“ Tuhan sendiri menuntun dia.” “Ia mengajarkan dia, Ia memelihara dia sebagai biji mataNya.”
Sistem pendidikan yang diciptakan di Eden berpusat dalam keluarga. Adam adalah “ anak Allah” (Luk 3:38) dan dari Bapa mereka bangsa anakanak dari Yang Maha Tinggi menerima pengajaran. Sekolah mereka, dalam arti yang sesungguhnya adalah sebuah sekolah keluarga. Pd 24.1
Dalam rencana pendidikan ilahi yang disesuaikan dengan keadaan manusia setelah kejatuhan, Kristus berdiri sebagai wakil Bapa, rantai penghubung antara Allah dan manusia; Ia adalah guru besar umat manusia. Ia menahbiskan pria dan wanita untuk menjadi wakil-wakilNya. Keluarga merupakan sekolah, dan orang tua menjadi gurunya. Pd 24.2
Pendidikan yang berpusat pada keluarga adalah yang dipraktekkan pada zaman bapa-bapa. Bagi sekolah-sekolah yang didirikan, Allah menyediakan keadaan yang paling nyaman untuk perkembangan tabiat. Orang yang berada di bawah tuntunanNya tetap mengikuti rencana kehidupan yang telah ditetapkannya pada mula pertama. Orang yang memisahkan diri dari Allah, membangun kota-kota bagi dirinya dan berhimpun di dalamnya, bermegah dalam kecemerlangan, kemewahan dan kejahatan yang menjadikan kota-kota zaman ini kebanggaan dunia dan kutukannya. Tetapi orang yang memegang teguh prinsip kehidupan Allah berdiam di ladang dan lembah. Mereka adalah orang yang bercocok tanam dan gembala hewan, dan di dalam kehidupan yang bebas, merdeka, dengan kesempatannya untuk bekerja dan belajar serta merenung, mereka belajar tentang Allah dan mengajarkan kepada anaknya mengenai pekerjaanNya serta cara-caraNya. Pd 24.3
Inilah metode pendidikan yang dirindukan Allah, yang akan didirikan di tengah bangsa Israel. Tetapi setelah mereka dilepaskan dari Mesir, di antara bangsa Israel beberapa orang mempersiapkan diri untuk menjadi pekerja bersama dengan Dia dalam mengajar anak-anaknya. Orang tua itu sendiri memerlukan pengajaran dan disiplin. Korban dari perhambaan selama hidup, mereka itu tak berpengetahuan, tidak terlatih, rendah. Mereka mempunyai pengetahuan yang sedikit tentang Allah dan sedikit iman padaNya. Mereka bingung dengan pengajaran palsu dan dirusakkan oleh hubungan yang lama dengan kekapiran. Allah ingin mengangkat mereka ke tingkat moral yang lebih tinggi dan untuk tujuan itu, Ia berusaha memberikan pengetahuan diriNya kepada mereka itu. Pd 25.1
Dalam perlakuanNya terhadap para pengembara di padang belantara, semua dalam seluruh perjalanan ke sana dan ke mari, dalam keadaan lapar, dahaga dan kepenatan, dalam bahaya ancaman musuh, orang kafir, dan pembuktian pimpinanNya demi kelepasan mereka, Allah berusaha menguatkan iman mereka dengan menunjukkan kepada mereka kuasa yang senantiasa bekerja demi kebaikan mereka. Dan setelah mengajar mereka untuk percaya dalam kasih dan kuasaNya, maksudNya ialah untuk membentangkan di hadapan mereka, dalam peraturan undang-undangNya, standar tabiat yang melalui rahmatNya, Ia rindu agar mereka dapat mencapainya. Pd 25.2
Pelajaran-pelajaran yang diajarkan kepada bangsa Israel selama pengembaraan mereka di Sinai itu sangatlah berharga. Ini merupakan masa pendidikan khusus demi ahli-ahli waris Kanaan. Dan lingkungan mereka di sini adalah sesuai untuk melaksanakan maksud Allah. Di puncak Sinai, membayangi dataran di mana bangsa itu menyebarkan kemah-kemahnya, bernaung tiang awan yang telah menjadi penuntun perjalanan mereka. Sebuah tiang api pada waktu malam, ini memberikan jaminan kepada mereka perihal lindungan ilahi dan sementara mereka itu tidur lelap, roti dari sorga jatuh di atas perkemahan itu. Di mana-mana, sampai di pelosok-pelosok, dengan penuh hikmat, menuturkan kekekalan dan kemegahan. Manusia dibuat merasakan kebodohan dan kelemahannya dalam hadiratNya yang “menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca.” Yes 40:12. Di sini, melalui bukti kemuliaanNya, Allah berusaha untuk memberi kesan kepada bangsa Israel dengan kesucian tabiatNya, dan tuntutanNya serta kesalahan besar karena pelanggaran. Pd 25.3
Tetapi bangsa itu lamban untuk mempelajari pelajaran itu. Mereka sudah terbiasa di Mesir dengan menyaksikan dewa yang kelihatan, dan ini dari jenis yang paling keji, maka sulit bagi mereka untuk dapat mengerti eksistensinya, atau tabiat dari yang Tidak Kelihatan itu. Karena kasihan atas kelemahan mereka, Allah memberikan kepada mereka sebuah lambang kehadiranNya. “Mereka harus membuat tempat kudus bagiKu,” kataNya, “supaya Aku diam di tengah-tengah mereka.” Kel 25:8. Pd 26.1
Dalam membangun tempat kudus sebagai tempat berdiam bagi Allah, Musa telah diberi petunjuk untuk membuat segala sesuatu menurut pola yang terdapat di sorga. Allah memanggilnya ke atas gunung, dan menyatakan kepadanya tentang perkara sorga, dan begitu pula tentang tempat kudus itu, dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, untuk dituruti. Pd 26.2
Jadi kepada bangsa Israel, bangsa yang diinginkanNya untuk membangun tempat tinggal bagiNya, ditunjukkanNya cita-cita yang mulia melalui tabiatNya. Pola itu ditunjukkan kepada mereka di atas gunung manakala hukum diberikan dari Sinai dan ketika Allah lalu di hadapan Musa dan berkata, “ Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya.” Kel 34:6. Pd 26.3
Akan tetapi cita-cita itu, dengan diri sendiri mereka tidak mampu mencapainya. Pertanyaan di Sinai itu hanya dapat mengesankan mereka akan keperluannya, dan tiadanya daya. Dengan tempat kudus itu sebuah pelajaran yang lain diajarkan melalui upacara korban— pelajaran mengenai pengampunan dosa dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat dalam kehidupan ini. Pd 26.4
Melalui Kristus akan digenapi maksud, yang dalamnya tempat kudus itu merupakan lambang—bangunan yang indah itu, dindingnya yang gemerlapan seperti emas yang memantulkan, dengan bercorak warna tirai yang dihiasi kerubiun, semerbaknya kemenyan yang tetap menyala memenuhi segala tempat, para imam yang berpakaian putih bersih, dan rahasia di tempat yang maha kudus, di atas tutupan grafirat, di tengah ukiran malaikat yang menyembah, kemuliaan yang Paling Suci. Dalam semuanya itu, Allah ingin agar umatNya membawa maksudNya itu demi jiwa manusia. Maksudnya adalah serupa pada hari kemudian seperti yang dikemukakan rasul Paulus, yang berbicara karena gerakan roh: Pd 26.5
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” I Kor 3:16,17. Pd 26.6
Sangatlah besar kesempatan dan kehormatan yang diberikan kepada Israel dalam mempersiapkan kaabah, dan besar pula tanggung jawabnya. Sebuah bangunan yang teramat megah, menuntut pembuatan dari bahan yang termahal dan kemahiran yang tertinggi, harus didirikan di padang belantara, melalui suatu bangsa yang baru saja terlepas dari perhambaan. Ini merupakan suatu tugas yang menakjubkan. Tetapi Ia yang telah memberikan rencana pembangunan itu berjanji untuk bekerja sama dengan pembangun-pembangun itu. Pd 27.1
“Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: Lihat telah Kutunjuk Bezaleal bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan. . . . Juga Aku telah menetapkan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Kel 31:1-6. Pd 27.2
Sungguh suatu rumah pendidikan yang hebat di padang belantara itu, dengan Kristus serta malaikat-malaikatNya sebagai tenaga pengajar! Pd 27.3
Dalam persiapan tempat kudus dan untuk melengkapinya, seluruh bangsa itu harus bekerjasama. Ada tugas otak, begitu pula tangan. Banyak macam bahan diperlukan, dan semua orang diundang untuk menyumbang menurut kerelaan hatinya. Pd 27.4
Jadi dalam bekerja dan memberi mereka diajar untuk bekerjasama dengan Allah, satu sama lain. Dan mereka harus pula bekerjasama dengan persiapan pembangunan rohani— kaabah Allah dalam jiwa. Pd 27.5
Sejak awal perjalanan dari Mesir, pelajaran-pelajaran telah diberikan untuk latihan dan disiplin. Bahkan sebelum mereka meninggalkan Mesir sebuah organisasi yang sementara telah digiatkan, dan orang diatur dalam kelompok di bawah pemimpin yang telah ditetapkan. Di Sinai pengaturan organisasi itu diselesaikan. Ketertiban yang diperlihatkan dalam segala pekerjaan Allah terbukti dalam pemerintahan Ibrani. Allah adalah pusat kekuasaan dan pemerintahan. Musa, sebagai wakilNya, harus menjalankan hukum dalam namaNya. Kemudian datang tujuhpuluh tua-tua, lantas para imam dan bangsawan, di bawahnya “sebagai kepala pasukan seribu, kepala pasukan seratus, kepala pasukan limapuluh dan kepala pasukan sepuluh” (Bil 11:16, 17; UI 1:15) dan terakhir, penghulu yang diangkat untuk tugas-tugas khusus. Perkemahan itu diatur dengan tertib, tempat kudus, tempat kediaman Allah, di tengah-tengah dan di sekelilingnya kemah kemah para imam dan orang Lewi. Di luar itu setiap suku berkemah menurut tingkatannya. Pd 27.6
Peraturan kebersihan yang ketat dilaksanakan. Ini diperintahkan kepada bangsa itu, bukan hanya diperlukan demi kesehatan, tetapi sebagai syarat hadirat yang suci itu tetap di tengah-tengah mereka. Berkat kuasa ilahi, Musa memberi perintah kepada mereka, “ Sebab Tuhan Aliahmu, berjalan dari tengah-tengah perkemahanmu untuk melepaskan engkau; . . . sebab itu haruslah perkemahanmu itu kudus.” UI 23:14. Pd 28.1
Pendidikan bangsa Israel termasuk seluruh kebiasaan hidupnya. Segala sesuatu yang menyangkut kesehatannya menjadi bahan kekhawatiran ilahi dan berada dalam rangkuman hukum ilahi. Malah dalam menyediakan makanan mereka Allah berusaha demi kebaikan yang sebesar-besarnya. Manna untuk memberi makan kepada mereka di padang belantara mengandung unsur yang akan meningkatkan fisik, mental dan kekuatan moral. Walaupun begitu banyak di antara mereka memberontak terhadap pembatasan makanannya, dan ingin untuk kembali kepada masa, yang dikatakannya, “kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang (Kel 16:3), namun demikian hikmat pilihan Allah bagi mereka ditunjukkan dalam cara yang tidak dapat dibantah. Meskipun ada kesulitan dalam kehidupannya di padang belantara, tidak ada seorang pun yang lemah di antara suku-suku mereka. Pd 28.2
Dalam seluruh perjalanan mereka tabut yang berisi hukum Allah memimpin jalan. Tempat perkemahan mereka ditunjukkan dengan turunnya tiang awan. Selama awan itu bernaung di atas tempat kudus itu, mereka tinggal di perkemahan itu. Bila awan itu terangkat, mereka meneruskan perjalanannya. Baik berhenti maupun berangkat ditandai dengan doa yang hikmat. “ Apabila tabut itu berangkat, berkatalah Musa: Bangkitlah Tuhan, supaya musuhMu berserak. . . . Dan apabila tabut itu berhenti, berkatalah ia: Kembalilah Tuhan kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa ini.” Bil 10:35, 36. Pd 28.3
Manakala bangsa itu berjalan melintasi padang belantara, banyak pelajaran yang berharga tertanam dalam pikiran mereka melalui nyanyian. Tatkala kelepasan mereka dari balatentara Firaun, seluruh bangsa Israel bergabung dalam kemenangan. Jauh melalui padang belantara, dan lautan, mendengung lagu merdu dan gunung-gunung menggemakan nada pujian itu, “ Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur.” Kel 15.21. Kerapkali dalam perjalanan lagu ini dikumandangkan berulang-ulang, meng-gembirakan hati dan menyalakan iman para pengembara itu. Hukum yang diberikan dari Sinai, dengan janji izin Allah dan catatan mengenai pekerjaan ajaibNya untuk kelepasan mereka, dengan tuntunan ilahi diungkapkan dalam lagu, dan melagukan instrumen musik, bangsa itu berbaris sambil mereka bersatu dalam lagu punjian. Pd 28.4
Dengan demikian pikiran mereka terangkat dari percobaan dan kesulitan perjalanan itu, jiwa yang gelisah, keributan diredakan dan ditenangkan, azas-azas kebenaran ditanamkan dalam ingatan, dan iman dikuatkan. Tindakan bersama mengajarkan ketertiban dan persatuan dan bangsa itu dibawa lebih akrab dengan Allah dan dengan satu sama lain. Pd 29.1
Mengenai perlakuan Allah terhadap Israel selama empat puluh tahun mengembara di padang belantara, Musa berkata, “Tuhan, Aliahmu mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya,” “dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintahNya atau tidak.” Ul 8:5, 2. Pd 29.2
“ DidapatiNya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. DikelilingiNya dia dan diawasiNya, dijagaNya sebagai biji mataNya. Laksana rajawali menggoyang-bangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia dan tidak ada allah asing menyertai dia.” Ul 32:10-12. Pd 29.3
“ Sebab ia ingat akan firmanNya yang kudus, akan Abraham, hambaNya. DituntunNya umatNya ke luar dengan kegirangan dan orang-orang pilihanNya dengan sorak-sorai. DiberikanNya kepada mereka negeri-negeri bangsa-bangsa, sehingga mereka memiliki hasil jerih payah suku-suku bangsa, agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapanNya dan memegang segala pengajaranNya.” Mzm 105:42-45. Pd 29.4
Allah melengkapi bangsa Israel dengan setiap fasilitas, memberikan mereka setiap kesempatan yang akan menjadikan mereka suatu kehormatan kepada namaNya, dan suatu berkat kepada bangsa-bangsa di sekelilingnya. Kalau mereka berjalan dalam penurutan, Ia berjanji hendak menjadikan mereka “terpuji, ternama dan terhormat.” “Maka segala bangsa di bumi,” kataNya “akan melihat bahwa nama Tuhan telah disebut atasmu dan mereka akan takut kepadamu.” Bangsa-bangsa yang akan mendengar segala kesaksian itu akan mengatakan, “memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” UI 26:19; 28:10; 4:6. Pd 29.5
Dalam undang-undang yang diberikan kepada Israel, petunjuk-petunjuk yang jelas diberikan mengenai pendidikan. Kepada Musa di Sinai, Allah menyatakan diriNya sebagai “penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya.” Kel 34:6. Azas-azas ini yang terkandung dalam hukumNya, para ayah dan ibu di Israel harus mengajarkannya kepada anak-anaknya. Dengan tuntunan ilahi Musa mengatakan kepada mereka: “ Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” UI 6:6, 7. Pd 29.6
Hal-hal itu tidak boleh diajarkan sebagai teori yang kering. Mereka yang ingin menyampaikan kebenaran harus mempraktekkan azas-azasnya sendiri. Hanya dengan memantulkan tabiat Allah dalam kejujuran, keagungan dan tidak mementingkan diri dari kehidupannya sendiri, dapatlah mereka memberi kesan kepada orang lain. Pd 30.1
Pendidikan yang benar bukanlah memaksakan pengajaran pada pikiran yang belum siap dan yang tidak mau menerima. Daya mental itu harus dibangkitkan, minat dibangunkan. Untuk itu, metode pengajaran Allah dapat memberikannya. Ia yang telah menciptakan otak dan menahbiskan undang-undangnya, menyediakan hal-hal yang sesuai dengan perkembangannya. Dalam rumah dan di tempat kudus, melalui alam dan seni, dalam pekerjaan dan perayaan, dalam bangunan yang suci dan batu peringatan, dengan metode dan upacara dan lambang yang tak terhitung, Allah memberikan kepada Israel pelajaran yang melukiskan azas-azasNya dan memelihara ingatan dari pekerjaanNya yang ajaib. Kemudian, bila penyelidikan dibuat, pengajaran yang diberikan itu mengesankan pikiran dan hati. Pd 30.2
Dalam pengaturan pendidikan umat yang terpilih ditunjukkan bahwa suatu kehidupan yang dipusatkan pada Allah adalah suatu kehidupan yang sempurna. Setiap kemauan yang telah ditanamkan, Ia menyediakan sesuatu untuk memuaskannya, setiap kecakapan yang diberikan, akan diperkembangkanNya. Pd 30.3
Pencipta segala keelokan, Ia sendiri sebagai pencinta keindahan, Allah menyediakan sesuatu untuk memuaskan dalam diri anak-anakNya cinta kepada keindahan. Ia juga membuat persediaan bagi keperluan sosialnya, untuk pergaulan yang ramah dan suka menolong yang banyak berbuat untuk menumbuhkan simpati dan mencerahkan dan menyenangkan kehidupan ini. Pd 30.4
Sebagai alat pendidikan suatu tempat yang penting dipenuhi oleh perayaan-perayaan bangsa Israel. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga merupakan sebuah sekolah dan tempat ibadah, orang tua menjadi pengajar dalam masalah dunia dan keagamaan. Tiga kali dalam setahun ditetapkan untuk pergaulan sosial dan perbaktian. Mula-mula di Shiloh dan kemudian di Yerusalem, di sana pertemuan diadakan. Hanya para ayah dan anak laki-laki dituntut untuk hadir; tetapi tidak seorang pun mau membiarkan kesempatan perayaan itu dan sedapat-dapatnya, seluruh isi keluarga hadir; dan bersama mereka, sebagai orang yang turut ambil bagian keramahan mereka, adalah orang asing, orang Lewi dan orang miskin. Pd 30.5
Perjalanan ke Yerusalem, dengan cara para bapa yang sederhana, di tengah keindahan musim semi, kemegahan musim panas, atau kebesaran musim rontok, adalah suatu kesenangan. Mereka datang dengan persembahan syukur, dari orang yang berubanan sampai ke anak-anak, untuk bertemu Allah dalam tempat kediamanNya yang suci. Ketika mereka berjalan, pengalaman masa lampau, cerita baik dari orang tua mau pun dari orang muda masih dikenang, diceritakan kepada anak-anak Ibrani. Lagu-lagu yang berkumandang di dalam pengembaraan di padang gurun dinyanyikan. Hukum Allah dinyanyikan dan terjalin oleh pengaruh alam dan karena pergaulan yang ramah, hukum itu tertanam dalam ingatan banyak anak dan orang muda. Pd 31.1
Upacara yang disaksikan di Yerusalem sehubungan dengan upacara paskah—pertemuan di malam hari, pria dengan sabuk terikat, kasut pada kaki dan tongkat di tangan, makan yang tergesa-gesa, anak domba, roti yang tiada beragi, dan ramuan yang pahit, dan dalam kesenyapan khidmat pengulangan kisah pemercikan darah, malaikat pembawa maut, dan derapan megah dari tanah perhambaan—semuanya mengobarkan imaginasi dan mengesankan hati. Pd 31.2
Perayaan Pondok Daun-daunan, atau perayaan penuaian, dengan persembahannya dari kebun dan ladang, sepekan berkemah dalam kedai-kedai daunan, penyatuan sosialnya, upacara peringatan yang kudus dan keramahan yang manis kepada pekerja-pekerja Allah, orang Lewi dari tempat kudus dan kepada anak-anakNya, orang asing dan orang miskin, mengangkat seluruh pikiran dalam ucapan syukur kepada Dia yang telah memberkati tahun itu dengan kebaikanNya dan yang jalannya penuh kemakmuran. Pd 31.3
Bagi orang saleh, sebulan penuh setiap tahun digunakan untuk hal itu. Itu merupakan suatu masa yang bebas dari beban dan pekerjaan dan hampir mengabdi seluruhnya, dalam arti yang sebenarnya, untuk maksud-maksud pendidikan. Pd 31.4
Dalam membagikan warisan umatNya, adalah maksud Allah untuk mengajar mereka melalui mereka, mengajarkan kepada generasi setelah itu, mengenai azas-azas yang benar tentang hak milik negeri itu. Negeri Kanaan terbagi di antara seluruh bangsa, orang Lewi saja, sebagai pendeta tempat yang kudus, dikecualikan. Meski orang dapat pada suatu saat menjual kepunyaannya itu, ia tidak dapat membarter warisan anaknya. Bila dapat melakukan hal itu, ia bebas untuk menebusnya kapan saja; hutang dihapuskan setiap tahun ketujuh dan pada tahun kelimapuluh, perayaan emas, semua kepunyaan itu dikembalikan kepada pemilik aslinya. Jadi setiap keluarga terjamin kepunyaannya dan suatu pengawasan dibuat terhadap keadaan yang keterlaluan, apakah itu mengenai kekayaan atau pun kemiskinan. Pd 31.5
Melalui pembagian tanah di antara bangsa itu, Allah menyediakan bagi mereka, seperti juga kepada penghuni Eden, pekerjaan yang paling sesuai untuk perkembangan— memelihara taman dan hewan. Suatu pelengkap untuk pendidikan adalah berhenti bercocok tanam setiap tahun ketujuh, tanah itu dibiarkan dan hasil yang spontan dibiarkan kepada orang miskin. Demikianlah diberikan kesempatan untuk penyelidikan yang lebih luas, untuk pergaulan sosial dan perbaktian dan untuk mempraktekkan kedermawanan, yang kerapkali terdesak oleh kesibukan dan pekerjaan. Pd 32.1
Jika azas-azas hukum Allah mengenai pembagian tanah dilaksanakan di dunia sekarang ini, alangkah besarnya perbedaan dari keadaan umat manusia! Praktek dari prinsip ini akan mencegah kejahatan yang dalam, di segala zaman telah diakibatkan oleh penindasan orang kaya terhadap orang miskin dan kebencian dari orang miskin terhadap orang kaya. Sementara praktek ini dapat mencegah penimbunan kekayaan besar, ini akan cenderung untuk mencegah kebodohan dan kemerosotan puluhan ribu jiwa yang pe-kerjaannya dibayar rendah untuk membawa pemecahan damai dari persoalan-persoalan yang sekarang mengancam dunia dengan anarkhi dan pertumpahan darah. Pd 32.2
Mempersembahkan diri kepada Allah melalui perpuluhan seluruh bangsa akan bertambah-tambah, apakah itu hasil buah-buahan atau hasil bumi, unggas dan ternak, atau pekerjaan otak atau tangan, pengabdian dari perpuluhan yang kedua untuk menolong orang miskin dan sumbangan lainnya, cenderung untuk menyegarkan kepada bangsa itu kebenaran mengenai bahwa semua adalah hak milik Allah, dan kesempatan mereka untuk menjadi saluran berkat-berkatNya. Ini merupakan suatu latihan yang disesuaikan untuk mematikan segala kepentingan diri yang sempit dan untuk menumbuhkan tabiat yang lapang dan agung. Pd 32.3
Suatu pengetahuan tentang Allah, persekutuan dengan Dia dalam pelajaran dan pekerjaan, serupa dengan Dia dalam tabiat, haruslah menjadi sumber, sarana dan tujuan pendidikan Israel-pendidikan yang diberikan Allah kepada orang tua dan oleh orang tua diberikan kepada anak-anaknya. Pd 32.4