Pada waktu tuntutan untuk kelepasan Israel pertama kali dihadapkan kepada raja Mesir itu, amaran tentang kutuk-kutuk yang amat dahsyat juga diberikan kepadanya. Musa diperintahkan supaya berkata kepada Firaun, “Inilah firman Tuhan: Bahwa Israel itulah anakKu laki-laki, yaitu anakKu yang sulung. Maka firmanku kepadamu: Biarkanlah anakku itu pergi, supaya ia berbuat ibadat kepadaku; jikalau engganlah engkau memberi akan dia pergi, bahwa sesungguhnya aku akan membunuh anak laki-lakimu yang sulung.” Sekalipun dicemoohkan oleh orang Mesir, orang Israel dihormati oleh Allah, dengan jalan diasingkannya mereka sebagai pemelihara hukumNya. Di dalam berkat-berkat dan kesempatan-kesempatan yang istimewa yang diberikan kepada mereka, mereka mempunyai kelebihan di antara bangsa-bangsa lain, sebagaimana anak sulung mempunyai kelebihan daripada saudara-saudaranya. PB1 284.1
Hukuman yang pertama diamarkan kepada Mesir telah dijatuhkan paling akhir. Allah panjang sabar dan berkelimpahan dengan rahmat. Ia mempunyai belas kasihan terhadap mahluk-mahluk yang dijadikanNya dalam petaNya. Andaikata kerugian yang dialami sehubungan dengan panen mereka dan kawanan kambing-domba mereka telah menuntun Mesir kepada pertobatan, maka anak-anak mereka itu tidak akan dibinasakan; tetapi bangsa itu dengan keras kepala telah menolak perintah ilahi, dan sekarang kutuk terakhir itu segera akan diturunkan. PB1 284.2
Musa telah dilarang untuk menghadap kembali kepada Firaun dengan ganjaran hukuman mati, tetapi satu pekabaran yang terakhir dari Allah segera akan disampaikan kepada raja yang memberontak itu, dan kembali Musa datang ke hadapannya dengan satu pengumuman yang hebat: “Kira-kira pada tengah malam ini Aku akan keluar berjalan keliling dalam negeri Mesir. Maka segala anak sulung dalam negeri Mesir itupun akan mati, daripada anak sulung Firaun, yang hendak duduk di atas takhta kerajaannya sampai kepada anak sulung sahaya perempuan yang pada penggilingan itu, dan anak-anak sulung segala binatangpun. Maka akan ada tangis yang besar dalam seluruh negeri Mesir, sebagaimana belum pernah jadi, dan tiada akan jadi pula seperti tangis itu; tetapi di antara segala bani Israel seekor anjingpun tidak akan bergerak lidahnya dan tidak akan binasa, baik manusia baik binatang, maka ia itu supaya diketahui olehmu, bahwa Tuhan memperbedakan antara orang Mesir dan orang Israel. Maka pada masa itu segala hambamu ini akan datang turun mendapatkan aku serta menundukkan dirinya di hadapanku sambil katanya: Pergilah engkau serta dengan segala orang yang turut akan kesan kakimu, maka pada masa itu akupun akan pergi.” PB1 284.3
Sebelum pelaksanaan hukuman ini, Tuhan melalui Musa telah memberikan petunjuk kepada bani Israel sehubungan dengan keberangkatan mereka dari Mesir, dan terutama tentang perlindungan terhadap mereka dari hukuman yang akan datang itu. Setiap keluarga sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan keluarga yang lain, harus menyembelih seekor anak domba atau anak kambing “yang tidak bercacat cela” dan dengan menggunakan hisop memercikkan darahnya ke atas “kedua jenang dan pada ambang yang di atas pintu” rumah, agar melaikat yang membinasakan itu yang akan datang pada tengah malam tidak akan memasuki tempat kediamanmu itu. Mereka harus memakan daging yang dipanggang, dengan roti yang tidak beragi dan sayur yang pahit pada waktu malam, sebagaimana yang dikatakan Musa, “dengan berikat pinggangmu dan berkasut kakimu dan tongkat pada tanganmu, maka hendaklah kamu makan dia dengan bersegera-segera, ia itulah Paskah Tuhan.” PB1 285.1
Tuhan mengumumkan: “Karena pada malam ini juga Aku akan melalui benua Mesir sambil Kupalu segala anak sulung dalam Mesir daripada manusia dan binatang, serta Aku akan melakukan hukumanKu atas segala berhala Mesir, bahwa Akulah Tuhan! Maka darah itupun menjadi satu tanda bagimu pada segala rumah tempat kamu ada, maka apabila Aku melihat darah itu, Aku akan lalu daripadamu, sehingga suatu bala kebinasaanpun tidak akan ada di antara kamu apabila Aku memalu negeri Mesir itu.” Untuk memperingati kelepasan yang besar ini satu upacara perayaan harus diadakan setiap tahun oleh orang Israel di dalam generasi-generasi mendatang. “Maka hari ini menjadi bagimu suatu peringatan, hendaklah kamu mempermuliakan dia akan hari raya bagi Tuhan, dan hendaklah kamu mempermuliakan dia turun temurun; jadikan adat yang kekal adanya.” Apabila mereka mengadakan pesta perayaan itu pada tahun-tahun mendatang, mereka harus menceritakan kembali kepada anak-anak mereka cerita tentang kelepasan yang besar itu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Musa kepada mereka, “Hendaklah kamu sahut: Inilah korban Paskah bagi Tuhan, yang telah lalu daripada segala rumah bani Israel dalam negeri Mesir tatkala dipalunya segala orang Mesir, maka dilindungkannya segala rumah kami.” PB1 285.2
Lebih jauh lagi, anak sulung manusia dan juga binatang harus menjadi milik Tuhan, dan dapat diambil kembali hanya dengan satu tebusan, sebagai satu pengakuan bahwa pada waktu anak-anak sulung orang Mesir dibinasakan, maka anak-anak sulung Israel, sekalipun oleh kemurahan Tuhan telah dipeliharakan, juga terbuka kepada kutuk yang sama itu kalau bukan karena korban penebusan. Tuhan mengumumkan, “Karena segala anak sulung itu milikku, maka pada hari Aku palu segala anak sulung di negeri Mesir, pada hari itu juga telah kusucikan bagiku segala yang sulung di antara Israel, baikmanusia baik binatang, ia itu Aku punya.” Bilangan 3:13. Setelah ditetapkannya upacara kaabah Tuhan memilih bagi diriNya suku Lewi untuk melaksanakan pekerjaan kaabah, gantinya anak-anak sulung bangsa itu. Ia berkata, “Karena mereka itu telah dipersembahkan, balikan, dipersembahkan kepadaKu dari antara segala bani Israel, maka akan ganti segala yang mula-mula keluar dari dalam rahim, yaitu ganti segala anak sulung bani Israel mereka itu telah kuambil bagi Diriku.” Namun demikian semua orang masih diharuskan untuk membayar harga tebusan bagi anak sulung sebagai pengakuan terhadap rahmat Allah. “Segala yang mula-mula keluar dari dalam-rahim, daripada segala kejadian yang patut dipersembahkan orang kepada Tuhan, daripada manusia atau binatang, ia itu menjadi milik kamu, tetapi akan anak sulung manusia tak akan jangan kamu tebus, demikianpun segala anak sulung binatang yang haram patutlah kamu tebus. Maka tebusannya, umur sebulan hendaklah kamu tebus atas nilaianmu dengan perak sampai lima syikal tempat suci yaitu yang ada dua puluh gera.” Bilangan 18:15, 16. PB1 286.1
Paskah haruslah bersifat memperingati dan juga sebagai satu lambang, bukan hanya menunjukkan kembali kepada kelepasan dari Mesir tetapi juga ke depan kepada kelepasan yang lebih besar yang akan dilaksanakan oleh Kristus dalam membebaskan umatNya dari belenggu dosa. Domba yang dikorbankan itu melambangkan “Anak Domba Allah,” yang di dalamnya terdapat satu-satunya pengharapan kita untuk memperoleh keselamatan. Kata rasul, “Karena sudah tersembelih Paskah kita yaitu Kristus.”1 Korinti 5:7. Tidaklah cukup domba itu disembelih; darahnya harus dipercikkan di atas ambang pintu; demikian juga jasa dari darah Kristus harus dikenakan kepada jiwa kita. Kita harus percaya, bukan saja Ia telah mati bagi dunia ini, tetapi juga Ia telah mati bagi kita secara perseorangan. Kita harus mengenakan kepada diri kita jasa daripada korban penebusan itu. PB1 286.2
Hisop yang digunakan untuk memercikkan darah itu adalah lambang daripada penyucian, karena itu juga digunakan dalam membersihkan orang kusta, dan juga mereka yang telah ternoda karena menjamah orang mati. Di dalam doa pemazmur maknanya juga terlihat: “Sucikanlah aku dengan hisop daripada dosa, maka akupun akan suci kelak; basuhkanlah aku, maka aku akan putih daripada salju.” Mazmur 51:9. PB1 288.1
Anak domba itu harus disediakan dalam keadaan utuh, sebilah tulangnyapun tidak boleh dipatahkan; begitu pula sebilah tulangpun tidak akan dipatahkan daripada Anak Domba Allah itu, yang akan mati bagi kita. Yohanes 19:36. Dengan cara itu dilambangkan pula kesempurnaan pengorbanan Kristus. PB1 288.2
Dagingnya harus dimakan. Tidaklah cukup bahwa kita mempercayai Kristus untuk memperoleh keampunan dari dosa; oleh iman kita harus tetap menerima kekuatan rohani, dan juga makanan dari Dia melalui firmanNya. Kata Kristus, “Jikalau tiada kamu makan tubuh Anak-manusia dan minum darahnya, tiadalah kamu menaruh hidup di dalam dirimu. Barangsiapa yang makan tubuhku dan minum darahku, padanyalah hidup yang kekal.” Yohanes 6:53, 54. Dan untuk menerangkan maksudNya itu Ia berkata, “Adapun perkataan yang Aku katakan kepadamu itulah roh dan hidup adanya.” Ayat 63. Yesus telah menerima hukum BapaNya, dan menyatakan prinsip-prinsipnya di dalam kehidupanNya, menyatakan rohnya, dan menunjukkan kuasanya yang mendatangkan kebaikan di dalam hati. Kata rasul Yohanes, “Maka firman itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara kita (dan kami sudah memandang kemuliaannya, seperti kemuliaan Anak yang tunggal yang daripada Bapa) penuh dengan anugerah dan kebenaran.” Yohanes 1:14. Pengikut-pengikut Kristus harus ambil bahagian dalam pengalamanNya. Mereka harus menerima serta memadukan firman Allah agar itu dapat menjadi motif kehidupan serta tindakan. Oleh kuasa Kristus mereka harus diubahkan menjadi serupa dengan Dia, dan memantulkan sifat-sifat ilahi. Mereka harus makan daging dan minum darah Anak Allah, kalau tidak maka tidak akan ada hidup di dalam diri mereka. Roh dan pekerjaan Kristus harus menjadi roh dan pekeijaan murid-muridNya. PB1 288.3
Anak domba itu harus dimakan bersama dengan sayur-sayuran yang pahit, untuk mengingatkan kembali kepada pahitnya perbudakan di Mesir. Demikian juga bilamana kita makan daripada Kristus, itu harus dijalankan dengan hati yang remuk redam, oleh sebab dosa-dosa kita. Penggunaan roti yang tidak beragi juga penuh makna. Secara jelas itu dinyatakan di dalam hukum Paskah dan dengan cermat dilaksanakan dalam kebiasaan orang Yahudi, bahwa tidak boleh ada ragi didapati di dalam rumah mereka selama pesta itu. Demikian pula ragi dosa itu harus dibuang dari semua orang yang mau menerima hidup dan makanan daripada Kristus. Demikian juga Paulus menulis kepada sidang di Korinti, “Buangkan ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi segumpal yang baru. . . . Karena sudah tersembelih Paskah kita, yaitu Kristus. . . . Sebab itu biarlah kita merayakan masa raya bukannya dengan ragi yang lama, dan bukannya dengan ragi yang niat jahat dan berkejahatan, melainkan dengan peri yang tiada beragi, yaitu dengan hati yang jernih dan yang benar.” 1 Korinti 5:7, 8. PB1 288.4
Sebelum memperoleh kebebasan, seorang budak harus menunjukkan iman mereka akan kelepasan yang besar yang akan segera dilaksanakan. Tanda darah itu harus dikenakan kepada rumah mereka, dan mereka harus memisahkan diri dan keluarga mereka dari orang Mesir dan berkumpul di dalam tempat tinggal mereka sendiri. Apabila orang-orang Israel itu telah mengabaikan petunjuk-petunjuk ini sekalipun dalam hal-hal kecil yang telah diberikan kepada mereka, kalau mereka telah lalai untuk memisahkan diri anak-anak mereka dari orang Mesir, apabila mereka telah menyembelih anak domba itu tetapi tidak memercikkan darahnya ke ambang pintu rumah, atau kalau saja seorang dari antara mereka pergi keluar dari rumah mereka, maka mereka itu tidak akan selamat. Boleh jadi dengan jujur mereka mempercayai bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu yang perlu, tetapi kesungguh-sungguhan mereka tidak akan dapat menyelamatkan mereka. Semua orang yang tidak memperhatikan petunjuk-petunjuk Tuhan akan kehilangan anak sulung mereka oleh tangan si pembinasa itu. PB1 289.1
Oleh penurutan orang banyak harus memberikan bukti akan iman mereka itu. Demikian pula semua orang yang berharap akan diselamatkan oleh jasa-jasa darah Kristus harus menyadari bahwa mereka sendiri mempunyai sesuatu untuk dilakukan untuk memperoleh keselamatan mereka. Memang benar hanya Kristus yang dapat menebus kita dari hukuman pelanggaran, tetapi kita juga harus berpaling dari dosa kepada penurutan. Manusia diselamatkan oleh iman, bukan oleh pekerjaan; tetapi imannya harus ditunjukkan oleh perbuatannya. Allah telah memberikan AnakNya untuk mati sebagai korban dosa, Ia telah menyatakan terang kebenaran, jalan kehidupan, Ia telah memberikan fasilitas-fasilitas, upacara-upacara dan kesempatan-kesempatan, dan sekarang manusia harus bekerja sama dengan segala alat-alat penyelamat ini; ia harus menghargai dan menggunakan pertolongan-pertolongan yang telah disediakan Allah—percaya dan menurut kepada segala tuntutan ilahi. PB1 289.2
Apabila Musa mengulangi kembali persediaan-persediaan yang diadakan Allah bagi kelepasan mereka itu, “orang banyak bersujud dan menyembah.” Pengharapan yang menggembirakan tentang kebebasan itu, pemberitahuan yang menakutkan tentang pehukuman yang akan dijatuhkan ke atas penjajah itu, segala persiapan-persiapan dan urusan-urusan yang berhubungan dengan keberangkatan mereka—semuanya ini untuk sesaat telah ditelan oleh rasa syukur kepada Pembebas mereka yang berkemurahan itu. Banyak dari antara orang Mesir telah dituntun untuk mengakui Allah orang Ibrani sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan mereka sekarang meminta untuk diizinkan berlindung di bawah naungan orang-orang Israel bilamana malaikat-malaikat yang membinasakan itu akan berlalu di seluruh negeri itu. Mereka disambut dengan penuh kegembiraan, dan mereka berjanji mulai saat itu akan melayani Allah Yakub dan keluar dari Mesir bersama dengan umatNya. PB1 290.1
Orang Israel mentaati petunjuk-petunjuk yang telah diberikan Allah. Dengan cepat dan dengan sembunyi-sembunyi mereka mengadakan persiapanpersiapan untuk keberangkatan mereka. Keluarga-keluarga mereka dikumpulkan, domba paskah disembelih, dagingnya dipanggang di atas api, roti yang tidak beragi dan sayur pahit disediakan. Bapa dan imam daripada rumah tangga memercikkan darah di atas ambang pintu, dan menggabungkan diri dengan keluarganya di dalam tempat kediaman mereka. Dengan tergesa-gesa dan diam-diam domba paskah itu dimakan. Dengan rasa takut orang banyak berdoa dan berjaga-jaga, hati anak sulung, mulai dari yang besar sampai kepada anak-anak kecil, berdebar-debar disertai rasa gentar. Bapa-bapa dan ibu-ibu memeluk anak sulung kesayangan mereka apabila mereka memikir-mikirkan tentang hukuman yang menakutkan yang akan datang malam itu. Tetapi tidak satupun dari antara tempat tinggal orang Israel yang didatangi oleh malaikat pembawa maut itu. Tanda darah itu—tanda daripada perlindungan Juruselamat—ada pada pintu rumah mereka, dan sipembawa maut itupun tidak masuk ke dalamnya. PB1 290.2
Di tengah malam itu “adalah tangis yang ramai dalam negeri Mesir karena sebuah rumahpun tiada yang tiada orang mati di dalamnya.” Semua anak sulung yang ada di dalam negeri itu, “mulai dari anak sulung Firaun yang duduk di atas takhta sampai kepada anak sulung orang tawanan yang ada di dalam penjara; dan semua anak sulung daripada ternak mereka,” telah dibunuh oleh sipembinasa itu. Di seluruh kerajaan Mesir yang luas itu kebanggaan setiap rumah tangga telah dimusnahkan. Jeritan dan ratapan orang-orang yang berduka memenuhi udara. Raja dan pegawai-pegawainya, dengan wajah yang pucat dan bibir yang gemetar, berdiri ternganga di hadapan malapetaka yang sedang merajalela itu. Firaun mengingat kembali bagaimana pada suatu waktu telah berseru, “Siapakah Tuhan, yang aku patut menurut katanya serta membiarkan orang Israel itu pergi? Tiada aku tahu akan Tuhan itu dan lagi tiada aku memberi orang Israel itu pergi.” Sekarang kecongkakannya yang dengan beraninya menentang sorga itu telah dicampakkan ke bumi, ia “memanggil Musa dan Harun pada malam itu juga, lalu titahnya: Berangkatlah kamu, keluarlah dari antara segala rakyatku, baik kamu baik bani Israel, pergilah kamu berbuat bakti kepada Tuhan, setuju dengan katamu itu. Dan lagi segala kambing dombamu dan segala lembumupun bawalah serta setuju dengan katamu; pergilah kamu dan mintakanlah doa berkat akan dakupun.” Penasihat-penasihat istana juga dan orang banyak meminta agar orang Israel pergi “keluar dari negeri itu dengan segera, karena kata mereka, Semua kami matilah kelak.” PB1 290.3