Kecakapan-kecakapan Seorang Guru Sekolah
Carilah seorang yang kuat untuk berdiri sebagai direktur atau rektor sekolahmu, seorang yang kekuatan tubuhnya akan membantu dia dalam melakukan pekerjaan yang saksama sebagai seorang pemelihara tata tertib; seorang yang sanggup melatih siswa dan mahasiswa dalam kebiasaan ketertiban, kerapian, dan kerajinan. Lakukanlah pekerjaan yang saksama dalam apa pun yang engkau usahakan. Kalau engkau setia dalam mengajarkan cabang-cabang pekerjaan yang biasa, kebanyakan siswa dan mahasiswamu dapat melibatkan diri secara langsung sebagai penjual buku dan evangelis. Kita tidak usah merasa bahwa semua pengerja harus mempunyai pendidikan lanjutan.18NBS 224.4
Dalam memilih guru-guru, kita harus sangat hati-hati, dengan mengetahui bahwa hal ini sama pentingnya dengan memilih orang-orang untuk kependetaan. Orang-orang bijaksana yang dapat mengenali tabiat hendaknya mengadakan pilihan itu. Karena talenta yang paling baik yang dapat diperoleh diperlukan untuk mendidik dan membentuk pikiran orang-orang muda, dan untuk melanjutkan dengan berhasil banyak bidang pekerjaan yang perlu dilakukan oleh guru- guru di sekolah gereja kita. Janganlah mempekerjakan bagi anak-anak hanya guru-guru muda yang belum berpengalaman, yang tidak mempunyai kesanggupan mengurus; karena usaha mereka cenderung menimbulkan kekacauan.19NBS 224.5
Jangan hendaknya engkau mempekerjakan seorang guru, kecuali engkau mempunyai bukti yang sudah pasti, bahwa ia mengasihi, dan takut menghina Allah. Kalau guru-guru diajar tentang Allah, kalau pelajaran-pelajaran mereka didapat setiap hari dalam sekolah Kristus, mereka akan bekerja dalam pekerjaan Kristus. Mereka akan menang dan lebih dekat kepada Kristus; karena setiap anak dan orang muda sangat berharga.20NBS 224.6
Kebiasaan dan prinsip seorang guru seharusnya dianggap lebih penting daripada ilmunya. Untuk memberikan pengaruh yang betul, ia harus mengendalikan dirinya baik-baik, dan hatinya harus diilhami sepenuhnya dengan kasih bagi murid-muridnya, yang akan kelihatan dalam pandangan, perkataan, dan perbuatannya.21NBS 224.7
Guru itu harus selamanya berkelakuan sebagai seorang Kristen yang sopan-santun. Ia harus bersikap sebagai seorang sahabat dan penasihat bagi murid-muridnya. Kalau semua anggota kita- para guru, pendeta, dan anggota bekerja-mau memelihara perangai sopan-santun orang Kristen, maka akan jauh lebih mudah bagi mereka mengambil hati orang banyak; lebih banyak orang akan tertarik untuk menyelidiki dan menerima kebenaran. Bila setiap guru melupakan diri sendiri, dan merasakan suatu minat yang mendalam untuk kemajuan dan kemakmuran murid- muridnya, dengan menyadari bahwa mereka adalah harta Allah, dan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan pengaruhnya atas pikiran dan tabiat mereka, maka kita akan mempunyai suatu sekolah yang dalamnya malaikat-malaikat suka tinggal lama-lama.22NBS 224.8
Sekolah-sekolah gereja kita memerlukan guru-guru yang mempunyai sifat akhlak yang tinggi; mereka yang dapat dipercayai; mereka yang sehat imannya, dan yang mempunyai kebijaksanaan dan kesabaran; mereka yang berjalan dengan Allah, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang kelihatan jahat.NBS 225.1
Menempatkan guru-guru yang sombong dan tidak menaruh kasih sayang untuk mendidik anak-anak kecil adalah jahat semata-mata. Seorang guru yang bersifat sedemikian akan sangat merusak anak-anak yang sedang berkembang tabiatnya. Kalau guru-guru tidak berserah kepada Allah, kalau mereka tidak menaruh kasih terhadap anak-anak yang mereka kendalikan, atau kalau mereka menunjukkan sifat memihak kepada murid-murid yang menyenangkan keinginan mereka, dan menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap mereka yang kurang menarik, atau terhadap mereka yang gelisah dan gugup, jangan hendaknya mereka dipekerjakan; karena akibat pekerjaan mereka akan menghilangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.NBS 225.2
Guru-guru diperlukan, terutama bagi anak-anak, yang tenang dan manis, menunjukkan kesabaran dan kasih bagi mereka yang paling memerlukannya.23NBS 225.3
Kecuali guru menyadari perlunya doa, dan merendahkan hatinya di hadirat Allah, ia akan kehilangan wujud pendidikan yang sebenarnya.24NBS 225.4
Pentingnya kesanggupan jasmani seorang guru hampir tidak ternilai besarnya, karena lebih sempurna kesehatannya, lebih sempurna pula pekerjaannya. Pikiran tidak dapat berpikir terang dan bertindak tegas bila tubuh menderita akibat penyakit. Hati diberi kesan melalui pikiran; tetapi kalau oleh cacat tubuh, pikiran itu hilang kekuatannya, saluran kepada perasaan dan motif yang lebih tinggi terhambat sebanyak itu, dan guru itu kurang sanggup membedakan antara baik dan jahat. Bila seseorang sedang menderita akibat terganggunya kesehatan, tidaklah mudah baginya menjadi sabar dan gembira, atau bertindak dengan ketulusan dan keadilan.25 KITAB SUCI Dalam Pendidikan KristenNBS 225.5
Sebagai suatu sarana dalam melatih daya pikiran, Kitab Suci lebih berhasil daripada sesuatu buku yang lain, atau pun gabungan seluruh buku yang lain. Kebesaran pokok uraiannya, kesederhanaan ucapannya yang agung, keindahan gaya bahasanya, menghidupkan dan mengangkat derajat pikiran lebih dari segala sesuatu. Tiada pelajaran lain dapat memberikan kuasa pikiran sedemikian seperti usaha menyelami kebenaran wahyu yang mengherankan itu. Pikiran yang dengan demikian dihubungkan dengan pikiran Ilahi tak dapat tiada akan berkembang dan bertambah kuat.NBS 225.6
Malahan lebih besar pula kuasa Kitab Suci dalam perkembangan sifat rohani. Manusia yang diciptakan untuk bersekutu dengan Allah, dapat memperoleh kehidupan dan perkembangan sejati dan persekutuan seperti itu. Karena diciptakan untuk memperoleh kegembiraannya yang tertinggi dalam Tuhan, ia tidak dapat memperoleh dari sumber lain hal yang dapat menenangkan kerinduan hatinya, yang dapat memuaskan lapar dan dahaga jiwa. Ia yang dengan roh yang ikhlas dan dapat diajar mempelajari Sabda Allah, berusaha menyelami kebenarannya, akan dihubungkan dengan Khaliknya; dan, kecuali oleh pilihannya sendiri, kemungkinannya untuk berkembang tidak ada batasnya.26NBS 225.7
Biarlah ayat-ayat Kitab Suci yang lebih penting yang ada hubungannya dengan pelajaran dihafal baik-baik, bukan sebagai suatu tugas, melainkan sebagai suatu kesempatan istimewa. Meskipun pada mulanya daya hafal kurang baik, namun dengan melatihnya pasti akan bertambah kuat, sehingga lambat laun engkau akan menyukai kebiasaan menghafal sabda kebenaran. Dan kebiasaan itu akan ternyata paling menolong pertumbuhan rohani.27NBS 225.8