Harta benda boleh diingini sebagaimana mestinya, tetapi bukan untuk ditumpuk. Nilai harta benda harus dilihat dari manfaatnya dalam memajukan pekerjaan Tuhan, digunakan seperti Kristus menggunakan ketika Ia di dunia ini, dan untuk memberkati umat manusia. Untuk maksud ini umat Tuhan akan menggunakan kuasanya, bukan untuk menyenangkan atau memuliakan diri, tetapi untuk menguatkan setiap pemberian yang dipercayakan agar ia dapat melakukan pelayanan yang lebih besar bagi Allah. Bagi dia dapat dikatakan. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor biarlah rohmu menyala-nyala, dan layanilah Tuhan.” NP 91.1
Allah tidak menyalahkan sikap hati-hati dan pandangan ke depan dalam penggunaan harta benda, tetapi perhatian yang menyala-nyala dan keresahan yang tidak sepantasnya terhadap perkara duniawi tidak sesuai dengan kehendakNya. R & H, 1 Maret 1887. NP 91.2