Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Pasal 2 - Hubungan Pernikahan

    Pria dan wanita lewat pemanjaan selera dengan makanan yang kaya dan sangat berbumbu, terutama daging dan banyak saus, dan dengan mengonsumsi minuman yang merangsang seperti teh dan kopi, membentuk selera makan yang tidak alamiah. Sistem tubuh memanas, organ pencernaan terluka, dan pikiran pun menjadi berkabut, sementara nafsu rendahan dibangkitkan dan mendominasi. Selera menjadi semakin tidak wajar dan lebih sukar dikendalikan. Sirkulasi tidak teratur dan darah menjadi tercemar. Seluruh sistem tubuh menjadi kacau, tuntutan selera menjadi semakin tidak wajar, dan hasrat dibangkitkan untuk hal-hal yang tidak baik hingga akhirnya akhlak menjadi rusak.SK 44.1

    Bagi kebanyakan orang, tuntutan selera membawa mereka pada konsumsi ganja, tembakau, dan minuman keras yang menjijikkan, kombinasi yang menghancurkan kesehatan. Banyak yang tidak berhenti sampai di situ. Selera mereka yang rendah menginginkan minuman yang lebih keras yang efeknya lebih menumpulkan otak. Demikianlah mereka melewati setiap batasan hingga akhirnya selera sepenuhnya mengendalikan pikiran. Akibatnya manusia yang diciptakan menurut gambaran Tuhan, merendahkan dirinya lebih rendah dari hewan. Kemanusiaan dan kehormatan dikorbankan demi selera. Diperlukan waktu untuk menumpulkan pikiran dan itu terjadi perlahan tetapi pasti. Pemanjaan selera dimulai dengan memakan makanan yang sangat berbumbu, menciptakan selera yang tidak wajar, dan menyiapkan jalan untuk setiap jenis pemanjaan hingga akhirnya kesehatan dan kecerdasan dikorbankan bagi nafsu.SK 44.2

    Banyak yang memasuki hubungan pernikahan dengan tidak memiliki harta dan tanpa warisan. Orang-orang ini juga tidak memiliki tenaga fisik atau pikiran untuk mendapatkan harta. Biasanya, mereka adalah yang tergesa-gesa untuk menikah dan mereka yang mengambil tanggung jawab yang tidak bisa mereka pikul. Mereka tidak memiliki perasaan yang mulia dan tidak tahu apa-apa tentang tugas seorang suami dan ayah dan harga yang harus dibayar untuk menafkahi keluarga. Mereka menunjukkan sifat tercela dengan meningkatkan jumlah anak di luar kemampuan begitu juga dalam berbisnis. Mereka yang secara serius kurang dalam kesanggupan berusaha dan kurang dalam kualifikasi kerja umumnya memenuhi rumah mereka dengan anak; sementara orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan kekayaan umumnya tidak memiliki anak daripada yang mereka sanggup nafkahi dengan baik. Mereka yang tidak sanggup mengurus diri sendiri tidak seharusnya memiliki anak. Inilah yang menjadi kasusnya, dimana banyak keturunan dari orang yang tidak berperhitungan ini bertumbuh seperti orang kasar. Mereka tidak diberi makanan dan pakaian selayaknya, tidak menerima pendidikan mental dan fisik, serta tidak ada yang suci di kehidupan rumah tangga, baik bagi orang tua maupun anak.SK 45.1

    Lembaga pernikahan dirancang oleh Surga untuk menjadi berkat bagi manusia. Akan tetapi, secara umum itu telah dirusak sedemikian rupa sehingga membuatnya menjadi kutuk yang mengerikan. Kebanyakan pria dan wanita telah bertindak dalam memasuki hubungan pernikahan, seakan-akan satu-satunya pertanyaan untuk boleh mereka selesaikan adalah apakah mereka saling mencintai satu sama lain. Akan tetapi, mereka harus menyadari sebuah tanggung jawab ada atas mereka dalam hubungan pernikahan lebih daripada hal ini. Mereka harus menyadari apakah keturunan mereka akan memiliki kesehatan fisik dan mental, serta kuasa moral. Akan tetapi, hanya sedikit yang bergerak dalam motif yang ditinggikan dan pertimbangan mulia, yang mana tidak seharusnya dapat mereka sepelekan begitu saja. Masyarakat bergantung pada mereka dan bobot dalam pengaruh keluarga mereka akan menceritakan skala yang menanjak atau merosotSK 46.1

    Masyarakat terdiri atas para keluarga dan para kepala keluarga bertanggung jawab untuk pembentukan masyarakat Jika yang menjadi korban hanyalah mereka yang memasuki hubungan pernikahan tanpa pertimbangan, maka kejahatan itu tidak akan sedemikian besar dan dosa mereka akan menjadi relatif kecil. Akan tetapi, penderitaan yang terjadi akibat pernikahan yang tidak berbahagia dirasakan oleh keturunan dari persatuan semacam itu. Mereka telah membawa pada diri mereka sebuah hidup yang penuh derita. Meskipun mereka tidak bersalah, namun mereka menderita konsekuensi jalan orang tua mereka yang tanpa pertimbangan. Para pria dan wanita tidak berhak untuk mengikuti emosi atau hasrat buta dalam hubungan pernikahan mereka lalu membawa anak-anak yang tidak bersalah dalam dunia untuk menyadari dari banyak hal bahwa hidup hanya memiliki sedikit sukacita, hanya sedikit kegembiraan, dan oleh karenanya menjadi sebuah beban. Anak-anak biasanya mewarisi perilaku khusus yang dimiliki orang tuanya; dan sebagai tambahan atas semua ini, banyak yang bertumbuh tanpa pengaruh menuju perbaikan dari sekelilingnya. Mereka seringkali berkerumun dalam kemiskinan dan lingkungan kotor. Dengan lingkungan sekitar dan teladan semacam itu apa yang dapat diharapkan dari anak-anak saat menyangkut tingkah laku, kalau bukan mereka hanya akan tenggelam dalam skala lebih daripada orang tua mereka dan kekurangan mereka dalam segala hal akan tampak lebih jelas daripada orang tuanya? Demikianlah kelompok ini mengulangi kekurangan mereka dan mengutuk keturunan mereka dengan kemiskinan, kebodohan, dan kemerosotan. Mereka seharusnya tidak menikah. Setidaknya mereka tidak membawa anak yang tidak bersalah untuk berbagi penderitaan dan mewarisi kekurangan mereka dengan kejahatan yang terakumulasi dari generasi ke generasi. Inilah salah satu sebab kemerosotan ras.SK 46.2

    Jika saja para wanita pada generasi lalu selalu bertindak dengan didasari oleh pertimbangan yang besar, menyadari bahwa masa depan generasi mendatang akan diangkat atau dimerosotkan berdasarkan pilihan tindakan mereka maka mereka akan mengambil pendirian untuk tidak menyatukan kepentingan hidup mereka dengan pria yang memanjakan selera tidak alamiah mereka untuk minuman beralkohol dan tembakau, yang sudah pasti merupakan racun mematikan yang bekerja secara perlahan. Jika pria pilihan mereka memilih untuk bertahan dengan kebiasaan buruk mereka, para wanita seharusnya meninggalkan mereka untuk memilih kehidupan lajang bahagia mereka, menikmati pertemanan yang menjadi pilihan mereka. Para wanita tidak perlu menganggap nilai mereka begitu rendah sehingga mengikatkan takdir mereka dengan pria yang tidak punya kendali atas hasrat mereka, yang mana prinsip kebahagiaannya terdiri dari makan dan minum, serta pemanjaan nafsu kebinatangan mereka. Para wanita tidak selalu mengikuti arahan akal sehat Mereka terkadang dipimpin oleh emosi buta. Mereka tidak menyadari secara mendalam tanggung jawab yang mereka miliki dengan membuat hubungan hidup semacam itu seakan tidak akan menempatkan pada keturunan mereka sebuah standar moral yang rendah dan suatu hasrat untuk memanjakan selera yang merusak, yang mengorbankan kesehatan bahkan hidup. Tuhan akan menganggap mereka bertanggung jawab besar atas kesehatan fisik dan karakter moral yang diturunkan pada generasi mendatang.SK 48.1

    Para pria dan wanita telah merusak tubuh mereka sendiri oleh kebiasaan-kebiasaan buruk. Mereka juga telah memerosotkan intelek dan menghancurkan kepekaan jiwa. Banyak dari kelompok ini telah menikah dan meninggalkan warisan pada keturunan mereka noda kelemahan fisik dan moral yang rusak. Pemanjaan hasrat kebinatangan dan sensualitas telah menjadi hal yang menandai keturunan mereka, yang mana telah merosot dari generasi ke generasi, meningkatkan penderitaan manusia sampai pada skala mengerikan dan mempercepat kemerosotan ras manusia.SK 49.1

    Pria dan wanita menjadi lemah dan pesakitan, seringkali dalam hubungan pernikahan dengan egois hanya memikirkan kebahagiaan mereka sendiri. Mereka tidak pernah memikirkan masalah tersebut dari sudut pandang yang mulia, akal sehat, prinsip yang ditinggikan, dalam hal apa yang mereka dapat harapkan atas keturunan mereka, yang mana hanyalah tenaga tubuh dan pikiran yang semakin melemah yang tidak akan dapat mengangkat masyarakat, malahan membawanya semakin merosot.SK 49.2

    Pria yang menderita sakit seringkali memenang-kan hati wanita yang sehat. Oleh karena mereka saling mencintai, mereka merasa diri mereka pribadi bebas untuk menikah dengan tidak mempertimbang-kan bahwa lewat ikatan mereka sang istri harus menjadi seorang korban sedikit banyak karena sang suami yang sakit. Dalam banyak kasus, sang suami yang sakit membaik kesehatannya sementara sang istri turut mengambil bagian sakitnya. Ia hidup banyak bergantung pada tenaga sang istri dan segera ia akan mengeluh karena kesehatannya yang merosot. Ia memanjangkan umurnya dengan memendekkan umur istrinya. Mereka yang menikah secara demikian berbuat dosa dalam menganggap remeh kesehatan dan hidup yang Tuhan berikan kepada mereka yang ditujukan untuk kemuliaanNya. Akan tetapi, kalau hanya mereka yang berada dalam hubungan pernikahan saja, dosanya tidak akan sedemikian besar. Keturunan mereka turut diundang untuk menjadi penderita lewat penyakit yang diturunkan padanya. Demikian penyakit diulang dari generasi ke generasi. Banyak orang mempersalahkan semua beban penderitaan manusia ini kepada Tuhan saat akibat arah tindakan mereka yang salah ini menjadi kenyataan. Mereka telah menempatkan pada masyarakat ras yang lemah dan melakukan bagian mereka memerosotkan ras dengan menyalurkan penyakit secara keturunan, dan dengan demikian menambah penderitaan manusia.SK 49.3

    Sebab lain kemunduran generasi saat ini dalam kekuatan fisik dan nilai moral adalah persatuan pria dan wanita dalam pernikahan yang mana usianya jauh berbeda. Seringkali kasusnya adalah bahwa pria tua memilih menikahi wanita muda. Dengan melakukannya, umur sang suami seringkali diperpanjang sementara sang istri merasa membutuhkan tenaga yang mana telah ia berikan pada suaminya yang sudah tua. Tidak pernah menjadi tugas wanita manapun untuk mengorbankan hidup dan kesehatan, meski ia sungguh mengasihi seseorang yang jauh lebih tua dibanding dirinya, dan merasa bersedia membuat sebuah pengorbanan yang menjadi bagiannya. Ia seharusnya menahan cintanya. Ia memiliki pertimbangan lebih tinggi dari kepentingannya sendiri untuk direnungkan. Ia seharusnya menyadari kalau anak-anak lahir bagi mereka, akan seperti apa situasi mereka. Tetap adalah lebih buruk lagi bagi seorang pria muda menikahi wanita yang secara pertimbangan lebih tua dari mereka. Keturunan dari ikatan semacam ini dalam banyak kasus, yang mana umur berbeda jauh, tidak memiliki keseimbangan pikiran yang baik. Mereka juga berkurang secara kekuatan fisik. Sikap perilaku yang beragam, khusus, dan menyakitkan seringkali dinyatakan dalam keluarga tersebut. Anak-anak biasanya meninggal secara prematur, dan mereka yang mencapai kedewasaan, dalam banyak kasus, kurang dalam kekuatan fisik dan mental, serta nilai moral.SK 50.1

    Sang ayah jarang sekali bersiap, dengan kemampuannya yang menurun, untuk membesarkan anak-anaknya dengan baik. Anak-anak ini memiliki karakter yang aneh, yang secara terus menerus membutuhkan sebuah pengaruh yang membawa kebaikan, atau mereka akan menuju pada kehancuran pasti. Mereka tidak terdidik dengan baik. Disiplin mereka seringkali tidak teratur berdasar emosi yang impulsive oleh sebab usianya. Ayahnya rentan terhadap perubahan perasaan. Pada suatu waktu ayahnya terlalu memanjakan, sementara pada lain waktu ia keras tidak tertahankan. Segala sesuatu dalam keluarga semacam itu adalah salah dan kejahatan di dalam rumah tangga meningkat pesat Demikianlah sebuah kelas telah ditempatkan di dunia sebagai beban bagi masyarakatSK 51.1

    Mereka yang terus menambah jumlah anak, yang mana jika mereka berpikir dengan akal sehat, mengetahui bahwa kelemahan fisik dan mental seharusnya menjadi warisan mereka, adalah para pelanggar enam hukum Tuhan yang terakhir yang menyebutkan tugas manusia pada sesamanya. Mereka melakukan bagian mereka dalam meningkatkan degenerasi ras dan dalam memerosotkan masyarakat Dengan demikian merugikan sesama mereka. Jika Tuhan sedemikian menghargai hak-hak sesama, apakah Ia tidak peduli pada hubungan yang lebih dekat dan kudus? Kalau tidak seekorpun burung pipit yang jatuh ke tanah tanpa sepengetahuan-Nya, apakah Ia tidak memikirkan seorang anak yang dilahirkan dalam dunia ini, yang sakit secara fisik dan mental, baik itu mengalami penderitaan kecil maupun besar sepanjang kehidupan mereka? Akankah Tuhan tidak memanggil para orang tua untuk bertanggung jawab, yang kepada mereka telah Ia berikan kemampuan berpikir, tetapi mereka mengesampingkan hal itu serta menjadi budak hasrat dan hasilnya adalah generasi demi generasi yang harus menanggung tanda kemerosotan fisik, mental, dan moral? Sebagai tambahan pada penderitaan yang mereka limpahkan pada anak-anak mereka, mereka tidak memiliki apapun untuk dibagikan kecuali kemiskinan untuk ditinggalkan bagi kawanan mereka yang menyedihkan. Mereka tidak dapat mendidik anak-anak mereka dan banyak orang tidak melihat kepentingan hal tersebut. Walaupun mereka melihat kepentingan itu, mereka tidak dapat meluangkan waktu melatih dan mendidik mereka, serta sebisa mungkin mengurangi warisan jahat yang diberikan pada mereka. Para orang tua tidak seharusnya memperbesar keluarga mereka dengan cepat lebih daripada yang mereka ketahui bahwa anak-anak mereka dapat terpelihara dengan baik dan terdidik. Seorang anak berada dalam gendongan seorang ibu dari tahun ke tahun adalah ketidakadilan besar baginya. Itu mengurangi bahkan seringkali menghancurkan keriangan sosial, serta meningkatkan kejahatan di dalam rumah tangga. Itu merampok perhatian, pendidikan dan kegembiraan anak-anak, yang mana seharusnya orang tua merasakan hal itu untuk menjadi kewajiban yang diberikan pada mereka.SK 52.1

    Sang suami melanggar janji pernikahan dan tugas yang diberikan padanya dalam firman Tuhan saat ia mengabaikan kesehatan dan kebahagiaan isterinya dengan menambah beban dan kekhawatirannya lewat banyak anak. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat” Efesus 5:25,28, 29.SK 54.1

    Kita melihat bahwa perintah suci ini hampir seluruhnya diabaikan, bahkan bagi mereka yang mengaku Kristen. Ke manapun mata memandang, Anda akan melihat wanita yang pucat, sakit, kelelahan, remuk, tidak bersemangat, dan putus asa. Biasanya mereka bekerja melebihi kemampuan, dan energi vital mereka habis oleh karena terlalu sering mengandung. Dunia ini penuh dengan gambaran manusia yang tidak layak bagi masyarakat. Banyak yang secara kepandaian kurang dan banyak dari mereka yang memiliki talenta bawaan tetapi tidak menggunakannya untuk tujuan yang berguna. Mereka tidak terdidik dengan baik. Salah satu alasannya adalah anak-anak bertambah lebih daripada yang mana mereka dapat terlatih dengan baik dan telah ditinggalkan untuk bertumbuh seperti binatang.SK 54.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents