Paj.il ini dialaskan atas Keluaran 15:22-27;16-18.
Dari Laut Merah bangsa Israel melanjutkan perjalanan mereka di bawah naungan tiang awan. Pemandangan di sekeliling mereka sangat membosankan—tandus, bukit-bukit yang kelihatannya sunyi senyap, padang yang gersang, dan laut membentang luas, pantainya dipenuhi oleh mayat musuh mereka; tetapi mereka dipenuhi oleh kesukaan atas kesadaran bahwa sekarang mereka adalah bangsa yang merdeka, dan setiap pemikiran tentang rasa tidak puas dilenyapkan. PB1 303.1
Tetapi tiga hari lamanya apabila mereka berjalan, mereka tidak menemukan air. Persediaan yang mereka bawa telah habis. Tidak ada sesuatu yang dapat melenyapkan rasa haus mereka apabila mereka dengan letih lesu berjalan perlahan-lahan di atas padang yang ditimpa teriknya sinar matahari. Musa, yang mengetahui seluk beluk daerah ini, mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain, bahwa di Mara, pos yang terdekat tempat terdapatnya mata air, airnya tidak baik untuk digunakan. Dengan rasa cemas yang dalam ia mengamat-amati awan yang memimpin mereka itu. Dengan hati yang susah ia mendengar teriakan yang penuh kegembiraan, “Air! Air! menggema di antara orang banyak itu. Laki-laki dan perempuan, anak-anak dengan gembira dan dengan cepat berkumpul di sekeliling mata air itu, tetapi saat itu juga terdengar teriakan kekecewaan dari antara orang banyak itu—airnya terasa pahit. PB1 303.2
Dengan rasa marah dan kecewa mereka bersungut kepada Musa karena telah memimpin mereka ke jalan itu, mereka tidak ingat bahwa kehadiran ilahi di dalam awah misterius itu telah memimpin dia juga sebagaimana memimpin mereka. Dengan rasa susah olehkarena kemarahan mereka itu Musa telah melakukan sesuatu yang mereka lupa lakukan, ia berseru dengan sungguh-sungguh kepada Allah meminta pertolongan. “Lalu ditunjuk Tuhan kepadanya suatu macam kayu, dibuangkannya ke dalam air, lalu air itupun tawarlah.” Di tempat ini satu janji telah diberikan kepada Israel melalui Musa, “Jikalau dengan sungguh-sungguh kamu dengarkan firman Tuhan, Aliahmu, dan kamu berbuat barang yang benar kepada pemandangannya dan kamu beri telinga akan segala hukumnya dan memeliharakan segala syariatnya, maka daripada segala bala yang telah kuletakkan pada negeri Mesir itu, satu balapun tiada hendak kuletakkan padamu, karena Akulah Tuhan, tabibmu!” PB1 303.3
Dari Mara mereka berangkat menuju ke Elim di tempat mana mereka telah menemukan “dua belas pancaran air dan pohon kurma tujuh puluh batang.” Di tempat ini mereka tinggal beberapa hari sebelum memasuki padang belantara Sin. Setelah satu bulan meninggalkan Mesir mereka mendirikan kemah-kemah mereka di padang belantara. Persediaan makanan mereka kini sudah mulai menipis. Rumput sukar sekali dicari di padang belantara dan kawanan domba mereka mulai berkurang. Bagaimana makanan bisa disediakan bagi orang yang sangat banyak itu? Kebimbangan memenuhi hati mereka, dan kembali merekapun bersungut-sungut. Sekalipun pemimpinpemimpin dan tua-tua daripada orang banyak itu ikut serta dalam persungutan terhadap pemimpin yang telah diangkat oleh Allah itu. “Aduh, baiklah kami mati oleh tangan Tuhan di Mesir tatkala kami lagi duduk hampir dengan periuk yang berisi daging dan makan roti sampai kenyang; niscaya kamu telah membawa akan kami keluar dari sana lalu masuk ke dalam padang belantara ini hendak membunuh segenap perhimpunan ini dengan kelaparan.” PB1 304.1
Sebenarnya mereka belum menderita karena kelaparan; kebutuhan mereka saat itu masih dipenuhi tetapi mereka takut akan hari depan. Mereka tidak dapat mengerti bagaimana orang banyak ini bisa hidup di dalam perjalanan mereka melalui padang belantara dan di dalam angan-angan mereka membayangkan anak-anak mereka kelaparan. Tuhan membiarkan kesulitan-kesulitan mengelilingi mereka, dan persediaan makanan mereka itu dibiarkan berkurang agar hati mereka berpaling kepada Dia yang sampai kepada saat itu telah menjadi Pembebas mereka. Jikalau di dalam kekurangan mereka itu telah berseru kepada Dia, maka Ia masih mau memberikan kepada mereka tanda-tanda yang nyata akan kasih serta penjagaanNya. Ia telah berjanji bahwa jikalau mereka mau menurut hukumhukumNya, maka tidak akan ada penyakit akan datang kepada mereka, dan adalah sikap tidak mau percaya yang penuh dosa itu yang menyebabkan mereka membayang-bayangkan bahwa mereka atau anak-anak mereka akan mati kelaparan. PB1 304.2
Allah telah berjanji akan menjadi Allah mereka, membawa mereka kepada diriNya sebagai satu umat, dan memimpin mereka kepada satu negeri yang luas dan subur, tetapi mereka mudah menjadi putus asa setiap kali rintangan menghambat di dalam perjalanan mereka ke negeri itu. Di dalam satu keadaan yang ajaib Ia telah membawa mereka keluar dari perbudakan mereka di Mesir, agar Ia dapat meninggikan dan membuat mereka agung serta terpuji di dalam dunia ini. Tetapi perlu bagi mereka untuk menemui kesulitan-kesulitan dan menahan penderitaan. Allah sedang membawa mereka dari satu keadaan yang sudah merosot dan melayakkan mereka untuk menduduki satu tempat yang terhormat di antara bangsabangsa dan menerima kepercayaan yang penting dan suci. Kalau saja mereka mempunyai iman di dalam Dia dengan mengingat segala sesuatu yang telah diperbuatNya bagi mereka, maka dengan sukacita mereka akan menanggung segala kesulitan, halangan bahkan penderitaan; tetapi mereka tidak mau berharap kepada Tuhan lebih jauh daripada apa yang mereka dapat saksikan sebagai bukti yang tetap dari kuasaNya. Mereka telah melupakan pengalaman perbudakan yang getir di Mesir. Mereka telah melupakan kebaikan serta kuasa Allah yang telah dinyatakan bagi mereka di dalam kelepasan mereka dari perbudakan. Mereka telah melupakan bagaimana anak-anak mereka telah dipelihara pada waktu malaikat pembinasa itu membunuh semua anak sulung di negeri Mesir. Mereka telah melupakan pertunjukan kuasa ilahi yang hebat itu di Laut Merah. Mereka telah melupakan bahwa sementara mereka menyeberangi dengan selamat jalan yang telah terbuka bagi mereka itu, bala tentara musuh yang berusaha untuk mengejar mereka telah dihancurkan oleh air laut itu. Mereka hanya melihat dan merasakan ujian-ujian serta kesulitankesulitan mereka sekarang ini; dan gantinya berkata, “Allah telah berbuat perkara-perkara yang besar bagi kita; dimana dulunya kita adalah budakbudak, sekarang Ia menjadikan kita satu bangsa yang besar,” mereka telah membicarakan tentang kesulitan-kesulitan di sepanjang jalan, dan bertanya-tanya kapan masa pengembaraan mereka itu akan berakhir. PB1 304.3
Sejarah daripada kehidupan Israel di padang belantara itu telah dicatat untuk menjadi manfaat bagi Israel milik Allah sampai kesudahan zaman. Catatan tentang perlakuan Allah terhadap pengembara-pengembara di padang pasir itu di dalam segala perjalanan hilir-mudik mereka, di dalam menghadapi pengalaman kelaparan, dahaga dan kelelahan dan di dalam pernyataan yang nyata tentang kuasaNya untuk meringankan beban mereka, dipenuhi oleh amaran dan petunjuk bagi umatNya di segala zaman. Pengalaman orang Ibrani yang beraneka ragam itu adalah satu sekolah persiapan untuk memasuki rumah yang telah dijanjikan bagi mereka di Kanaan. Allah menghendaki agar umatNya pada zaman sekarang ini dengan rendah hati dan sikap yang mau diajar merenung-renungkan kembali akan segala ujian yang telah dilalui oleh Israel kuno itu agar mereka memperoleh pelajaran untuk menyediakan diri bagi Kanaan semawi itu. PB1 305.1
Banyak orang yang menoleh kembali kepada bangsa Israel dan merasa heran terhadap sikap mereka yang tidak mau percaya dan bersungut-sungut, sambil merasa bahwa mereka sendiri tidak akan memanjakan sikap tidak tahu berterima kasih seperti itu; tetapi bilamana iman mereka ini diuji, sekalipun oleh cobaan yang kecil saja, mereka tidak menunjukkan iman atau kesabaran sebagaimana halnya orang Israel dahulu. Bilamana dituntun kepada jalan yang sempit, mereka bersungut-sungut terhadap proses yang telah dipilih Allah untuk menyucikan mereka. Walaupun keperluan mereka yang sekarang ini dipenuhi, banyak orang yang merasa enggan berharap kepada Allah akan hari depannya, dan mereka terus-menerus merasa cemas jangan-jangan kemelaratan akan menimpa mereka, dan anak-anak mereka akan dibiarkan menderita. Beberapa orang selalu mengharap-harapkan halhal yang tidak baik atau membesar-besarkan kesulitan yang ada sehingga mata mereka dibutakan terhadap berkat-berkat yang limpah untuk mana seharusnya mereka bersyukur. Halangan-halangan yang mereka hadapi, gantinya menuntun mereka untuk mencari pertolongan dari Allah, sebagai satu-satunya Sumber kekuatan, telah memisahkan mereka dari Dia, oleh sebab mereka telah membangkitkan di dalam diri mereka kegelisahan dan rasa tidak puas. PB1 306.1
Apakah kita juga bersikap tidak mau percaya seperti itu? Mengapa kita harus bersikap tidak tahu berterima kasih dan tidak mau berharap? Yesus adalah sahabat kita; segenap sorga menaruh perhatian akan kesejahteraan kita; dan kecemasan serta ketakutan yang ada dalam diri kita mendukakan Roh Kudus Allah. Janganlah kita memanjakan kecemasan yang hanya akan mengganggu serta merusak diri kita, tetapi tidak menolong kita untuk menahan ujian-ujian itu. Jangan berikan tempat di dalam diri kita kepada sikap tidak berharap kepada Allah, sikap ini akan menuntun kita untuk menjadikan persiapan menghadapi kebutuhan masa depan sebagai sesuatu yang terutama di dalam hidup kita, seolah-olah kebahagiaan kita itu terdiri dari perkara-perkara duniawi. Bukanlah kehendak Allah agar umatNya itu dibebani oleh urusan-urusan hidup. Tetapi Tuhan tidak pernah mengatakan kepada kita bahwa tidak akan ada bahaya di jalan kita. Ia tidak bermaksud untuk mengambil umatNya keluar dari dunia yang jahat dan berdosa ini, tetapi Ia menunjukkan kepada kita satu perlindungan yang tidak pernah gagal. Ia mengundang orang-orang yang dalam kesusahan dan menanggung berat, “Marilah kepadaku, hai kamu sekalian yang berlelah dan yang menanggung berat. Aku ini akan memberikan sentosa kepadamu.” Matius 11:28. Lepaskanlah kuk kecemasan serta urusan-urusan duniawi yang telah engkau sendiri kenakan pada lehermu, dan “tanggunglah kuk Aku, dan belajarlah kepadaku; karena Aku lembut dan rendah hati; maka kamu akan mendapat sentosa bagi jiwamu.” (Ayat 29). Kita akan mendapat sentosa dan damai dalam Allah, bilamana kita menyerahkan beban kita kepadaNya; karena Ia mau memeliharakan kita. (1 Petrus 5:7). PB1 306.2
Kata rasul Paulus, “Ingatlah baik-baik, hai saudara-saudaraku, jangan seorangpun daripada kamu berhati jahat dengan tiada beriman sehingga berpaling daripada Allah yang hidup itu.” Ibrani 3:12. Dengan menyadari segala sesuatu yang telah diperbuat Allah bagi kita, iman kita harus menjadi kuat, giat dan bisa bertahan. Gantinya bersungut-sungut, bahasa daripada jiwa kita seharusnya, “Pujilah akan Tuhan, hai jiwaku! dan akan namaNya yang suci itu, hai segala sesuatu yang di dalam aku! Pujilah akan Tuhan, hai jiwaku! dan jangan engkau melupakan suatu kebajikanNya.” Mazmur 103:1, 2. PB1 307.1
Allah tidak melupakan kebutuhan-kebutuhan orang Israel. Ia berkata kepada pemimpin mereka, “Aku akan menghujani kamu dengan roti dari langit kelak.” Dan petunjuk-petunjuk telah diberikan agar orang banyak mengumpulkan persediaan untuk tiap-tiap hari, dan pada hari yang keenam jumlahnya dua kali lipat, agar pemeliharaan hari Sabat yang suci itu dapat dipertahankan. PB1 307.2
Musa memberikan jaminan kepada perhimpunan orang banyak itu bahwa keperluan mereka akan dipenuhi: “Tuhan akan memberikan kepadamu pada petang hari daging untuk dimakan dan pada esok pagi roti sampai kenyang.” Dan ia menambahkan, “karena siapakah gerangan kami ini? Bahwa persungutan kamu ini bukannya terhadap kami melainkan terhadap Tuhan.” Lebih jauh ia memerintahkan kepada Harun untuk berkata kepada mereka, “Datanglah kamu hampir ke hadirat Tuhan, karena telah didengarnya persungutan kamu.” Sementara Harun sedang berkata-kata, “mereka mengarahkan mata ke padang belantara itu, bahwa sesungguhnya kelihatanlah kemuliaan Tuhan di dalam awan.” Satu keindahan seperti yang belum pernah mereka saksikan telah melambangkan Kehadiran ilahi. Melalui pernyataan-pernyataan yang dinyatakan ke indra mereka, mereka memperoleh pengetahuan akan Allah. Mereka harus diajar bahwa Yang Mahatinggi, dan bukan semata-mata Musa, adalah pemimpin mereka, agar mereka merasa takut akan namaNya dan menurut kepada suaraNya. PB1 307.3
Pada waktu senja hari kemah-kemah mereka dikelilingi oleh burung puyuh dalam jumlah yang sangat besar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh perhimpunan itu. Pada pagi harinya di atas permukaan tanah terdapat, “satu macam benda yang seni dan beku, halusnya seperti embun beku,” “kelihatannya seperti biji ketumbar, putih.” Mereka menyebutnya “manna”. Musa berkata, “Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu untuk dimakan.” Orang banyak mengumpulkan manna itu dan mendapati bahwa ternyata cukup persediaan bagi mereka semua. Mereka “menggilingnya dengan batu kisaran atau menumbuknya dalam lesung dan memasaknya dalam periuk dan dibuatnya menjadi kue.” Bilangan 11:8. “Dan rasanya seperti kue yang dicampur dengan madu.” Mereka diperintahkan untuk mengumpulkan tiap-tiap hari satu gomer satu orang; dan mereka tidak boleh menyimpannya sampai hari esok. Beberapa dari antara mereka mencoba menyimpannya sampai keesokan paginya tetapi mereka dapati itu tidak baik untuk dimakan. Persediaan untuk satu hari harus dikumpulkan waktu pagi; karena semua yang tinggal di tanah akan meleleh oleh sinar matahari. PB1 307.4
Di dalam mengumpulkan manna itu didapati bahwa orang yang telah mengumpulkan lebih banyak dan yang lain lebih sedikit daripada jumlah yang telah ditentukan; tetapi “apabila diukurnya dengan gomer, maka yang telah memungut banyak itu tidak lebih, dan yang memungut sedikit itu tiada kurang.” Keterangan dari ayat ini dan juga pelajaran yang praktis daripadanya, diberikan oleh rasul Paulus di dalam suratnya yang kedua kepada orang-orang di Korinti. Ia berkata, “Karena bukannya supaya orang lain boleh menjadi senang, dan kamu susah, melainkan sama berat. Pada masa ini kelebihan kamu boleh mencukupkan kekurangan mereka supaya kelebihan mereka itu boleh mencukupkan kekurangan kamu, supaya menjadi sama berat, sebagaimana tersurat: Bahwa orang yang beroleh banyak itu tiada berlebih dan yang beroleh sedikit tiada berkekurangan.”2 Korinti 8:13-15. PB1 308.1
Pada hari yang keenam orang banyak mengumpulkan dua gomer untuk masing-masing mereka. Pemimpin-pemimpin mereka dengan segera pergi mendapatkan Musa dan mengadukan kepada Musa apa yang telah dilakukan. Jawabnya adalah, “Inilah dia yang telah difirmankan Tuhan: Esok harilah perhentian, yaitu sabat yang suci bagi Tuhan, sebab itu gorenglah sekarang barang yang hendak kamu goreng dan rebuslah barang yang hendak kamu rebus, maka yang lebih itu taruhlah akan dirimu dan simpanlah dia sampai esok pagi.” Mereka telah melakukan demikian, dan mereka dapati bahwa manna itu tidak berubah. “Maka kata Musa: Makanlah dia pada hari ini; bahwa hari inilah sabat Tuhan; pada hari ini tiada kamu mendapat dia di padang. Enam hari lamanya hendaklah kamu memungut dia, tetapi pada hari yang ketujuh itu adalah sabat Tuhan, pada hari itu tiada akan terdapat.” PB1 308.2
Tuhan menuntut agar hariNya yang suci itu dipelihara sama kudusnya seperti pada zaman Israel dahulu. Perintah yang diberikan kepada orang Ibrani itu harus dianggap oleh semua orang Kristen sebagai satu perintah dari Allah kepada mereka. Hari sebelum Sabat harus menjadi sebagai satu hari persediaan, agar segala sesuatu dapat dipersiapkan untuk jam-jam yang suci itu. Bagaimanapun juga janganlah urusan kita dibiarkan mengambil waktu yang suci itu. Allah telah memerintahkan agar orang sakit dan yang menderita dirawat; pekerjaan yang dituntut untuk meringankan beban mereka adalah satu pekerjaan rahmat, dan bukan merupakan pelanggaran terhadap Sabat; tetapi segala pekerjaan yang tidak perlu harus dihindarkan. Banyak orang dengan lalainya telah menunda sampai kepada permulaan hari Sabat perkara-perkara kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan pada hari persediaan. Hal seperti ini janganlah terjadi. Pekerjaan yang dibiarkan sampai kepada permulaan Sabat harus tetap dibiarkan sampai Sabat berlalu. Cara seperti ini akan dapat menolong ingatan daripada yang lalai itu, dan menjadikan mereka lebih berhati-hati untuk melaksanakan tugas mereka dalam enam hari bekerja itu. PB1 308.3
Setiap minggu selama dalam perjalanan mereka di padang belantara, orang Israel menyaksikan satu mujizat rangkap tiga, yang dimaksudkan untuk mengesankan pikiran mereka akan sucinya Sabat itu; manna dalam jumlah dua kali lipat diturunkan pada hari yang keenam, tidak ada manna pada hari yang ketujuh, dan persediaan yang diperlukan untuk Sabat terpelihara dan tetap manis dan bersih, sedangkan jikalau dibiarkan tersisa pada hari-hari yang lainnya, manna itu tidak baik lagi untuk dimakan. PB1 309.1
Di dalam keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pemberian manna itu kita mempunyai bukti yang menentukan bahwa Sabat bukanlah ditetapkan, seperti yang dikatakan oleh banyak orang, pada waktu hukum itu diberikan di bukit Sinai. Sebelum orang-orang Israel tiba di Sinai mereka telah mengerti bahwa Sabat merupakan sesuatu yang dituntut dari mereka. Dengan diperintahkannya untuk mengumpulkan manna dua kali lebih banyak setiap hari Jumat sebagai hari persediaan untuk Sabat, dimana tidak akan ada manna yang jatuh, sifat yang suci daripada hari perhentian itu tetap diingatkan kepada mereka. Dan bilamana beberapa dari antara orang banyak itu keluar pada hari Sabat untuk mengumpulkan manna, Tuhan bertanya, “Berapa lamakah kamu enggan memeliharakan segala firman dan hukumKu?” PB1 309.2
“Maka bani Israel itupun makanlah manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka itu masuk ke dalam negeri orang; yaitu mereka itu makan manna sehingga sampailah mereka itu ke perhinggaan negeri Kanaan.” Untuk empat puluh tahun lamanya mereka telah diingatkan tiap-tiap hari oleh persediaan yang ajaib ini, akan kasih serta penjagaan Allah yang tidak pernah gagal. Dengan kata-kata pemazmur, Allah telah memberikan kepada mereka, “gandum dari langit. Manusia memakan makanan malaikat” (Mazmur 78:24, 25)—yaitu, makanan yang disediakan bagi mereka oleh malaikatmalaikat. Dicukupkan oleh “gandum dari langit” mereka itu setiap hari diajar bahwa dengan memiliki janji Allah, mereka itu terpelihara daripada kekurangan sama halnya seperti mereka itu seolah-olah dikelilingi oleh ladang-ladang gandum di padang yang subur di tanah Kanaan. PB1 309.3
Manna yang jatuh dari langit untuk memberi makan Israel adalah satu lambang daripada Dia yang datang dari Allah untuk memberikan hidup kepada dunia. Yesus berkata, “Aku inilah Roti Hidup itu. Leluhur kamu telah makan Manna di padang belantara, dan mati juga mereka itu. Inilah Roti yang turun dari sorga, supaya orang makan daripadanya dan tiada mati. Aku inilah Roti yang Hidup, yang turun dari sorga; jikalau barang seorangpun makan daripada Roti ini, ia akan hidup selama-lamanya dan Roti yang Aku akan berikan itu, ia itu tubuhku, karena kehidupan isi dunia ini.” Yohanes 6:48-51. Dan di antara janji-janji berkat bagi umat Allah untuk kehidupan yang akan datang, telah tersurat, “Maka kepada orang yang menang, kepadanyalah Aku akan memberi Manna yang tersembunyi itu.” Wahyu 2:17. PB1 310.1
Setelah meninggalkan padang belantara Sin, orang Israel mendirikan kemahnya di Rafidim. Di tempat ini tidak ada air dan kembali mereka tidak percaya akan pimpinan Allah. Di dalam kebutaan mereka dan dengan sembrono mereka datang kepada Musa dengan satu tuntutan, “Berikanlah air kepada kami agar kami bisa minum.” Tetapi ia tidak kehilangan sabar. “Mengapa engkau berbantah-bantah dengan aku?” katanya, “mengapa engkau mencobai akan Tuhan?” Dengan marah mereka berteriak, “Mengapa engkau telah membawa akan kami keluar dari Mesir, entah ia itu sebab membunuh kami dan anak-anak kami dan segala binatang kami dengan dahaga?” Pada waktu mereka diberi makanan dengan berkelimpahan, dengan rasa malu mereka mengingat kembali akan sikap mereka yang tidak percaya dan persungutan mereka, dan berjanji akan berharap kepada Tuhan di masa mendatang; tetapi dengan segera mereka melupakan janji mereka itu dan gagal dalam menghadapi ujian yang pertama daripada iman mereka itu. Tiang awan yang memimpin mereka seolah-olah menutupi satu misteri yang menakutkan. Dan Musa—siapakah dia? tanya mereka, dan apakah yang menjadi tujuannya dengan membawa mereka itu keluar dari Mesir? Kecurigaan dan tidak percaya memenuhi hati mereka dan dengan berani menuduh bahwa ia bermaksud akan membunuh mereka dan anak-anak mereka oleh kesulitan serta penderitaan, agar ia dapat memperkaya dirinya dengan harta milik mereka. Di dalam kegaduhan serta amarah mereka hampir-hampir melempari Musa dengan batu. PB1 310.2
Dengan rasa susah Musa berseru kepada Tuhan, “Apakah yang harus kuperbuat terhadap bangsa ini?” Ia diperintahkan untuk membawa pemimpin-pemimpin bangsa Israel itu, dan juga tongkat oleh mana ia telah mengadakan keajaiban-keajaiban di Mesir dan pergi kepada orang banyak. Dan Tuhan berkata kepadanya, “Bahwa sesungguhnya Aku akan berdiri di sana di hadapanmu di atas gunung batu Horeb, maka hendaklah engkau palu akan gunung batu itu, niscaya akan keluar air daripadanya, supaya orang banyak itu minum.” Ia menurutinya, dan air keluar dalam satu pancaran yang hidup yang dengan limpahnya memenuhi kebutuhan segenap perhimpunan itu. Gantinya memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya dan meminta turunnya kutuk yang mengerikan, seperti yang di Mesir itu, terhadap pemimpin-pemimpin daripada orang-orang yang jahat dan bersungut-sungut itu, Tuhan di dalam rahmatNya telah menjadikan tongkat itu sebagai alatnya untuk memberikan kelepasan kepada mereka. PB1 311.1
“Dan dibelahkannya gunung batu di padang Tiah dan diberinya minum mereka itu puas-puas seolah-olah dari dalam lubuk. Karena air yang mengalir dikeluarkannya dari dalam gunung batu, diturunkannya air banyak seperti sungai adanya.” Mazmur 78:15, 16. Musa telah memukul batu itu, tetapi adalah Anak Allah yang, terselindung di dalam awan itu, berdiri di samping Musa dan menjadikan air pemberi hidup itu telah mengalir. Bukan hanya Musa dan pemimpin-pemimpin saja, tetapi semua orang yang berdiri dari jauh, telah melihat kemuliaan Tuhan; tetapi kalau saja awan itu diangkat, mereka akan binasa oleh terang yang hebat daripada Dia yang tinggal di dalamnya. PB1 311.2
Di dalam kehausan mereka telah mencobai Allah, dengan berkata, “Apakah Tuhan ada di antara kita, ataukah tidak? Jikalau Allah telah membawa kita ke tempat ini, mengapakah Ia tidak memberikan air kepada kita sebagaimana roti?” Sikap tidak percaya yang dinyatakan dengan cara itu adalah satu kejahatan, dan Musa merasa takut bahwa hukuman Allah akan menimpa mereka. Dan ia menyebut tempat itu Massa, “godaan,” dan Meriba, “perbantahan,” sebagai peringatan akan dosa mereka. PB1 311.3
Satu bahaya yang baru kini mengancam mereka. Oleh sebab persungutan mereka terhadap Dia, Tuhan telah membiarkan mereka diserang oleh musuh-musuh mereka. Bangsa Amalek, satu bangsa yang buas dan suka berperang yang menempati daerah itu, telah datang menyerang serta membinasakan mereka yang, karena letih, telah tertinggal di belakang. Musa, menyadari bahwa orang banyak ini tidak bersedia untuk berperang, telah memerintahkan Yusak untuk memilih dari antara suku-suku bangsa ini satu rombongan tentara dan memimpin mereka pada keesokan harinya untuk menyerang musuh, sementara ia sendiri akan berdiri di satu tempat yang tinggi dekat di tempat itu dengan tongkat Allah di tangannya. Kemudian pada keesokan harinya Yusak dan rombongannya telah menyerang musuh itu, sementara Musa, Harun dan Hur berada di atas sebuah bukit sambil memandang ke medan pertempuran itu. Dengan kedua belah tangannya terangkat ke langit sambil memegang tongkat Allah pada tangan kanannya, Musa berdoa untuk kemenangan tentara Israel. Sementara peperangan itu berlangsung, ternyata bahwa selama tangannya diangkat ke atas, Israel menang, tetapi bilamana tangan itu diturunkan pihak musuhlah yang menang. Oleh karena Musa merasa letih, Harun dan Hur telah menunjang tangannya itu sampai matahari terbenam bilamana musuh telah dipukul mundur. PB1 311.4
Sementara Harun dan Hur menolong mengangkat tangan Musa, mereka menunjukkan kepada orang banyak akan tugas mereka untuk menolong dia dalam tanggung jawabnya yang besar sementara ia menerima firman dari Allah untuk dikatakan kepada mereka. Dan tindakan Musa itu juga penuh arti, menunjukkan bahwa Allah memegang nasib mereka di dalam tanganNya; apabila mereka menjadikan Dia sebagai penolong mereka, Ia akan berperang bagi mereka serta mengalahkan musuh mereka; tetapi bilamana mereka melepaskan pegangan mereka kepada Dia dan berharap kepada kuasa mereka sendiri, mereka akan menjadi lebih lemah daripada orang-orang yang tidak mengenal Allah dan musuh mereka akan menang terhadap mereka. PB1 312.1
Sebagaimana orang Ibrani itu menang bilamana Musa mengangkat tangannya ke atas dan memohon dalam doa bagi mereka, demikian pula Israel Allah akan menang apabila dengan iman mereka berpegang kepada kekuatan Penolong mereka yang berkuasa itu. Namun demikian, kekuatan ilahi harus digabungkan dengan usaha manusia. Musa tidak percaya bahwa Allah akan mengalahkan musuh mereka sementara Israel tinggal diam. Sementara pemimpin besar itu berdoa kepada Tuhan, Yusak dan pengikutpengikutnya yang berani mengerahkan segenap usahanya untuk menyerang musuh Israel dan musuh Allah. PB1 312.2
Sesudah dikalahkannya orang Amalek itu, Tuhan memerintahkan Musa, “Suratkanlah ini dalam sebuah kitab akan suatu peringatan, dan bubuhlah firman ini pada telinga Yusak: Bahwa Aku menghapuskan kelak segala peringatan akan Amalek dari bawah langit!” Sesaat sebelum kematiannya, pemimpin besar itu telah menyampaikan kepada bangsanya satu amanat yang khidmat: “Maka hendaklah kamu ingat akan perkara yang diperbuat oleh orang Amalek akan kamu pada jalan, tatkala kamu keluar dari Mesir, bagaimana telah ia mendatangi kamu dan ditempuhnya akan penutup tentaramu, yaitu akan segala orang yang lemah, yang datang dari belakang pada masa kamu lesu letih dan lelah, dan tiada ia takut akan Allah. Maka tak akan jangan, apabila sudah dikaruniakan Tuhan, Aliahmu, kepadamu perhentian kepadamu daripada segala musuhmu keliling, yaitu dalam negeri yang akan dikaruniakan Tuhan, Aliahmu, kepadamu akan milikmu pusaka, maka kamu akan menghapuskan peringatan akan Amalek itu dari bawah langit; jangan kamu lupakan ini.” Ulangan 25:17-19 . Sehubungan dengan bangsa yang jahat ini Tuhan berkata, “Tangan bangsa Amalek melawan arasy Tuhan.” Keluaran 17:16. PB1 312.3
Bangsa Amalek bukannya tidak mengetahui tentang sifat Allah atau sifat daripada pemerintahan Allah, tetapi gantinya mereka takut di hadapanNya, mereka telah menetapkan dalam diri mereka untuk menentang kuasaNya. Keajaiban-keajaiban yang telah diadakan oleh Musa di hadapan orang Mesir telah dijadikan bahan ejekan oleh orang Amalek dan kegentaran daripada bangsa-bangsa di sekitarnya telah dicemoohkannya. Mereka telah mengambil sumpah di hadapan dewa-dewa mereka bahwa mereka akan membinasakan orang Ibrani agar jangan seorangpun terlepas, dan mereka membanggakan bahwa Allah orang Israel tidak akan berdaya untuk melawan mereka. Mereka tidak pernah disakiti atau diancam oleh orang Israel. Serangan mereka itu sama sekali tidak beralasan. Mereka berusaha menghancurkan umat Allah untuk menyatakan kebencian dan perlawanan mereka terhadap Allah. Sudah lama bangsa Amalek ini merupakan orang-orang berdosa yang sombong dan takabur, dan kejahatan mereka telah naik kepada Tuhan untuk meridapat pembalasan, tetapi rahmatNya masih tetap memanggil mereka untuk bertobat; tetapi apabila orang Amalek itu menyerang bangsa Israel yang letih dan tidak bersenjata itu, mereka telah memeteraikan kebinasaan bangsa mereka. Perlindungan Allah menaungi anak-anakNya yang paling lemah. Tidak ada satu tindakan yang kejam atau yang menindas mereka yang tidak dicatat oleh sorga. Di atas semua orang yang takut dan cinta kepadaNya, tanganNya melindungi sebagai perisai; biarlah manusia berhati-hati agar jangan mereka memukul tangan itu; karena itu memegang pedang keadilan. PB1 313.1
Tidak jauh dari tempat di mana Israel sekarang sedang mendirikan kemahnya, terdapat rumah Yetero, mertua Musa. Yetero telah mendengar tentang kelepasan orang Israel, dan sekarang ia berangkat untuk mengunjungi mereka serta menyerahkan kembali kepada Musa isterinya dan kedua anak laki-lakinya. Pemimpin besar itu diberi tahu oleh pesuruh-pesuruh tentang kedatangan mereka, dan ia pergi menyambut mereka dengan penuh kegembiraan, dan sesudah saling memberi salam, merekapun dibawa ke kemahnya. Ia telah mengirim kembali keluarganya pada waktu dalam perjalanan untuk memimpin Israel keluar dari Mesir yang penuh bahaya itu, tetapi kini kembali ia dapat menikmati penghiburan serta kegembiraan dengan adanya mereka itu. Kepada Yetero ia telah menceritakan kembali akan perbuatan Allah yang ajaib itu terhadap Israel, dan Yeteropun merasa gembira dan memuji akan Allah, dan bersama-sama dengan Musa dan pemimpin-pemimpin Israel ia menggabungkan diri untuk mempersembahkan korban dan mengadakan satu upacara pesta yang khidmat untuk memperingati akan rahmat Allah. PB1 313.2
Sementara Yetero tinggal di tenda-tenda itu, ia melihat bagaimana beratnya beban yang ada di atas bahu Musa. Untuk mempertahankan tata tertib dan disiplin di antara orang banyak yang jumlahnya besar itu, yang bodoh dan tidak terlatih itu, sungguh merupakan satu tugas yang berat. Musa adalah pemimpin dan pemerintah yang mereka akui dan bukan saja kepentingan umum dan tugas daripada orang banyak itu, tetapi segala persengketaan yang timbul di antara mereka juga dihadapkan kepada Musa. Ia telah membiarkan hal ini, karena itu memberikan kepadanya satu kesempatan untuk memberi petunjuk kepada mereka; sebagaimana yang dikatakannya, “Aku memberi tahu mereka itu segala syariat dan hukum Allah.” Tetapi Yetero menentang hal ini, dengan berkata, “Pekerjaan ini terlalu berat bagimu; engkau tidak akan sanggup melakukannya seorang diri.” “Engkau pasti akan menderita,” dan ia menasihati Musa untuk mengangkat orang-orang yang layak sebagai pemimpin atas seribu orang; dan yang lain sebagai pemimpin atas seratus orang, dan yang lain atas sepuluh orang. Mereka haruslah “orang-orang yang sanggup, orang-orang yang takut akan Allah, orang-orang yang jujur dan membenci sifat tamak.” Mereka inilah yang akan menjadi hakim atas perkara yang kecil-kecil, sementara soal-soal yang paling sulit dan penting harus dibawa kepada Musa, yang untuk orang banyak harus, kata Yetero, “menghadap Allah dan mempersembahkan segala perkaranya itu kepada Allah”; “dan artikanlah kiranya kepada mereka itu segala hukum dan syariat, dan tunjukkanlah akan mereka itu jalan yang patut dijalaninya dan pekerjaan yang patut dikerjakannya.” Nasihat ini diterima, dan ini bukan hanya memberikan keringanan kepada Musa, tetapi telah menyerahkan terciptanya satu tata tertib yang lebih sempurna di antara bangsa itu. PB1 314.1
Tuhan telah menghormati Musa dan telah mengadakan perbuatanperbuatan yang ajaib oleh tanganNya; tetapi kenyataan bahwa ia telah dipilih untuk memberi petunjuk kepada orang lain tidaklah menjadikan dia untuk mengambil kesimpulan bahwa ia sendiri tidak memerlukan petunjuk. Pemimpin Israel yang terpilih ini mendengarkan dengan gembira kepada usul-usul daripada imam yang beribadat yang berasal dari Midian itu, dan telah melaksanakan rencana tersebut sebagai cara pengaturan yang bijaksana. PB1 314.2
Dari Rafidim bangsa itu melanjutkan perjalanan mereka, mengikuti gerak daripada tiang awan itu. Jejak langkah mereka telah menyusuri padang-padang yang tandus, tebing yang curam dan melalui deretan gunung batu. Sering sementara mereka sedang berjalan di padang pasir itu, mereka melihat di hadapan mereka gunung-gunung yang curam seperti bentengbenteng raksasa, menjulang tinggi ke atas dan menghalangi jalan mereka dan seolah-olah tidak memungkinkan mereka untuk maju terus. Tetapi apabila mereka telah berada di dekatnya, di sana sini terlihat jalan terbuka di gunung-gunung itu dan di seberang sana, satu padang datar yang luas terbentang di hadapan mereka. Sekarang mereka dipimpin untuk melewati salah satu jalan kecil yang berbatu-batu. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat hebat dan mengesankan. Di antara gunung-gunung batu yang menjulang tinggi beratus-ratus kaki sebelah menyebelah, seperti air sungai yang mengalir, sejauh mata memandang, bangsa Israel bersama-sama dengan kawanan kambing domba mereka itu bergerak maju. Dan sekarang di hadapan mereka dengan megahnya Bukit Sinai menampilkan bahagian depannya. Tiang awan itu berhenti di atas puncaknya, dan mereka itupun mendirikan kemah-kemah mereka di atas padang di kaki bukit itu. Tempat ini menjadi tempat kediaman mereka hampir satu tahun lamanya. Pada waktu malam tiang api memberikan jaminan kepada mereka akan perlindungan ilahi dan sementara mereka tertidur, dengan perlahan-lahan roti sorga itu jatuh ke atas tempat kediaman mereka. PB1 315.1
Fajar melapisi puncak-puncak gunung yang gelap itu dengan warna keemasan dan sinar sang surya memancar menembusi lorong-lorong yang dalam di antara bukit-bukit batu, dan kepada pengembara-pengembara yang letih lesu itu nampaknya seperti terang rahmat yang memancar dari takhta Allah. Di sekeliling mereka puncak-puncak gunung yang tinggi itu, di tengah-tengah suasana alam yang hening seolah-olah menyatakan keagungan yang abadi. Di tempat ini pikiran mereka dipenuhi oleh rasa kagum dan khidmat. Manusia dapat merasakan kebodohan serta kelemahannya di hadirat Dia yang “menimbang segala gunung dengan dacin dan segala bukit dengan neraca.” Yesaya 40:12. Di sini bangsa Israel menerima wahyu yang paling ajaib yang pernah dinyatakan Allah kepada manusia. Di sini Allah telah mengumpulkan umatNya agar Ia dapat mengesankan mereka akan kesucian tuntutan-tuntutanNya dengan mengumumkan oleh suaraNya sendiri akan hukumNya yang kudus itu. Perubahan-perubahan besar dan radikal harus diadakan di dalam diri mereka; karena pengaruh- pengaruh yang merusakkan sebagai akibat daripada perbudakan itu, dan pergaulan yang lama dengan penyembahan berhala telah meninggalkan bekas kepada kebiasaan dan tabiat mereka. Allah sedang bekerja untuk mengangkat mereka kepada tingkatan akhlak yang lebih tinggi dengan memberikan kepada mereka satu pengetahuan tentang diriNya sendiri. PB1 315.2