Allah tidak Pernah Berubah
Tabiat Allah tidak pernah berubah. Ia adalah Allah yang cemburuan seperti ketika Ia memberikan hukum-Nya di atas Gunung Sinai dan menuliskan sendiri dengan jari-Nya di atas loh batu. Mereka yang menginjak-injak hukum Allah yang suci mungkin berkata, “Aku suci”; tetapi untuk benar-benar suci dan mengaku suci, adalah dua hal yang berbeda.HD 63.2
Perjanjian Baru tidak mengubah hukum Allah. Kesucian hari Sabat dalam hukum keempat berdiri teguh seperti takhta Yahwe. Yohanes menulis: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap orang yang ada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yoh 3:4-6). Kita berhak mengatakan hal yang sama sebagaimana murid yang kekasih itu terhadap mereka yang mengaku tinggal di dalam Kristus, hidup suci, tetapi hidup dalam pelanggaran kepada hukum Allah. Kita harus menghadapi golongan seperti ini sebagaimana dia menghadapinya. Ia berkata, “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu, Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar, barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (ayat 7, 8). Di sini rasul itu bicara dengan jelas, saat mana dia pikir hal itu diperlukan,HD 63.3
Surat-surat kiriman Yohanes bernapaskan roh kasih. Tetapi manakala dia berhadapan dengan golongan yang melanggar hukum Allah namun mengaku bahwa mereka hidup tanpa dosa, ia tidak ragu-ragu mengamarkan mereka dari penipuan mereka yang menakutkan itu. “Jika kita katakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu menyucikan kita dari segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita” (1 Yoh 1:6-10).HD 64.1