Pasal ini dialaskan atas Kejadian 28-31. PB1 186.1
Merasa bahwa dirinya terancam kematian olehkarena amarah Esau, Yakub lari dari rumah bapanya sebagai seorang pengungsi; tetapi bersama dengan dirinya, ia membawa berkat dari bapanya; Ishak telah memperbaharui kepadanya perjanjian itu dan telah memerintahkan dia sebagai pewarisnya, untuk mencari seorang isteri dari antara kaum keluarga ibunya di Mesopotamia. Namun demikian, dengan hati yang amat risau Yakub telah memulai perjalanannya yang sunyi itu. Dengan membawa hanya sebatang tongkat di tangannya, ia harus menempuh perjalanan yang jaraknya ratusan mil melewati satu negeri yang diduduki oleh suku bangsa yang kejam dan buas. Dalam rasa penyesalan dan takutnya itu, ia berusaha untuk menghindar dari manusia agar jangan jejaknya diketahui oleh saudaranya yang sedang marah itu. Ia merasa takut bahwa ia akan kehilangan untuk selama-lamanya berkat yang telah dimaksudkan Allah baginya; dan setan berada di dekatnya untuk membisikkan pencobaan-pencobaan kepadanya. PB1 186.2
Pada malam dari hari yang kedua ia telah berada jauh sekali dari kemah bapanya. Ia merasa bahwa dirinya adalah seorang yang terbuang, dan ia tahu bahwa segala kesulitannya itu telah menimpa dirinya sebagai akibat tindakannya yang salah. Kegelapan dari rasa putus asa menyelubungi jiwanya, dan ia tidak berani berdoa. Tetapi ia benar-benar merasa kesunyian sehingga ia menyadari perlunya perlindungan Allah seperti yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dengan disertai tangisan dan kerendahan hati, ia mengakui dosa-dosanya, dan meminta bukti bahwa ia belum ditinggalkan sama sekali. Namun demikian, tetap hatinya yang tertindih itu belum memperoleh kelepasan. Ia telah kehilangan segenap kepercayaan dalam dirinya, dan ia takut bahwa Allah bapanya itu telah membuang dia. PB1 186.3
Tetapi Allah tidak meninggalkan Yakub. RahmatNya masih ditawarkan kepada hamba yang bersalah dan bimbang itu. Dengan penuh belas kasihan Tuhan telah menyatakan apa yang diperlukan Yakub—seorang Juruselamat. Ia telah berdosa, tetapi hatinya dipenuhi oleh rasa syukur apabila ia melihat satu jalan dinyatakan kepadanya oleh mana ia dapat diperkenankan kembali berkenan kepada Allah. PB1 186.4
Setelah merasa letih karena perjalanannya, pengembara itu berbaring di atas tanah dengan sebuah batu sebagai bantalnya. Apabila ia tertidur ia melihat sebuah tangga, terang yang berkilauan, yang kakinya berpijak di atas bumi sementara ujungnya sampai ke sorga. Di atas tangga ini malaikatmalaikat turun naik; dan di atasnya bersemayam Tuhan yang mulia, dan dari sorga terdengar suara: “Akulah Tuhan Allah Ibrahim bapamu dan Allah Ishak.” Tanah di atas mana ia terbaring sebagai seorang buangan dan pengungsi, dijanjikan kepada keturunannya dengan jaminan, “di dalam dirimu dan di dalam benihmu semua bangsa di bumi akan beroleh berkat.” Janji ini telah diberikan kepada Ibrahim dan kepada Ishak, dan sekarang ini diulangi kepada Yakub. Kemudian sehubungan dengan rasa sunyi serta kepedihan hati yang sedang dialaminya itu, kata-kata penghiburan serta dorongan diucapkan kepadanya: “Maka sesungguhnya Akulah akan sertamu dan Akulah hendak memeliharakan dikau barang ke manapun engkau pergi, dan Aku hendak memulangkan dikau kepada negeri itu juga, karena tiadalah Aku meninggalkan engkau sampai sudah Aku menyampaikan barang yang telah Kujanjikan kepadamu.” PB1 187.1
Tuhan mengetahui pengaruh-pengaruh jahat yang akan mengelilingi Yakub dan bahaya yang akan dihadapinya. Di dalam rahmat Ia memaparkan tentang masa depan kepada pengungsi yang telah bertobat itu, agar ia dapat mengerti akan maksud-maksud ilahi sehubungan dengan dirinya sendiri, dan siap sedia untuk melawan pencobaan-pencobaan yang pasti akan datang kepadanya bilamana ia berada sendirian di tengah-tengah penyembah-penyembah berhala dan orang-orang jahat. Di hadapannya akan selalu ada ukuran yang tinggi yang harus dicapainya, dan pengetahuan bahwa melalui dia maksud Allah akan menemui wujudnya akan senantiasa mendorong dia untuk tetap setia. PB1 187.2
Di dalam khayal ini rencana penebusan dihadapkan kepada Yakub, tidak dengan sepenuhnya, tetapi dalam bagian-bagian yang perlu bagi dirinya pada waktu itu. Tangga mistik yang ditunjukkan kepadanya dalam mimpi adalah perkara yang sama yang disebutkan Kristus dalam pembicaraanNya dengan Natanael. KataNya, “Bahwa kamu akan nampak langit terbuka dan segala malaikat Allah naik turun ke atas Anak Manusia.” Yohanes 1:51. Sampai kepada saat pemberontakan manusia melawan pemerintahan Allah, selalu ada hubungan yang bebas antara Allah dengan manusia. Tetapi dosa Adam dan Hawa menceraikan dunia dari sorga sehingga manusia tidak dapat berhubungan dengan Khaliknya. Namun demikian dunia ini tidak dibiarkan begitu saja dalam keadaan tidak berpengharapan. Tangga itu melambangkan Yesus sebagai jalan penghubung yang telah ditetapkan. Kalau saja Dia tidak menjembatani dengan jasa-jasaNya akan jurang yang telah diakibatkan oleh dosa, maka malaikat-malaikat yang melayani itu tidak akan dapat berhubungan dengan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kristus menghubungkan manusia di dalam kelemahan dan keadaannya yang tidak berdaya itu, dengan sumber kuasa yang tidak terbatas. PB1 187.3
Semuanya ini dinyatakan kepada Yakub di dalam mimpinya. Sekalipun pikirannya pada saat itu juga dapat menangkap sebahagian daripada pernyataan itu, tetapi kebenarannya yang besar dan bersifat rahasia itu, merupakan bahan pelajaran selama hidupnya, dan hal itu dinyatakan dari waktu ke waktu. PB1 188.1
Yakub terbangun dari tidurnya di tengah-tengah kesunyian malam. Gambaran daripada khayalnya yang berkilauan itu telah hilang. Samar-samar di kejauhan nampak bukit-bukit dan di atasnya langit yang bertaburan bintang-bintang. Tetapi ia merasakan adanya suasana yang khidmat bahwa Allah bersama dengan dia. HadiratNya yang tidak kelihatan itu mengisi kesunyian. “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini,” katanya, “maka tiada aku mengetahuinya. ... Ini bukannya tempat yang lain melainkan rumah Allah juga dan inilah pintu sorga adanya.” PB1 188.2
“Maka bangunlah Yakub pagi-pagi hari, diambilnya batu yang telah dijadikan sebagai bantal itu, didirikannya akan suatu tanda, lalu dituangkannyalah minyak ke atasnya.” Sesuai dengan adat untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting, Yakub telah mendirikan satu peringatan akan rahmat Allah agar kapan saja ia melewati tempat itu, ia dapat berhenti di tempat yang suci itu untuk menyembah Allah. Dan ia menamai tempat itu Baitel, atau “rumah Allah”. Dengan rasa syukur yang dalam ia mengulangi janji-janji bahwa hadirat Allah akan selalu menyertainya; kemudian iapun mengadakan satu nazar yang khidmat, “Jikalau kiranya Allah akan sertaku dan memeliharakan aku pada jalan yang kujalani ini, dan dikaruniakannya kepadaku makanan akan dimakan dan pakaian untuk dipakai, dan aku pulang kelak dengan selamat ke rumah bapaku, niscaya Tuhanlah jadi Aliahku; maka batu ini, yang telah kudirikan sebagai satu tanda akan menjadi sebuah bait Allah, maka aku akan mempersembahkan kepadaMu dalam sepuluh asa daripada segala sesuatu yang Engkau telah karuniakan kepadaku.” PB1 188.3
Dalam hal ini Yakub bukanlah berusaha untuk mengemukakan syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh Allah. Tuhan telah menjanjikan kemakmuran kepadanya, dan nazar ini merupakan satu ungkapan satu hati yang dipenuhi oleh rasa syukur atas jaminan kasih serta rahmat Allah. Yakub merasa bahwa Allah mempunyai tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang harus diakuinya, dan bahwa tanda-tanda yang istimewa dari kebajikan Allah yang telah dinyatakan kepadanya menuntut satu pengembalian. Demikian pula setiap berkat yang dianugerahkan kepada kita meminta dari kita suatu jawab kepada Sumber daripada segala, rahmat. Orang Kristen harus sering merenungkan kembali kehidupannya di masa yang silam, dan dengan rasa syukur mengingat kelepasan-kelepasan yang telah diadakan Allah baginya, pertolonganNya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan, jalan keluar yang telah ditunjukkanNya pada saat-saat keadaan sekeliling kelihatannya gelap dan menakutkan, kesegaran yang diberikanNya pada waktu ia hampirhampir pingsan. Ia harus mengakui semuanya itu sebagai bukti-bukti daripada penjagaan malaikat-malaikat sorga. Mengingat berkat-berkat yang tidak terhitung ini, ia harus sering bertanya dengan kerendahan hati serta rasa syukur, “Apakah yang dapat kupersembahkan kepada Tuhan akan membalas segala kebajikanNya akan daku?” PB1 188.4
Waktu kita, talenta kita, harta kita haruslah diserahkan kepadaNya yang telah mempercayakan kepada kita berkat-berkat ini. Jikalau suatu kelepasan yang istimewa telah diadakan untuk kita, atau suatu kebajikan yang tidak kita duga-duga diberikan kepada kita, maka kita harus mengakui akan kebaikan Allah itu, bukan hanya menyatakan syukur kita dengan kata-kata saja, tetapi, seperti Yakub, dengan memberikan pemberianpemberian serta persembahan untuk pekerjaanNya. Sebagaimana kita senantiasa menerima berkat-berkat Allah demikian juga senantiasa kita harus selalu memberi. PB1 189.1
“Daripada segala sesuatu yang Engkau karuniakan kepadaku,” kata Yakub, “aku akan persembahkan kepadaMu sepersepuluhnya.” Akankah kita yang menikmati terang dan kesempatan-kesempatan daripada Injil merasa puas dengan memberikan kepada Allah lebih sedikit daripada apa yang telah diberikan oleh mereka yang hidup pada zaman sebelumnya, yang tidak merasakan sepenuhnya apa yang kita nikmati sekarang ini? Tentu tidak. Sebagaimana berkat-berkat yang kita nikmati itu lebih besar, bukankah kewajiban kitapun lebih besar pula? Tetapi betapa rendahnya taksiran itu; Betapa sia-sianya usaha untuk mengukur kasih yang tidak terbatas, dan tak ternilai itu, dengan menggunakan rumus-rumus ilmu hitung, waktu, uang dan kasih. Sepersepuluh bagi Kristus! Oh, betapa sedikitnya, betapa memalukan jumlah yang kita berikan sebagai balas budi terhadap apa yang bernilai sedemikian tinggi itu. Dari salib Golgota, Kristus meminta satu penyerahan yang sepenuhnya. Segala sesuatu yang kita miliki, segala sesuatu daripada diri kita ini harus diserahkan kepada Allah. PB1 189.2
Dengan satu iman yang baru dan teguh akan janji-janji ilahi, dan dengan jaminan kehadiran serta penjagaan malaikat-malaikat sorga, Yakub melanjutkan perjalanannya ke “tanah orang-orang yang di negeri timur.” Kejadian 29:1. Tetapi betapa bedanya kedatangan Yakub ini dibandingkan dengan kedatangan dari pesuruh Ibrahim seratus tahun sebelumnya! Hambahamba itu telah datang dengan disertai satu rombongan yang mengendarai unta dengan diperlengkapi mas serta perak, tetapi anak lelaki ini datang seorang diri, sebagai seorang pengembara dengan kaki yang letih, tanpa harta benda kecuali tongkatnya. Seperti hamba Ibrahim, Yakubpun tiba dan berhenti di dekat sebuah sumur dan di tempat inilah ia telah bertemu dengan Rakhel, anak bungsu Laban. Sekarang Yakublah yang bekerja, menggulingkan batu dari mulut sumur itu, dan memberi minum kepada kawanan domba. Setelah memberitahukan tentang kaum keluarganya, ia dibawa ke rumah Laban. Sekalipun ia datang sendirian dan tidak membawa apa-apa, dalam waktu beberapa minggu saja ia telah memperoleh hasil keahlian dan kerajinannya, dan ia diminta supaya tinggal di sana. Telah diatur sedemikian rupa di mana Yakub harus bekerja tujuh tahun bagi Laban agar ia bisa memperoleh Rakhel sebagai isterinya. PB1 190.1
Pada zaman dulu, adat menuntut agar pengantin laki-laki, sebelum disyahkan dalam satu ikatan pernikahan, membayar sejumlah uang atau harta benda yang senilai dengan itu, menurut kesanggupannya, kepada bapa isterinya. Ini dianggap sebagai satu pelindung terhadap pernikahan itu. Bapa-bapa tidak merasa aman untuk mempercayakan anak perempuannya kepada seorang laki-laki yang tidak mengadakan persediaan untuk membiayai keluarganya. Jikalau mereka tidak mempunyai tenaga dan keahlian yang cukup untuk mengurus usahanya, dan memelihara ternak dan tanahnya, maka dikhawatirkan bahwa hidup mereka nantinya akan terbukti sia-sia. Tetapi jalan disediakan untuk menguji mereka yang tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan sebagai mas kawin. Mereka diizinkan untuk bekerja bagi bapa anak perempuan yang mereka cintai, jangka waktunya ditentukan oleh nilai mas kawin yang dituntut. Bilamana ia setia dalam pekerjaannya, dan membuktikan diri bahwa ia layak dalam segi-segi lainnya, maka ia akan memperoleh anak perempuan itu sebagai isterinya; dan pada umumnya mas kawin yang diterima oleh sibapa itu akan diberikan kembali kepada anak perempuannya pada waktu pernikahannya. Namun demikian di dalam masalah Rakhel dan Lea, Laban dengan serakahnya telah menahan mas kawin yang sebenarnya harus diberikan kepada mereka; mereka maksudkan hal ini pada waktu mereka berkata, sebelum pindah dari Mesopotamia, “Ia telah menjual kita dan telah menghabiskan uang kita juga.” PB1 190.2
Adat kuno ini, sekalipun sering disalah-gunakan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Laban, telah mendatangkan hasil-hasil yang baik. Bilamana seorang laki-laki dituntut untuk bekerja dulu agar dapat memperoleh isterinya, maka satu pernikahan yang tergesa-gesa dapat dicegah dan juga ada satu kesempatan untuk menguji berapa dalam cintanya itu, dan juga kesanggupannya untuk membiayai keluarganya. Dalam zaman kita ini banyak akibat buruk yang timbul disebabkan oleh cara yang berlawanan. Yang sering terjadi ialah sebelum menikah mereka hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk saling mengetahui kebiasaan-kebiasaan serta pembawaan-pembawaannya, dan sehubungan dengan kebiasaan hidup seharihari, mereka adalah orang asing satu terhadap yang lainnya pada waktu mereka dipersatukan dalam ikatan perkawinan. Banyak orang menemukan, setelah terlambat, bahwa mereka sebenarnya tidak cocok satu sama yang lain, dan penderitaan seumur hidup merupakan akibat daripada pernikahan mereka. Sering isteri dan anak-anak menderita olehkarena kemalasan dan ketidaksanggupan atau kebiasaan-kebiasaan yang jahat daripada suami dan bapa itu. Jikalau tabiat calon suami itu diuji lebih dulu sebelum pernikahan, sesuai dengan adat kuno itu, maka ketidak-bahagiaan seperti itu akan dapat dicegah. PB1 192.1
Tujuh tahun daripada pelayanan yang setia telah Yakub berikan untuk memperoleh Rakhel dan tahun yang dilaluinya itu “baginya seolah-olah hanya beberapa hari saja, oleh sebab cintanya kepada dia.” Tetapi Laban yang tamak dan serakah itu, yang menginginkan untuk menahan lebih lama akan penolong yang sangat berguna itu, telah mengadakan satu penipuan yang kejam dengan cara menggantikan Rakhel dengan Lea. Kenyataan bahwa Lea sendiri ikut dalam pihak yang mengadakan penipuan itu, telah mengakibatkan Yakub tidak mencintainya. Kemarahan dan tempelakannya kepada Laban telah dihadapi dengan satu tawaran bahwa ia akan dapat memperoleh Rakhel dengan cara bekerja selama tujuh tahun lagi. Tetapi Laban memaksakan agar Lea jangan ditinggalkan begitu saja, karena itu akan mendatangkan aib kepada keluarganya. Dengan demikian Yakub telah ditempatkan dalam satu keadaan yang benar-benar menguji dan menyakitkan; akhirnya ia mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan Lea, dan kawin dengan Rakhel. Rakhel selalu menjadi soerang yang paling dikasihinya; tetapi sikap ini telah membangkitkan iri hati dan rasa cemburu, dan kehidupannya telah dijadikan getir olehkarena adanya persaingan di antara kedua bersaudara yang menjadi isterinya itu. PB1 192.2
Selama dua puluh tahun lamanya Yakub telah bermukim di Mesopotamia, bekerja melayani Laban, yang dengan tidak mempedulikan ikatan kekeluargaan, cenderung untuk mengambil bagi dirinya segala keuntungan yang datang sebagai hasil daripada hubungan mereka. Masa kerja selama empat belas tahun telah ia tuntut dari Yakub bagi kedua anak perempuannya itu; dan selama sisa waktunya, gaji untuk Yakub sepuluh kali diubah-ubah. Tetapi dengan rajin dan setia Yakub telah melayaninya. Kata-kata yang diucapkan kepada Laban dalam percakapan mereka yang terakhir dengan jelas menggambarkan ketekunannya yang tidak mengenal lelah, yang telah ia berikan untuk kepentingan majikannya yang kejam itu. “Maka telah dua puluh tahun ini lamanya aku bersama-sama dengan dikau, bahwa domba betinamu dan kambing betinamu tidak gugur anaknya dan yang jantandalam kawan dombamu itu tidak kumakan. Yang mana telah koyak tiada kubawa kepadamu, melainkan ia itu kuganti, dan juga yang mana dicuri pada siang ataupun pada malam ia itu telah kautempuhkan kepadaku. Adalah halku pada siang hari dihanguskan oleh panas terik dan malam dirusakkan oleh sejuk, sehingga tidurpun hilanglah daripada mataku.” PB1 192.3
Adalah perlu bagi gembala-gembala untuk menjaga domba-dombaNya siang dan malam. Mereka dalam ancaman bahaya dari perampok-perampok, dan juga dari binatang-binatang buas yang jumlahnya banyak dan juga berani-beram, dan sering menimbulkan kebinasaan di antara kawanan domba yang tidak dijaga dengan setia Yakub mempunyai pembantu dalam menjaga domba-domba Laban yang jumlahnya besar itu, tetapi dia sendirilah yang bertanggung jawab atas semuanya itu. Selama waktu-waktu yang tertentu dalam setiap tahun adalah perlu baginya untuk selalu hadir di tengah-tengah kawanan domba itu, untuk menjaga mereka pada musim kemarau dari bahaya kehausan, dan pada waktu musim dingin agar dombadomba itu tidak kedinginan oleh kabut malam yang sangat tebal itu. Yakub adalah gembala pemimpin; hamba-hamba yang bekerja di bawah pimpinannya itu adalah gembala-gembala bawahan. Jikalau seekor domba itu hilang, gembala pemimpin itu yang harus bertanggung jawab untuk membayar kerugiannya; dan ia akan memanggil hamba-hambanya itu yang kepadanya telah dipercayakan untuk menjaga kawanan domba itu, untuk mempertanggungjawabkannya seandainya domba itu tidak diperoleh kembali dalam suatu keadaan yang baik. PB1 193.1
Kehidupan gembala yang rajin dalam menjaga dan belas kasihannya yang dinyatakan kepada binatang-binatang yang tidak berdaya yang telah dipcrcayakan kepada tanggung mereka itu, telah dipakai oleh penulis-penulis yang diilhami untuk menggambarkan beberapa dari antara kebenarankebenaran yang paling indah daripada Injil, Kristus dalam hubunganNya dengan umatNya, dibandingkan kepada seorang gembala. Setelah jatuh ke dalam dosa, Ia melihat bahwa dombaNya harus binasa di dalam jalan-jalan dosa yang gelap. Untuk menyelamatkan yang tersesat ini, Ia telah meninggalkan kehormatan serta kemuliaan daripada rumah BapaNya. Ia berkata, “Maka yang sesat itu akan kucari dan yang terhalau itu akan kubawa balik dan yang luka itu akan kubebat dan yang lemah itu akan kukuatkan.” Aku akan “membantu kambing-kambingKu agar jangan lagi mereka itu jadi rampasan.” “Dan tiada lagi mereka itu akan dimakan oleh margasatwa yang di atas bumi.” Yehezkiel 34:16, 22, 28. SuaraNya terdengar memanggil mereka untuk datang ke kandangNya, “sebuah pondok akan pernaungan pada siang hari dan akan perlindungan daripada air bah dan hujan yang deras.” PenjagaanNya kepada domba-domba itu tidak mengenal lelah. Ia menguatkan yang lemah meringankan yang menderita, mengumpulkan domba itu dalam tanganNya, dan memangku mereka itu pada pelukannya. DombaNya mengasihi Dia. “Tetapi akan orang lain sekali-kali tiada diikutnya, melainkan lari daripadanya, sebab tiada dikenal suara orang lain.” Yohanes 10:5. PB1 193.2
Kristus berkata: “Maka gembala yang baik itu menyerahkan nyawanya ganti segala domba itu. Tetapi orang upahan yang bukan gembala dan lagi domba itu bukan miliknya sendiri, apabila dilihatnya serigala datang, ditinggalkannya kawan domba itu serta lari melepaskan dirinya, maka serigala itu menerkam dombanya itu sambil mencerai-beraikan dia. Maka orang upahan itu lari karena memang ia seorang upahan sahaja dan tiada ia peduli akan domba itu.” Yohanes 10:11-14. PB1 194.1
Kristus, gembala pemimpin itu, telah mempercayakan penjagaan kawanan domba kepada pendeta-pendetaNya sebagai gembala bawahan; Ia menyuruh agar mereka mempunyai perhatian yang sama seperti yang ditunjukkanNya, dan merasakan sucinya tanggung jawab yang telah dipercayakan olehNya kepada mereka. Dengan khidmat ia telah memerintahkan agar mereka setia untuk memberi makan domba itu, untuk menguatkan yang lemah, menghidupkan kembali yang pingsan, dan melindungi mereka dari serigala-serigala yang membinasakan. PB1 194.2
Untuk menyelamatkan domba-dombaNya, Kristus telah menyerahkan hidupNya; dan Ia menunjukkan kepada gembala-gembala bawahannya itu akan kasih yang telah dinyatakanNya itu, sebagai teladan bagi mereka. Tetapi “orang upahan yang bukan gembala . . . dan lagi domba itu bukan miliknya sendiri,” tiada memiliki perhatian yang sesungguhnya terhadap kawanan domba itu. Ia bekerja semata-mata untuk mendapat keuntungan, dan ia hanya mempedulikan dirinya sendiri. Ia hanya mempelajari cara untuk memperoleh keuntungan diri sendiri gantinya memperhatikan tugas- nya; dan dalam keadaan bahaya ia akan lari serta meninggalkan kawanan dombanya. PB1 194.3
Rasul Petrus memberikan nasihat bagi gembala-gembala bawahan: “Gembalakan kawanan domba Allah yang ada di antaramu, jangan sebab terpaksa, melainkan dengan suka hati menurut kehendak Allah; dan jangan sebab hendak beroleh laba yang keji, melainkan dengan sebulat-bulat hatimu, dan jangan melakukan dirimu seperti pemerintah atas orang yang diserahkan kepadamu, melainkan menunjukkan dirimu menjadi teladan kepada kawanan domba itu.” 1 Petrus 5:2, 3. Paulus berkata, “Ingatlah akan dirimu sendiri dan akan segenap kawan domba itu, yang di antaranya kamu ditetapkan menjadi gembala oleh Rohulkudus, akan menggembalakan sidang jumat Allah, yang sudah ditebusnya dengan darahNya sendiri. Maka aku ini mengetahui bahwa sepeninggal aku kelak masuk di antara kamu beberapa serigala yang ganas yang tiada menyayangkan kawanan itu.” Kisah 20:28, 29. PB1 195.1
Semua yang merasa terpaksa akan tugas serta beban yang menjadi tanggungan daripada gembala-gembala yang setiawan ditempelak oleh rasul: “Jangan sebab terpaksa, melainkan dengan suka hati menurut kehendak Allah; dan jangan oleh sebab hendak beroleh laba yang keji, melainkan dengan sebulat-bulat hati.” Gembala pemimpin itu dengan rela akan membiarkan pergi semua gembala-gembala yang tidak setia seperti itu. Gereja Kristus telah dibeli oleh darahNya, dan setiap gembala harus menyadari bahwa domba-domba yang ada di bawah penjagaannya itu mempunyai harga yang tidak terbatas. Ia harus menganggap masing-masing daripada domba-domba itu mempunyai nilai yang tidak terhitung, dan di dalam usahanya harus dengan tidak mengenal lelah untuk menjaga agar semuanya itu tetap dalam keadaan sehat dan segar bugar. Gembala yang dipenuhi oleh Roh Kristus akan meneladani sifat penyangkalan diriNya, senantiasa mengusahakan kesejahteraan domba-dombanya; dan kawanan domba itupun akan makmur di bawah pemeliharaannya. Semua akan dimintai pertanggungan jawab atas pelayanan mereka. Majikan itu akan menuntut kepada setiap gembala, “Di manakah sekarang segala domba yang telah diamanatkan kepadamu, yaitu kawanan domba yang patut menjadi kemuliaanmu.” Yeremia 13:20. la yang ternyata setia akan menerima pahala yang besar. “Dan apabila kelihatan kelak Penghulu gembala itu,” kata rasul, “maka kamu akan beroleh mahkota kemuliaan yang tidak akan layu.” 1 Petrus 5:4. PB1 195.2
Apabila Yakub, setelah merasa letih bekerja bagi Laban, merencanakan untuk kembali ke Kanaan, ia berkata kepada mertuanya, “Berilah kiranya aku pergi, supaya aku pulang ke tempatku dan ke negeriku. Berikanlah isteri-isteriku dan anak-anakku yang telah kuperoleh dengan memperhambakan diriku kepadamu, supaya boleh aku pergi; karena engkau telah mengetahui akan jasa-jasaku yang telah kulakukan kepadamu itu.” Tetapi Laban tetap mendesak agar ia tetap tinggal, sambil berkata, “Karena nyata kepadaku bahwa Tuhan memberkati akan daku itupun oleh karenamu juga.” Ia menyadari bahwa kemakmurannya itu bertambah-tambah di bawah pengawasan Yakub. PB1 195.3
Yakub berkata, “Karena sedikit yang ada padamu dahulu daripada datangku ia itu telah bertambah-tambah sampai menjadi banyak.” Tetapi apabila waktu berlalu, Laban merasa iri hati dengan kemakmuran Yakub yang lebih besar, yang “makin bertambah-tambah sehingga adalah padanya banyak kawan kambing domba dan hamba sahaya dan unta dan keledai.” Anak-anak lelaki Laban juga ikut merasa cemburu, dan kata-kata jahat mereka sampai ke telinga Yakub: “Ia telah mengambil segala sesuatu yang bapa kita punya dan daripada barang yang bapa kita punya itu telah dijadikan segala kemuliaan ini.” PB1 196.1
Sebenarnya Yakub sudah lama meninggalkan kaum keluarganya yang licik ini kalau saja bukan karena takutnya terhadap Esau. Sekarang ia merasa bahwa ia ada dalam bahaya dari anak-anak Laban yang karena ingin menguasai harta miliknya, mungkin akan berusaha untuk merebutnya dengan jalan kekerasan. Ia ada dalam keadaan susah dan cemas, tidak mengetahui jalan mana yang harus ditempuh. Tetapi teringat kepada janji yang indah di Baitel, ia menyampaikan persoalannya kepada Allah serta meminta petunjuk daripadaNya. Di dalam sebuah mimpi, doanya telah dijawab: “Pulanglah engkau ke negeri leluhurmu dan kepada kaum keluargamu, maka Aku akan menyertai akan dikau.” PB1 196.2
Kepergian Laban memberikan kesempatan kepada Yakub untuk pergi meninggalkan tempat itu. Kawanan kambing dombanya dengan cepat dikumpulkan dan diberangkatkan, dan bersama-sama dengan isteri-isteri, anak-anak dan hamba-hambanya Yakub telah menyeberangi sungai Efrat menuju ke Gilead, di perbatasan tanah Kanaan. Setelah tiga hari perjalanan Laban mengetahui bahwa mereka telah melarikan diri, dan iapun mengejarnya, dan berhasil menyusul rombongan Yakub pada hari yang ketujuh dari perjalanan mereka. Kemarahannya meluap-luap dan Laban bermaksud untuk menyuruh mereka kembali; hal ini pasti dapat dilakukannya mengingat bahwa pengikutnya jauh lebih kuat daripada Yakub. Para pengungsi itu benar-benar berada dalam bahaya. PB1 196.3
Bahwa ia tidak melaksanakan niatnya yang jahat itu adalah disebabkan oleh karena Allah sendiri telah campur tangan untuk melindungi hambaNya. “Adalah juga kuasa pada tanganku akan berbuat jahat kepadamu,” kata Laban, “tetapi tadi malam Allah bapamu telah berfirman kepadaku, firmanNya, ‘Ingat baik-baik jangan engkau berkata-kata dengan Yakub yang baik atau jahat’ ” Maksudnya, ia tidak boleh memaksa dia untuk kembali atau membujuk dia dengan tipu daya. PB1 196.4
Laban telah menahan mas kawin anak-anak perempuannya, dan selalu mempertahankan Yakub dengan tipu daya dan kekerasan; tetapi dengan menyembunyikan perasaan hati yang sebenarnya sekarang ini, ia memarahi Yakub yang telah lari dengan sembunyi-sembunyi sehingga tidak memberikan kepadanya kesempatan untuk mengadakan pesta perpisahan ataupun mengucapkan selamat jalan kepada anak-anaknya dan cucunya. PB1 197.1
Sebagai jawabnya Yakub menyatakan sikap Laban yang serakah dan mementingkan diri sendiri, dan meminta agar Laban mau mengakui kesetiaannya serta kejujurannya. Kata Yakub, “Jikalau kiranya Allah bapaku, yaitu Allah Ibrahim dan yang kehormatan Ishak itu, tiada menyertai akan daku, niscaya sekarang engkau melepaskan daku pergi dengan hampa juga. Bahwa telah ditilik akan Allah akan duka citaku dan akan kelelahan kedua belah tanganku ini, maka Dialah yang telah menegur dikau tadi malam.” PB1 197.2
Laban tidak dapat menyangkal kenyataan yang telah dikemukakan, dan sekarang ia bermaksud untuk mengadakan satu perjanjian untuk berdamai. Yakub menyetujui rencana itu, dan setumpukan batu didirikan sebagai satu perjanjian. Timbunan batu itu oleh Laban dinamai Mizpa, “menara penjaga,” sambil berkata: “Tuhan menunggu antara aku dengan engkau, setelah kita bercerai seorang dengan seorang.” PB1 197.3
“Dan lagi kata Laban kepada Yakub: Lihatlah akan timbunan ini dan akan batu tanda ini, yang didirikan antara aku dan dikau; maka timbunan ini akan menjadi saksi dan batu itupun akan menjadi saksi, maka aku tiada akan melangkah timbunan ini mendapatkan dikau dan engkaupun tidak akan melangkah timbunan dan batu tanda ini mendapatkan daku dengan berniat jahat.” Untuk meneguhkan perjanjian itu kedua belah pihak telah mengadakan pesta. Malam itu dilalui dengan suasana persahabatan. Dan pada waktu fajar menyingsing keesokan harinya Laban beserta rombongannya berangkat dari tempat itu. Dengan perpisahan ini putuslah segala hubungan antara anak-anak Ibrahim dengan penduduk Mesopotamia. PB1 197.4