Pasal ini dialaskan atas Kejadian39-41.
Sejak awal tahun-tahun yang berkelimpahan itu persiapan telah mulai diadakan untuk menghadapi masa kelaparan yang kian mendekat. Di bawah petunjuk Yusuf, lumbung yang besar dibangun di tempat-tempat yang penting di seluruh negeri Mesir, dan rencana-rencana yang baik telah ditetapkan untuk menyimpan kelebihan panen yang diharapkan. Peraturan yang sama tetap dijalankan selama tujuh tahun yang berkelimpahan itu, sehingga jumlah gandum yang disimpan dalam lumbung-lumbung itu tidak terhitung lagi jumlahnya. PB1 228.1
Dan sekarang masa paceklik selama tujuh tahun itu telah mulai terasa sebagaimana yang diramalkan oleh Yusuf. “Maka adalah bala kelaparan datang atas segala negeri itu, maka dibukakan oleh Yusuf akan segala gedung yang ada isinya, lalu dijualnyalah kepada segala orang Mesir.” PB1 228.2
Bala kelaparan itu meluas sampai ke tanah Kanaan, dan terasa sekali akibatnya di tempat tinggal Yakub. Mendengar tentang adanya kelimpahan persediaan yang diadakan oleh raja Mesir, sepuluh dari antara anak-anak Yakub telah berangkat ke sana untuk membeli gandum. Setibanya di sana mereka disuruh pergi kepada wakil raja, dan bersama-sama dengan pembelipembeli lainnya mereka menghadap pemerintah negeri itu. Dan merekapun “sujud di hadapannya dengan muka mereka sampai ke bumi.” “Yusuf mengenal mereka itu, tetapi mereka tidak mengenal dia.” Nama Ibraninya telah diganti dengan nama yang lain yang telah diberikan oleh raja, dan sedikit saja persamaan yang ada antara perdana menteri Mesir ini dengan anak muda yang telah dijual kepada bangsa Ismaeli itu. Apabila Yusuf melihat saudara-saudaranya bersujud dan memberi hormat kepadanya, mimpinya itu terlintas kembali dalam ingatannya, dan peristiwa-peristiwa masa lalu timbul kembali dalam pikirannya. Apabila matanya yang tajam itu mengamat-amati saudara-saudaranya itu, ia lihat bahwa Benyamin tidak ada di antara mereka. Apakah ia juga telah jatuh sebagai korban kekejaman orang-orang jahat ini? Ia bertekad untuk menyelidiki kebenarannya. “Kamu sekalian adalah mata-mata,” katanya dengan suara keras, “kamu datang hendak melihat di mana tanah ini teralpa adanya.” Mereka menjawab, “Bukan, ya tuanku! melainkan patik ini telah datang hendak membeli makanan. Patik sekalian ini anak-anak sebapa jua dan patik ini orang benar, bukannya patik tuanku orang pengintai adanya.” PB1 228.3
Ia ingin mengetahui apakah mereka ini masih memiliki roh yang kejam seperti pada waktu ia masih bersama-sama dengan mereka, dan juga ia ingin mendapat keterangan dari mereka tentang rumah tangga mereka; tetapi ia juga mengetahui dengan baik adanya kemungkinan bahwa keterangan mereka itu palsu. Ia mengulangi kembali tuduhan itu, dan mereka menjawab, “Patik tuanku semua duabelas orang bersaudara yang sebapa dalam negeri Kanaan; maka sesungguhnya yang bungsu ada sekarang dengan bapa patik dan yang seorang sudah tiada.” PB1 229.1
Dengan berlaku seolah-olah ragu-ragu atas kebenaran cerita mereka itu, dan tetap menuduh mereka sebagai mata-mata, pemerintah itu mengatakan bahwa ia akan menyelidiki mereka dengan menuntut agar mereka tetap tinggal di Mesir sampai seorang dari antara mereka pergi dan kembali dengan membawa adik mereka yang bungsu itu kepadanya. Jikalau mereka tidak setuju dengan hal ini, maka mereka akan diperlakukan sebagai mata-mata. Dan anak-anak Yakub itu tidak dapat menyetujui rencana itu olehkarena waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya cukup lama sehingga keluarga mereka akan menderita olehkarena kekurangan makanan; dan siapakah dari antara mereka yang harus mengadakan perjalanan sendirian dan meninggalkan saudara-saudaranya di dalam penjara? Bagaimana dia dapat menemui bapanya dalam keadaan seperti itu? Nampaknya kepada mereka bahwa mungkin mereka akan dihukum mati atau dijadikan sebagai budak-budak; dan jikalau Benyamin dibawa kepadanya, mungkin diapun akan mengalami nasib yang sama. Mereka mengambil keputusan untuk sama-sama tinggal dan menderita, daripada harus menambahi kesedihan bapanya dengan kehilangan satu-satunya anak yang masih tinggal. Olehkarena itu merekapun dimasukkan ke dalam penjara, selama tiga hari mereka tinggal dalamnya. PB1 229.2
Selama masa terpisahnya Yusuf dari saudara-saudaranya, tabiat anakanak Yakub ini telah berubah. Dulu mereka itu suka cemburu, sukar dikendalikan, penipu, kejam dan suka balas dendam; tetapi sekarang, tatkala diuji oleh kesulitan dalam hidup, mereka ternyata tidak mementingkan diri sendiri, jujur satu terhadap yang lainnya, tunduk kepada bapa mereka, dan mereka sendiri yang sudah setengah umur itu taat kepada wewenang bapanya. PB1 229.3
Tiga hari di dalam penjara Mesir merupakan hari-hari yang pahit getir apabila mereka itu merenung-renungkan kembali akan dosa-dosa mereka pada masa yang lampau. Kecuali Benyamin dibawa menghadap, maka tuduhan bahwa mereka adalah mata-mata kelihatannya tidak dapat dielakkan lagi, dan sedikit saja harapan bagi mereka untuk mendapat persetujuan bapa mereka untuk membiarkan Benyamin pergi. Pada hari yang ketiga Yusuf memanggil mereka untuk menghadap kepadanya. Ia tidak berani menahan mereka lebih lama lagi. Tentu bapanya dan kaum keluarganya sudah menderita karena kekurangan makanan. Ia berkata, “Buatlah ini, supaya kamu hidup, karena akupun takut akan Allah. Jikalau kiranya kamu orang yang benar, baiklah saudara kamu seorang tinggal terkurung dalam penjara dan pergilah kamu sekalian, bawalah gandum karena sebab kelaparan orang isi rumahmu.” Maka apabila kamu membawa akan adikmu itu kepadaku niscaya didapati akan katamu itu benar adanya dan tiada kamu akan dibunuh.” Mereka setuju untuk menerima usul ini walaupun mereka nyatakan juga bahwa sedikit saja harapan bahwa bapanya akan mengizinkan Benyamin datang kepadanya bersama-sama dengan mereka. Yusuf berbicara kepada mereka melalui seorang penterjemah, dan tidak menyangka bahwa pemerintah ini mengerti bahasa mereka, dengan bebasnya mereka itu bercakap-cakap satu dengan yang lainnya di hadapannya. Mereka menuduh diri mereka sendiri sehubungan dengan perlakuan mereka terhadap Yusuf: “bahwa sesungguhnya kita sekalian ini bersalah terhadap adik kita, yang telah kita lihat kepicikan hatinya tatkala ia minta dikasihani oleh kita, tetapi tiada kita mau dengar, maka sebab itulah kepicikan ini telah datang atas kita! Ruben, yang telah mengadakan rencana untuk menyelamatkannya di Dothan, menambahkan, “Bukankah aku sudah mengingatkan kamu serta kataku: Janganlah kamu berbuat dosa kepada budak itu, tetapi tiada juga kamu mau dengar? Sebab itu, tengoklah, darahnya sekarang dituntut belanya.” Yusuf, yang mendengarkan pembicaraan itu, tidak dapat menahan perasaannya, dan iapun pergi dan menangis. Pada waktu ia kembali kepada mereka ia memerintahkan agar Simeon diikat di hadapan mereka, dan dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam perlakuan yang kejam terhadap saudara mereka, Simeonlah yang menjadi biang keladi dan pelaku utamanya, dan oleh sebab itulah pilihan jatuh ke atas dirinya. PB1 230.1
Sebelum membiarkan saudara-saudaranya itu pergi, Yusuf memerintahkan agar mereka dibekali dengan gandum, dan juga agar uang mereka masingmasing dengan diam-diam ditaruh di dalam mulut karung gandumnya. Makanan kuda mereka juga disediakan untuk perjalanan pulang. Di dalam perjalanan itu salah seorang dari antara mereka, pada waktu membuka karung gandumnya, merasa terkejut mendapati kantong uang peraknya itu ada di dalamnya. Pada waktu hal ini diberitahukan kepada yang lainnya mereka menjadi panik dan cemas, dan saling berkata, “Apa gerangan ini yang dilakukan Allah atas kita?” Apakah mereka harus menganggap hal ini sebagai satu tanda kebajikan dari Tuhan, ataukah Ia telah membiarkan hal ini terjadi untuk menghukum mereka atas dosa-dosa mereka serta membuang mereka ke dalam penderitaan yang lebih hebat lagi? Mereka menyadari bahwa Allah telah melihat dosa-dosa mereka, dan bahwa sekarang Ia sedang menghukum mereka. PB1 230.2
Dengan penuh kerinduan Yakub menunggu-nunggu kembalinya anakanaknya, dan setibanya mereka itu seluruh kaum keluarganya berkumpul di sekeliling mereka sementara mereka menceritakan kepada bapanya segala sesuatu yang telah terjadi. Rasa panik dan cemas memenuhi hati mereka masing-masing. Perlakuan pemerintah Mesir itu kelihatannya menunjukkan adanya maksud-maksud jahat, dan rasa khawatir mereka lebih dikuatkan lagi bilamana mereka membuka karung gandum itu, uang mereka masing-masing ada di dalamnya. Di dalam kepedihan hatinya bapa yang tua itu berseru, “Kamu membuluskan aku, karena Yusuf sudah tiada dan Simeonpun tiada, sekarang kamu hendak mengambil Benyamin pula. Segala perkara ini ada melawan aku.” Ruben menjawab, “Bunuhlah akan kedua orang anak sahaya laki-laki, kalau tiada sahaya kembalikan budak ini kepada bapa. Serahkanlah dia kepada sahaya sahaja, niscaya sahaya bawa balik akan dia kepada bapa.” Ucapan yang bernada keras itu tidak dapat menenangkan pikiran Yakub. Jawabnya adalah: “Anakku ini tiada akan turun serta dengan kamu, karena abangnya sudah mati dan sekarang tinggallah ia seorang-orang: jikalau kiranya ia kena barang sesuatu bahaya pada jalan yang hendak kamu jalani itu, niscaya kamu akan membawa kelak ubanku yang putih ini ke kubur dengan dukacita adanya.” PB1 231.1
Tetapi musim panas itu berlangsung terus dan dengan berlalunya waktu, persediaan gandum yang telah mereka beli dari Mesir sudah hampir habis. Anak-anak Yakub mengetahui bahwa sia-sialah bagi mereka untuk kembali ke Mesir tanpa membawa Benyamin. Sedikit saja harapan bagi mereka untuk mengubah keputusan bapa mereka itu, dan mereka menunggu sambil berdiam. Bayang-bayang bala kelaparan itu semakin nyata; pada raut muka semua anggota keluarganya yang penuh dengan kecemasan itu, Yakub dapat membaca apa yang mereka butuhkan; akhirnya ia berkata, “Pergilah kamu pula, belikanlah kita sedikit makanan.” PB1 231.2
Yehuda menjawab, “Bahwa tuan itu telah bertitah dengan sungguhsungguh kepada kami, katanya: Kamu tiada boleh memandang mukaku pula, melainkan adikmu itu adalah serta dengan kamu. Sebab itu, jikalau bapa beri adik kami pergi serta dengan kami, bolehlah kami berjalan turun dan membelikan bapa makanan. Tetapi jikalau tiada bapa menyuruh adik kami, maka kamipun tiada boleh berjalan karena kata tuan itu kepada kami: Bahwa tiada boleh kamu memandang mukaku pula melainkan adikmu itu adalah serta dengan kamu.” Melihat bahwa bapanya itu mulai goyah dalam keputusannya, ia menambahkan, “Suruhkanlah budak itu pergi dengan saya maka kami hendak berjalan, supaya kami hidup dan jangan mati, baik kami atau bapa, atau anak-anak kami,” dan ia menawarkan dirinya sebagai jaminan bagi saudaranya itu untuk selama-lamanya jikalau ia gagal untuk membawa kembali Benyamin kepada bapanya. PB1 231.3
Yakub tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk memberi ijin, dan ia menyuruh anak-anaknya untuk mengadakan persiapan-persiapan keberangkatan mereka. Ia juga memerintahkan kepada mereka untuk menyampaikan kepada pemerintah Mesir itu pemberian berupa benda-benda yang dapat diusahakan dari satu tempat yang sudah dirusak oleh bala kelaparan—”sedikit getah harum dan sedikit air madu dan rempah-rempah serta kemenyan dan buah keras dan buah badam,” dan juga “uang dua kali banyaknya.” “Dan bawalah juga akan adikmu,” katanya, “pergilah kamu kembali kepada tuan itu.” Apabila anak-anaknya itu akan memulai perjalanan mereka yang meragukan itu, bapa yang tua ini bangkit dan mengangkat tangannya ke atas sambil melayangkan doa: “Maka Allah yang Mahakuasa itu beri apalah kamu mendapat kasihan di hadapan tuan itu, supaya diberinya saudaramu yang lain itu dan Benyaminpun pulang sertamu. Maka akan daku ini, jikalau dibuluskan biarlah aku bulus!” PB1 232.1
Kembali mereka berangkat ke Mesir dan menghadap kepada Yusuf. Apabila matanya melihat Benyamin, anak dari ibunya sendiri, ia benarbenar terharu. Namun demikian ia menyembunyikan perasaannya, tetapi ia memerintahkan agar mereka dibawa ke rumahnya, dan juga persiapan diadakan agar mereka makan bersama-sama dengan dia. Pada waktu mereka dibawa masuk ke dalam istananya, mereka menjadi panik, takut janganjangan mereka dimintai pertanggungan jawab atas uang yang ada di dalam karung gandum mereka itu. Mereka pikir tentu hal ini sudah dilakukan dengan sengaja agar ada alasan untuk menjadikan mereka sebagai budakbudak. Di dalam perasaan cemas mereka itu telah meminta nasihat kepada kepala rumah tangga istana itu, sambil menceritakan tentang kejadiankejadian sehubungan dengan kunjungan mereka ke Mesir; dan sebagai bukti bahwa mereka itu tidak bersalah mereka menceriterakan kepadanya bahwa mereka telah membawa kembali uang yang telah mereka dapati di dalam karung gandum itu, dan juga uang yang lain untuk membeli makanan; dan mereka menambahkan, “Maka tiada kami mengetahui siapa yang sudah menaruh uang itu di dalam karung kami.” Orang itu menjawab, “Selamatlah kamu, jangan takut! Bahwa Aliahmu dan Allah bapamu itu telah mengaruniakan suatu harta dalam karungmu; bahwa uangmu itu telah kuterima.” Rasa cemas mereka terobati, dan apabila Simeon, yang telah dilepaskan dari dalam penjara itu berada dengan mereka, mereka merasa bahwa Allah benar-benar berkemurahan terhadap mereka. PB1 232.2
Apabila pejabat tinggi pemerintah itu menemui mereka lagi, .mereka telah menyerahkan pemberian itu, dan dengan rendah hati “bersujud di hadapannya sampai ke bumi.” Kembali mimpinya itu terlintas di dalam pikirannya, dan setelah memberi hormat kepada tamu-tamunya itu dengan cepat ia bertanya, “Adakah baik bapa kamu, orang tua, yang telah kamu sebutkan itu? Adakah ia lagi hidup?” “Hamba tuanku, bapa patik itu ada baik lagi hidup,” jawab mereka sambil memberi hormat. Kemudian matanya menatap kepada Benyamin dan ia berkata, “Inikah adikmu yang bungsu yang telah kamu sebutkan kepadaku?” “Dikasihani Allah kiranya akan dikau, hai anakku;” tetapi karena dikuasai oleh perasaan kasihannya itu, ia tidak dapat berkata-kata lagi. “Ia masuk ke dalam kamarnya dan menangis di sana.” PB1 233.1
Setelah dapat menguasai dirinya, ia kembali, dan mereka semua datang ke pesta itu. Oleh undang-undang sehubungan dengan kasta, orang Mesir dilarang untuk makan bersama-sama dengan orang-orang dari bangsa lain. Oleh sebab itu bagi anak-anak Yakub disediakan satu meja tersendiri sementara pejabat pemerintah itu, olehkarena kedudukannya yang tinggi, makan sendirian, dan orang-orang Mesir juga duduk terpisah. Bilamana semua orang disuruh duduk, anak-anak Yakub merasa heran melihat bahwa mereka diatur dalam urutan yang tepat sesuai dengan umur mereka masingmasing. Yusuf telah “menyuruh orang untuk mengangkat sajian bagi mereka itu dari hadapannya,” tetapi sajian untuk Benyamin itu lima kali lebih besar daripada sajian yang lainnya. Dengan cara menganak-maskan Benyamin itu Yusuf ingin memastikan apakah saudaranya yang bungsu itu diperlakukan dengan rasa cemburu serta dengki seperti yang telah dinyatakan kepada dirinya. Masih menyangka bahwa Yusuf tidak mengerti bahasa mereka, saudara-saudaranya itu dengan leluasa bercakap-cakap satu dengan yang lainnya; dengan demikian ia mempunyai satu peluang yang baik untuk mempelajari perasaan mereka yang sebenarnya. Yusuf masih ingin menguji mereka lebih jauh lagi, dan sebelum mereka berangkat pulang ia telah memerintahkan agar cawan minumannya yang terbuat dari perak itu disembunyikan di dalam karung gandum anak bungsu itu. PB1 233.2
Dengan penuh kegembiraan mereka memulai perjalanan pulang ke rumah. Simeon dan Benyamin bersama-sama mereka, kuda mereka dibebani dengan gandum yang limpah, dan semua merasa bahwa mereka telah terlepas dari bahaya-bahaya yang kelihatan mengelilingi mereka. Tetapi baru saja tiba di batas kota mereka telah dikejar oleh kepala rumah tangga istana, yang kemudian melontarkan satu pertanyaan yang pedas, “Mengapa kamu membalas baik itu dengan jahat? Bukankah ia itu piala santapan tuanku dan dengan dia juga diketahuinya perkara yang tersembunyi? Bahwa sejahat-jahat perbuatan yang telah kamu perbuat itu.” Cawan itu dianggap mempunyai khasiat yang dapat memberitahukan adanya benda-benda yang beracun yang dimasukkan ke dalamnya. Pada zaman itu cawan-cawan seperti ini sangat diperlukan sebagai satu pelindung terhadap usaha pembunuhan dengan jalan meracuni. PB1 233.3
Terhadap tuduhan kepala rumah tangga istana itu mereka menjawab, “Apakah sebabnya maka tuan berkata-kata begitu? Jauhlah hambamu ini daripada berbuat perkara yang demikian. Bahwa sesungguhnya uang yang telah kami dapat dalam mulut karung kami, sudah kami bawa kembali kepada tuan dari negeri Kanaan; masakan kami mencuri mas atau perak dalam rumah tuanmu? Pada barang siapapun baik di antara hambamu sekalian yang didapati akan piala itu, biarlah ia mati dibunuh dan kami sekalianpun biar menjadi hamba tuan.” PB1 234.1
Maka sahutnya: “Baiklah sekarang seperti katamu itu, demikianlah jadilah: Pada barang siapa didapatinya akan dia, ia itu menjadi hambaku, tetapi kamu yang lain itu tiada bersalah.” PB1 234.2
Dengan segera pemeriksaan diadakan. “Maka dengan segera mereka itu menurunkan karungnya masing-masing ke tanah,” dan orang itupun memeriksa satu per satu, mulai dari karung Ruben dan terus berurutan sampai kepada yang bungsu. Di dalam karung Benyamin itulah cawan itu telah diketemukan. PB1 234.3
Mereka merobek jubah mereka sebagai tanda penyesalan mereka, dan pelahan-lahan mereka kembali menuju kota. Oleh janji mereka sendiri Benyamin telah ditetapkan untuk menjalani hidup sebagai seorang budak. Mereka mengikuti orang itu masuk ke dalam istana, dan mendapati penguasa itu masih ada dalam ruangannya, kemudian mereka bersujud di hadapannya. “Apakah macam perbuatanmu ini?” Yusuf bermaksud agar dapat mendengar dari mereka sendiri akan pengakuan mereka tentang dosa-dosa mereka. Ia tidak pernah mengaku bahwa ia mempunyai kuasa untuk mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi, tetapi ia ingin agar mereka percaya bahwa ia dapat membaca rahasia kehidupan mereka. PB1 234.4
Yehuda menjawab, “Apakah yang hendak patik sahut kepada tuanku? Apakah yang hendak patik persembahkan? Dan bagaimana patik sekalian ini dapat membenarkan diri patik? Bahwa telah didapati Allah akan dosa patik-patik tuanku. Bahwa sesungguhnya patik sekalian menjadi hamba kepada tuanku, baik patik sekalian baik ia, yang telah didapati piala itu dalam tangannya.” Maka jawab Yusuf; “Dijauhkan Allah kiranya aku daripada berbuat demikian, melainkan orang yang telah didapati piala itu dalam tangannya, itu juga akan menjadi hambaku, tetapi kamu sekalian berjalanlah naik dengan selamat kepada bapamu.” Dalam kepedihan hatinya itu Yehuda datang lebih dekat kepada penguasa itu dan berseru, “Ya, tuanku! Biarlah kiranya patik mempersembahkan sepatah kata di bawah telapakan tuanku dan jangan apalah berbangkit murka tuanku akan patik, karena tuanku sama juga dengan Firaun”. Dengan kata-kata yang amat mengharukan ia menerangkan rasa duka bapanya atas kehilangan Yusuf, dan rasa enggannya untuk membiarkan Benyamin pergi bersama-sama dengan mereka ke Mesir, olehkarena dia adalah anak satu-satunya yang tinggal dari Rakhel, yang amat dikasihi oleh Yakub. Ia berkata, “Sebab itu jikalau patik mendapatkan hamba tuanku, bapa patik, maka budak itu tiada serta dengan patik, tegal nyatalah nyawa bapa itu bergantung kepada nyawa budak ini, maka akan jadi kelak, serta dilihatnya budak ini tiada, niscaya matilah ia dan patik pun akan memasukkan uban hamba tuanku, bapa patik, dengan dukacita ke dalam kubur. Tambahan pula patik sudah mengaku akan budak ini di hadapan bapa patik, serta kata patik: Jikalau tiada sahaya kembalikan dia pula kepada bapa, niscaya sahaya akan menanggung dosa selamalamanya akan bapa sahaya adanya. Maka biarlah sekarang patik tinggal di sini menjadi hamba tuanku akan ganti budak ini, berilah kiranya budak ini berjalan naik bersama-sama dengan segala saudaranya. Karena bagaimana boleh patik mendapatkan bapa patik, jikalau budak ini tiada serta? Jangan patik melihat celaka yang akan berlaku atas bapa patik itu.” PB1 234.5
Yusuf merasa puas. Ia telah menyaksikan adanya buah-buah pertobatan yang benar di dalam diri saudara-saudaranya. Setelah mendengar tawaran Yehuda yang agung itu, ia memerintahkan agar semua orang kecuali saudara-saudaranya itu meninggalkan tempat itu; kemudian sambil menangis kuat-kuat ia berseru, “Aku inilah Yusuf; apakah bapaku masih hidup?” PB1 235.1
Saudara-saudaranya berdiri terpaku, dipenuhi oleh rasa takut dan kebingungan. Pemerintah Mesir, saudara mereka Yusuf yang telah mereka perlakukan dengan rasa cemburu, dan akan mereka bunuh, dan akhirnya dijual sebagai seorang budak! Segala perlakuan mereka yang jahat terhadap dia terlintas kembali dalam ingatan mereka. Mereka ingat bagaimana mereka telah mencemoohkan mimpinya dan telah berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi kegenapannya. Tetapi mereka telah melakukan bahagian mereka di dalam menggenapkan mimpi-mimpinya itu; dan sekarang kenyataan bahwa mereka ada di bawah kekuasaannya, pasti dia akan membalas dendam atas kejahatan yang telah mereka lakukan kepadanya. PB1 235.2
Melihat kebingungan mereka itu, dengan ramah ia berkata, “Mari, hampirlah kamu kepadaku,” dan apabila mereka datang dekat kepadanya, ia melanjutkan dengan berkata, “Akulah Yusuf, adikmu, yang telah kamu jual ke negeri Mesir. Tetapi sekarang jangan kamu susah atau marah akan dirimu, sebab telah kamu menjual aku kemari, karena telah disuruhkan Allah akan daku terdahulu daripada kamu, hendak memeliharakan nyawa orang.” Merasa bahwa mereka telah cukup menderita olehkarena kekejaman mereka terhadap dirinya, dengan penuh keagungan ia berusaha untuk menghilangkan rasa takut mereka, dan meringankan perasaan penyesalan mereka yang amat getir itu. PB1 236.1
Kemudian ia melanjutkan, “Karena sekarang ini baru dua tahun bala kelaparan dalam negeri ini; tinggal lagi lima tahun, dalamnya tiada akan ada orang menenggala atau menuai. Maka disuruhkan Allah akan daku di hadapan kamu, hendak memeliharakan anak buahmu di atas bumi dan menghidupi nyawa kamu sekalian dengan pertolongan yang amat besar. Sebab itu, bukan kamu yang, telah menyuruh daku kemari, melainkan Allah juga, dijadikannya aku akan ayah Firaun dan akan tuan bagi segala isi istananya dan akan pemerintah segala negeri Mesir. Maka segera pergilah kamu naik mendapatkan bapaku, katakanlah kepadanya: Demikianlah kata anakmu Yusuf: Bahwa Allah telah menjadikan aku tuan dalam segala negeri Mesir, sebab itu datanglah turun kepadaku dengan tiada berlambatan lagi. Maka bapa akan duduk di tanah Gosyen, hampir dengan aku, yaitu bapa serta dengan segala anak-anakmu dan cucumu dan kawan kambingmu dan lembumu dan segala sesuatu yang ada padamu. Maka di sanalah aku akan memeliharakan bapa, karena lagi akan ada lima tahun bala kelaparan, supaya jangan kepapaanlah bapa serta isi rumahmu dan segala sesuatu yang ada padamu. Bahwa sesungguhnya mata kamu sekalian melihat dan mata Benyaminpun, bahwa mulutku juga yang berkata-kata dengan kamu. Maka Yusufpun memeluk leher Benyamin, adiknya, sambil menangis, dan Benyaminpun menangislah sambil memeluk leher Yusuf. Dan lagi dicium Yusuf akan segala saudaranya sambil menangis, kemudian segala saudaranyapun berkata-kata dengan dia.” Dengan rendah hati mereka mengakui dosa-dosa mereka, dan memohon keampunan daripadanya. Lama mereka telah menderita kecemasan dan rasa menyesal, dan sekarang mereka bergembira karena ia masih hidup. PB1 236.2
Kabar tentang apa yang telah terjadi itu dengan cepat sampai kepada raja, yang karena rindu untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Yusuf, telah menyampaikan undangannya dengan berkata, “Maka aku akan mengaruniai kamu dengan yang amat baik di negeri Mesir.” Saudarasaudaranya itu disuruh pulang dengan diperlengkapi dengan bekal yang limpah, kereta-kereta kuda dan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengangkut semua keluarga serta pengikut-pengikutnya. Kepada Benyamin, Yusuf telah memberikan pemberian-pemberian yang lebih berharga daripada apa yang diberikannya kepada saudara-saudaranya yang lain. Kemudian, karena merasa khawatir jangan-jangan akan terjadi perselisihan di antara mereka dalam perjalanan pulang itu, apabila mereka segera akan berangkat, ia telah berpesan, “Janganlah kiranya berbangkit marahmu di jalan.” PB1 236.3
Anak-anak Yakub itu kembali kepada bapa mereka dengan kabar yang menggembirakan “Bahwa Yusuf lagi hidup; bahkan, ialah tuan pada segala negeri Mesir!” Mula-mula orang tua itu kebingungan; ia tidak dapat mempercayai apa yang telah didengarnya; tetapi apabila ia melihat iring-iringan kereta kuda yang panjang dengan bekal yang berkelimpahan, dan apabila Benyamin sekali lagi kembali kepadanya, ia telah diyakinkan, dan di dalam kegembiraannya yang meluap-luap itu ia berseru, “Cukuplah sudah! Anakku Yusuf masih hidup maka aku hendak pergi berjumpa dengan dia dahulu daripada matiku!” PB1 237.1
Ada satu perkara lagi yang memerlukan kerendahan hati yang harus dilakukan oleh kesepuluh bersaudara itu. Mereka sekarang mengakui kepada bapa mereka tentang tipu daya serta kekejaman yang untuk bertahun-tahun lamanya telah menyusahkan hidupnya dan hidup mereka. Yakub tidak pernah menyangka bahwa mereka telah berbuat dosa sekeji itu, tetapi ia melihat bahwa segala perkara itu telah diubahkan menjadi kebajikan, dan ia telah mengampuni serta memberkati anak-anaknya yang telah bersalah itu. PB1 237.2
Dengan segera bapa dengan anak-anaknya, dengan keluarganya, kawanan kambing dombanya, dengan pengikut-pengikutnya yang banyak itu berangkat menuju Mesir. Dengan hati gembira mereka menempuh perjalanan itu, dan apabila mereka tiba di Birsyeba, Yakub telah mempersembahkan korban sebagai ucapan syukur, dan memohon kepada Tuhan agar memberikan kepada mereka jaminan bahwa Ia akan menyertai mereka. Di dalam satu khayal pada waktu malam hari kata-kata ilahi datang kepadanya: “Jangan takut turun ke Mesir, karena di sana Aku jadikan dikau kelak suatu bangsa yang besar. Maka Aku akan turun sertamu ke Mesir dan dengan sungguhsungguh Aku akan membawa kamu naik pula.” PB1 237.3
Jaminan, “Janganlah engkau takut turun ke Mesir; karena di sana Aku akan menjadikan engkau kelak satu bangsa yang besar,” sangat berarti. Janji telah diberikan kepada Ibrahim tentang turunan yang jumlahnya seperti bintang, tetapi hingga saat itu umat pilihan telah bertambah-tambah dengan lambat sekali. Dan tanah Kanaan sekarang ini tidak memberikan satu tempat bagi perkembangan satu bangsa seperti yang telah diramalkan itu. Tanah itu adalah milik daripada satu bangsa kapir yang amat kuat, yang tidak akan dapat dimiliki oleh mereka sampai kepada “generasi yang keempat.” Jikalau keturunan Israel akan menjadi satu bangsa yang besar di sini, mereka harus mengusir penduduknya itu atau hidup tersebar di antara mereka. Pilihan yang pertama yang sesuai dengan rencana ilahi, tidak dapat mereka lakukan; dan kalau mereka harus bercampur baur dengan orang Kanani, maka mereka berada dalam bahaya terjerat kepada penyembahan berhala. Namun demikian, Mesir menyediakan satu keadaan yang perlu bagi kegenapan maksud ilahi itu. Satu bahagian dari negeri itu yang cukup air serta subur, terbuka bagi mereka, dan memberikan satu keuntungan untuk pertambahan jumlah mereka dengan cepat. Dan sikap antipati yang harus mereka hadapi di Mesir oleh sebab pekerjaan mereka itu—karena setiap gembala merupakan “satu kebencian kepada orang Mesir”—akan menyanggupkan mereka untuk tinggal tetap sebagai satu bangsa yang berbeda serta terpisah, dan dengan demikian akan membuat mereka terhindar daripada turut ambil bahagian dalam penyembahan berhala di Mesir. PB1 237.4
Setibanya di Mesir mereka langsung menuju ke tanah Gosyen. Ke tempat ini Yusuf telah datang dengan kereta kebesarannya, dengan disertai pengawalpengawal kenegaraan. Kemegahan yang ada di sekelilingnya, dan martabat kedudukannya telah terlupakan; hanya satu ingatan saja yang memenuhi pikirannya, satu kerinduan memenuhi hatinya. Apabila ia melihat rombongan pendatang itu tiba, kasihnya yang bergelora yang selama bertahun-tahun terpendam di hatinya sekarang tidak dapat ditahankannya lagi. Ia melompat dari kereta kudanya dan dengan cepat berlari menyambut bapanya. “Dan ia memeluk lehernya dan menangislah lekat pada lehernya untuk beberapa saat lamanya. Maka kata Israel kepada Yusuf: Sekarangpun baiklah aku mati, sedang telah kupandang mukamu, maka engkau masih hidup.” PB1 238.1
Yusuf membawa lima dari antara saudara-saudaranya itu untuk menghadap kepada Firaun dan menerima dari padanya jaminan akan tanah tersebut sebagai tempat kediaman mereka pada hari-hari mendatang. Rasa terima kasih kepada perdana menterinya itu telah mendorong raja untuk menghormati mereka dengan mengangkat mereka kepada jabatan-jabatan penting di negeri Mesir, tetapi Yusuf, yang setia kepada penyembahan Allah, berusaha untuk menyelamatkan saudara-saudaranya dari godaan-godaan yang akan mereka hadapi di istana orang kapir itu; oleh sebab itu ia menasihatkan mereka, agar bilamana ditanyai oleh raja, mereka memberitahukan dengan jujur tentang pekerjaan mereka. Anak-anak Yakub itu mentaati nasihat itu, dan dengan seksama memberitahukan juga bahwa mereka telah datang sekedar untuk menumpang di negeri Mesir dan bukan untuk menjadi penghuni yang menetap di sana, dengan demikian mereka mempunyai hak untuk meninggalkan tempat itu jikalau mereka mau. Raja menetapkan bagi mereka satu tempat tinggal, seperti yang ditawarkannya, di “tempat yang terbaik dalam negeri itu: yaitu negeri Gosyen.” PB1 238.2
Tidak lama setelah mereka tiba Yusuf juga membawa bapanya untuk menghadap raja. Yakub adalah seorang asing di istana bangsawan itu; tetapi di tengah-tengah alam kejadian yang megah itu ia telah berhubungan dengan seorang Raja yang lebih berkuasa; dan sekarang, dengan kesadaran bahwa dirinya lebih agung, ia mengangkat kedua belah tangannya dan memberkati Firaun. PB1 239.1
Di dalam ucapan selamatnya yang pertama kepada Yusuf, Yakub telah berkata-kata seolah-olah, dengan kegembiraan yang mengakhiri kecemasan serta kesedihannya yang telah lama dideritanya itu, ia sudah sedia untuk mati. Tetapi tujuh belas tahun lamanya lagi ia diizinkan untuk menikmati tempat istirahatnya yang tenang itu di tanah Gosyen. Tahun-tahun ini merupakan masa yang berbahagia yang berbeda daripada tahun-tahun yang mendahuluinya. Ia melihat di dalam diri anak-anaknya bukti daripada pertobatan yang sejati; ia melihat keluarganya dikelilingi oleh segala macam keadaan yang diperlukan untuk perkembangan satu bangsa yang besar; dan imannya memegang janji yang pasti bahwa mereka akan berdiri dengan teguh di Kanaan di masa mendatang. Ia sendiri dikelilingi oleh segala bukti tentang kasih serta kebaikan yang dapat diberikan oleh Perdana Menteri Mesir itu; dan dalam keadaan yang berbahagia di samping anaknya yang sudah lama hilang itu, Yakub dengan tenang telah menghembuskan nafasnya yang penghabisan. PB1 239.2
Apabila ia merasa bahwa kematian akan segera tiba, ia telah memanggil Yusuf. Sambil berpegang teguh kepada janji Allah sehubungan dengan hal memiliki tanah Kanaan, ia berpesan, “Jikalau kiranya engkau kasih akan daku, bubuhlah tanganmu di bawah pangkal pahaku serta buatlah kebajikan dan setia akan daku, dan janganlah kiranya engkau kuburkan aku di Mesir. Melainkan biarlah aku dikuburkan setempat dengan leluhurku, hendaklah engkau membawa akan daku dari Mesir dan tanamkanlah aku dalam kubur mereka itu.” Yusuf berjanji akan melakukannya seperti itu, tetapi Yakub belum puas; ia menuntut satu sumpah yang khidmat bahwa Yusuf akan membaringkan dia di samping leluhurnya di goa Makhpelah. PB1 239.3
Satu perkara penting lainnya memerlukan perhatian; anak-anak Yusuf harus secara resmi ditetapkan di antara anak-anak Israel. Yusuf, yang datang untuk berbicara dengan bapanya untuk terakhir kalinya, telah membawa bersama-sama dengan dia Efrayim dan Manasye. Kedua anak muda ini, melalui ibu mereka telah dihubungkan dengan tingkat tertinggi daripada keimamatan Mesir; dan kedudukan daripada bapa mereka telah membuka jalan bagi mereka untuk dapat memperoleh kekayaan serta kehormatan, kalau saja mereka memilih untuk menghubungkan diri dengan orang-orang Mesir. Namun demikian, adalah kehendak Yusuf agar mereka menggabungkan diri dengan bangsa mereka sendiri. Ia menyatakan imannya dalam perjanjian itu, dan atas nama anak-anaknya itu, ia mau meninggalkan segala kehormatan yang dapat diberikan oleh istana Mesir, untuk memperoleh satu tempat di antara bangsa gembala yang hina itu, kepada siapa telah dipercayakan hukum Allah. PB1 239.4
Yakub berkata, “Maka sekarang kedua anakmu, yaitu Efrayim dan Manasye, yang diperanakkan bagimu di tanah Mesir dahulu daripada datangku kepadamu di Mesir ini, akulah yang empunya dia, yaitu seperti Ruben dan Simeon aku empunya dia.” Mereka harus diangkat sebagai anaknya sendiri, dan akan menjadi pemimpin daripada suku-suku yang terpisah. Dengan demikian salah satu daripada kesempatan-kesempatan hak kesulungan itu, yang telah ditinggalkan oleh Ruben, jatuh ke tangan Yusuf—yaitu dua bahagian di dalam Israel. Mata Yakub sudah kabur oleh usianya yang sudah lanjut itu, dan ia tidak mengetahui akan kehadiran kedua orang muda itu; tetapi sekarang, samarsamar ia melihat bentuk tubuh mereka, dan ia berkata, “Siapakah mereka ini?” Pada waktu diberitahukan siapa mereka itu, ia menambahkan, “Bawa apalah keduanya kepadaku, supaya aku memberkati mereka itu.” Apabila mereka datang lebih dekat kepadanya, Yakub memeluk dan mencium mereka, dan dengan khidmat meletakkan tangannya di atas kepala mereka dan memberkatinya. Kemudian ia telah melayangkan doa, “Bahwa Allah, di hadapan hadiratNya sudah berjalan leluhurku Ibrahim dan Ishak, yaitu Allah yang telah memeliharakan daku daripada ketika jadiku sampai sekarang ini, bahwa Malaikat yang telah melepaskan aku daripada segala jahat, Ia juga kiranya memberkati kedua anak ini.” Sekarang ini tidak ada lagi roh untuk bergantung kepada diri sendiri, tidak lagi berharap kepada akal dan kuasa manusia. Allah telah menjadi penyelamat dan penolongnya. Tidak ada lagi persungutan tentang hari yang penuh derita di masa yang telah silam. Segala ujian serta kesukaran-kesukarannya itu tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang “melawan” dia. Pikirannya hanya mengingat rahmat serta kebajikanNya yang telah menjadi bahagiannya selama masa pengembaraannya. PB1 240.1
Upacara pemberkatan itu telah berakhir, dan Yakub telah memberikan jaminan kepada anaknya—sambil meninggalkan bagi generasi mendatang, selama tahun-tahun perhambaan serta kesedihan itu, kesaksian akan imannya—”Bahwasanya ajalku akan sampai, tetapi kamu akan disertai Allah dan Allah juga akan memulangkan kamu ke dalam negeri leluhurmu.” Akhirnya semua anak-anak Yakub berkumpul di sekeliling tempat tidurnya. Dan Yakub memanggil anak-anaknya dan berkata, “Berhimpunlah kamu serta dengarlah, hai anak-anak Yakub! dengarlah akan perkataan Israel, bapamu.” “Berhimpunlah kamu, maka aku hendak memberitahu kamu barang yang akan berlaku atasmu pada kemudian hari.” Sering, dan dengan penuh kerinduan, ia memikir-mikirkan tentang masa depan mereka, dan telah berusaha untuk membayangkan dalam dirinya sendiri tentang sejarah daripada suku-suku bangsa yang berbeda-beda itu. Sekarang apabila anak-anaknya itu menunggu-nunggu untuk menerima berkatnya yang terakhir maka Roh Ilham itu telah turun ke atasnya dan di hadapannya di dalam khayal nabi, masa depan keturunannya telah dibentangkan. Satu demi satu nama-nama anaknya itu disebutkan, tabiat masing-masing mereka digambarkan, dan sejarah masa depan dari suku-suku bangsa itu secara ringkas telah diramalkan. PB1 240.2
“Hai Ruben! engkaulah anak sulungku dan kuatku dan permulaan kuasaku, yang terindah kemuliaannya dan terindah kuasanya.” PB1 241.1
Dengan demikian Yakub menggambarkan apa yang akan menjadi kedudukan Ruben sebagai anak sulung; tetapi dosanya yang keji di Edar telah menjadikan dia tidak layak untuk menerima berkat hak kesulungan itu. Yakub melanjutkan, “Bergelembunglah seperti dari air; maka tiada engkau lagi yang terutama.” PB1 241.2
Keimamatan ditetapkan kepada Lewi, kerajaan serta janji Mesias kepada Yehuda, dan dua bahagian daripada pusaka itu kepada Yusuf. Suku bangsa Ruben tidak pernah bangkit menjadi yang terutama di antara bangsa Israel, jumlahnya tidak sebanyak seperti Yehuda, Yusuf atau Dan, dan ia berada di antara mereka yang pertama-tama di bawa ke dalam tawanan. PB1 241.3
Urutan yang berikutnya dalam usia setelah Ruben adalah Simeon dan Lewi. Mereka telah bersatu dalam tindakan yang kejam terhadap orang-orang Sikhem, dan juga merekalah yang paling bersalah dalam peristiwa penjualan Yusuf. Tentang mereka dikatakan: PB1 241.4
“Maka aku akan membagi-bagi mereka itu di antara bani Yakub dan mencerai-beraikan mereka itu di antara orang Israel.” PB1 241.5
Pada waktu menghitung bangsa Israel, sesaat sebelum mereka memasuki Kanaan, Simeon merupakan suku yang paling sedikit jumlahnya. Musa, di dalam mengucapkan berkatnya yang terakhir tidak menyebutkan tentang Simeon. Di dalam pembagian tanah Kanaan suku ini hanya memperoleh bahagian yang sedikit saja dari tanah Yehuda, dan keluarga-keluarga itu bilamana kemudian telah menjadi kuat telah membentuk kelompok-kelompok yang berbeda-beda dan bermukim di daerah di luar perbatasan Tanah Suci. Lewi juga tidak menerima pusaka kecuali empat puluh delapan kota yang tersebar di bagian yang berbeda-beda di negeri itu. Namun demikian, sehubungan dengan suku bangsa ini, kesetiaan mereka kepada Allah di saat-saat suku-suku yang lainnya telah murtad, telah melayakkan mereka untuk diangkat sebagai pengurus-pengurus daripada upacara-upacara kaabah yang suci itu, dan dengan demikian kutuk itu telah berubah menjadi satu berkat. PB1 241.6
Berkat-berkat hak kesulungan yang mulia itu telah dipindahkan kepada Yehuda. Arti daripada namanya—yang menggambarkan puji-pujian—dipaparkan di dalam sejarah nubuatan suku bangsa ini: PB1 242.1
“Adapun akan engkau, hai Yehuda! Engkau akan dipuji oleh segala saudaramu, maka tanganmu akan menekan tengkuk segala seterumu, dan segala anak bapamu akan menundukkan dirinya di hadapanmu. Yehuda itu anak singa adanya. Dengan rampasan, hai anakku! engkau telah naik. Maka ia berlingkar dan berderum seperti singa, seperti singa tua. Siapa gerangan akan membangunkan dia? Bahwa tongkat kerajaan itu tiada akan undur daripada Yehuda dan pemberi hukumpun tidak dari antara kakinya, sehingga datanglah Silo, maka kepadanyalah segala bangsa akan menurut.” PB1 242.2
Singa, siraja hutan itu, merupakan satu lambang yang cocok bagi suku bangsa ini, yang dari dalamnya datang Daud, Silo, “Singa dari suku Yehuda” yang sebenarnya, yang kepadanya segala kuasa akhirnya akan tunduk, dan segala bangsa akan memberi hormat. PB1 242.3
Bagi kebanyakan anak-anaknya itu, Yakub telah meramalkan satu masa depan yang makmur. Akhirnya nama Yusuf disebutkan, dan hati Yakub terharu apabila ia mengucapkan berkat ke atas “kepala dia yang terpisah dari saudara-saudaranya.” PB1 242.4
“Maka Yusuf itu suatu cabang pohon yang berbuah-buah, suatu cabang pohon yang berbuah pada sisi mata air, maka ranting-rantingnya melata pada pagar tembok yang tinggi. Bahwa orang-orang pemanah telah menyusahi dia sangat dan dibetulinya akan dia dengan garangnya. Tetapi panahnya tinggal terbentang juga, dan lengannya dan tangannyapun dengan akasnya, oleh pertolongan Aliahnya Yakub yang Mahakuasa, oleh penunggu batu Israel. Oleh Allah bapamu, yang akan menolong engkau, oleh Allah Mahakuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari langit di atas dan berkat mata air yang dalam-dalam dan berkat susu dan berkat rahim. Adapun berkat bapamu itu melebihi segala berkat leluhurku sampai-sampai kepada segala kesedapan bukit yang kekal, ia itu akan turun kepada kepala Yusuf, kepada batu kepala dia, yang bermahkota di antara segala kakak adiknya.” PB1 242.5
Yakub adalah seorang yang selalu mempunyai belas kasihan yang hangat dan dalam; kasihnya terhadap anak-anaknya amat besar, kesaksiannya disaat-saat menjelang kematiannya itu kepada mereka bukanlah merupakan ucapan-ucapan yang memihak ataupun ucapan yang disertai kemarahan. Ia telah mengampuni mereka semua, dan ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Kelemah-lembutannya sebagai orang tua telah dinyatakannya hanya dalam kata-kata yang penuh dengan dorongan serta pengharapan; tetapi kuasa Allah ada padanya, dan di bawah pengaruh Ilham ia dipaksa untuk menyatakan kebenaran sekalipun menyakitkan. PB1 244.1
Setelah mengucapkan berkat-berkatnya yang terakhir, Yakub mengulangi kembali pesan sehubungan dengan tempat penguburannya: “Bahwa aku ini pulang kepada asalku, kuburkanlah aku di tempat leluhurku . . . yaitu di dalam goa di bendang yang Makhpela.” “Maka di sanalah dikuburkan orang Ibrahim dan Sarah, isterinya; di sanapun dikuburkan Ishak dan Ribkah, isterinya, dan di sana juga telah kukuburkan Lea.” Dengan demikian tindakan yang terakhir dalam hidupnya telah menyatakan imannya akan janji Allah. PB1 244.2
Tahun-tahun yang terakhir kehidupan Yakub merupakan satu senja yang penuh damai dan ketenangan setelah melewati hari yang penuh kesusahan dan kelelahan. Awan gelap menyelubungi jalannya, tetapi mataharinya bersinar dengan terang, dan sinar sorga menerangi jam perpisahannya. Kata Alkitab, “Pada waktu petang akan jadi terang!” Zakharia 14:7. “Ingatlah akan orang yang tulus hatinya dan pandanglah akan orang yang betul, karena pada akhirnya kelak orang itu selamat adanya.” Mazmur 37:37. PB1 244.3
Yakub telah berdosa dan benar-benar menderita. Tahun-tahun yang penuh kesulitan dan duka telah menjadi bahagiannya semenjak hari di mana dosanya yang besar itu telah menyebabkan dia lari dari kemah bapanya. Sebagai seorang pengungsi yang tidak mempunyai tempat tinggal, terpisah dari ibunya, yang tidak pernah dilihatnya lagi; bekerja selama tujuh tahun untuk memperoleh orang yang dikasihinya, kemudian ditipu secara keji; bekerja selama dua puluh tahun untuk melayani seorang yang tamak dan serakah; melihat kekayaannya bertambah-tambah dan anak-anaknya bertumbuh di sekelilingnya tetapi menikmati sedikit saja kebahagiaan dalam rumah tangga yang penuh sengketa dan terpecah; tertekan oleh kehinaan yang diperbuat oleh anak perempuannya, oleh perbuatan balas dendam anak-anak lelakinya, oleh kematian Rakhel, oleh kejahatan Ruben yang keji itu, oleh dosa Yehuda, oleh penipuan serta perbuatan yang kejam terhadap Yusuf—betapa panjang dan gelapnya catatan kejahatan-kejahatan itu terbentang di hadapannya! Berulang-ulang ia telah memetik buah-buah perbuatan salahnya yang pertama itu. Berulang-ulang ia melihat dosa yang telah dilakukannya itu diperbuat kembali oleh anak-anaknya. Tetapi bagaimanapun getirnya disiplin itu, hal itu telah melaksanakan tugasnya. Hukuman itu bagaimanapun sakitnya, telah menghasilkan “kebenaran sebagai buahnya yang mendatangkan sentosa.” Ibrani 12:11. PB1 244.4
Pena ilham dengan setia mencatat kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang baik, mereka telah diasingkan menurut kesukaan Allah; sesungguhnya, kesalahan mereka itu lebih banyak ditampilkan daripada jasa-jasa baik mereka. Hal ini telah menjadi sesuatu yang membingungkan banyak orang, dan telah memberikan peluang kepada orang yang tidak percaya itu untuk mengolok-olok Kitab Suci. Tetapi ini adalah salah satu bukti yang paling kuat akan kebenaran Alkitab; di mana kenyataan tidak pernah disembunyikan, ataupun dosa-dosa daripada tokoh-tokoh terkemuka yang tersurat di dalamnya tidak pernah ditutuptutupi. Pikiran manusia sangat cenderung untuk mempunyai prasangka sehingga mustahil bagi sejarah manusia itu ditulis bebas daripada sifat memihak. Jikalau Alkitab itu telah ditulis oleh orang-orang yang tidak diilhami, maka tidak diragukan lagi itu akan menampilkan sifat tokohtokoh yang terkemuka itu dalam satu cara yang lebih bersifat memuji-muji. Tetapi sebagaimana adanya, kita memiliki satu catatan yang benar tentang pengalaman mereka. PB1 245.1
Manusia yang disukai Allah, dan yang kepadanya Dia telah mempercayakan tanggung jawab-tanggung jawab yang besar sering dikalahkan oleh godaan-godaan dan berbuat dosa, sebagaimana halnya kita pada zaman sekarang ini bergumul, terombang-ambing dan sering jatuh ke dalam perbuatan yang salah. Kehidupan mereka, dengan segala kesalahan-kesalahan serta tindakan-tindakan mereka yang bodoh, terbentang di hadapan kita, agar menjadi dorongan dan juga amaran. Jikalau mereka itu ditampilkan sebagai orang-orang yang seolah-olah bebas dari kesalahan, maka kita, dengan sifat alamiah kita yang berdosa ini, akan menjadi putus asa melihat segala kesalahan-kesalahan serta kegagalan kita. Tetapi dengan melihat bahwa orang-orang lainpun bergumul melalui kekecewaan-kekecewaan seperti halnya kita sendiri, bahwa merekapun jatuh kepada godaan sebagaimana kitapun pernah alami, tetapi kemudian bangkit lagi dan menang oleh anugerah Allah, maka kitapun mendapat dorongan untuk bergumul mencapai kebenaran. Sebagaimana mereka, sekalipun sering dipukul mundur tetapi kemudian maju lagi dan diberkati Allah, maka kitapun dapat menjadi pemenang-pemenang dengan kekuatan yang berasal dari Yesus. Sebaliknya, catatan hidup mereka berguna sebagai satu amaran bagi kita. Itu menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan begitu saja orang-orang yang bersalah. Ia memperhatikan dosa-dosa orang yang paling berkenan kepadaNya sekalipun, dan Ia memperlakukan diri mereka dengan lebih ketat daripada terhadap mereka yang mempunyai lebih sedikit terang serta tanggung jawab yang lebih kecil. PB1 245.2
Setelah penguburan Yakub, kembali rasa takut memenuhi hati saudarasaudara Yusuf. Sekalipun keramah-tamahan yang ditunjukkannya kepada mereka, perasaan bersalah menjadikan mereka bersikap curiga dan tidak percaya. Boleh jadi Yusuf telah menunda untuk membalas dendam kepada mereka karena rasa hormatnya kepada bapa mereka, dan sekarang ia akan menjatuhkan hukuman terhadap diri mereka atas segala kejahatan yang telah mereka lakukan. Mereka tidak berani datang kepada Yusuf melainkan telah mengirimkan satu pesan: “Bahwa dahulu daripada matinya bapamu telah berpesan, katanya: Demikian katakanlah kepada Yusuf: Ampunilah kiranya salah segala saudaramu dan dosanya; karena mereka itu telah berbuat jahat akan dikau; tetapi sekarang ampunilah kiranya salah hamba-hamba Allah bapamu itu.” Pesan ini telah membuat Yusuf menangis dan terharu; saudara-saudaranya datang dan bersujud di hadapannya sambil berkata, “Bahwa sesungguhnya kami sekalian ini menjadi hambamu.” Kasih Yusuf terhadap saudara-saudaranya amat dalam, dan tidak bersifat mementingkan diri, dan hatinya merasa sakit memikirkan bahwa saudara-saudaranya itu menyangka bahwa dia menyimpan roh membalas dendam kepada mereka. Ia berkata, “Janganlah kamu takut! Adakah aku ini akan ganti Allah? Sungguhpun kamu telah mereka jahat akan daku, tetapi itu direka Allah juga akan kebajikan, hendak diadakannya seperti yang ada sekarang ini, yaitu akan menghidupi suatu bangsa yang besar adanya. Maka sekarang janganlah kamu takut, karena aku akan memeliharakan kamu dan segala anak-anakmu.” PB1 246.1
Kehidupan Yusuf menggambarkan kehidupan Kristus. Adalah rasa cemburu yang telah menggerakkan hati saudara-saudaranya untuk menjual dia sebagai seorang budak; mereka mengharapkan agar dapat menghalangi dia supaya jangan ia menjadi lebih besar daripada mereka. Dan apabila ia dibawa ke Mesir, mereka merasa lega karena mereka tidak akan dipusingkan lagi oleh mimpi-mimpinya itu, dan mereka telah menghapus segala kemungkinan bahwa mimpi itu akan digenapkan. Tetapi perjalanan hidup mereka sendiri telah diatur oleh Allah sedemikian rupa sehingga telah mengakibatkan berlakunya peristiwa yang mereka coba halangi. Demikian pula tua-tua dan imam-imam orang Yahudi merasa cemburu terhadap Kristus, takut bahwa Dia akan mengalihkan perhatian orang banyak dari mereka. Mereka bunuh Dia untuk menghalangi agar Dia jangan menjadi raja, tetapi justru tindakan mereka itulah yang telah menyebabkan berlakunya hal itu. PB1 246.2
Yusuf, melalui perhambaannya di Mesir, menjadi seorang juruselamat bagi keluarga bapanya; tetapi kenyataan ini tidaklah mengurangi kesalahan saudara-saudaranya. Demikian pula penyaliban Kristus oleh musuh-musuhNya telah menjadikan Dia sebagai Penebus umat manusia, Juruselamat umat yang berdosa, dan Pemerintah segenap dunia; tetapi kejahatan daripada pembunuh-pembunuhNya itu sama kejamnya seolah-olah tangan pimpinan Allah tidak mengendalikan peristiwa-peristiwa untuk kemuliaanNya, dan kebajikan manusia. PB1 247.1
Sebagaimana Yusuf dijual kepada orang kapir oleh saudara-saudaranya sendiri, demikian pula Kristus telah dijual kepada musuh-musuhNya yang paling besar oleh salah seorang dari murid-muridNya. Yusuf dituduh secara palsu dan dimasukkan ke dalam penjara oleh sebab perbuatan baiknya; demikian pula Kristus telah dinista dan ditolak oleh sebab kehidupanNya yang benar dan penuh penyangkalan diri itu merupakan satu tempelakan kepada dosa; dan walaupun tidak pernah berbuat kesalahan Ia telah dihukum atas dasar kesaksian-kesaksian yang palsu. Dan kelemah-lembutan serta kesabaran Yusuf dalam menghadapi tekanan dan ketidak-adilan, roh suka mengampuni dan sifat kedermawanan yang agung terhadap saudarasaudaranya yang kejam itu, menggambarkan kesabaran Juruselamat pada waktu menghadapi kekejaman serta cemoohan orang-orang jahat, dan juga roh suka mengampuni bukan saja kepada pembunuh-pembunuhNya, tetapi bagi semua orang yang telah datang kepadaNya sambil mengaku dosa-dosa mereka sambil meminta keampunan. PB1 247.2
Yusuf hidup lima puluh empat tahun lebih lama daripada bapanya. Ia hidup hingga dapat menyaksikan “anak cucu Efrayim sampai kepada sunat yang ketiga; dan lagi tatkala jadi anak-anak Makhir bin Manasye, diletakkan oranglah akan dia di ribaan Yusuf.” Ia menyaksikan kemakmuran serta bertambah besarnya bangsanya itu, dan sepanjang tahun-tahun hidupnya imannya terhadap janji Allah untuk mengembalikan bani Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak pernah goyah. PB1 247.3
Bilamana ia melihat bahwa akhir hidupnya telah dekat, ia mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk menghadap kepadanya. Sekalipun ia dihormati di dalam negeri Firaun itu, Mesir baginya hanyalah merupakan tempat pembuangannya; tindakannya yang terakhir ialah menegaskan bahwa ia telah memadukan nasibnya bersama-sama dengan Israel. Pesannya yang terakhir adalah, “Maka sesungguhnya Allah akan mengunjungi kamu dan kamu akan dibawanya keluar dari dalam negeri ini naik ke tanah yang telah dijanjikanNya kepada Ibrahim dan Ishak dan Yakub pakai sumpah.” Dan iapun telah mengambil satu sumpah yang khidmat dari anak-anak Israel itu bahwa mereka akan memindahkan tulang-tulangnya ke Tanah Kanaan. “Maka Yusufpun matilah pada umur seratus sepuluh tahun, maka dirempahrempahi oranglah akan dia, lalu ditaruhlah akan dia dalam sebuah keranda di negeri Mesir.” Dan sepanjang abad-abad penderitaan yang berikutnya, peti mayat itu, sebagai satu peringatan akan pesan Yusuf yang terakhir, memberikan kesaksian kepada Israel bahwa mereka itu hanyalah sekedar pengembara di negeri Mesir, dan mengajak mereka untuk selalu memusatkan pengharapan mereka ke Tanah Perjanjian itu, karena saat kelepasan pasti akan datang. PB1 247.4