesus rindu agar wanita itu mengerti bahwa Ia menyetujui tindakan imannya. Wanita itu tidak boleh pergi dengan setengah berkat saja. Ia tidak boleh tetap dalam ketidaktahuannya bahwa Yesus mengetahui penderitaannya, atau akan belas kasihan-Nya dan perkenan-Nya terhadap imannya, dan akan kuasa-Nya untuk menyelamatkan dengan sepenuhnya semua orang yang datang kepada-Nya.MKS 47.3

    Sambil memandang kepada wanita itu, Yesus mendesak untuk mengetahui siapa yang telah menjamah Dia. Sadar bahwa sia-sia untuk menyembunyikan hal tersebut, wanita itu maju ke depan dengan gemetar, dan tersungkur di kaki Yesus. Dengan air mata penuh rasa syukur dia menceritakan kepada Yesus, di hadapan orang banyak itu, mengapa dia telah menjamah jubah Yesus, dan bagaimana dia langsung menjadi sembuh. Wanita itu takut kalau tindakannya menjamah jubah Yesus dianggap sebagai satu hal tekebur; namun tak sepatah kata pun teguran keluar dari bibir Yesus. Yang Ia ucapkan hanyalah kata-kata merestui. Kata-kata itu keluar dari suatu hati yang penuh kasih, penuh dengan simpati atas keadaan manusia yang malang. “Hai anak-Ku,” dengan lembut Ia berkata, “imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.” 6Ayat 48 Betapa menggembirakan kata-kata itu bagi wanita ini. Sekarang rasa takut bahwa dia telah melakukan tindakan kesalahan tidak lagi mengganggu kesukaannya.MKS 47.4

    Kepada orang banyak yang ingin tahu dan telah berdesak-desak di sekeliling Yesus tidak keluar suatu kuasa apa pun. Namun wanita yang menderita itu yang telah menjamah Dia dengan iman telah menerima kesembuhan. Jadi dalam hal-hal rohani sentuhan biasa berbeda dengan jamahan iman. Hanya semata-mata percaya akan Yesus sebagai Juruselamat dunia tidak akan pernah mendatangkan kesembuhan kepada jiwa. Iman menuju kepada keselamatan bukanlah sekadar persetujuan akan kebenaran Injil itu. Iman yang sejati adalah yang menerima Yesus sebagai Juruselamat Pribadi. Allah mengaruniakan Yesus, agar saya, oleh percaya akan Dia, “tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” 7Yoh. 3:16 Apabila saya datang kepada Yesus, menurut firman-Nya, saya harus percaya bahwa saya menerima rahmat-Nya yang menyelamatkan itu. Hidup yang saya jalani sekarang adalah “hidup oleh iman dalam Yesus yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” 8Gal 2:20MKS 48.1

    Banyak orang memegang iman sebagai satu pendapat. Iman yang menyelamatkan adalah sebuah transaksi, melalui mana mereka yang menerima Yesus menggabungkan diri dalam hubungan perjanjian dengan Allah. Suatu iman yang hidup berarti suatu pertambahan kekuatan, suatu kepercayaan penuh, melalui rahmat Yesus, jiwa itu menjadi suatu kekuatan yang menaklukkan.MKS 48.2

    Iman adalah suatu penakluk yang lebih perkasa daripada kematian. Sekiranya orang sakit dapat dituntun untuk mengarahkan mata mereka dalam iman kepada Penyembuh yang penuh kuasa itu, kita akan melihat hasil yang ajaib. Hal itu akan mendatangkan kehidupan kepada tubuh dan kepada jiwa.MKS 48.3

    Dalam menangani para korban dari kebiasaan-kebiasaan buruk, gantinya menunjukkan kepada mereka keputusasaan dan kehancuran ke mana mereka sedang menuju, alihkanlah mata mereka kepada Yesus. Arahkanlah pandangan mereka kepada kemuliaan-kemuliaan surgawi. Ini akan lebih mujarab untuk menyelamatkan tubuh dan jiwa daripada menunjukkan semua kengerian kubur yang dihadapkan kepada orang yang tak berdaya dan seolah-olah tak berpengharapan itu.MKS 48.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents