Orang-orang yang bekerja seberapa mereka bisa dalam usaha berbuat kebaikan kepada orang-orang lain, dengan menunjukkan perhatiannya dengan perbuatan kepada mereka itu, bukan saja meringankan kesusahan kehidupan manusia dengan menolong memikul tanggungan mereka, melainkan pada waktu itu juga mereka menambahkan kesehatan tubuh dan jiwanya sendiri. Berbuat kebajikan adalah satu pekerjaan yang menguntungkan bagi si pemberi, demikianpun si penerima. Jikalau engkau sampai lupa akan dirimu oleh sebab engkau mementingkan diri orang lain, maka engkau mendapat kemenangan atas kelemahan-kelemahan mu sendiri. Kepuasan hati yang engkau akan rasa dalam berbuat kebaikan akan menolong banyak padamu dalam mendapatkan kembali keadaan angan-angan hati yang sehat. AML 193.1
Kesenangan dalam berbuat kebaikan menyegarkan pikiran serta menghidupkan segenap tubuh. Sementara muka orang-orang yang murah hati bercahaya-cahaya dengan kesukaan dan air mukanya menyatakan ketinggian semangat batinnya, dan muka orang-orang tamaha dan kikir kelihatan tawar hati, putus harap dan suram. Cacat-cacat batinnya kelihatan pada air mukanya. Perasaan tamaha dan cinta akan diri sendiri memperlihatkan gambarnya pada keadaan lahir manusia. AML 193.2
Orang itu, yang terajak oleh kesukaan yang benar akan berbuat kebajikan, adalah seorang yang mempunyai bahagian dalam tabiat ilahi, yang sudah terlepas dari kebinasaan yang ada dalam dunia ini oleh nafsu daging. Sebaliknya orang-orang tamaha dan loba itu sudah memelihara kekikirannya sehingga sudah dikeringkannya iba hati mereka terhadap sesamanya manusia dan mukanya lebih menyatakan gambar iblis daripada muka seorang yang telah dibersihkan dan disucikan. —Testimonies for the Church, Jilid 2, hal. 534. AML 193.3