Pasal ini dialaskan atas Keluaran 19-24.
Segera setelah berkemah di Sinai, Musa dipanggil ke atas gunung untuk bertemu dengan Allah. Sendirian ia mendaki jalan yang curam dan berbatu itu, dan mendekati awan yang menandai tempat hadirat Tuhan. Israel sekarang ini akan dibawa ke satu hubungan yang intim dan istimewa, kepada Yang Mahatinggi itu—untuk ditetapkan sebagai satu gereja dan satu bangsa di bawah pemerintahan Allah. Pesan kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa itu adalah: PB1 317.1
“Kamu telah melihat perkara yang sudah Kubuat akan orang Mesir, maka Aku telah mendukung kamu seperti di atas sayap burung nasar dan Aku telah memanggil kamu kepadaku. Maka sekarang jikalau selalu kamu turut firmanKu serta kamu memeliharakan perjanjianKu, maka daripada segala bangsa kamulah menjadi milikKu, karena segenap bumi juga Aku yang empunya dia. Maka kamu akan menjadi bagiKu suatu kerajaan imam dan suatu bangsa yang suci. Maka firman ini hendaklah kau katakan kepada segala bani Israel.” PB1 317.2
Musa kembali ke tenda-tenda mereka dan setelah mengumpulkan pemimpin-pemimpin orang Israel, ia mengulangi kembali kepada mereka pesan ilahi itu. Dan jawab mereka adalah, “Apa yang Allah telah katakan, kami akan perbuat.” Dengan demikian mereka telah memasuki satu perjanjian yang khidmat dengan Allah, mereka berjanji akan menerima Dia sebagai pemerintah atas mereka, yang dengan demikian mereka menjadi, dalam cara yang istimewa, sebagai rakyat kekuasaan Allah. PB1 317.3
Kembali pemimpin mereka itu naik ke atas gunung, dan Tuhan berkata kepadanya, “Bahwa sesungguhnya Aku akan turun kepadamu dalam sebuah awan yang kabus, supaya kedengaranlah kepada orang banyak apabila Aku berfirman kepadamu, dan lagi supaya mereka itu percaya akan dikau selama-lamanya.” Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan dalam perjalanan, mereka cenderung untuk bersungut-sungut terhadap Musa dan Harun, dan menuduh mereka telah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir untuk membinasakan mereka. Tuhan menghormati Musa di hadapan mereka, agar mereka dapat dituntun untuk mentaati segala petunjuk-pe tunjuknya. PB1 317.4
Allah bermaksud untuk menjadikan peristiwa dimana Ia akan mengucapkan hukumNya itu sebagai satu pemandangan yang hebat dan mengagumkan, sesuai dengan sifatNya yang agung itu. Bangsa itu harus diberi kesan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan kepada Allah harus diperlakukan dengan sikap hormat yang paling dalam. Tuhan berkata kepada Musa, “Pergilah engkau mendapatkan orang banyak itu, sucikanlah mereka itu pada hari ini dan pada esok hari, hendaklah dibasuhkannya pakaiannya. Dan hendaklah mereka itu sedia pada hari yang ketiga, karena pada hari yang ketiga itu Tuhan akan turun kepada bukit Torsina di hadapan pemandangan mereka itu sekalian.” Selama dua hari itu semua orang harus memakai waktunya dalam persiapan yang khidmat untuk menghadap Allah. Diri dan pakaian mereka harus dibersihkan dari kekotoran. Dan apabila Musa menunjukkan dosa-dosa mereka, mereka harus merendahkan hati, berpuasa dan berdoa agar hati mereka dapat dibersihkan dari kejahatan. PB1 318.1
Persiapan-persiapan itu diadakan sesuai dengan perintah; dan sehubungan dengan anjuran yang berikutnya, Musa memerintahkan agar satu pagar didirikan di sekeliling gunung itu, agar supaya jangan ada baik manusia atau binatang menjejakkan kakinya ke atas tempat yang suci itu. Jikalau seseorang berani sekalipun hanya menyentuhnya saja, maka hukumannya adalah mati seketika itu juga. PB1 318.2
Pada pagi hari yang ketiga, apabila pandangan semua orang itu diarahkan ke gunung itu, puncaknya ditutupi awan yang tebal, yang semakin lama semakin gelap dan pekat, dan kemudian awan itu terus turun sampai ke kakinya sehingga seluruh gunung itupun diselimuti oleh kegelapan dan misteri yang mengagumkan. Kemudian satu bunyi seperti bunyi sebuah terompet terdengar, menyuruh bangsa itu untuk berkumpul dan menghadap kepada Tuhan; dan Musa memimpin mereka bergerak maju ke kaki bukit itu. Dari kegelapan yang pekat itu kilat memancar dengan terangnya, sementara gemuruh guntur menggema di antara puncak-puncak gunung yang ada di sekitarnya. “Maka segenap bukit Torsina itupun berasaplah, sebab Tuhan adalah turun kepadanya dalam api, maka asapnya naik seperti asap tanur dan sangat gempalah segala bukit itu.” “Kemuliaan Allah seperti api yang menghanguskan di atas puncak gunung itu” kepada penglihatan daripada perhimpunan orang banyak itu. Dan “bunyi terompet itu berkumandang lama sekali, dan semakin lama menjadi semakin keras.” Begitu dahsyat tanda-tanda daripada kehadiran Tuhan sehingga orang-orang Israel gemetar ketakutan dan bersujud dengan muka mereka sampai ke bumi. Sedangkan Musa sendiri berseru, “Aku menggeletar dengan ketakutan.” Ibrani 12:21. PB1 318.3
Dan sekarang gemuruh guntur berhenti; bunyi terompet tidak terdengar lagi; bumi menjadi hening sekali. Suasana waktu itu tenang dan khidmat, dan kemudian suara Allah terdengar. Dengan bersabda dari dalam kegelapan yang pekat yang menyelimutiNya, apabila Ia berdiri di atas bukit itu dengan dikelilingi oleh sepasukan malaikat, Tuhan telah memberitahukan hukumNya. Musa dalam menggambarkan pemandangan itu, berkata, “Bahwa Tuhan telah datang dari Torsina dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir; kelihatanlah Ia dengan gemerlapan cahayaNya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades; maka pada kananNya adalah tiang api bagi mereka itu. Bagaimana dikasihinya akan suku bangsa itu! Segala kesuciannya adalah dalam tanganMu, mereka itu duduk pada kakiMu, masing-masing akan beroleh dari perkataanMu.” Ulangan 33:2, 3. PB1 319.1
Tuhan telah menyatakan diriNya, bukan saja di dalam keagungan yang hebat dari seorang hakim dan pemberi hukum, tetapi juga sebagai penjaga yang penuh belas kasihan kepada umatNya: “Akulah Tuhan, Aliahmu, yang telah menghantarkan kamu keluar dari negeri Mesir, dari dalam tempat perhambaan itu.” Ia, yang mereka telah kenal sebagai Penuntun serta Pembebas mereka, yang telah membawa mereka keluar dari Mesir, yang membuka jalan bagi mereka untuk menyeberangi laut dan menghancurkan Firaun dengan segala bala tentaranya,. yang dengan demikian telah menyatakan bahwa diriNya lebih berkuasa daripada segala dewa-dewa Mesir—Dialah yang sekarang ini memberitahukan hukumNya. PB1 319.2
Hukum yang diucapkan pada saat itu bukanlah terbatas hanya untuk keuntungan orang Ibrani saja. Allah telah menghormati mereka dengan menjadikan mereka sebagai penjaga dan pemelihara hukumNya, tetapi itu harus dijaga sebagai barang titipan yang suci bagi seluruh dunia. Peraturanperaturan Hukum Sepuluh itu disesuaikan kepada seluruh umat manusia, dan semuanya itu diberikan untuk menjadi petunjuk serta pemerintah bagi semua orang. Sepuluh peraturan, singkat, mencakup keseluruhan, dan mempunyai wewenang, mencakup tanggung jawab manusia kepada Allah dan kepada sesama manusia; dan semuanya itu dialaskan atas prinsip kasih yang agung itu. “Hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segala kuatmu dan dengan sepenuh akal budimu dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Lukas 10:27. (Lihat juga Ulangan 6:4, 5; Imamat 19:18). Di dalam Sepuluh Hukum itu prinsip-prinsip ini dijelaskan dengan terperinci, dan dapat digunakan kepada keadaan sekeliling dalam hidup manusia. PB1 319.3
“Janganlah padamu ada ilah lain di hadapan hadiratKu.” PB1 320.1
Tuhan, yang kekal, yang jadi dengan sendirinya, satu Oknum yang tidak diciptakan, Dia sendiri sebagai Sumber dan Pemberi hidup kepada semua orang, adalah satu-satunya Oknum yang berhak untuk disembah dan mendapat kehormatan yang terutama. Manusia dilarang untuk memberikan kepada benda-benda lainnya tempat yang utama di dalam pelayanan dan kasih mereka. Apa saja yang kita manjakan yang cenderung untuk mengurangi kasih kita kepada Allah atau menghalangi pelayanan yang harus diberikan kepada Dia, maka kita telah menjadikan hal itu sebagai ilah. PB1 320.2
“Jangan diperbuat olehmu akan patung ukiran atau barang peta daripada barang yang dalam langit di atas, atau daripada barang yang di atas bumi di bawah, atau daripada barang yang di dalam air di bawah bumi. Jangan kamu menyembah sujud atau berbuat bakti kepadanya.” PB1 320.3
Hukum yang kedua melarang perbaktian kepada Allah yang benar melalui patung-patung atau barang peta. Banyak bangsa kapir mengatakan bahwa patung-patung mereka itu hanyalah sekedar gambaran atau lambang oleh mana Allah itu disembah, tetapi Allah telah menyatakan bahwa perbaktian seperti itu adalah dosa. Usaha untuk menggambarkan Oknum yang Kekal itu oleh benda-benda materi akan merendahkan dasar pemikiran manusia tentang Allah. Pikiran kita, bila dipalingkan dari kesempurnaan Tuhan yang tidak terbatas itu, akan tertarik kepada benda yang dijadikan gantinya kepada Khalik itu. Dan apabila pandangannya tentang Allah telah direndahkan, maka demikian juga manusia itu akan menjadi merosot martabatnya. PB1 320.4
“Akulah Tuhan, Aliahmu, Allah yang cemburuan adanya.” Hubungan yang intim dan suci antara Allah dengan umatNya dilambangkan sebagai satu pernikahan. Olehkarena penyembahan berhala merupakan perzinahan rohani, maka rasa tidak senang Allah terhadap hal itu dengan tepat sekali disebut sebagai kecemburuan. PB1 320.5
“Yang membalas durhaka bapa sampai kepada anak-anaknya dan kepada gilir yang ketiga dan yang keempatpun daripada segala orang yang membenci akan Daku.” Tidaklah dapat dielakkan bahwa anak-anak harus menderita akibat-akibat daripada kesalahan orang tua, tetapi mereka tidak dihukum olehkarena dosa orang tua, kecuali bilamana mereka ikut serta dalam dosa-dosa mereka. Namun demikian, yang biasanya terjadi ialah bahwa anak-anak mengikut jejak orang tua mereka. Oleh warisan dan teladan hidup anak-anak mengambil bahagian dalam dosa bapak. Kecenderungan-kecenderungan yang salah, selera makan yang dirusakkan, dan akhlak yang merosot sebagaimana juga penyakit dan kelemahankelemahan jasmani diturunkan sebagai satu warisan dari bapa kepada anak, sampai kepada generasi yang ketiga dan keempat. Kenyataan yang menakutkan ini seharusnya mempunyai satu kuasa yang khidmat untuk menegahkan manusia daripada mengikuti satu hidup yang penuh dosa. PB1 320.6
“Tetapi Aku menunjukkan kemurahanKu akan beribu-ribu gilir orang yang mengasihi akan Daku dan yang memeliharakan segala firmanKu.” Di dalam melarang perbaktian terhadap ilah-ilah yang palsu, hukum yang kedua dengan secara tidak langsung meneguhkan perbaktian kepada Allah yang benar. Dan kepada mereka yang setia di dalam pelayanan kepada Allah, rahmat dijanjikan, bukan hanya sampai kepada gilir yang ketiga atau keempat sebagaimana halnya murka yang dinyatakan terhadap mereka yang membenci Dia, melainkan sampai kepada ribuan generasi. PB1 321.1
“Jangan kamu menyebut nama Tuhan, Aliahmu, dengan sia-sia, karena tiada dibilangkan Tuhan suci dari salah segala orang yang menyebut namaNya dengan sia-sia.” PB1 321.2
Hukum ini bukan hanya melarang sumpah palsu dan sumpah-sumpah biasa, tetapi juga melarang kita untuk menggunakan nama Allah di dalam cara yang sembrono, tanpa menyadari akan artinya yang hebat itu. Dengan menyebut nama Allah secara tidak hati-hati dalam pembicaraan-pembicaraan yang biasa, dengan memohonkan perkara-perkara yang remeh kepadaNya dan dengan sering mengulang-ulangi namaNya tanpa pemikiran, kita tidak menghormati Dia. “Dan namaNyapun suci dan hebat adanya.” Mazmur 119:9. Semua orang harus merenung-renungkan akan keagunganNya, kesucianNya agar supaya hati kita dapat dikesankan oleh satu perasaan akan tabiatNya yang mulia itu; dan namaNya yang suci itu harus diucapkan dengan sikap hormat serta kehidmat. PB1 321.3
“Ingatlah kamu akan hari Sabat, supaya kamu sucikan dia. Bahwa enam hari lamanya hendaklah kamu bekerja dan mengerjakan segala pekerjaanmu; tetapi hari yang ketujuh itulah Sabat Tuhan, Aliahmu, pada hari itu jangan kamu bekerja, baik kamu atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau binatangmu, atau orang dagang yang ada di dalam pintu gerbangmu. Karena dalam enam hari lamanya telah dijadikan Tuhan akan langit dan bumi dan laut, dengan segala isinya, maka berhentilah Tuhan pada hari yang ketujuh, sebab itulah diberkati Tuhan akan hari Sabat itu dan disucikannya dia.” PB1 321.4
Hari Sabat tidak ditampilkan sebagai satu lembaga yang baru tetapi sebagai sesuatu yang telah dimulaikan waktu penciptaan bumi ini. Itu harus diingat dan dipelihara sebagai satu peringatan daripada pekerjaan Khalik. Dengan menunjuk kepada Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, Sabat membedakan Allah yang benar daripada ilah-ilah yang palsu. Semua orang yang memelihara hari yang ketujuh menyatakan oleh perbuatan ini bahwa mereka adalah penyembah-penyembah Tuhan. Dengan demikian, Sabat merupakan tanda kesetiaan manusia kepada Allah selama di dunia ini masih ada seseorang yang melayani Dia. Hukum yang keempat adalah satu-satunya dari antara sepuluh hukum itu, dimana di dalamnya didapati baik nama dan juga gelar Pemberi Hukum itu. Itu adalah satu-satunya yang menunjukkan oleh kuasa siapa bahwa hukum itu telah diberikan. Dengan demikian itu mengandung meterai Allah, yang dicantumkan dalam hukumNya sebagai bukti bahwa hukum itu otentik dan mempunyai kuasa yang mengikat. PB1 321.5
Allah telah memberikan kepada manusia enam hari untuk bekerja dan Ia menuntut agar pekerjaan mereka itu dilakukan dalam enam hari kerja itu. Perbuatan-perbuatan yang bersifat menuntut dan berkemurahan diizinkan pada hari Sabat, orang sakit dan yang menderita harus dirawat; tetapi pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu harus sama sekali dihindarkan. “Tegahkanlah kakimu daripada membuat kehendakmu pada Sabat, yaitu pada hari yang disucikan bagiKu, dan engkau membilang sabat itu akan hari kesukaan, yang patut disucikan bagi Tuhan, yang harus dihormati dan engkau mempermuliakan hari itu dengan tiada menurut jalanmu sendiri atau membuat kehendakmu.” Larangan ini tidak berhenti sampai di sini. “Atau mengatakan perkataan yang sia-sia,” kata nabi itu. Mereka yang memperbincangkan soal-soal urusan dagang atau mengadakan rencanarencana pada hari Sabat dianggap oleh Allah seakan-akan telah mengadakan dengan sebenarnya transaksi dari pada urusan itu. Untuk memelihara hari Sabat suci, kita jangan membiarkan pikiran kita sekalipun untuk memikir-mikirkan tentang perkara-perkara yang bersifat duniawi. Dan hukum ini mencakup semua orang yang ada di dalam pintu gerbang kita. Semua anggota keluarga dalam rumah harus mengesampingkan urusan duniawi mereka selama jam-jam yang suci itu. Semua harus bersatu untuk menghormati Allah oleh pelayanan yang sukarela pada hariNya yang suci itu. PB1 322.1
“Berilah hormat akan bapamu dan akan ibumu, supaya dilanjutkan umurmu di dalam negeri yang dianugerahkan Tuhan, Aliahmu, kepadamu.” PB1 322.2
Orang tua berhak memperoleh kasih dan hormat yang melebihi kasih dan hormat yang dapat dinyatakan kepada orang lain. Allah sendiri, yang telah meletakkan ke atas bahu mereka satu tanggung jawab bagi jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada pengawasan mereka, telah me- netapkan bahwa selama tahun-tahun permulaan dari kehidupan seseorang, orang tua akan berdiri di tempat Allah, kepada anak-anak mereka. Dan ia yang menentang wewenang yang benar dari orang tuanya, berarti menolak wewenang Allah. Hukum yang kelima menuntut agar anak-anak menunjukkan bukan hanya sikap hormat, ketaatan dan penurutan kepada orang tua mereka, tetapi juga memberikan kepada mereka kasih dan kelemah-lembutan, meringankan beban mereka, dan menjaga nama baik mereka dan menolong serta menghiburnya pada masa tuanya. Hukum ini juga menuntut sikap hormat terhadap pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin, dan semua yang lainnya yang kepadanya Allah telah memberikan wewenang. PB1 322.3
Hal ini menurut rasul, “adalah hukum yang pertama yang berisi perjanjian.” Efesus 6:12. Bagi Israel, yang mengharapkan dengan segera akan memasuki Kanaan, itu merupakan satu janji kepada yang menurut, janji akan menikmati umur yang panjang di negeri yang baik itu; tetapi itu mempunyai satu arti yang luas, yang mencakup semua Israel Allah, dan menjanjikan hidup yang kekal di atas bumi ini bilamana itu telah dibebaskan dari kutuk dosa. PB1 323.1