Saudara-saudara yang memelihara hari Sabat, yang menyerahkan tang-gung jawab penatalayanan mereka ke dalam tangan isteri mereka, disaat mereka sendiri sanggup menanganinya, berarti bertindak kurang bijaksana, dan dalam pemindahan tugas ini mereka tidak berkenan pada Allah. Penatalayanan suami tak dapat dipindahkan kepada isteri. Namun hal ini seringkali dicoba dan membawa bahaya yang besar bagi keduanya. NP 178.4
Seorang suami umat percaya seringkah telah memindahkan harta milik-nya kepada isterinya yang bukan orang percaya, karena berharap dengan berbuat demikian akan memadamkan perlawanannya dan akhirnya membujuk dia untuk percaya akan kebenaran. Tetapi ini tak lebih daripada membeli damai, atau menyewa si isteri untuk mempercayai akan kebenaran. Harta yang telah dipinjamkan Allah untuk memajukan pekerjaanNya, sang suami pindahkan pada seorang yang tidak mempunyai simpati pada kebenaran. Pertanggungjawaban apakah yang akan diberikan oleh jurukunci yang semacam itu apabila Tuhan menuntut milikNya dengan bungaNya? NP 179.1
Para orang tua yang beriman seringkali memindahkan harta mereka ke-pada anak-anak yang tidak beriman, dengan jalan itu mereka tidak mau memberikan pada Allah apa yang menjadi milikNya. Dengan berbuat demikian, mereka menyingkirkan tanggung jawab yang telah diletakkan Allah di atas mereka, dan memasukkan ke dalam kuasa setan uang yang telah dipercayakan Allah kspada mereka untuk dikembalikan kepadaNya dengan cara menanamnya di dalam pekeijaanNya bila Ia akan menuntutnya dari mereka. NP 179.2
Bukanlah perintah Allah, bahwa orang tua yang masih sanggup mengatur usaha mereka sendiri, harus memberikan pengurusan harta mereka kepada anak-anak mereka yang tidak seiman. Anak-anak ini jarang memiliki pengabdian pada pekerjaan Tuhan seperti sepatutnya harus mereka lakukan, mereka tidak disekolahkan di dalam derita dan sengsara sehingga dapat memberi nilai yang besar atas perkara sorga, dan kurang pada perkara-perkara duniawi. Harta yang diserahkan pada anak-anak yang semacam ini adalah merupakan kejahatan yang paling besar. Ini merupakan suatu pencobaan pada mereka untuk menaruh kasih pada dunia dan menaruh harap pada harta dan merasa bahwa mereka perlu hanya sedikit tambahan lagi. Apabila harta yang mereka telah peroleh bukan oleh usaha mereka sendiri menjadi milik mereka, jarang sekali mereka menggunakan itu dengan bijaksana. NP 179.3
Sang suami yang memindahkan hartanya kepada isterinya membuka baginya suatu pintu pencobaan yang lebar, baik dia seorang percaya atau bukan seorang percaya. Jikalau sang isteri itu seorang percaya dan biasanya kikir, dia akan cenderung kepada cinta diri dan loba, peperangan akan lebih berat baginya dengan penatalayanan suaminya dan miliknya untuk mengaturnya. Agar selamat, ia harus mengalahkan segala keanehan seperti itu, sifatsifat jahat, dan harus meniru tabiat Tuhannya, dengan mencari kesempatan, untuk berbuat baik pada orang lain, mencintai orang lain sebagaimana Kristus telah mencintai kita. Isteri itu haruslah memupuk karunia cinta yang indah yang dimiliki oleh Juruselamat kita. Hidup Kristus dijiwai oleh ke-dermawanan hati yang agung dan tidak mengharapkan balasan. Seluruh hi-dupNya tidak dinodai oleh satu perbuatan yang mementingkan diri. NP 179.4
Apa saja motif sang suami, janganlah dia meletakkan suatu batu sontohan yang berbahaya pada jalan isterinya, yang menghalangi dia di dalam pekerjaan untuk memenangkannya. Dan jikalau pemindahan harta itu kepada anak-anak, kejahatan yang sama yang akan mengikut, Allah dapat membaca motifnya. Jikalau ia cinta diri, dan telah membuat pemindahan harta itu untuk menyembunyikan perasaan tamaknya serta memaafkan dirinya dari berbuat sesuatu untuk memajukan pekerjaan Tuhan, kutuk sorga pasti akan mengikutinya. NP 180.1
Allah membaca segala maksud dan niat hati, dan menguji motif anakanak manusia. Bukti ketidak-senanganNya mungkin tidak dinyatakan se-perti pada peristiwa Ananias dan Sapira, namun pada masa kesudahan, hu-kuman itu tidaklah akan lebih ringan daripada yang diberikan pada Ana-nias dan Sapira. Dalam usaha untuk menipu manusia, mereka menipu Allah. “Jiwa yang berdosa akan mati.” NP 180.2
Mereka yang membanggakan diri mereka bahwa mereka dapat memin-dahkan tanggung jawab mereka pada isteri atau anak-anak, mereka ditipu oleh setan, musuh itu. Suatu pemindahan harta benda tidak akan mengurangi tanggung jawab mereka. Mereka bertanggung jawab atas harta yang telah dipercayakan sorga atas pemeliharaan mereka, dan bagaimanapun juga mereka tak dapat memaafkan diri mereka dari tanggung jawab ini sampai mereka dibebaskan dengan mengembalikan pada Allah apa yang telah diserahkanNya pada mereka. 1T 528-530 NP 180.3