Apakah engkau sudah pernah melihat burung elang memburu seekor burung dara? Perasaan hayat (naluri) mengajar burung dara itu, bahwa supaya burung elang bisa menangkap mangsanya, dia harus terbang lebih tinggi daripadanya. Sebab itu dia terbang makin lama makin tinggi ke dalam lurung langit yang biru, sementara dia dikejar oleh burung elang itu, yang berusaha menyusul dia. Tetapi sia-sia. Burung dara itu masih sentosa selama dia tidak biarkan sesuatu apa menghentikan dia atau menarik dia ke bawah; tetapi jikalau dia mulai bimbang serta mulai terbang lebih rendah, maka dengan sekejap mata saja musuhnya akan menangkap dia. Sudah banyak kali kita melihat kejadian sedemikian dengan perhatian besar, dan perasaan belas kasihan kita ada di pihak burung dara yang kecil itu. Betapa sedih perasaan kita kalau dia tertangkap oleh burung elang yang bengis itu. AML 95.3
Di hadapan kita ada satu peperangan,—satu perjuangan hebat seumur hidup kita melawan setan, dan segala bujukan pencobaannya. Musuh itu akan memakai segala dalil, segala tipu daya, untuk menjerat jiwa; maka supaya kita bisa mendapat makota kehidupan, kita mesti mengerahkan daya upaya dengan rajin dan tekun. Kita sekali-kali jangan melepaskan segala senjata kita atau meninggalkan medan peperangan sebelum kita mendapat kemenangan dan bersorak-sorak dengan Penebus kita. Selama kita masih memandang Permulaan dan Kesudahan percaya kita, kita akan selamat. Tetapi kenang-kenangan kita harus ditujukan kepada perkara-perkara yang di atas, jangan kepada perkara-perkara yang di dunia ini. Dengan adanya percaya, kita harus makin lama makin naik lebih tinggi dalam mencapai karunia Kristus. Dengan memikirkan tiap-tiap hari keelokanNya yang tidak terhingga itu, seharusnya kita makin lama makin bertumbuh menurut teladanNya yang mulia itu. Sementara itu kita hidup berhubungan dengan surga, maka setan tidak akan berhasil memasang jeratnya terhadap kita. — The Youth’s Instructor, 12 Mei 1898. AML 95.4