Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Para Nabi Dan Raja

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    22 - Niniwe Kota Yang Besar Itu

    SALAH SATU Kota terbesar dahulu kala ketika bangsa Israel terbagi-bagi ialah Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Dibangun di atas tepi sungai Tigris yang subur tidak lama setelah berpencarnya manusia dari menara Babel, kota itu maju dengan pesat berabad-abad lamanya sehingga kota itu telah menjadi “sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.” Yunus 3:3. Sejalan dengan masa kejayaannya, Niniwe merupakan pusat tindak pidana dan kejahatan. Ilham menggambarkan kota itu sebagai “kota penumpah darah, seluruhnya dusta belaka, penuh dengan perampasan.” Dalam bahasa kiasan nabi Nahum membandingkan orang-orang Niniwe dengan seekor singa ganas yang buas. “Kepada siapakah,” tanyanya, “tidak tertimpa perbuatan jahatmu terus menerus?” Nahum 3:1, 19. Namun, walaupun Niniwe telah menjadi jahat, tidak seluruhnya dibiarkan dalam kejahatan. Ia yang “melihat semua anak manusia” (Mazmur 33:13) dan “melihat segala sesuatu yang berharga” (Ayub 28:10) merasa di dalam kota itu banyak orang yang sedang mencari sesuatu yang lebih baik dan lebih tinggi, dan jika sekiranya diberi kesempatan hendak belajar tentang Allah yang hidup, akan menyingkirkan perbuatannya yang jahat lalu berbakti pada-Nya. Maka begitulah di dalam kebijaksanaan-Nya Allah menyatakan diri-Nya sendiri kepada mereka dengan cara yang tidak dapat salah, memimpin mereka dengan kemungkinan sampai bertobat.PR 153.1

    Alat yang dipilih untuk pekerjaan ini ialah nabi Yunus, anak Amitai, Datanglah Firman Tuhan kepadanya, “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaku.” Yunus 1:1, 2.PR 153.2

    Ketika nabi itu memikirkan kesulitan-kesulitan dan tampaknya pekerjaan ini mustahil, maka ia tergoda dengan merasa tidak yakin akan kebijaksanaan panggilan itu. Dari segi pandangan manusia tampaknya seakan-akan tidak ada yang dapat dicapai dengan memberitakan pekabaran tersebut di dalam kota yang sombong itu. Untuk sesaat lamanya ia lupa bahwa Allah yang disembahnya sangat bijaksana dan sangat berkuasa. Sementara ia ragu-ragu dalam kebimbangan, Setan merasuknya dengan keputusasaan. Nabi itu diserang dengan perasaan takut, dan ia “bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis.” Ia pergi ke Yafo dan mendapati di sana sebuah kapal yang akan berangkat, “ia membayar biaya perjalanan, lalu naik kapal itu berlayar bersama-sama dengan mereka.” Ayat 3.PR 153.3

    Dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya, Yunus telah diberi kepercayaan untuk memikul tanggung jawab yang berat; namun Ia yang menyuruh pergi itu, sanggup menolong hamba-Nya dan mengaruniakan sukses kepadanya. Sekiranya nabi itu menurut dengan tidak ragu-ragu, ia mungkin akan mengalami banyak pengalaman pahit, tetapi akan mendapat berkat yang limpah. Namun, pada saat Yunus putus asa Tuhan tidak meninggalkannya. Melalui serentetan kesulitan dan jaminan yang luar biasa, keyakinan nabi itu pada Allah dan pada kuasa-Nya yang tidak terbatas untuk menyelamatkan dihidupkan kembali.PR 153.4

    Jika sekiranya ketika panggilan mula-mula datang kepadanya, Yunus meluangkan waktu untuk berpikir dengan tenang, maka ia seharusnya memaklumi betapa bodohnya setiap usaha yang dilakukannya untuk menghindarkan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Tetapi ia tidak dibiarkan lama-lama dengan bebas meneruskan pelariannya yang gila itu. “Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala isi kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.” Ayat 4, 5.PR 154.1

    Sementara awak kapal berseru-seru kepada Allah kafir mereka untuk meminta pertolongan nakoda kapal itu yang merasa dalam bahaya yang tidak terperikan, menemukan Yunus dan berkata, “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” Ayat 6.PR 154.2

    Tetapi doa orang yang menyeleweng dari jalan kewajiban tidak akan menolong. Terkesan dengan pemikiran bahwa keganasan hebat angin ribut itu merupakan tanda amaran Allah-Allah mereka, akhirnya mereka mengusulkan untuk membuang undi, “supaya kita mengetahui,” kata mereka, “karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena. Berkatalah mereka kepadanya, Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?PR 154.3

    “Sahutnya kepada mereka, Aku seorang Ibrani; aku takut akan Tuhan, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.PR 154.4

    “Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, Apa yang telah kau perbuat?--sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.PR 154.5

    “Bertanyalah mereka, Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora. Sahutnya kepada mereka, Angkatlah aku, campakkanlah ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu. “Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada Tuhan katanya, Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kau kehendaki. Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan serta mengikrarkan nazar;PR 154.6

    “Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.PR 155.1

    “Berdoalah Yunus kepada Tuhan, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya:PR 155.2

    font kecilPR 155.3

    “Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan,
    Dan Ia menjawab aku,
    Dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak,
    Dan Kau dengarkan suaraku.

    “Telah kau lemparkan aku ke tempat yang dalam,
    Ke pusat lautan,
    lalu aku terangkum oleh arus air;
    Segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.

    “Dan aku berkata, telah terusir aku dari hadapan Mata-Mu;
    Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
    Segala air telah mengepung aku,
    Mengancam nyawaku.
    “Samudera raya merangkum aku,
    Lumut lautan membelit kepalaku di dasar gunung-gunung.
    Aku tenggelam ke dasar bumi;
    Pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya:

    “Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur,
    Ya Tuhan, Allahku.
    Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku,
    Teringatlah aku kepada Tuhan,

    Dan sampailah doaku kepada-Mu,
    Ke dalam bait-Mu yang kudus.
    “Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan,
    Merekalah yang meninggalkan Dia.

    Yang mengasihi mereka dengan setia.
    Tetapi aku, dengan ucapan syukur
    Akan kupersembahkan korban kepada-Mu;
    Apa yang kunazarkan akan kubayar.
    Keselamatan adalah dari Tuhan.”
    PR 155.4

    Ayat 7 sampai 2:9.

    Pada akhirnya Yunus mengetahui bahwa “keselamatan adalah dari Tuhan.” Mazmur 3:8. Dengan penyesalan dan pengakuan terhadap anugerah Allah yang menyelamatkan, datanglah kelepasan. Yunus dilepaskan dari kebinasaan yang sangat dalam dan telah didamparkan ke atas daratan yang kering.PR 155.5

    Sekali lagi hamba Allah itu ditugaskan memberi amaran kepada Niniwe. “Datanglah Firman Tuhan kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian, Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.” Kali ini ia tidak bertanya-tanya atau ragu-ragu lagi, tetapi menurut dengan tidak bimbang. “Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan Firman Allah.” Yunus 3:1-3.PR 156.1

    Ketika Yunus memasuki kota itu, dengan segera ia mulai “menyerukan” pekabaran terhadap kota itu, “Empatpuluh lima hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Ayat 4. Dari jalan ke jalan ia berkeliling menyerukan berita amaran.PR 156.2

    Pekabaran itu tidaklah sia-sia. Seruan yang bergema di sepanjang jalan-jalan kota yang tidak mengenal Allah itu berlalu dari bibir ke bibir sampai semua penduduknya telah mendengar pengumuman yang mengejutkan itu. Roh Allah menekankan pekabaran itu ke rumah sampai kepada setiap hati dan menyebabkan orang banyak gemetar oleh karena dosa mereka dan bertobat dengan penyesalan yang mendalam.PR 156.3

    “Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala itu, sehingga tidak binasa?” Ayat 5-9.PR 156.4

    Ketika raja dan para pembesar, bersama-sama dengan rakyat biasa, yang terpandang dan yang rendah, “bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus” (Matius 12:41) dan bersatu dalam berseru kepada Allah yang di surga, maka belas kasihan-Nya diberikan kepada mereka. Ia “melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” Yunus 3:10. Nasib mereka telah terhindar, Allah Israel telah ditinggikan dan dihormati di kalangan dunia kafir, dan hukum-Nya ditaati. Sejak saat itu bertahun-tahun lamanya barulah Niniwe jatuh sebagai mangsa bangsa-bangsa di sekeliling, melalui lupa akan Allah dan melalui kesombongan yang congkak. (Sesuai dengan laporan mengenai kejatuhan Asyur, lihat pasal 30 buku Yesaya).PR 156.5

    Ketika Yunus mengetahui rencana Allah menyelamatkan kota itu walaupun kota itu jahat, tetapi telah dituntun untuk bertobat dengan memakai kain kabung dan abu, maka seharusnya dialah yang pertama-tama bersuka oleh sebab rahmat Allah yang ajaib; tetapi gantinya ia membiarkan pikirannya membayangkan kemungkinan bahwa ia akan dianggap sebagai seorang nabi palsu. Merasa cemburu demi nama baiknya, ia kehilangan pandangan terhadap nilai jiwa lebih besar yang tidak terbatas yang berada di kota yang jahat itu. Kebaikan hati yang ditunjukkan Allah terhadap orang-orang Niniwe yang bertobat itu “sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.” Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya, “Bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu Engkaulah Allah pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.” Yunus 4:1, 2.PR 156.6

    Sekali lagi ia menyerah kepada kecenderungannya menjadi ragu-ragu dan bimbang, dan sekali lagi ia diselubungi oleh keputusasaan. Kehilangan pandangan minat kepada orang lain, dan merasa seakan-akan ia lebih baik daripada hidup untuk melihat kota itu diselamatkan, dalam kekecewaannya ia berseru, “Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup.”PR 157.1

    “Layakkah engkau marah?” tanya Tuhan. “Yunus telah ke luar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Lalu atas penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur daripada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.” Ayat 3-6. Kemudian Tuhan memberikan suatu pelajaran yang baik pada Yunus. “Keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepada Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya, Lebih baiklah aku mati daripada hidup.”PR 157.2

    Sekali lagi Allah berfirman kepada nabi-Nya, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”PR 157.3

    “Lalu Allah berfirman, Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak aku akan sayang kepada Niniwe, kota dari seratus duapuluh ribu orang, yang semuanya tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” Ayat 7-11.PR 157.4

    Menjadi bingung, merasa terhina dan tidak sanggup mengerti akan rencana Allah dengan menyelamatkan Niniwe, bagaimanapun Yunus telah memenuhi tugas yang diberikan kepadanya untuk memberi amaran pada kota yang besar itu; dan walaupun peristiwa yang diramalkan tidak sampai terjadi, namun bagaimanapun pekabaran itu berasal dari Allah. Dan pekabaran itu menyelesaikan rencana Allah yang dirancangkan-Nya harus demikian. Kemuliaan rahmat-Nya telah dinyatakan di antara orang kafir. Mereka yang sudah lama duduk “di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi,” “berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam kesesakan mereka,” dan “dibawa-Nya mereka ke luar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskan-Nya belenggu-belenggu mereka.” “Disampaikan-Nya Firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur.” Mazmur 107:10, 13, 14, 20.PR 157.5

    ketgamPR 158.1

    Yunus duduk di bawah naungan pohon jarak, tetapi marahlah dia, dan dalam keadaan putus asa dia berkata, “Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup.”PR 158.2

    Kristus ketika dalam pekerjaan-Nya di bumi mengutip kebaikan yang dihasilkan oleh pekabaran Yunus di Niniwe, dan membandingkan para penduduk di pusat kekafiran itu dengan yang mengaku umat Allah pada zaman-Nya. “Orang-orang Niniwe,” katanya menaklukkan, “akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga, sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih baik daripada Yunus.” Matius 12:41. Ke dalam dunia yang sibuk, yang penuh dengan hiruk pikuk perdagangan dan keriuhan perniagaan, di mana manusia sedang berusaha memperoleh semua yang dapat mereka capai untuk diri sendiri, maka Kristus telah datang; dan di atas kekacauan laksana nafiri Allah, suara-Nya terdengar: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Markus 8:36, 37. Sebagaimana pemberitaan Yunus merupakan suatu tanda kepada orang-orang Niniwe, begitulah pemberitaan Kristus merupakan tanda bagi angkatan-Nya. Tetapi betapa bertentangan penerimaan atas perkataan yang diberikan! Namun di depan ketidakacuhan dan olokan Juruselamat bekerja terus, sampai Ia menyelesaikan tugas-Nya. Pelajaran itu adalah untuk para pesuruh Allah sekarang, ketika kota bangsa-bangsa memang sesungguhnya membutuhkan pengetahuan mengenai kelengkapan dan rencana Allah yang benar itu sebagaimana orang-orang Niniwe pada zaman dahulu. Duta-duta Kristus harus mengarahkan manusia kepada dunia yang lebih mulia, yang sebagian besar manusia telah kehilangan pandangan atas-Nya. Sesuai dengan pengajaran Kitab Suci, satu-satunya kota yang akan bertahan sampai selama-lamanya ialah kota yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah. Dengan mata iman manusia dapat memandang pintu gerbang surga, bermandikan kemuliaan Allah yang hidup. Melalui hamba-hamba-Nya yang sedang bekerja, Tuhan Yesus memanggil manusia untuk berjuang mencapai cita-cita yang suci untuk memperoleh warisan yang tidak akan binasa. Ia mendorong mereka untuk menyimpan harta di samping takhta Allah.PR 158.3

    Dengan cepat dan dengan pasti kesalahan datang dengan hampir secara menyeluruh ke atas para penduduk kota-kota, oleh karena semakin bertambahnya kejahatan yang hebat dan tetap. Kejahatan yang berlaku sudah tidak dapat dilukiskan dengan kuasa pena manusia. Setiap hari mendatangkan kenyataan segar terhadap penyerangan, perkosaan dan penipuan; setiap hari ada catatan yang menyakitkan hati mengenai tindakan kekerasan dan tindakan di luar hukum, catatan mengenai ketidakacuhan terhadap penderitaan manusia, terhadap kekejaman, terhadap kemusnahan nyawa manusia secara bengis. Setiap hari dapat disaksikan meningkatnya penyakit jiwa, pembunuhan dan bunuh diri.PR 158.4

    Dari zaman ke zaman Setan telah berusaha mencegah manusia untuk mengetahui akan manfaatnya rencana Yehova. Ia telah berikhtiar untuk menghilangkan dari pandangan mereka akan perkara-perkara besar dalam hukum Allah--yaitu prinsip-prinsip keadilan, rahmat dan cinta yang termaktub di dalamnya. Manusia menyombongkan kemajuan ajaib dan kegemilangan zaman di mana kita sekarang hidup; tetapi Allah melihat bumi ini penuh dengan kejahatan dan kekejaman. Manusia memaklumkan bahwa hukum Allah telah dihapuskan, bahwa Alkitab tidak asli; dan sebagai akibatnya, air pasang kejahatan, seperti yang belum pernah terjadi sejak zaman Nuh dan Israel murtad, melanda seluruh dunia. Kemuliaan jiwa, kelemahlembutan, kesalehan, telah ditukar habis-habisan untuk memenuhi nafsu terhadap hal-hal yang terlarang. Catatan hitam mengenai kejahatan yang dilakukan demi mencapai tujuan sudah cukup membuat darah menggigil dan memenuhi jiwa dengan kegentaran.PR 159.1

    Allah kita adalah Allah yang berkasihan. Dengan panjang sabar dan belas kasihan yang lemah lembut Ia berurusan dengan para pendurhaka terhadap hukum-Nya. Dan namun, pada zaman kita sekarang ini, ketika pria dan wanita memiliki begitu banyak kesempatan untuk berkenalan lebih dekat dengan hukum Ilahi sebagaimana yang dinyatakan dalam Tulisan Kudus, maka Raja besar yang menguasai semesta alam tidak dapat memandang dengan perasaan puas akan kota-kota yang jahat, di mana memerintah dengan kekejaman dan kejahatan. Berakhirnya panjang sabar Allah bagi mereka yang bertahan dalam pendurhakaan sudah semakin dekat dengan cepat.PR 159.2

    Haruskah manusia terkejut dengan perubahan mendadak dan tidak diharapkan dalam urusan-urusan Raja Agung itu dengan para penghuni dunia yang jatuh? Haruskah mereka terkejut bilamana hukuman mengikuti pelanggaran dan kejahatan yang bertimbun-timbun? Haruslah mereka terkejut apabila Allah harus mendatangkan kebinasaan dan maut ke atas mereka yang mendapat keuntungan secara tidak sehat yaitu yang diperoleh melalui penipuan dan kecurangan? Walaupun ternyata bahwa terang bertambah-tambah, dalam hal tuntutan Allah telah menyinari jalan mereka, banyak yang tidak mau mengetahui peraturan Yehova, dan telah menerapkan untuk tinggal di bawah panji hitam biang keladi segala pemberontakan melawan pemerintahan surga.PR 159.3

    Panjang sabar Allah adalah sangat besar--begitu besar sehingga bilamana kita terus memikirkan penghinaan terhadap hukum-hukum-Nya yang kudus, maka kita merasa heran. Dia Yang Mahakuasa telah menggunakan kuasa membatasi terhadap sifat-Nya sendiri. Tetapi dengan pasti Ia akan bangkit untuk menghukum orang jahat, yaitu yang begitu berani menentang keadilan yang dituntut dalam Sepuluh Hukum. Allah memberi manusia suatu jangka waktu pintu kasihan, tetapi ada titik di mana kesabaran Ilahi akan habis, dan pehukuman Allah dengan pasti akan berlaku. Tuhan menunjukkan panjang sabar kepada manusia, dan kepada kota-kota, dengan penuh belas kasihan memberi amaran untuk menyelamatkan mereka dari murka Ilahi; tetapi saatnya akan tiba bilamana meminta belas kasihan tidak lagi akan terdengar, dan unsur-unsur pemberontak yang terus menerus menolak terang kebenaran akan dihapuskan, sebagai pengasihan kepada mereka sendiri dan kepada mereka yang satu dan lain hal mau dipengaruhi oleh contoh mereka.PR 159.4

    Waktunya sudah dekat bilamana kesusahan akan datang di dunia sedangkan tidak ada obat manusia yang dapat menyembuhkannya. Roh Allah sedang ditarik. Bencana-bencana di laut dan di darat terjadi dengan cepat secara beruntun. Betapa sering kita mendengar tentang gempa bumi dan badai, tentang kebinasaan oleh api dan banjir, dengan kerugian jiwa dan harta yang besar! Tampaknya bencana-bencana ini merupakan kejadian-kejadian yang tak terduga dari sifat alam yang tak terkendalikan dan tak teratur, yang keseluruhannya di luar batas kemampuan manusia untuk mengendalikannya; tetapi di dalam kesemuanya itu, rencana Allah dapat dibaca. Hal-hal ini adalah di antara alat-alat yang olehnya Ia menggerakkan pria dan wanita untuk merasakan bahaya yang mengancam mereka.PR 160.1

    Para pesuruh Allah di kota-kota besar tidak boleh merasa putus asa terhadap kejahatan, ketidakadilan, kebejatan moral, di mana mereka telah terpanggil untuk menghadapinya ketika berusaha memberitakan kabar baik keselamatan. Tuhan akan menggembirakan setiap pekerja tersebut dengan pekabaran sama yang diberikan-Nya pada rasul Paulus di kota Korintus yang jahat: “Jangan takut! TeruslahPR 160.2

    memberitakan Firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” Kisah 18:9, 10. Biarlah mereka yang terlibat dalam pekerjaan penyelamatan jiwa mengingat bahwa sementara terdapat banyak orang yang tidak mengindahkan nasihat Allah dalam Firman-Nya, maka seluruh dunia tidak akan berbalik dari terang dan kebenaran, dari undangan Juruselamat yang sabar dan berkemurahan. Pada setiap kota yang walaupun barangkali berisi kekejaman dan kejahatan, di sana terdapat banyak orang yang dengan pengajaran yang tepat dapat belajar untuk menjadi pengikut Yesus. Dengan demikian beribu-ribu orang dapat dijangkau dengan kebenaran yang menyelamatkan dan dapat dipimpin untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi.PR 160.3

    Pekabaran Allah bagi para penduduk bumi sekarang ialah, “Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Matius 24:44. Keadaan-keadaan yang sedang berlangsung dalam masyarakat, dan teristimewa di kota-kota besar, bangsa-bangsa memberitakan dengan nada gemuruh bahwa jam pehukuman Allah sudah tiba dan kesudahan segala perkara di bumi sudah dekat. Kita sedang berdiri di ambang pintu krisis zaman. Dengan cepat secara bergantian penghukuman Allah akan saling mengikuti satu dengan yang lain--amukan api, banjir, gempa bumi, dengan peperangan dan pertumpahan darah. Kita tidak boleh terkejut pada saat ini oleh peristiwa-peristiwa yang besar dan menentukan; karena malaikat kemurahan tidak dapat lebih lama lagi melindungi yang tidak mau bertobat.PR 160.4

    “Sebab sesungguhnya, Tuhan mau ke luar dari tempat-Nya, untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya, dan bumi tidak lagi menyembunyikan darah yang tertumpah di atas, dan tidak lagi menutupi orang-orang yang terbunuh di sana.” Yesaya 26:21. Angin topan murka Allah sedang bangkit; dan yang dapat bertahan hanyalah mereka yang menerima undangan rahmat, sama seperti yang dilakukan para penduduk Niniwe oleh pemberitaan Yunus, dan menjadi kudus melalui penurutan terhadap hukum-hukum Raja Ilahi. Hanyalah orang-orang benar saja yang akan bersembunyi dengan Kristus pada Allah sampai kebinasaan itu berlalu. Biarlah bahasa jiwa itu adalah sebagai berikut:PR 161.1

    font kecilPR 161.2

    “Lain upaya tidak bri,
    Harap dan penghiburan;
    Hamba yang lemah ini!
    Jangan Tuhan tinggalkan.
    “Ya Tuhanku, lindungkan!
    Sampai tofan pun lalu;
    Pimpinlah ke labuhan, tempat perhentianku!”
    PR 161.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents