Ibrahim di kanaan
Para Nabi Dan Bapa, Vol. 1
- Contents- Pengantar Dari Penerbit
- Pendanhuluan
- Daftar Isi
- Mengapa Dosa Dibiarkan?
- Penciptaan
- Penggodaan Dan Kejatuhan
- Rencana Penebusa
- Kain Dan Habil Diuji
- Set dan Henokh
- Air Bah
- Setelah Air Bah
- Pekan Yang Biasa
- Menara Babil
- Paggalin Kepada Ibrahim
- Ibrahim di kanaan
- Ujian Iman
- Kehancvran Sadam
- Pernikahan Ishak
- Yakub dan Esau
- Yakvle Melarikan Diri dan Jerbvang
- Malam Pergumulan
- kembal1 ke kanaan
- Yusuf di mesir
- Yusuf dan sandaraya
- Musa
- Laknat Atas Mesir
- Paskah
- Keluaran
- Dari Laut Merah Ke Sinai
-
- Penyembahan Berhala Disinai
- Perlawanan Setan Terhadap Hukum
- Kaabah Dan Upacara-Upacara
- DOSA NADAB DAN ABIHU
- Hukum Dan Perjanjian
- Dari Sinai Ke Kades
- Dva Belas Mata-mata
- Pemberontakan Korah
- Di Padang Belantara
- Batu Karang Yang Dipukul
Search Results
- Results
- Related
- Featured
- Weighted Relevancy
- Content Sequence
- Relevancy
- Earliest First
- Latest First
- Exact Match First, Root Words Second
- Exact word match
- Root word match
- EGW Collections
- All collections
- Lifetime Works (1845-1917)
- Compilations (1918-present)
- Adventist Pioneer Library
- My Bible
- Dictionary
- Reference
- Short
- Long
- Paragraph
No results.
EGW Extras
Directory
Ibrahim di kanaan
Ibrahim kembali ke Kanaan “kaya dengan ternak, perak dan mas”. Lut masih ada bersama dengan dia dan sekali lagi mereka kembali ke Baitel dan mendirikan tenda-tenda mereka di samping mezbah yang pernah mereka dirikan sebelumnya. Dengan segera mereka dapati bahwa kekayaan yang banyak itu mendatangkan lebih banyak kesulitan. Di tengah-tengah kesukaran dan pencobaan mereka hidup bersama-sama dengan damai, tetapi di dalam kemakmuran mereka berada dalam bahaya akan timbulnya persengketaan di antara mereka. Padang rumput yang ada di situ tidak cukup bagi kawanan kambing-domba mereka, dan pertengkaran-pertengkaran yang sering timbul di antara gembala-gembala mereka harus diselesaikan oleh majikan-majikan mereka. Jelaslah sekarang bahwa keduanya itu harus berpisah. Ibrahim, dalam usia lebih tua daripada Lut dan di dalam hubungan keluarga, dalam kekayaan dan dalam kedudukan ia lebih tinggi daripada Lut. Namun demikian, dialah yang lebih dulu mengadakan rencana untuk memelihara damai di antara mereka. Sekalipun seluruh negeri itu telah diberikan kepadanya oleh Allah sendiri, dengan sopan santun ia menyerahkan haknya itu.PB1 130.1
“Janganlah kiranya jadi perbantahan,” katanya, “antara aku dengan dikau dan antara gembalaku dengan gembalamu, karena kita ini bersaudara. Bukankah sekalian tanah ini di hadapanmu? Berasinglah kiranya engkau daripadaku. Jikalau engkau pergi ke sebelah kiri, maka aku pergi ke sebelah kanan kelak, dan jikalau engkau pergi ke sebelah kanan, maka aku akan pergi ke sebelah kiri.”PB1 130.2
Di dalam hal ini roh Ibrahim yang agung dan tidak mementingkan diri dinyatakan. Di dalam keadaan yang sama seperti itu betapa banyak orang, dengan risiko apapun, tetap berpegang kepada hak pribadi mereka! Dengan demikian betapa banyak rumah tangga yang hancur! Betapa banyak gereja yang pecah dan menjadikan pekerjaan kebenaran itu sebagai bahan pembicaraan dan ejekan di antara orang kafir. “Janganlah kiranya timbul persengketaan di antara aku dengan engkau,” kata Ibrahim, “karena kita ini bersaudara;” bukan saja dalam hubungan kekeluargaan tetapi juga sebagai orang-orang yang berbakti kepada Allah yang benar. Anak-anak Allah di seluruh dunia ini adalah merupakan satu keluarga, dan roh kasih serta damai harus memerintah mereka. “Maka di dalam berkasih-kasihan dengan saudara-saudara, hendaklah kamu bersayang-sayang satu dengan yang lain; hendaklah seorang mendahului seorang di dalam memberi hormat” (Rum 12:10) adalah pengajaran daripada Juruselamatmu. Pemeliharaan kesopansantunan yang seragam, satu kerelaan untuk berbuat kepada orang lain sebagaimana kita mau orang lain lakukan kepada kita, akan meniadakan separuh daripada segala persoalan hidup ini. Roh meninggikan diri adalah roh setan; tetapi hati di mana kasih Kristus memerintah akan memiliki roh kemurahan yang tidak mencari untung bagi dirinya sendiri. Mereka itu akan memperhatikan nasihat ilahi, “Jangan seorang memikirkan dirinya sendiri saja, melainkan hal orang lain juga.” Pilipi 2:4.PB1 130.3
Sekalipun Lut telah berhutang budi kepada Ibrahim atas segala kekayaannya itu, ia tidak menunjukkan rasa syukur kepada orang yang telah memberikan budi baiknya itu. Dari segi sopan santun, sebenarnya Lut harus menyerahkan hak memilih kepada Ibrahim, tetapi gantinya ia berbuat demikian, dengan roh mementingkan diri ia telah berusaha untuk merebut segala keuntungan yang ada. Ia “mengangkat pandangannya, dilihatnya seluruh padang Yarden yang diairi oleh sungai itu pada segala tempatnya,. . . bahkan seperti taman Tuhan dan seperti tanah Mesir adanya, pada sepanjang jalan sampai ke Zoar.” Tanah yang paling subur di seluruh Palestina adalah lembah Yarden, yang dapat mengingatkan orang-orang yang melihatnya ke Firdaus yang telah hilang itu, dan menandingi keindahan serta kesuburan padang yang diairi oleh sungai Nil yang baru saja mereka tinggalkan. Di sana juga ada kota-kota besar, yang kaya dan indah, yang mengajak orang untuk menjalankan perdagangan yang mendatangkan untung di pasar-pasar yang ramai itu. Silau oleh pandangan akan kekayaan duniawi, Lut mengabaikan kejahatan-kejahatan moral dan rohani yang akan dihadapinya di sana. Penduduk padang itu adalah “orang-orang berdosa yang keterlaluan di hadapan Tuhan;” akan tetapi ia lalai dalam hal ini atau, sekalipun mengetahuinya, ia tidak begitu memperhatikannya. Ia “telah memilih bagi dirinya seluruh lembah Yarden,” dan “mendirikan tenda-tendanya ke arah Sodom.” Ia gagal melihat dengan sebenarnya akan akibat-akibat yang mengerikan sebagai hasil pilihan yang mementingkan diri itu!PB1 131.1
Setelah perpisahannya dengan Lut, kembali Ibrahim menerima dari Tuhan satu perjanjian akan memiliki seluruh negeri itu. Segera setelah itu ia pindah ke Hebron, mendirikan tenda-tendanya di bawah pohon jati More dan membangunkan sebuah mezbah bagi Tuhan di sampingnya. Di padangpadang yang tinggi dengan udara yang bebas, dengan kebun-kebun buah zaitun dan buah anggur, dengan ladang-ladang yang ditumbuhi gandum serta padang rumput yang menutupi bukit-bukit, ia hidup, puas dengan kehidupan seorang bapa yang sederhana, dan meninggalkan Lut kepada kemewahan yang membinasakan di lembah Sodom itu.PB1 132.1
Ibrahim dihormati oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya sebagai seorang penghulu yang gagah perkasa dan seorang pemimpin yang sanggup dan arif bijaksana. Ia tidak menutup pengaruh hidupnya dari tetangga-tetangganya. Kehidupan dan tabiatnya, yang amat berbeda dengan penyembah-penyembah berhala itu, telah memberikan satu pengaruh yang memberikan kesaksian akan imannya yang benar. Kesetiaannya kepada Allah tidak dapat digoyahkan, sementara keramah-tamahan dan kedermawanannya membangkitkan kepercayaan serta persahabatan, dan keagungannya itu membuat dia disegani dan dihormati.PB1 132.2
Agamanya tidak digenggam sebagai satu harta yang mahal, yang dijaga dengan hati-hati serta dinikmati hanya oleh pemiliknya saja. Agama yang benar tidak dapat diperlakukan seperti itu, karena roh seperti itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Injil. Apabila Kristus hidup di dalam hati, maka adalah mustahil untuk menyembunyikan terang hadiratNya, atau membiarkan terang itu menjadi kabur. Sebaliknya, hal itu akan menjadi lebih terang apabila hari demi hari kabut dosa dan sifat mementingkan diri dilenyapkan oleh cahaya terang Matahari kebenaran.PB1 132.3
Umat Allah adalah wakil-wakilNya di atas bumi ini, dan Ia menghendaki agar mereka menjadi terang di dalam kegelapan akhlak dunia ini. Tersebar di mana-mana di dalam negeri, di kota-kota besar dan kecil, di kampungkampung, mereka adalah saksi-saksi Allah, saluran-saluran melalui mana Ia akan menyampaikan satu pengetahuan akan kehendakNya dan keajaiban anugerahNya kepada satu dunia yang tidak percaya. Adalah rencanaNya bahwa semua orang yang ambil bahagian dalam keselamatan yang besar itu akan menjadi pengabar-pengabar Injil bagiNya. Kesalehan orang Kristen merupakan ukuran oleh mana orang dunia menilai Injil itu. Ujian-ujian yang dihadapi dengan sabar, berkat-berkat yang diterima dengan rasa syukur, kelemah-lembutan, keramah-tamahan, kemurahan serta kasih yang dinyatakan sebagai kebiasaan sehari-hari adalah merupakan terang yang memancar dari tabiat mereka kepada dunia ini, serta menyatakan adanya perbedaan dengan kegelapan yang datang dari hati manusia yang mementingkan diri.PB1 132.4
Kaya dalam iman, luhur dalam kedermawanan, tidak goyah dalam penurutan, rendah hati dalam kesederhanaan dari hidup pengembaraannya, Ibrahim juga bijaksana dalam tutur kata dan berani serta ahli dalam peperangan. Sekalipun ia terkenal sebagai guru agama yang baru, ketiga bersaudara yang bangsawan itu, pemerintah daripada padang Amori di mana ia tinggal, telah menyatakan persahabatan mereka dengan mengundang dia untuk bersekutu dengan mereka agar keamanan mereka lebih terjamin; karena negeri itu penuh dengan kejahatan dan kekejaman. Tidak lama setelah itu satu kesempatan datang kepadanya untuk menyerahkan dirinya sebagai satu penolong persekutuan itu.PB1 133.1
Kedorlaomer, raja Elam, telah menyerang Kanaan empat belas tahun sebelumnya, dan telah menjadikannya sebagai negeri pembayar upeti kepadanya. Beberapa dari antaranya sekarang memberontak, dan raja Elam dengan empat orang raja lain sebagai sekutunya sekali lagi bergerak menuju ke negeri itu untuk memaksa mereka agar menyerah. Lima orang raja-raja Kanaan menggabungkan kekuatan mereka, dan menghadapi penyerang-penyerang itu di lembah Sidim, tetapi samasekali telah ditaklukkan. Sebahagian besar tentara-tentara mereka dihancurkan dan mereka yang hidup berusaha menyelamatkan diri dengan lari ke gunung-gunung. Sipemenang telah merampas kota-kota besar di negeri itu, dan telah meninggalkannya dengan membawa barang-barang hasil rampasan dan juga para tawanan di antaranya Lut dan keluarganya.PB1 133.2
Ibrahim yang hidup dengan tenang di hutan pohon jati More, mendengar dari salah seorang pengungsi tentang cerita peperangan itu, dan malapetaka yang telah menimpa kemenakannya. Ia tidak memanjakan pikiran-pikiran yang tidak baik sehubungan dengan sikap Lut yang tidak tahu berterima kasih itu. Di dalam dirinya bangkit rasa kasih sepenuhnya terhadap Lut, dan ia mengambil keputusan untuk menyelamatkannya. Ibrahim menyediakan diri berperang dengan lebih dulu mencari nasihat ilahi. Dari tendanya sendiri ia telah mengumpulkan tiga ratus delapan belas hambahambanya yang terlatih, orang-orang yang terlatih dalam hal takut akan Tuhan, dalam pelayanan mereka terhadap majikan mereka, dan dalam menggunakan senjata. Sekutunya, Momre, Eskal, dan Aner menggabungkan diri dengan tentaranya, dan bersama-sama mereka telah mengejar raja-raja yang telah menyerang mereka itu. Orang Elam dan sekutu mereka telah mendirikan tenda di Dan, di perbatasan sebelah utara dengan Kanaan. Mabuk dengan kemenangan dan merasa tidak takut akan terjadi serangan dari musuh yang sudah dikalahkan itu, mereka telah mengadakan pesta pora. Ibrahim membagi-bagi tentaranya agar dapat menyerbu dari segenap penjuru, dan menyerang tenda-tenda musuh pada malam hari. Serangannya begitu hebat dan tidak diharapkan, menghasilkan kemenangan yang cepat. Raja Elam terbunuh dan serdadu-serdadunya yang dicekam kepanikan lari tunggang langgang. Lut dan keluarganya dengan segala tawanan dan harta benda mereka telah direbut kembali, dan hasil rampasan yang banyak telah jatuh ke tangan pemenang-pemenang itu. Kemenangan telah diperoleh Ibrahim di bawah lindungan Tuhan. Penyembah Tuhan itu bukan saja telah memberikan satu pelayanan yang baik terhadap negerinya, tetapi juga telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang perkasa dalam peperangan. Ternyata bahwa kebenaran tidaklah bersifat pengecut, dan bahwa agama Ibrahim telah menjadikannya berani dalam mempertahankan yang benar dan membela yang terjajah. Tindakan kepahlawanannya telah memberikan kepadanya satu pengaruh yang luas di antara suku-suku bangsa di sekelilingnya. Pada waktu ia kembali, raja Sodom bersama dengan pengawal-pengawalnya telah keluar untuk mengelu-elukan si pemenang itu. Ia memerintahkan agar Ibrahim mengambil segala harta benda itu, dan meminta hanya agar tawanan-tawanan itu dikembalikan kepadanya. Melalui peperangan, barang-barang rampasan itu menjadi milik yang menang; tetapi Ibrahim telah pergi berperang bukan untuk mencari keuntungan, dan ia menolak untuk mengambil keuntungan dari orang yang sedang ditimpa kemalangan, ia hanya mengatur agar sekutu-sekutunya menerima bagian sesuai dengan hak mereka.PB1 133.3
Jikalau dihadapkan kepada ujian seperti itu, sedikit saja orang yang akan menunjukkan dirinya seagung seperti Ibrahim. Sedikit saja yang akan menolak penggodaan untuk memperoleh hasil rampasan sebanyak itu. Teladan hidupnya merupakan satu tempelakan terhadap roh mencari keuntungan untuk diri. Ibrahim menghormati tuntutan-tuntutan daripada keadilan dan kemanusiaan. Tindakannya menjadi gambaran daripada perintah yang diilhamkan, “Hendaklah kamu mengasihi akan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Imamat 19:18. “Bahwa aku telah bersumpah,” katanya, “demi Tuhan, Allah yang Mahatinggi, yang mempunyai langit dan bumi, bahwa sekali-kali tiada aku mau mengambil barang sesuatu yang milikmu, jikalau selembar benang atau tali kasut sekalipun, supaya jangan kelak katamu: Aku telah mengayakan Ibrahim.” Ia tidak memberikan peluang kepada mereka untuk berpikir bahwa ia telah melibatkan diri dalam peperangan untuk memperoleh keuntungan atau bahwa kekayaannya itu adalah karena pemberian atau karena kebaikan mereka. Tuhan telah berjanji akan memberkati Ibrahim dan kepadaNyalah kemuliaan itu harus dinyatakan.PB1 134.1
Orang lain yang datang menyambut Ibrahim yang menang itu adalah Malkisedik, raja Salem, yang membawa roti dan anggur untuk menjamu tentaranya. Sebagai “imam Allah yang Mahatinggi,” ia telah mengucapkan berkat ke atas diri Ibrahim dan bersyukur kepada Tuhan, yang telah mengadakan satu kelepasan yang besar melalui hambaNya. Dan Ibrahim “telah mempersembahkan sepersepuluh daripada segala harta bendanya.”PB1 135.1
Dengan gembira Ibrahim kembali ke tendanya dan kepada kawanan dombanya, tetapi pikirannya terganggu oleh perkara-perkara yang menyusahkan. Selama ini ia adalah seorang yang hidupnya damai, sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari permusuhan dan persengketaan; dan dengan rasa gentar ia membayangkan kembali pembantaian manusia yang telah disaksikannya. Tetapi bangsa-bangsa yang telah ditaklukkannya itu tidak diragukan lagi akan mengadakan serangan balasan ke negeri Kanaan, dan menjadikan dirinya sebagai sasaran utama daripada bangsa-bangsa itu, kehidupannya yang tenang akan terganggu. Lebih jauh lagi, ia belum memiliki tanah Kanaan, ia juga belum dapat mengharapkan seorang ahli waris sekarang ini kepada siapa perjanjian itu akan digenapkan.PB1 135.2
Di dalam satu khayal pada waktu malam suara ilahi kembali terdengar. ‘Jangan takut, Ibrahim,” adalah kata-kata dari Raja segala raja; “Akulah perisaimu dan pahalamu yang amat besar.” Tetapi pikirannya tertekan oleh firasat yang tidak baik sehingga sekarang ini ia tidak dapat memahami perjanjian itu dengan kepercayaan yang pasti seperti sebelumnya. Ia berdoa untuk meminta beberapa bukti yang nyata bahwa janji itu akan digenapi. Dan bagaimanakah perjanjian itu dapat menjadi kenyataan sedangkan karunia untuk seorang anak lelaki telah ditahan daripadanya? “Apakah yang Engkau akan berikan kepadaku,” katanya, “sedangkan saya ini tidak mempunyai anak?” “Dan niscaya seorang hamba yang diperanakkan di dalam rumah saya itu akan menjadi waris saya.” Ia bermaksud untuk menjadikan namba kepercayaannya Eliezar, sebagai anak angkatnya dan pewaris daripada segala harta miliknya. Tetapi kepadanya diberikan jaminan bahwa seorang anak kandungnya sendiri akan menjadi ahli warisnya. Kemudian ia dipimpin keluar dari tendanya dan disuruh untuk menengadah kepada bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya yang berkilau-kilauan di langit; dan apabila ia melakukannya, kata-kata diucapkan, “Demikianlah akan jadi anak cucumu.” “Ibrahim percaya akan Allah, maka itulah dihisabkan kepadanya menjadi kebenaran.” Rum 4:3.PB1 135.3
Ibrahim masih meminta tanda yang dapat dilihat sebagai satu penguat akan imannya, dan sebagai satu bukti kepada generasi berikutnya bahwa maksud-maksud Allah yang baik bagi mereka akan dilaksanakan. Tuhan telah turun untuk memasuki satu perjanjian dengan hambaNya, dan dengan menggunakan cara-cara yang menjadi adat kebiasaan di antara manusia untuk mensyahkan satu sumpah yang khidmat. Oleh petunjuk ilahi, Ibrahim telah mengorbankan seekor lembu betina, seekor kambing betina dan seekor domba jantan, masing-masing tiga tahun umurnya. Badan binatangbinatang itu dibelah dua dan masing-masing bagian diletakkan agak berjauhan. Kepada semua ini ditambahkan seekor burung tekukur dan seekor anak merpati, tetapi keduanya itu tidak dibelah; setelah itu dilakukan, dengan penuh hormat ia berjalan di antara bagian-bagian daripada korban itu, sambil mengadakan satu sumpah yang khidmat kepada Allah bahwa ia akan tetap menurut. Dengan waspada dan dengan setia, ia tetap tinggal di samping bangkai-bangkai binatang itu sampai matahari terbenam, untuk menjaga agar itu jangan dinodai atau dimakan oleh burung-burung yang buas. Menjelang matahari terbenam ia tertidur dengan nyenyaknya, dan, “tengoklah satu kegelapan yang hebat datang ke atas dirinya.” Dan suara Allah terdengar mengatakan kepadanya agar jangan mengharap untuk memiliki Tanah Perjanjian itu dengan segera, dan menunjuk ke depan kepada penderitaan yang akan dialami oleh keturunannya sebelum mereka menetap di Kanaan. Rencana penebusan dinyatakan kepadanya saat itu, di dalam kematian Kristus, korban yang besar itu dan kedatanganNya di dalam kemuliaan, Ibrahim juga melihat bumi yang dipulihkan kepada keindahannya seperti Eden, yang akan diberikan kepadanya sebagai miliknya yang kekal, sebagai kegenapan yang sempurna dan yang terakhir daripada perjanjian itu.PB1 135.4
Sebagai satu jaminan perjanjian antara Allah dengan manusia, satu dapur api yang berasap dan sebuah lampu yang menyala, lambang-lambang daripada hadirat ilahi, telah berlalu di antara korban-korban yang terbelah itu, dan menghabiskan semuanya itu. Dan kembali satu suara terdengar oleh Ibrahim, meneguhkan janji pemberian tanah Kanaan kepada keturunannya, “mulai dari sungai Mesir sampai kepada sungai yang besar itu yaitu sungai Ferat.”PB1 136.1
Apabila Ibrahim sudah tinggal di Kanaan selama hampir dua puluh lima tahun, Tuhan kelihatan kepadanya dan bersabda, “Aku inilah Allah yang Mahakuasa, berjalanlah di hadapanKu dan jadilah engkau sempurna.” Dengan rasa gentar, Ibrahim sujud sampai di bumi, dan selanjutnya kata-kata terdengar: “Sesungguhnya perjanjianku adalah dengan dikau, maka engkau akan menjadi bapa daripada banyak bangsa.” Sebagai tanda kegenapan daripada perjanjian ini, namanya, yang hingga saat itu disebut Abram, diubah menjadi Ibrahim, yang berarti, “bapa daripada satu bangsa yang besar.” Nama Sarai menjadi Sarah—”ratu” karena kata suara ilahi itu, “ia akan menjadi ibu daripada banyak bangsa; dan raja-raja beberapa bangsapun akan keluar daripadanya.”PB1 136.2
Pada saat itu upacara sunat diberikan kepada Ibrahim sebagai “satu meterai kebenaran yang daripada iman, tatkala ia belum bersunat.” Rum 4:11. Ini harus dilaksanakan oleh Ibrahim dan keturunannya sebagai satu tanda bahwa mereka telah diabdikan kepada pelayanan akan Allah, dan dengan demikian dipisahkan dari penyembah-penyembah berhala dan bahwa Allah telah menerima mereka sebagai hartaNya yang istimewa. Oleh upacara ini mereka disumpah untuk menggenapkan, sebagai bahagian mereka, syarat-syarat daripada perjanjian yang diadakan dengan Ibrahim. Mereka tidak boleh mengadakan perkawinan dengan orang-orang kafir; karena dengan berbuat demikian mereka akan kehilangan rasa hormat mereka terhadap Allah dan hukum-hukumNya yang suci; mereka akan tergoda untuk melakukan praktek-praktek yang keji daripada bangsa-bangsa lain dan akan teperdaya kepada penyembahan berhala.PB1 137.1
Tuhan memberikan kehormatan yang besar ke atas diri Ibrahim. Malaikatmalaikat sorga berjalan dan berkata-kata dengan dia sebagai seorang sahabat dengan sahabat. Menjelang dijatuhkannya hukuman ke atas Sodom, fakta itu tidak disembunyikan daripadanya, dan ia menjadi seorang pengantara dengan Allah bagi orang-orang yang berdosa. Percakapannya dengan malaikat-malaikat itu menampilkan pula satu contoh yang indah tentang keramah-tamahan.PB1 137.2
Di tengah hari yang terik pada satu musim panas, Ibrahim sedang duduk di pintu tendanya, sambil memandang keluar kepada padang yang tenang, saat itu ia melihat di kejauhan ada tiga orang sedang mendekati. Sebelum tiba di tendanya, orang-orang asing itu berhenti, seolah-olah sedang berembuk mengenai arah mana yang akan mereka tempuh. Tanpa menunggu untuk dimintai pertolongan, Ibrahim cepat-cepat bangkit dan apabila mereka akan berpaling ke arah lain, dengan cepat ia mengejar mereka dan dengan sopan santun mengajak mereka untuk menghormati dia dengan singgah di tempat kediamannya dan makan. Dengan tangannya sendiri ia mengambil air agar mereka dapat mencuci kaki mereka dari lebu yang mengotorinya. Ia sendiri memilih makanan mereka, dan sementara mereka beristirahat di bawah naungan yang sejuk itu, maka hidanganpun telah disediakan, dan dengan sikap hormat ia berdiri di samping mereka sementara mereka menikmati keramah-tamahannya. Tindakan yang sopan santun ini dianggap penting pada pemandangan Tuhan sehingga itu dicatat dalam firmanNya; dan seribu tahun kemudian hal itu disebutkan kembali oleh rasul yang diilhami: “Janganlah kamu lupa akan memberi tumpangan kepada orang, karena dengan perbuatan yang demikian orang sudah memberi tumpangan kepada malaikat dengan tiada setahunya.” Ibrani 13:2.PB1 137.3
Ibrahim melihat di dalam diri ketiga orang temannya itu hanyalah tiga orang asing yang keletihan, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa di antara mereka ada Seorang yang boleh ia sembah tanpa berbuat dosa. Tetapi tabiat sebenarnya daripada pesuruh-pesuruh sorga itu sekarang dinyatakan. Sekalipun mereka ada dalam perjalanan sebagai pelaksana dari murka Allah, tetapi kepada Ibrahim, orang yang beriman itu, mereka lebih dulu mengucapkan berkat. Sekalipun Tuhan sangat teliti untuk mencatat kejahatan dan menghukum pelanggaran, Ia tidak bersuka-suka di dalam pembalasan. Pekerjaan membinasakan adalah satu “perbuatan yang asing” kepada Dia yang tidak terbatas kasihNya itu.PB1 138.1
“Rahasia Tuhan itu adalah bagi orang yang takut akan Dia.” Mazmur 25:14. Ibrahim telah menghormati Allah dan Allah menghormati dia, dengan mengajak dia untuk berunding dan menyatakan kepadanya tentang maksud-maksud ilahi itu. “Akan kusembunyikankah dari Ibrahim perkara yang akan kuperbuat?” kata Tuhan. “Tegal seru daripada Sodom dan Gomorah amat besar dan sebab dosa mereka itu terlalu jahat adanya, maka turunlah Aku sekarang pergi melihat kalau mereka itu telah berbuat semuanya seperti serunya, yang telah sampai kepadaku itu; jikalau tidak, maka aku akan mengetahuinya.” Kejadian 18:20, 21. Allah mengetahui dengan baik ukuran daripada kesalahan Sodom; tetapi Ia berkata-kata dalam cara manusia, agar keadilan tindakanNya itu dapat dipahami. Sebelum menjatuhkan hukuman ke atas diri orang-orang yang melanggar, Ia sendiri akan turun untuk mengadakan pemeriksaan terhadap kehidupan mereka; jikalau mereka belum melampaui batas kemurahan ilahi, Ia masih akan tetap memberikan kesempatan untuk bertobat.PB1 138.2
Dua dari antara pesuruh-pesuruh sorga itu pergi, meninggalkan Ibrahim bersama dengan Dia yang sekarang ini ia telah ketahui yaitu Anak Allah. Dan manusia yang penuh iman itu mengadakan permohonan demi kepentingan penduduk Sodom. Dulu ia pernah menyelamatkan mereka oleh pedangnya sekarang ia berusaha menyelamatkan mereka dengan doanya. Lut dan keluarganya masih tinggal di sana; dan kasih yang tidak mementingkan diri yang telah mendorong Ibrahim untuk menyelamatkan mereka dari bangsa Elam, sekarang berusaha menyelamatkan mereka, jikalau itu adalah kehendak Allah, dari topan hukuman ilahi.PB1 138.3
Dengan rasa hormat serta rendah hati ia menghadapkan permohonannya: “Sesungguhnya keadaan hamba lebu tanah dan abu, maka hamba telah memberanikan diri hamba hendak berkata-kata dengan Tuhan.” Padanya tidak ada kepercayaan terhadap diri, tidak ada kesombongan akan kebenaran dirinya. Ia tidak menuntut akan diperkenankan oleh Tuhan atas dasar penurutannya atau karena pengorbanan yang telah diadakannya dalam melakukan kehendakNya. Ia sendiri adalah orang berdosa dan ia memohon demi untuk orang berdosa. Roh seperti inilah yang harus dimiliki oleh semua orang yang datang menghampiri Allah. Tetapi Ibrahim menyatakan kepercayaan seorang anak yang sedang memohon kepada bapa yang dikasihinya. Ia datang dekat kepada Pesuruh sorga itu, dan dengan sungguhsungguh ia menghadapkan permintaannya itu. Sekalipun Lut telah menjadi seorang penghuni Sodom ia tidak ambil bahagian dalam kejahatan penduduknya. Ibrahim berpikir bahwa di dalam kota yang padat penduduknya itu tentu ada orang-orang lain yang menyembah Allah yang benar. Dan dengan pendapat seperti ini ia memohon, “Jauhlah kiranya daripada Tuhan berbuat perkara yang demikian, yaitu membunuh orang yang benar itu bersama-sama dengan orang jahat: . . . jauhlah ia itu daripada Tuhan. Masakan Hakim segenap bumi ini tiada membenarkan mana yang benar.” Ibrahim memohon bukan hanya sekali saja tetapi berulang-ulang. Apabila permohonannya dikabulkan dengan lebih berani ia terus meminta sehingga ia mendapat jaminan bahwa jikalau saja ada sepuluh orang benar didapati di dalamnya, maka kota itu akan dipelihara dari kebinasaan.PB1 138.4
Kasih bagi jiwa-jiwa yang akan binasa mengilhami doa Ibrahim. Sementara ia merasa sudah muak dengan dosa-dosa kota yang jahat itu, ia rindu agar orang-orang berdosa itu dapat diselamatkan. Perhatiannya yang dalam terhadap Sodom menunjukkan rasa khawatir yang harus kita rasakan terhadap orang-orang yang belum bertobat. Kita harus memupuk rasa benci terhadap dosa tetapi belas kasihan dan kasih bagi orang berdosa. Semua orang di sekeliling kita adalah jiwa-jiwa yang sedang menuju kepada kehancuran, sama-sama tidak berpengharapan serta mengerikan keadaannya, seperti yang terjadi ke atas Sodom. Setiap hari pintu kasihan bagi beberapa orang telah tertutup. Setiap jam beberapa orang pergi melewati jangkauan rahmat. Dan di manakah suara-suara amaran dan panggilan untuk mengajak orang berdosa lari dari celaka yang mengerikan itu? Di manakah tangan-tangan yang diulurkan untuk menarik mereka kembali dari kematian? Di manakah mereka yang dengan rendah hati dan dengan iman yang teguh memohon kepada Allah bagi orang berdosa?PB1 139.1
Roh Ibrahim adalah roh Kristus. Anak Allah itu Sendiri adalah Pengantara yang agung demi untuk orang-orang berdosa. Ia yang telah membayar harga tebusannya mengetahui nilai jiwa manusia. Dengan satu roh perlawanan terhadap kejahatan, roh yang hanya ada di dalam diri yang sama sekali tidak bernoda, Kristus menyatakan kepada orang berdosa satu kasih yang dimiliki hanya oleh Seorang yang tidak terbatas kebajikannya.PB1 139.2
Di dalam penderitaan salib itu, dengan beban dosa seluruh dunia tertanggung atas diriNya, la berdoa bagi pengolok-olok dan pembunuh-pembunuhNya, “Ya Bapa, ampunilah kiranya mereka itu, karena tiada diketahuinya apa yang diperbuatnya.” Lukas 23:34.PB1 140.1
Tentang Ibrahim dituliskan bahwa “ia disebut sahabat Aliah,” “bapa daripada semua orang yang percaya.” Yakub 2:23; Rum 4:11. Kesaksian Allah tentang bapa yang setiawan ini adalah, “Ibrahim telah menurut firmanKu dan telah dipeliharakannya syaratKu dan segala pesanKu dan syariatKu dan hukumKu.” Dan lagi, “Karena telah Kupilih akan dia, supaya disuruhnya anak-anaknya serta isi rumahnya yang kemudian daripadanya itu memeliharakan jalan Tuhan serta melakukan kebenaran dan keadilan, supaya disampaikan Tuhan kepada Ibrahim barang yang telah dijanji kepadanya.” Kepada suatu kehormatan yang tertinggilah Ibrahim telah dipanggil, yaitu menjadi bapa daripada satu umat yang untuk berabadabad lamanya menjadi penjaga dan pemelihara kebenaran Allah bagi dunia ini akan diberkati di dalam kedatangan Mesias yang dijanjikan itu. Tetapi Dia yang telah memanggil Ibrahim telah menilainya sebagai seorang yang layak. Tuhan sendirilah yang berkata-kata. Ia yang mengerti kedalaman pikiran manusia dan dapat memberikan penilaian yang benar terhadap manusia, berkata, “Aku kenal dia.” Ibrahim tidak menggunakan kebenaran itu untuk maksud kepentingan dirinya. Ia memelihara hukum itu dan berlaku adil serta benar. Dan bukan hanya dirinya saja yang takut akan Allah, melainkan di dalam seluruh rumah tangganya agama itu dikembangkan. Ia mengajar keluarganya dalam kebenaran. Hukum Allah menjadi peraturan dalam rumah tangganya.PB1 140.2
Rumah tangga Ibrahim terdiri dari lebih daripada seribu jiwa. Mereka yang dipimpin oleh pengajarannya untuk berbakti kepada Allah yang Esa, memperoleh sebuah tenda; dan di sini mereka menerima petunjuk-petunjuk, seperti halnya di sekolah, yang akan menyediakan mereka untuk menjadi wakil-wakil daripada iman yang sejati. Dengan demikian satu tanggung jawab yang besar ada di atas pundaknya. Ia melatih kepala-kepala rumah tangga dan cara-cara pemerintahannya akan dijalankan di dalam rumah-rumah tangga di mana mereka masing-masing bertindak sebagai kepalanya.PB1 140.3
Pada zaman itu bapa adalah pemimpin dan imam daripada keluarganya, dan ia menjalankan kekuasaannya terhadap anak-anaknya sekalipun setelah mereka sudah mempunyai keluarga sendiri. Keturunannya diajar untuk memandang kepadanya sebagai pemimpin mereka baik dalam hal keagamaan dan juga hal-hal yang sekuler. Ibrahim berusaha untuk mengabadikan sistim pemerintahan bapa seperti itu, karena itu cenderung untuk memelihara pengetahuan akan Allah. Hal itu perlu untuk mengikat anggota-anggota rumah tangga bersama-sama, agar supaya dapat membangun satu pelindung terhadap penyembahan berhala yang telah begitu mendalam dan merajalela. Ibrahim berusaha segala cara menurut kemampuannya untuk menjaga orang-orang yang ada di dalam tenda-tendanya agar jangan bercampur baur dengan orang-orang kapir dan menyaksikan penyembahan berhala yang mereka lakukan, olehkarena ia mengetahui bahwa menjadi biasa dengan hal-hal yang jahat akan dapat merusak prinsip-prinsip. Usaha yang sungguhsungguh dilaksanakan untuk menutup segala bentuk agama palsu dan memberikan kesan kepada pikiran mereka akan keagungan serta kemuliaan Allah yang hidup sebagai satu Oknum yang harus disembah.PB1 140.4
Adalah satu rencana yang bijaksana, yang telah diperbuat Allah sendiri untuk memutuskan, sebisa-bisanya, hubungan antara umatNya dengan orang kapir, dengan menjadikan mereka sebagai satu umat yang hidup terpisah dan tidak terbilang di antara bangsa-bangsa itu. Ia telah memisahkan Ibrahim dari keluarga-keluarganya yang menyembah kepada berhala agar ia dapat melatih dan mendidik rumah tangganya terpisah dari pengaruh yang menyesatkan yang akan mengelilingi mereka di Mesopotamia, dan agar iman yang benar itu dapat dipelihara dalam kemurniannya oleh keturunannya dari generasi kepada generasi.PB1 141.1
Kasih Ibrahim terhadap anak-anaknya dan rumah tangganya telah menuntun dia untuk menjaga iman dan agama mereka, untuk membagikan kepada mereka satu pengetahuan akan hukum-hukum ilahi, sebagai satu warisan yang paling berharga yang dapat diturunkan kepada mereka dan melalui mereka ke dunia ini. Semua diajar bahwa mereka itu berada di bawah pemerintahan Allah yang di sorga. Tidak boleh terjadi penekanan dari pihak orang tua dan pelanggaran dari pihak anak-anak. Hukum Allah telah menetapkan kepada masing-masing akan tanggung jawabnya dan hanya dalam penurutan kepadanya masing-masing mereka dapat memperoleh kebahagiaan dan kemakmuran.PB1 141.2
Teladan hidupnya sendiri, pengaruh yang tenang daripada kehidupannya setiap hari, merupakan satu pelajaran yang tetap. Kejujuran yang tak tergoyahkan itu, kebajikan serta kesopan-santunannya yang tidak mementingkan diri sendiri, yang telah membuat raja-raja kagum, dinyatakan di dalam rumah tangganya. Ada satu kesemerbakan di sekeliling hidupnya, satu keagungan dan keindahan daripada tabiatnya yang menyatakan kepada semua orang bahwa ia mempunyai hubungan dengan sorga. Ia tidak pernah mengabaikan jiwa daripada seorang hamba yang paling hina sekalipun. Di dalam rumah tangganya tidak terdapat satu undang-undang tersendiri bagi majikan dan undang-undang yang lain bagi hamba-hamba; tidak ada satu cara hidup yang agung bagi orang kaya dan cara yang lain bagi orang miskin. Semua orang diperlakukan dengan adil dan belas kasihan, bersama-sama dengan dia sebagai pewaris daripada anugerah kehidupan.PB1 141.3
“Ia akan memerintahkan . . . rumah tangganya.” Tidak ada kelalaian untuk mencegah kecenderungan anak-anaknya untuk berbuat yang jahat, tidak ada sistim anak mas yang sifatnya lemah, tidak bijaksana dan longgar itu, tidak ada pengorbanan keyakinan akan tanggung jawab kepada tuntutan rasa kasihan yang salah. Ibrahim bukan saja memberikan petunjukpetunjuk yang benar tetapi juga mempertahankan wewenang daripada hukum yang benar dan adil itu.PB1 142.1
Betapa sedikitnya orang-orang di zaman kita ini yang mengikuti teladan hidupnya! Di pihak banyak orang tua terdapat satu perasaan yang buta dan bersifat mementingkan diri, kasih yang palsu, yang dinyatakan dengan cara membiarkan anak-anak, dengan pertimbangan mereka yang belum matang serta nafsu yang tak berdisiplin, untuk mengendalikan diri mereka menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini merupakan perbuatan yang paling kejam terhadap diri anak-anak muda itu, dan satu kesalahan yang besar kepada dunia ini. Sifat memanjakan anak yang ada pada orang tua menyebabkan ketidak-teraturan dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Hal ini menguatkan keinginan yang ada di dalam diri orang-orang muda untuk mengikuti kecenderungan-kecenderungannya, gantinya menyerah kepada tuntutan-tuntutan ilahi. Dengan demikian mereka akan bertumbuh dengan satu hati yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, dan mereka akan menurunkan roh pemberontakan serta roh tidak beragama kepada anak-cucu mereka. Biarlah penurutan kepada wewenang orang tua diajarkan dan dijalankan sebagai langkah pertama dalam penurutan kepada kekuasaan Tuhan.PB1 142.2
Sikap meremehkan hukum Allah yang dinyatakan, bahkan oleh pemimpin-pemimpin agama, telah menyebabkan kejahatan yang besar. Pengajaran yang telah begitu meluas, bahwa hukum ilahi tidak lagi berlaku terhadap diri manusia, adalah sama dengan penyembahan berhala dalam akibat-akibatnya terhadap akhlak manusia. Mereka yang berusaha mengecilkan tuntutan-tuntutan hukum Allah yang suci sedang menyerang langsung ke dasar pemerintahan rumah-rumah tangga dan bangsa-bangsa. Orang-orang tua yang beragama, bilamana gagal untuk berjalan dalam hukum-hukumNya, tidaklah memerintahkan rumah tangga mereka untuk memelihara jalan Allah. Hukum Allah tidak dijadikan sebagai peraturan hidup. Anak-anak, bilamana telah mendirikan rumah tangga mereka sendiri, tidak merasakan adanya kewajiban untuk mengajar anak-anak mereka tentang apa yang mereka sendiri tidak pernah diajar. Dan inilah yang menyebabkan mengapa banyak rumah tangga yang tidak ber-tuhan; inilah yang menyebabkan mengapa kemerosotan akhlak begitu dalam dan merajalela.PB1 142.3
Sebelum orang tua sendiri berjalan sesuai dengan hukum Allah dengan hati yang tulus, mereka belum bersedia untuk memerintahkan anak-anak mereka untuk berjalan menurut jejak langkah mereka. Satu pembaharuan di dalam hal ini diperlukan—satu pembaharuan yang sifatnya harus mendalam dan meluas. Orang tua perlu mengadakan pembaharuan; pendetapendeta perlu mengadakan pembaharuan-pembaharuan; mereka memerlukan Allah di dalam rumah tangga mereka. Jikalau mereka ingin melihat satu keadaan yang berbeda, mereka harus membawa firmanNya ke dalam keluarga mereka dan menjadikannya sebagai penasihat mereka. Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa itu adalah suara Allah yang ditujukan kepada mereka dan harus ditaati dengan seksama. Dengan sabar mereka harus memberikan petunjuk kepada anak-anak mereka, dengan manis budi dan tidak mengenal lelah mengajar mereka bagaimana agar dapat hidup untuk menyenangkan hati Allah. Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga seperti ini akan dipersiapkan untuk menghadapi tipu muslihat orang-orang yang tidak percaya. Mereka telah menerima Alkitab sebagai dasar iman mereka, dan mereka mempunyai dasar yang tidak akan dapat dihanyutkan oleh arus kekafiran yang sedang melanda.PB1 143.1
Doa amat dilalaikan di banyak rumah tangga. Orang tua merasa bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk mengadakan kebaktian pagi dan petang. Mereka tidak mengasingkan sedikit waktu untuk digunakan bersyukur kepada Allah atas segala rahmatNya yang berkelimpahan—atas sinar matahari dan hujan yang turun, yang telah menyebabkan tanaman bertumbuh, dan atas penjagaan malaikat-malaikatNya yang suci. Mereka tidak mempunyai waktu untuk melayangkan doa meminta pertolongan serta pimpinan ilahi, dan untuk kehadiran Yesus di dalam rumah tangga mereka. Mereka pergi bekeija seperti seekor lembu atau kuda, pergi begitu saja tanpa satu pemikiran akan Allah atau sorga. Mereka mempunyai jiwa-jiwa yang begitu berharga sehingga gantinya mereka dibiarkan hilang tanpa harapan, Anak Allah telah memberikan hidupNya untuk menebus mereka; tetapi penghargaan mereka terhadap kebajikan Allah yang besar itu hanya sedikit saja melebihi binatang-binatang yang akan binasa.PB1 143.2
Seperti bapa-bapa di zaman dahulu, mereka yang mengaku cinta kepada Allah harus mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan di mana saja mereka mendirikan tenda mereka. Jikalau pernah ada satu waktu di mana setiap rumah tangga harus menjadi sebagai satu rumah sembahyang, sekaranglah waktunya. Bapa-bapa dan ibu-ibu harus sering mengangkat hati mereka kepada Allah dalam permohonan yang rendah hati bagi diri mereka, dan anak-anak mereka. Biarlah bapa sebagai imam dalam rumah tangga meletakkan di hadapan mezbah Allah korban pagi dan petang, sementara isteri dan anak-anak bersatu dalam doa dan pujian. Di dalam rumah tangga seperti itu Yesus senang tinggal.PB1 143.3
Dari setiap rumah tangga Kristen satu terang yang suci harus bersinar. Kasih harus dinyatakan dalam perbuatan. Itu harus mengalir di dalam setiap pergaulan dalam rumah tangga, menunjukkan dirinya dalam sifat manis budi, kelemah-lembutan dan sopan santun. Ada rumah-rumah tangga di mana Allah disembah dan kasih yang paling sejati memerintah. Dari rumah-rumah tangga seperti ini doa pagi dan petang naik kepada Allah sebagai satu dupa yang harum, dan rahmat serta berkatNya turun ke atas mereka seperti embun pagi.PB1 144.1
Satu rumah tangga Kristen yang teratur baik merupakan satu alasan yang berkuasa dalam membela kenyataan daripada agama Kristen suatu alasan yang tidak dapat dibantah oleh orang yang tidak percaya. Semua orang dapat melihat bahwa ada kuasa yang sedang bekerja di dalam keluarga yang mempengaruhi anak-anaknya dan bahwa Allah Ibrahim bersama-sama mereka. Jikalau rumah-rumah tangga orang-orang yang mengaku Kristen mempunyai satu bentuk keagamaan yang benar, maka mereka akan memberikan satu pengaruh yang besar untuk kebaikan. Mereka sesungguhnya akan menjadi “terang dunia”. Allah yang ada di sorga mengatakan kepada setiap orang tua yang setia satu ucapan yang ditujukan kepada Ibrahim: “Karena telah Kupilih akan dia, supaya disuruhnya anak-anaknya serta isi rumahnya yang kemudian daripadanya itu memeliharakan jalan Tuhan serta melakukan kebenaran dan keadilan, supaya disampaikan Tuhan kepada Ibrahim barang yang telah dijanjikan kepadanya.”PB1 144.2