Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Membina Anak yang Bertanggung Jawab

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Bagian 10—DISIPLIN DAN PELAKSANAANNYA

    PASAL 41—Tujuan-tujuan Disiplin

    Pemerintahan atas Diri adalah Tujuan Utama. Tujuan disiplin ialah mendidik seorang anak untuk memerintah diri. Ia harus diajar bersandar kepada diri sendiri dan mengendalikan diri. Oleh sebab itu segera setelah ia sanggup untuk mengerti, maka daya pikirnya harus dibawa kepada penurutan. Biarlah segala perlakuan terhadap dia dibuat demikian rupa sehingga akan menunjukkan bahwa penurutan itu adalah baik dan masuk di akal. Tolong dia supaya melihat bahwa segala perkara berada di bawah hukum, dan bahwa pelanggaran pada akhirnya menuntun kepada malapetaka dan penderitaan. Bilamana Allah berkata, “Janganlah eng- kau,” maka dalam kasih-Nya Ia mengamarkan kita tentang akibat-akibat pelanggaran, agar dapat menyelamatkan kita dari bahaya dan kerugian. 1Education, him. 287.MABJ 235.1

    Menaklukkan Kuasa Kemauan. Tujuan yang sebenarnya dari teguran dicapai hanya bilamana orang yang berbuat salah itu sendiri dituntun untuk melihat kesalahannya dan kemauannya ditaklukkan agar dapat diperbaiki. Bilamana hal ini terlaksana, arahkan dia kepada sumber keampunan dan kuasa. 2Idem, him. 291.MABJ 236.1

    Mereka yang mendidik murid-murid mereka untuk menyadari bahwa kuasa ada di dalam diri mereka sendiri untuk menjadi manusia yang terhormat dan bermanfaat adalah orang-orang yang paling berhasil untuk selamanya. 3Fundamentals of Christian Education, him. 58.MABJ 236.2

    Perbaiki Kebiasaan-kebiasaan, Kecenderungan-kecenderungan yang Jahat. Pekerjaan orangtualah untuk mengekang dan membimbing serta mengendalikan. Mereka tidak dapat melakukan satu kejahatan yang lebih daripada membiarkan anak-anak mereka memuaskan segala keinginan dan kesukaan mereka yang bersifat kekanak-kanakan, dan membiarkan mereka mengikuti kecenderungan-kecenderungan mereka sendiri; mereka tidak dapat berbuat kesalahan yang lebih besar terhadap anak-anak mereka lebih daripada memberikan kesan kepada pikiran anak-anak itu bahwa mereka hidup untuk menyenangkan dan menyukakan diri mereka sendiri, untuk memilih jalan mereka sendiri dan mencari kepelesiran dan teman-teman mereka sendiri.... Anak muda memerlukan orangtua yang mau mendidik dan mendisiplin mereka, memperbaiki kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan mereka yang salah, dan membuangkan kecenderungan mereka yang jahat. 4Naskah 12,1898.MABJ 236.3

    Hancurkan Benteng Setan. Para ibu, nasib anak-anakmu sebagian besar terletak di dalam tanganmu. Jikalau engkau gagal dalam tugas, engkau bisa menempatkan mereka di pihak Setan dan menjadikan mereka sebagai alat-alatnya untuk membinasakan jiwa orang-orang lain. Atau disiplinmu yang tekun dan teladan hidupmu yang penuh ibadat dapat menuntun mereka kepada Tuhan, dan selanjutnya mereka akan mempengaruhi orang lain, dan dengan demikian banyak jiwa dapat diselamatkan melalui usahamu. 5Signs of the Times, 9 Feb. 1882.MABJ 236.4

    Biarlah kita perhatikan dengan saksama dan menyelesaikan pekerjaan yang terlewatkan. Marilah kita hancurkan benteng musuh. Marilah kita perbaiki anak-anak kita dengan penuh kemurahan dan memelihara mereka dari kuasa musuh. Jangan tawar hati. 6Review and Herald, 16 Juli 1895.MABJ 236.5

    Ajar untuk Menghormati Wewenang Orangtua dan Ilahi. Anak-anak . . harus dididik, dilatih dan didisiplin sehingga mereka menjadi penurut kepada orangtua, sambil menghormati wewenang mereka. Dengan cara ini sikap hormat terhadap wewenang Ilahi akan ditanamkan di dalam hati mereka, dan pendidikan keluarga akan menjadi seperti satu latihan persiapan bagi keluarga surga. Pendidikan pada masa kanak-kanak dan masa muda harus bersifat demikian rupa sehingga anak-anak akan disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan mereka, dan dengan cara demikian menjadi layak masuk ke dalam istana surga. 7Review and Herald, 13 Maret 1894.MABJ 237.1

    Ia yang adalah sumber segala pengetahuan telah menyatakan syarat kelayakan kita memasuki surga yang penuh kesukaan itu, dalam kata-kata, “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” Nilai surga adalah penurutan kepada hukum-hukum Allah, dan penurutan kepada orangtua mereka dalam Tuhan adalah pelajaran yang amat penting untuk dipelajari oleh anak-anak. 8Naskah 12,1896.MABJ 237.2

    Penurutan atas Dasar Prinsip, Bukan Paksaan. Katakan dengan tepat kepada anak-anakmu apa yang engkau tuntut dari mereka. Kemudian biarlah mereka memahami bahwa kata-katamu adalah undang-undang dan harus ditaati. Dengan demikian engkau sedang mendidik mereka untuk menghormati hukum-hukum Allah, yang dengan jelas menyatakan, “Perbuatlah,” dan “Janganlah engkau.” Menurut karena prinsip adalah jauh lebih baik bagi anak lelakimu ketimbang menurut karena paksaan. 9Review and Herald, 15 Sept. 1904.MABJ 237.3

    Sebuah Pelajaran dalam Kepercayaan yang Penuh. Abraham mengikat putranya dengan tangan yang gemetar dan penuh kasih oleh karena Allah telah mengatakannya. Anak itu menyerah kepada pengorbanan itu, oleh karena ia percaya akan ketulusan bapanya....MABJ 237.4

    Tindakan yang penuh iman dari Abraham ini dicatat untuk menjadi keuntungan bagi kita. Hal itu mengajarkan kepada kita pelajaran yang besar tentang kepercayaan dalam tuntutan-tuntutan Allah, bagaimanapun ketat dan menyakitkannya hal itu; dan itu mengajarkan ini tidak lagi berada di bawah pengawasan orangtua dan guru, dan dipaksa untuk berpikir dan berbuat bagi diri mereka sendiri, maka hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan mengambil jalan yang salah dan menyerah kepada kuasa penggodaan. Mereka tidak akan dapat menjadikan hidup ini berhasil dan kekurangan-kekurangan yang sama akan terlihat dalam hidup keagamaan mereka. Seandainya kepada para pengajar anak dan orang muda itu dapat dibentangkan lebih dulu akan segala akibat disiplin mereka yang salah itu, maka mereka akan mengubah rencana mereka dalam mendidik. Golongan guru yang merasa puas bahwa mereka telah dapat menguasai hampir sepenuhnya kemauan murid-murid mereka bukanlah guru yang paling berhasil, sekalipun kelihatannya untuk sementara waktu mereka itu mengagumkan. Allah tidak pernah merencanakan bahwa pikiran seorang manusia berada di bawah penguasaan sepenuhnya dari pikiran yang lain. Dan mereka yang berusaha untuk melebur kepribadian murid-murid mereka menjadi satu dengan kepribadian mereka sendiri, dan berusaha untuk menjadi pikiran, kemauan dan angan-angan hati bagi mereka, sedang memikul tanggung jawab yang menakutkan. Murid-murid ini, pada waktu tertentu, tampaknya seperti serdadu-serdadu yang terlatih dengan baik. Tetapi bilamana tali kekang itu dilepaskan, maka akan terlihat adanya satu kekurangan dalam tindakan yang bebas yang berasal dari prinsip yang ada di dalam diri mereka. 13Idem, jilid 3, him. 133,134.MABJ 237.5

    Melalui Keahlian dan Usaha yang Sabar. Perlu keahlian dan usaha yang sabar untuk membentuk anak-anak dalam cara yang benar. Terutama sekali anak-anak yang telah datang ke dunia ini dengan dibebani oleh suatu warisan yang buruk, sebagai akibat langsung dari dosa-dosa orangtua mereka, membutuhkan pendidikan yang saksama untuk memperkembangkan dan menguatkan kesanggupan akhlak dan pikiran mereka. Dan tanggung jawab orangtua itu sesungguhnya berat. Kecenderungan-kecenderungan yang jahat harus dikekang dengan ketat dan ditegur dengan lemah lembut; pikiran harus dirangsang dalam hal yang benar. Anak itu harus diberi dorongan supaya berusaha memerintah dirinya sendiri. Dan semuanya ini harus dilakukan dengan bijaksana, kalau tidak, maka tujuan yang diinginkan itu tidak akan tercapai. 14Christian Temperance and Bible Hygiene, him. 138.MABJ 240.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents