“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Matius 5:8.
Orang Yahudi begitu ketat terhadap kesucian hukum upacara sehingga peraturan-peraturan me-reka sangat memberatkan. Pikiran mereka diisi oleh peraturan-peraturan, pembatasan-pembatasan dan ketakutan akan kecemaran lahiriah, dan mereka tidak melihat noda yang diberikan kepentingan diri dan kedengkian kepada jiwa.KAB 34.2
Yesus tidak menyebutkan kemurnian upacara ini sebagai syarat untuk memasuki kerajaan-Nya, tetapi menunjukkan perlunya kemurnian hati. Hikmat yang dari atas “adalah pertamatama murni.” Yakobus 3:17. Ke dalam kota Allah tidak masuk orang-orang yang cemar. Semua yang menjadi penghuninya adalah orang-orang yang telah mumi hatinya semasih di dunia ini. Di dalam diri orang yang belajar tentang Yesus akan nyata suatu kebencian yang berkembang terhadap sikap sembarangan, bahasa yang tak pantas, dan pikiran yang kasar. Apabila Kristus tinggal di dalam hati akan terdapat kemurnian dan kehalusan pikiran dan perilaku.KAB 34.3
Tetapi kata-kata Yesus, ‘’Berbahagialah orang yang suci hatinya,” mempunyai arti yang lebih dalam — bukan hanya suci dalam perasaan di mana dunia memahami kesucian, bebas dari hawa nafsu badani, suci dari nafsu berahi, tetapi benar di dalam maksud-maksud yang tersembunyi dan motif-motif jiwa, bersih dari kesombongan dan memikirkan diri sendiri, rendah hati, tidak mementingkan diri, dan mumi seperti anak-anak.KAB 35.1
Hanya kesukaan yang dapat menghargai kesukaan. Kecuali engkau menerima di dalam hidupmu prinsip kasih pengorbanan diri, yakni prinsip tabiat-Nya engkau tak dapat mengenal Allah. Hati yang ditipu oleh Setan, melihat Allah sebagai seorang oknum yang kejam dan tidak berbelas kasihan; bertabiat manusia yang mementingkan diri, bahkan sampai menganggap Setan sendirilah Pencipta yang penuh kasih itu, “Engkau menyangka,” kata-Nya, “bahwa Aku ini sede-rajat dengan eng-kau.” Mazmur 50:21. Tuntunan-Nya ditafsirkan sebagai pernyataan sifat sewenang-wenang dan balas dendam. Demikian juga dengan Alkitab, gudang perbendaharaan kekayaan kasih karunia-Nya. Kemuliaan kebenarannya, yang menjulang setinggi langit, dan menunjuk kepada kekekalan, tak dapat dilihat. Kristus sendiri telah dianggap oleh sebagian besar umat manusia “sebagai tunas dari tanah kering,” dan “rupa pun tidak” mereka lihat dalam Dia sehingga mereka “menginginkan-Nya.” Yesaya 53:2. Ketika Yesus berada di antara manusia, penyataan Allah dalam umat manusia, para ahli Taurat dan orang Farisi menyatakan kepada-Nya, “Engkau orang Samaria dan kerasukan Setan?” Yohanes 8:48. Bahkan murid-murid-Nya sangat dibutakan oleh kepentingan diri sendiri sehingga mereka lamban memahami Dia yang telah datang menyatakan kasih Allah kepada mereka. Itulah yang menyebabkan Yesus berjalan kesunyian di tengah-tengah manusia. Hanya di surgalah Dia dipahami sepenuhnya.KAB 35.2
Apabila Kristus datang dalam kemuliaan-Nya, orang-orang jahat tidak tahan melihat-Nya. Terang kehadiran-Nya, yakni kehidupan bagi mereka yang mengasihi-Nya adalah kematian bagi orang-orang yang tidak beriman. Pengharapan akan kedatangan-Nya bagi mereka adalah “kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan.” Ibrani 10:27. Apabila Dia muncul, mereka akan berdoa supaya disembunyikan dari wajah Dia yang mati untuk menebus mereka.KAB 36.1
Tetapi kepada hati yang telah disucikan melalui tinggalnya Roh Kudus segalanya berubah. Ini dapat mengenal Allah. Musa disembunyikan di celah batu ketika kemuliaan Tuhan dinyatakan kepadanya; dan begitulah kita disembunyikan di dalam Kristus sehingga kita melihat kasih Allah.KAB 36.2
“Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja.” Amsal 22:11. Oleh iman kita melihat-Nya sekarang di dunia ini. Dalam pengalaman kita sehari-hari kita melihat kebaikan dan rahmat-Nya dalam ujud pemeliharaan-Nya. Kita mengenal-Nya dalam tabiat AnakNya. Roh Kudus membawa kebenaran tentang Allah dan Dia yang telah Dia utus, dan membukanya kepada pengertian dan kepada hati. Orang yang suci hatinya melihat Allah dalam suatu hubungan yang baru dan penuh kasih sayang seperti Penebus mereka; dan sementara mereka melihat kesucian dan keindahan tabiat-Nya, mereka rindu untuk memantulkan gambar-Nya. Mereka melihat-Nya sebagai seorang Bapa yang rindu memeluk seorang anak yang bertobat, dan hati mereka penuh dengan sukacita yang tak terkatakan dan penuh kemuliaan.KAB 36.3
Orang yang suci hatinya melihat Pencipta itu dalam hasil pekerjaan tangan-Nya yang perkasa, dalam benda-benda yang indah yang meliputi alam semesta. Dalam firman-Nya yang tertulis mereka baca dengan deretan yang lebih jelas penyataan tentang kemurahan-Nya, kebaikan dan kasih karunia-Nya. Kebenaran yang disembunyikan dari orang bijak dan arif dinyatakan kepada orang-orang yang sederhana. Keindahan dan harga kebenaran yang tidak dilihat oleh orang bijaksana duniawi senantiasa dibukakan kepada mereka yang mempunyai keinginan yang penuh keyakinan dan lugu seperti anak-anak untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah. Kita melihat kebenaran dengan ikut ambil bagian dalam sifat Ilahi.KAB 36.4
Orang yang suci hatinya hidup seperti di hadirat Allah selama waktu yang Dia berikan kepada mereka di dunia ini. Dan mereka juga akan melihat-Nya muka dengan muka pada masa mendatang, keadaan abadi, seperti yang dilakukan Adam ketika dia berjalan dan berbicara dengan Allah di Eden. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samarsamar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.” 1 Korintus 13:12.KAB 37.1