Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Membina Pendidikan Sejati

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Menabur dalam Iman

    Dari antara pelajaran-pelajaran yang nyaris tak terhitung yang diajarkan dalam pelbagai proses pertumbuhan, beberapa yang paling berharga disampaikan dalam perumpamaan Juruselamat mengenai benih yang tumbuh. Pelajaran ini mengandung pelajaran bagi orangorang yang sudah tua dan yang masih muda.MPS 93.3

    “Beginilah hal kerajaan Allah itu; seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya. Lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu” (Markus 4:26-28).MPS 93.4

    Benih itu mengandung dalam dirinya suatu prinsip yang menghidupkan, suatu prinsip yang ditanamkan Allah sendiri; namun jika dibiarkan sendirian, benih itu tidak mempunyai kuasa untuk bertumbuh. Manusia mempunyai bagiannya untuk bertindak dalam meningkatkan pertumbuhan benih gandum; tetapi ada suatu hal yang di luar itu ia tak dapat menyelesaikan apa-apa. Ia harus bergantung atas Orang yang menghubungkan penaburan dan penyabitan itu oleh rantai yang ajaib kemahakuasaan-Nya sendiri.MPS 93.5

    Ada kehidupan dalam benih itu, ada kuasa dalam tanah, tetapi kecuali kuasa kekal yang dikerahkan siang dan malam, benih itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Curahan hujan harus menyegarkan ladang yang kering; matahari harus memberikan kehangatan; listrik harus disampaikan kepada benih yang ditanamkan. Kehidupan yang Pencipta tanamkan, Ia sendiri saja yang dapat menumbuhkannya. Setiap benih bertumbuh, setiap tanaman berkembang, oleh kuasa Allah.MPS 94.1

    “Benih itu ialah firman Allah.” “Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran” (Lukas 8:11; Yesaya 61:11). Sebagaimana dalam penaburan alamiah, demikian pula dalam penaburan rohani; kuasa yang dengan sendirinya dapat menghasilkan kehidupan berasal dari Allah.MPS 94.2

    Pekerjaan si penabur adalah pekerjaan iman. Rahasia pengecambahan dan pertumbuhan benih tak dapat dipahaminya; tetapi ia mempunyai keyakinan pada perantara yang olehnya Allah menyebabkan tumbuh-tumbuhan itu bertumbuh dengan subur. Ia menaburkan benih itu, sambil mengharapkan untuk mengumpulkanya berlipat ganda dalam suatu penuaian dalam yang berlimpah-limpah. Begitu pula para orangtua dan guru-guru harus bekerja, sambil mengharapkan penuaian dari benih yang mereka tabur.MPS 94.3

    Untuk suatu waktu benih yang baik terletak tidak diperhatikan dalam hati, tidak memberikan bukti bahwa ia telah berakar; tetapi kemudian, ketika Roh Allah berhembus pada jiwa itu, benih yang tersembunyi itu bertumbuh, dan pada akhirnya mengeluarkan buah. Dalam pekerjaan hidup kita, kita tidak tahu mana yang akan berhasil, ini atau itu. Pertanyaan ini tidak perlu kita jawab.” Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari” (Pengkhotbah 11:6). Janji Allah yang besar menga-takan bahwa “selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai” (Kejadian 8:22). Dalam keyakinan terhadap janji ini petani menggarap dan menabur. Kita pun harus yakin, dalam penaburan rohani, untuk bekerja, sambil percaya akan jaminan-Nya: “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” “Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa ber- kas-berkasnya” (Yesaya 55:11; Mazmur 126:6).MPS 94.4

    Benih yang berkecambah itu menggambarkan awal kehidupan rohani, dan perkembangan tanaman itu adalah lambang perkembangan tabiat. Tidak akan ada kehidupan tanpa pertumbuhan. Tanaman itu harus bertumbuh atau mati. Sebagaimana pertumbuhannya diam dan tidak kelihatan tetapi berkelanjutan, begitulah pertumbuhan tabiat. Pada setiap tingkat perkembangan kehidupan kita mungkin sempurna; namun jika maksud Allah bagi kita digenapi, akan ada kemajuan tetap.MPS 95.1

    Tanaman itu bertumbuh dengan menerima apa yang disediakan Allah untuk menopang kehidupannya. Demikianlah pertumbuhan rohani diperoleh melalui kerja sama dengan perwakilan ilahi. Sebagaimana tanaman itu berakar dalam tanah, demikianlah kita harus berakar dalam Kristus. Sebagaimana tanaman itu menerima sinar matahari, embun dan hujan, demikianlah kita menerima Roh Kudus. Jika hati kita berdiam dalam Kristus, Ia akan datang kepada kita, “Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Matahari Kebenaran akan menyinari kita “dengan kesembuhan pada sayap-Nya.” Kita akan “seperti bunga bakung.” Kita “tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur” (Hosea 6:3; Maleakhi 4:2; Hosea 14:5, 7).MPS 95.2

    Gandum itu bertumbuh, “mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya” (Markus 4:28). Tujuan petani dalam menaburkan benih dan memelihara tanaman itu, ialah menghasilkan gandum—roti bagi orang yang lapar dan benih untuk tuaian mendatang. Begitulah Petani ilahi itu menantikan penuaian. Ia berusaha menyemaikan diri-Nya sendiri dalam hati dan kehidupan pengikut-pengikut-Nya, sehingga melalui mereka Ia dapat menyemai dalam hati dan kehidupan orang lain.MPS 95.3

    Pertumbuhan tanaman yang pelahan-lahan sejak sebagai benih merupakan suatu pelajaran praktis dalam pendidikan anak, “Mulamula tangkai, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya” (Markus 1:28). Ia yang memberikan perumpamaan ini menciptakan benih yang kecil itu, memberikan sifatnya yang sangat penting dan menetapkan hukum yang memerintah pertumbuhannya. Dan kebenaran yang diajarkan oleh perumpamaan itu menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan-Nya sendiri. Ia, Yang Mahabesar dari surga, Raja kemuliaan, menjadi seorang bayi di Betlehem, dan selama suatu waktu menjadi sebagai bayi yang tak berdaya dalam asuhan ibunya. Pada masa kanak-kanak Ia berbicara dan bertindak sebagai seorang anak, menghormati orangtua-Nya dan melaksanakan keinginan mereka dalam cara yang penuh pertolongan. Tetapi dari permulaan sekali dengan kecerdasan Ia terus menerus bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengetahuan kebenaran.MPS 95.4

    Orang-orangtua dan guru-guru harus bertujuan demikian untuk menanamkan kecenderungan orang-orang muda sehingga pada setiap tingkat kehidupan dapat melukiskan keindahan yang cocok dengan masa itu, bertumbuh secara alami, sama seperti tanaman di kebun.MPS 96.1

    Anak-anak kecil harus dididik dalam kesederhanaan seorang anak. Mereka harus dilatih supaya merasa puas dengan kewajiban kecil, yang menolong dan kesenangan-kesenangan serta pengalamanpengalaman alamiah untuk usia mereka. Masa anak-anak sama dengan tangkai dalam perumpamaan, dan tangkai itu memiliki keindahan yang aneh pada dirinya sendiri. Anak-anak tidak boleh dipaksa ke dalam kematangan yang terlalu cepat, tetapi sedapat-dapatnya tetap bertahan segar dan bugar dari tahun-tahun permulaannya. Semakin tenang dan sederhana kehidupan seorang anak semakin bebas dari kemeriaan semu dan semakin berada dalam keharmonisan dengan alam—semakin menguntungkan untuk kesegaran fisik dan mental serta kekuatan rohani.MPS 96.2

    Dalam mukjizat Juruselamat memberi makan lima ribu orang digambarkan pekerjaan kuasa Allah dalam menghasilkan tuaian. Yesus menarik ke samping tirai dari dunia alamiah, dan menunjukkan tenaga kreatif yang senantiasa dilaksanakan demi kebaikan kita. Dalam melipatgandakan benih yang ditaburkan ke dalam tanah, Ia yang melipatgandakan roti itu melakukan mukjizat setiap hari. Dengan mukjizatlah Ia senantiasa memberi makan jutaan orang dari ladang-ladang tuaian bumi ini. Manusia dipanggil untuk bekerja sama dengan Dia dalam pemeliharaan gandum dan penyediaan roti, dan oleh sebab hal ini mereka kehilangan pandangan terhadap perwakilan ilahi. Pekerjaan kuasa-Nya dianggap hanya berasal dari sebab-sebab alamiah atau dari usaha manusia saja, dan terlalu sering karunia-karunia-Nya diselewengkan pada penggunaan yang mementingkan diri sendiri dan menjadi kutuk gantinya berkat. Allah berusaha untuk mengubah semua hal ini. Ia ingin supaya perasaan kita yang tumpul ditajamkan untuk melihat keramahan rahmat-Nya, sehingga karunia-Nya bagi kita dapat menjadi berkat yang dimaksudkan-Nya.MPS 96.3

    Adalah firman Allah, pemberian hidup-Nya, yang memberikan kehidupan kepada benih itu, dan dari kehidupan itu, kita, yang memakan gandum itu menjadi orang-orang yang ikut mengambil bagian. Inilah yang Allah ingin supaya kita lihat; Ia ingin supaya bahkan dalam menerima makanan kita sehari-hari kita dapat mengenal perwakilanNya dan dapat dibawa ke dalam persekutan yang lebih erat dengan Dia.MPS 97.1

    Dengan hukum-hukum Allah di alam, akibat mengikuti penyebab dengan kepastian yang tidak berubah-ubah. Penyabitan menyaksikan penaburan. Di sini tidak ada sifat pura-pura yang diberi hati. Manusia bisa saja menipu sesamanya dan bisa saja menerima pujian serta imbalan untuk pelayanan yang tidak mereka berikan. Tetapi di alam tidak akan bisa terjadi penipuan. Pada petani yang tidak setia, penuaian menjatuhkan hukuman atas kesalahan. Dan dalam arti yang setinggitingginya hal ini juga benar dalam bidang rohani. Adalah pada pe-nampilan, bukan pada kenyataan, sehingga kejahatan itu berhasil. Anak yang bolos dari sekolah, orang muda yang malas belajar, pekerja atau magang yang gagal melayani kepentingan majikannya, orang dalam suatu bisnis atau profesi yang tidak benar terhadap tanggung jawabnya yang tertinggi, dapat memuji dirinya sendiri bahwa, selama kesalahan itu tersembunyi, ia memperoleh keuntungan. Tetapi tidak demikian; ia menipu dirinya sendiri. Penuaian kehidupan adalah tabiat, dan inilah yang menentukan nasib, baik untuk kehidupan sekarang maupun untuk kehidupan mendatang.MPS 97.2

    Penuaian adalah reproduksi benih yang ditabur. Setiap benih mengeluarkan buah menurut jenisnya. Demikianlah dengan sifat-sifat tabiat yang kita harapkan. Sifat mementingkan diri, mencintai diri, menghargai diri, pemanjaan diri, berkembang biak sendiri, dan akhirnya ialah kerusakan dan kehancuran. “Sebab barang siapa menabur dalam dagingnya ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya; tetapi barang siapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Galaia 6:8). Kasih, simpati dan keramahan menghasilkan buah-buah berkat, sebuah tuaian yang tidak dapat binasa.MPS 97.3

    Dalam penuaian benih itu dilipatgandakan. Sebutir gandum, diperbanyak oleh penaburan berulang-ulang, akan memenuhi seluruh ladang dengan bulir-bulir keemasan. Mungkin begitulah luasnya pengaruh satu kehidupan, bahkan satu perbuatan.MPS 97.4

    Alangkah besarnya kasih kenangan tentang buli-buli pualam yang dipecahkan untuk mengurapi Kristus yang akan berlangsung sepan- jang zaman mengizinkan. Alangkah besar pemberian tak terhingga berupa persembahan, yang dibawa oleh seorang perempuan janda yang tidak bernama, yang terdiri atas “dua peser, yaitu satu duit” (Markus 12:42), kepada pekerjaan Juruselamat.MPS 97.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents