Ketika murid-murid memasuki ruangan atas, hati mereka penuh dengan perasaan sakit hati. Yudas mendesak mencari tempat di sebelah kiri Kristus; Yohanes di sebelah kanan. Kalau ada tempat tertinggi, Yudas bertekad mendapatnya, dan tempat itu di duga di dekat Kristus. Dan Yudas adalah seorang pengkhianat. NBS 141.8
Penyebab perselisihan yang lain telah timbul. Pada suatu pesta biasanya seorang hamba harus mencuci kaki para tamu, dan pada kesempatan ini persiapan telah diadakan untuk upacara itu. Kendi, baskom, dan handuk sudah ada, tersedia untuk pembasuhan kaki; tetapi tidak ada hamba yang hadir dan murid-muridlah yang sebenarnya harus melakukannya. Tetapi setiap murid, yang tidak mau meninggalkan sifat kesombongan, menentukan tidak mau melakukan pekerjaan seorang hamba. Semuanya menunjukkan sikap acuh tak acuh yang dingin, tampaknya tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang harus mereka lakukan. Oleh sifat berdiam diri mereka enggan merendahkan diri. NBS 141.9
Murid-murid tidak beringsut sedikit pun untuk melayani satu dengan yang lain. Yesus menunggu seketika lamanya untuk melihat apa yang akan mereka perbuat. Kemudian Ia, Guru Ilahi, berdiri dari meja. Setelah mengesampingkan jubah luar-Nya yang dapat menghalangi gerakan-Nya, diambil-Nya sebuah handuk, dan diikat-Nya pinggang-Nya. Dengan perhatian yang penuh keheranan murid-murid melihatnya, dan dengan tenang melihat apa yang terjadi seterusnya. “Setelah itu Ia menuang ke dalam sebuah bokor, lalu mulai membasuh kaki murid- murid-Nya dan menyapu dengan kain yang terikat di pinggang-Nya itu.” Tindakan ini membuka mata murid-murid. Perasaan malu dan kerendahan yang sangat pahit memenuhi hati mereka. Mereka mengerti tempelakan yang tidak diucapkan itu, dan melihat keadaan diri mereka sendiri dalam suatu terang yang baru. NBS 142.1
Demikianlah Kristus mengungkapkan kasih-Nya bagi murid-murid-Nya. Roh mereka yang mementingkan diri memenuhi hati-Nya dengan kesedihan, tetapi Ia tidak berbantah dengan mereka suatu teladan yang tidak pernah akan mereka lupakan. Kasih-Nya bagi mereka tidak mudah diganggu atau dipadamkan. Ia mengetahui bahwa Bapa telah memberikan segala sesuatu kepada-Nya, dan Ia datang dari Allah, dan pergi kepada Allah. Ia menyadari benar-benar akan keilahian-Nya; tetapi Ia telah mengesampingkan mahkota kerajaan-Nya serta jubah kerajaan-Nya, dan telah mengenakan rupa seorang hamba. Salah satu perbuatan terakhir dari kehidupan-Nya di bumi ini ialah mengikat pinggang-Nya sebagai seorang hamba, dan melakukan tugas seorang hamba. NBS 142.2
Kristus menghendaki agar murid-murid-Nya mengerti bahwa meskipun Ia telah mencuci kaki mereka, hal ini sekali-kali tidak mengurangi keagungan-Nya. “Kamu ini memanggil Aku Guru dan Tuhan, maka betullah katamu itu, karena Akulah Dia.” Dan karena tidak terbatas kebesaran-Nya, diberikan-Nya anugerah dan makna pada upacara itu. Tidak seorang pun begitu ditinggikan seperti Kristus, dan meskipun demikian Ia menundukkan diri-Nya untuk melakukan kewajiban yang paling hina. Supaya umat-Nya tidak disesatkan oleh sifat mementingkan diri yang terdapat dalam hati jasmani, dan yang diperkuat oleh melayani diri sendiri, Kristus sendiri memberikan teladan kerendahan hati. Ia tidak mau meninggalkan pokok pelajaran yang besar ini dalam tangan manusia. Ia menganggapnya sangat besar artinya, sehingga Ia Sendiri, Seorang yang setara dengan Allah, bertindak sebagai hamba bagi murid-murid-Nya. Sementara mereka berlomba-lomba mencari kedudukan tertinggi, Ia yang kepada-Nya setiap insan bertelut, Ia yang dianggap layak dihormati oleh malaikat-malaikat, menundukkan diri untuk mencuci kaki orang- orang yang memanggil Dia Tuhan. Ia mencuci kaki orang yang mengkhianati-Nya. NBS 142.3
Sekarang, setelah mencuci kaki murid-murid, berkatalah Ia, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:15). Dalam perkataan ini Kristus bukan saja menyuruh mempraktikkan sifat suka melayani tamu. Lebih banyak perkara yang dimaksudkan daripada hanya sekadar mencuci kaki para tamu untuk mengeluarkan debu yang melekat di kaki karena perjalanan. Di sini Kristus sedang mendirikan dan menetapkan suatu upacara agama. Oleh perbuatan Tuhan kita upacara kerendahan hati ini dijadikan suatu upacara yang suci. Upacara itu harus diadakan oleh murid- murid, agar mereka selamanya ingat akan pelajaran kerendahan hati dan pelayanan. NBS 142.4