Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Fasal 7—Udjian Penurutan

    Kalau barang seorang dalam al-Maseh, ialah suatu kedjadian jang baharu; bahwa perkara jang lama itu sudah lalu; sesungguhnja segala perkara itu telah mendjadi baharu.” 1 Korinti 5 : 17.DJT 46.1

    Boleh djadi orang tidak boleh kasi tahu tempoh atau tempat jang betul atau segala perkara dari pertobatannja; akan tetapi ini bukan menjatakan jang dia belum bertobat. Al-Maseh bilang kepada Nikodemus, “Bahwa angin pun bertiup barang kemana jang dikehendakinja, maka engkau mendengar djuga bunjinja, tetapi tidak kauketahui dari mana datangnja atau kemana tudjunja; demikianpun hal tiap-tiap orang jang djadi dari pada Roh.” Jahja 3 : 8. Seperti angin jang ta’ kelihatan, akan tetapi kerdjanja njata sekali dan terasa, begitu djuga kerdjanja Roh Allah didalam batin manusia. Kuasa akan membaharui jang ta’dapat dilihat oleh mata manusia, mengadakan suatu kehidupan jang baharu dalam djiwa; dan didjandjikannja satu kedjadian baharu menurut peta Allah. Meskipun pekerdjaan Roh itu diam-diam dan ta’ kelihatan, tetapi buah-buahnja njata sekali. Djikalau hati sudah dibaharui oleh Roh Allah, kehidupan tentu akan menjaksikan hal itu. Sementara kita tidak bisa buat satu apa untuk mengubahkan hati kita, atau menjetudjukan diri kita dengan Allah; sementara kita mesti djangan berharap sama sekali atas diri kita atau pekerdjaan kita jang baik, kehidupan kita akan menjatakan kalau kemurahan Allah ada tinggal dalam kita. Perubahan akan njata dalam kelakuan, ‘adat dan usaha kita. Perbedaan itu akan njata dan pasti diantara keadaan dahulu dan keadaan sesudah bertobat. Perangai kita akan njata bukan oleh tempoh-tempoh baik dan tempoh-tempoh salah, akan tetapi oleh perkataan baik dan perbuatan sehari-hari jang ada mendjadi ‘adat atau tabi’at kita.DJT 46.2

    Ada djuga kelakuan jang baik menurut tjara rupa sadja dengan tiada dibaharui oleh kuasa al-Maseh. Tjinta akan ke- hormatan dan keinginan akan pudjian orang lain boleh djuga mengadakan kehidupan jang sopan dan jang beratur betul. Penghormatan kepada diri boleh djuga mengadjak kita mendjauhkan segala perkara jang rupanja djahat. Hati jang kikir boleh djuga mengadakan kemurahan. Kalau begitu bagaimana kita boleh tentukan dalam pihak siapa kita berdiri ?DJT 46.3

    Siapakah jang memerintahkan hati kita ? Dengan siapakah pikiran kita? Dari hal siapakah kita suka bitjarakan? Siapakah jang menerima ketjintaan kita dan segala usaha kita ? Djikalau kita al-Maseh punja, maka segala pikiran kita selalu dengan Dia, dan segala pikiran kita jang paling manispun dari hal Dia. Semua jang ada pada kita dan diri kita pun diserahkan kepadaNja. Kita rindu memakaikan petaNja, dan berroch seperti Dia, berbuat kehendakNja, dan menjukakan Dia dalam segala perkara.DJT 47.1

    Segala orang jang mendjadi kedjadian baharu dalam al-Maseh Isa akan mengeluarkan buah-buah Roh, jaitu “kasih, kesukaan, perdamaian, sabar hati, kemurahan, kebadjikan, kepertjajaan, lemah-lembut hati, dan pertarakan.” Galati 5 : 22. Mereka tidak lagi mau merupakan dirinja menurut hawa-nafsunja jang dahulu, melainkan oleh pertjaja akan al-Maseh mereka akan menurut kesanNja, menjatakan kelakuanNja, dan menjutjikan diri sebagaimana Tuhan sutji adanja. Perkara jang mereka bentji dahulu, sekarang mereka tjinta; dan perkara-perkara jang mereka tjinta dahulu, sekarang mereka bentji. Orang sombong dan jang tinggi hati mendjadi lembut dan rendah hati. Orang sia-sia dan jang kurang berpikir mendjadi pendiam dan jang berpikir. Pemabok mendjadi sopan santun, dan orang perlenteh mendjadi sutji. Segala kelakuan dunia jang sia-sia itu ditinggalkan. Umat Allah bukan tjahari “perhiasan luar” melainkan “orang jang batin, jaitu dalam hati jang lemah-lembut dan pendiam.” 1 Petrus 3 : 3, 4.DJT 47.2

    Pertobatan jang betul tidak akan njata kalau tidak ada perubahan jang besar. Djikalau dia genapi perdjandjiannja, kembalikan jang telah dirampasnja, mengaku dosanja, tjinta akan Allah dan sesamanja manusia, maka orang berdosa itu boleh tahu dengan tentu bahwa dia sudah pindah dari kematian kepada kehidupan.DJT 47.3

    Apabila kita, sebagai machluk jang bersalah dan penuh dosa, datang kepada al-Maseh akan mendapat bahagian keampunan dan kemurahan, ketjintaan akan terbit didalam hati kita. Segala tanggungan mendjadi ringan, karena gandaran jang al-Maseh tanggungkan ringan adanja. Kewadjiban mendjadi kesukaan, dan korban mendjadi kegemaran. Djalan jang dahu- lu disamarkan oleh kegelapan, lantas mendjadi terang dari sinar Matahari Kebenaran.DJT 47.4

    Keindahan tabi’at al-Maseh akan njata dalam segala orangjang mengikut Dia. Al-Maseh selamanja suka berbuat kehendak Bapanja. Tjinta kepada Allah, berusaha bagi kemuliaanNja, jaitulah perkara jang terbesar dalam kehidupan Djuru Selamat kita. Ketjintaan telah memuliakan dan elokkan segala pekerdjaanNja. Tjinta itu dari Allah datangnja. Hati jang belum berserah kepada Tuhan tidak bisa menerbitkan atau mengadakan ketjintaan. Perkara ini hanja ada didalam hati jang diperintahkan oleh al-Maseh. “Maka kita kasih akan Tuhan sebab terdahulu Tuhan kasih akan kita.” 1 Jahja 4 : 19. Dalam hati jang telah dibaharui oleh kemurahan Allah, tjinta akan mendjadi azas segala perbuatan jang baik. Diubahkannja kelakuan, diperintahkannja gerakan hati, diperintahkannja hawa nafsu, ditalukkannja perseteruan, dan dimuliakanja kenangkenangan hati. Ketjintaan ini, kalau dipelihara dalam djiwa, memaniskan kehidupan dan menundjukkan pengaruh jang memperhaluskan kepada segala orang jang sekelilingnja.DJT 48.1

    Maka adalah dua kesesatan terhadap mana anak-anak Allah harus djaga benar, — istimewa mereka jang baru datang akan mengharap dalam kemurahanNja. Pertama, seperti jang telah disebutkan diatas, jaitu melihat akan perbuatan mereka sendiri, harap akan perkara-perkara jang bisa diperbuatnja, membawa dirinja bersetudju dengan Allah. Barang siapa jang berusaha mendjadi sutji oleh perbuatan sendiri dalam memelihara hukum Allah, ia mentjoba satu perkara jang mustahil adanja. Segala perkara jang manusia bisa buat dengan tiada al-Maseh hanja perkara-perkara jang sudah ditjemarkan oleh kekikiran dan dosa. Hanja kemurahan al-Maseh sadja, oleh pertjaja, jang boleh mendjadikan kita sutji.DJT 48.2

    Kesalahan jang kedua, jang bukan kurang bahajanja, jaitu mempertjajai bahwa oleh pertjaja akan al-Maseh mereka tidak perlu lagi menurut hukum Allah; maka hanja oleh pertjaja sadja kita beroleh kemurahan al-Maseh, pekerdjaan kita tidak berdjasa akan tebusan kita.DJT 48.3

    Akan tetapi perhatikanlah bahwa penurutan kepada Allah bukan penurutan diluar sadja, melainkan lajanan ketjintaan. Taurat Allah jaitu kenjataan sifatNja; itulah kenjataan azas ketjintaan jang besar, dan oleh sebab itu djuga mendjadi alasan pemerintahan Tuhan disurga dan dibumi. Djikalau hati kita dibaharui dalam peta Allah, djikalau tjinta ilahi itu tertanam didalam djiwa kita, bukankah taurat itu akan didjalankan dalam hidup kita ? Kalau azas ketjintaan sudah tertanam dalam hati, dan apabila manusia sudah dibaharui menurut peta Allah jang sudah mendjadikan dia, maka digenapkanlah sudah perdjandjian wasiat jang baharu itu. “Bahwa Aku akan membubuh hukumKu dalam hati mereka itu dan Aku akan menjuratkan dia dalam akal mereka itu.” Iberani 10 : 16. Dan kalau taurat itu sudah tertulis dalam hati, bukankah ia akan merupakan kehidupan kita ? Penurutan itulah lajanan dan perbaktian ketjintaan, dan itulah udjian penurutan jang benar. Demikian bunjinja Kitab Sutji: “Karena inilah kasih akan Allah, kalau kita menurut segala hukumNja.” 1 Jahja 5 : 3. “Barang siapa jang berkata demikian: Bahwa aku kenal akan Dia, tetapi orang itu tidak menurut hukumNja, jaitulah orang pembohong dan kebenaran pun tiada dalamnja.” 1 Jahja 2 : 4. Ganti melepaskan manusia dari penurutan, maka pertjaja dan hanja pertjaja sadja jang mendjadikan kita mendapat bahagian dalam kemurahan al-Maseh jang boleh menguatkan kita akan menurut.DJT 48.4

    Kita tidak mendapat selamat oleh penurutan; karena selamat itu pemberian kemurahan Allah dan diterima oleh pertjaja. Akan tetapi penurutan itulah buah-buahnja kepertjajaan. “Maka tahulah kamu, bahwa Tuhan dinjatakan, supaja dihapuskanNja segala dosa kita; maka dalam Tuhan tiadalah dosa. Barang siapa jang tinggal dalam Tuhan, jaitu tidak berbuat dosa; barang siapa jang berbuat dosa jaitu belum melihat Tuhan atau kenal akan Tuhan.” 1 Jahja 3 : 5, 6. Bahwa inilah udjian jang betul. Djikalau kita tinggal dalam al-Maseh, djikalau ketjintaan Allah tinggal dalam kita, perasaan kita, pikiran kita, perbuatan kita, akan bersetudju dengan kehendak Allah sebagaimana dinjatakan dalam pengadjaran tauratNja jang sutji. “Hai anak-anakku, djangan barang seorang menipu kamu, karena orang jang berbuat benar ia djuga benar, seperti Tuhan benar adanja.” 1 Jahja 3 : 7. Kebenaran diterangkan ®leh ukuran taurat Allah jang sutji sebagaimana disuratkan dalam sepuluh hukum jang d berikan digunung Torsina.DJT 49.1

    Apa jang dinamakan pertjaja pada Al-Maseh, jang mengaku bahwa manusia lepas menurut hukum Allah sesudah pertjaja, bukan kepertjajaan jang benar, melainkan tekebur. “Karena dari karunia djuga kamu diselamatkan oleh pertjaja.” Efesus 2: 8. “Demikian pun pertjaja kalau tidak disertai amal, nistjaja mati djuga adanja.” Jakub 2 : 17. Al-Maseh katakan dari hal diriNja sebelum D a datang kedunia ini: “Bahwa sukalah Aku berbuat kehendakMu, ja Allahku, dan hukumMu adalah didalam dadaKu.” Mazmur 40 : 9. Dan dekat kepada waktu Isa mau naik kesurga, kataNja: “Aku djuga sudah memeliharakan hukum Bapaku dan kekallah Aku dalam kasihNja. Jahja 15: 10. Kata Kitab Sutji: “Maka dengan inilah kita ketahui, bahwa kita kenal akan Dia, kalau kita menurut hukumNja Maka orang jang berkata bahwa ia tinggal dalamNja, patutlah orang itu berdjalan seperti berdjalan Tuhan demikian.” 1 Jahja 2: 3—6. “Tegal al-Maseh pun merasai sengsara karena sebab kita, ditinggalkanNja tagi kita suatu teladan, supaja kamu mengikut kesanNja.” 1 Petrus 2 : 21.DJT 49.2

    Adapun akan mendapat hidup kekal itu sama djuga sekarang dengan dahulu dan pada sediakala — sama seperti dahulu dalam Firdaus sebelum nenek mojang kita djatuh dalam dosa — jaitu penurutan jang betul akan taurat Allah, kebenaran jang sempurna. Djikalau djalan mendapat hidup kekal itu kurang dari pada ini, maka kesukaan semesta alam akan berada dalam bahaja, karena djalan akan terbuka bagi dosa, serta segala ketjelakaan dan bahaja akan ta’ dapat dibinasakan.DJT 50.1

    Adam bisa mengadakan kelakuan jang benar sebelum ia djatuh dalam dosa olen penurutan pada hukum Tuhan. Akan tetapi dia tidak tetap menurut hukum Allah, dan sebab itulah kita pun djuga sudah djaai lemah dan tidak bisa mendjadikan diri kita benar. Maka oleh sebab kita sudan berdosa dan nadjis, kita tidak bisa turut hukum jang sutji itu dengan sempurna. Kita tidak empunja kebenaran sendiri jang boleh memenuhi segala penuntutan taurat. Akan tetapi al-Maseh sudah sediakan djalan kelepasan bagi kita. D.a tulah tinggal diatas dunia ini diantara kesusahan dan pentjobaan sama seperti kita djuga. Dia tidak berdosa. Dia sudah mati karena kita, dan sekarang Dia mau mengangkat segala dosa kita dan karuniakan kebenaranNja kepada kita. Djikalau engkau serahkan d.ri kepadaNja, dan terima Dia akan djadi Djuru Selamatmu, lantas meskipun engkau sudah penuh dengan dosa, engkau akan dibiiangkan benar oleh sebab kebenaranNja. Kelakuan al-Maseh akan djadi ganti kelakuanmu dan engkau diterima dihadapan Allah seakan-akan seorang jang belum pernah berdosa.DJT 50.2

    Lebih dari pada ini, al-Maseh mengubahkan hati. Dia tinggal dalam hatimu oleh pertjaja. Hendaklah engkau memeliharakan perhubungan ini dengan al-Maseh oleh pertjaja dan oleh senantiasa menjerahkan kamauanmu kepadaNja; maka selama engkau berbuat ini, Dia akan mengerdjakan dalam engkau baik niat, baik menjampaikan d a sekedar kehendakNja. Beg tulah kita boleh katakan: “Maka adapun hidupku dalam daging sekarang ini, ja tu sebab aku h.dup oleh pertjaja akan Anak Allah, jang kasih akan daku dan jang menjerahkan diriNja karena aku.” Galati 2 : 20. Demikian djuga al-Maseh katakan kepada murid-murmdNja: “Karena bukan kamu jang berkatakata, melainkan Roh Bapamu djuga jang bersabda didalammu.” Matius 10 : 20. Maka dengan al-Maseh bekerdja didalammu, engkau akan menjatakan Roh jang sama dan lakukan pekerdjaan jang sama, jaitu pekerdjaan kebenaran dan penurutan.DJT 50.3

    Oleh sebab itu tidak ada satu apa dalam diri kita jang kita harus megahkan. Tiada alasan ketinggian hati bagi kita. Alasan pengharapan kita hanjalah dalam kebenaran al-Maseh jang diberikan kepada kita, dan dalam perkara-perkara jang diadakan Roh Sutji bekerdja dalam dan oleh kita.DJT 51.1

    Apabila kita bitjarakan dari hal pertjaja, kita patut ingat bedanja dengan pertjaja palsu. Bahwa adalah sematjam kepertjajaan jang berbeda sekali dari iman jang benar. Adanja Allah dan kuasaNja, dan kebenaran perkataanNja itu adalah kebenaran jang iblis dengan segala tenteranja sendiri tidak bisa sangkal. Kitab Sutji berkata : “Setan pun pertjaja demikian, maka gementarlah mereka itu,” Jakub 2 : 19; akan tetapi pertjaja jang begitu bukanlah pertjaja adanja. Dimana bukan sadja pertjaja dalam perkataan Allah, tetapi segala kemauan dita’lukkan kepadaNja; dimana hati diserahkan kepadaNja, dan tjinta akan Dia, maka disinilah pertjaja jang betul — kepertjajaan jang bekerdja oleh tjinta, dan menjutjikan djiwa. Oleh pertjaja ini hati dibaharui lagi setudju dengan peta Allah. Hati jang belum dibaharui tidak taluk kepada taurat Allah, dan sekal-kali tidak mau taluk; tetapi sesudah dibaharui baharulah akan bergemar dalam kesutjian taurat, serta berseru seperti radja Daud: “Bagaimana besar kasihku akan tauratMu; pada segala hari aku memikir-mikirkan dia.” Mazmur 119 : 97. Maka kebenaran taurat itu pun digenapi dalam “orang jang tidak menurut daging melainkan jang menurut kehendak Roh.” Rum 8 : 1.DJT 51.2

    Bahwa adalah orang-orang jang sudah mengetahui ketjintaan al-Maseh jang mengampuni, dan jang kepingin betul akan mendjadi anak-anak Allah, akan tetapi mereka itu merasa kelakuannja tidak sempurna, keh.dupannja penuh dengan kesalahan, dan mereka itu kuatir kalau-kalau hatinja sudah dibaharui oleh Roh Sutji. Kepada orang jang begitu, saja berkata : Djangan mundur dengan putus harap. Kita mesti banjak kali bertelut dan menangis pada kaki Isa karena kekurangan dan kesalahan kita, akan tetapi djangan tawar hati. Meskipun kita dialahkan oleh musuh, Allah tidak buangkan kita, Dia tidak tinggalkan atau tolakkan kita. Tidak; al-Maseh ada dikanan Allah mengadakan rukun bagi kita. Rasul Jahja berkata : “Bahwa aku menjurat bagimu segala perkara ini, supaja djangan kamu berbuat dosa; maka djikalau kiranja barang seorang telah berbuat dosa, adalah pada kita seorang Sjapei dihadapan hadirat Bapa, jaitu Isa al-Maseh jang adil.” 1 Jahja 2 : 1. Dan djangan lupakan perkataan al-Maseh: “Karena Bapa sendiri pun kasih akan kamu.” Jahja 16 : 27. Dia ingin mengembalikan engkau kepadaNja, dan melihat kesutjian dan kebenaranNja itu sendiri dinjatakan dalam engkau. Dan djikalau engkau tjuma mau serahkan diri sadja padaNja, Dia jang sudah mulai memperbuat pekerdjaan jang baik dalammu, akan menetapkan engkau sampai kepada hari al-Maseh. Mintalah doa dengan lebih tekun, dan pertjaja lebih kuat. Sernentara kita kurang berharap dalam kuasa sendiri, marilah lebih berharap dalam kuasa Penebus kita, dan kita akan memudji Dia jang mendjadi kesehatan kepada djiwa kita.DJT 51.3

    Lebih rapat engkau datang kepada Kristus, lebih engkau akan melihat dirimu lebih bersalah, karena pemandangan akan lebih terang dan kekuranganmu dalam kesempurnaan akan njata sekali berbanding dengan keadaanNja jang sempurna. Inilah djadi bukti bahwa tipu-daja iblis sudah hilang kuasanja; dan kuasa Roh Sutji jang menghidupkan sudah menggerakkan engkau,DJT 52.1

    Tiada ketjintaan jang dalam bagi al-Maseh bisa tinggal dalam hati jang tidak mengenal kebesaran dosanja. Djiwa jang diubahkan oleh kemurahan al-Maseh akan rindu mendapat tabiatNja jang ilahi; akan tetapi kalau kita tidak melihat kekurangan kelakuan kita, jaitu mendjadi satu bukti jang njata bahwa kita belum melihat keelokan dan kemuliaan al-Maseh.DJT 52.2

    Lebih sedikit kita lihat jang patut disombongkan dalam diri, lebih besar kita lihat jang patut ditinggikan dalam kesutjian jang tak terhingga dan keindahan Djuru Selamat kita. Pemandangan akan dosa kita jang begitu besar, mendesak kita lari kepada Dia jang boleh mengampuni; dan kalau djiwa jang mengenal kelemahannja mentjahari al-Maseh, maka Dia nanti menjatakan Dirinja dalam kuasa besar. Lebih banjak perasaan akan kekurangan kita mendesak kita lari kepadaNja, dan kepada perkataan Allah, lebih njata dan tinggi kita akan melihat keadaan tabiatNja, dan lebih sempurna pula kita akan membajangkan petaNja.DJT 52.3

    *****

    “Ja Isa, ukirkanlah dalam hatiku,
    Tuhan sendirilah jang perlu bagiku;
    Boleh kutjerai dari segala sesuatu,
    Tetapi sekali-kali djangan dari Engkau.”
    DJT 52.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents