PASAL 26—Sopan Santun dan Menahan Diri
Sopan Santun Dimulai di Rumah Tangga.Para orangtua, ajarlah anak-anakmu . . . bagaimana membawa diri mereka di dalam rumah tangga dengan sopan santun yang benar. Didik mereka untuk menunjukkan keramahtamahan dan kelemahlembutan satu terhadap yang lainnya. Jangan biarkan sifat mementingkan diri hidup di dalam hati atau mendapat tempat di dalam rumah tangga. MABJ 149.1
Anak muda yang dibesarkan dengan kata-kata dan pembawaan yang sembarangan dan kasar menunjukkan tabiat pendidikan rumah tangga mereka. Orangtua tidak menyadari pentingnya tugas mereka sebagai penatalayanan; dan benih yang telah mereka tabur, itu juga yang mereka tuai. MABJ 149.2
Prinsip-prinsip Surga Harus Memerintah. Prinsip-prinsip surga harus dimasukkan ke dalam pemerintahan rumah tangga. Setiap anak harus diajar supaya sopan, berbelas-kasihan, mengasihi, penyayang, dan lemah-lembut. Bilamana semuanya adalah anggota keluarga bangsawan, maka akan ada sopan santun yang sejati di dalam kehidupan rumah tangga. Setiap anggota keluarga akan berusaha untuk menjadikannya menyenangkan bagi setiap anggota yang lain. MABJ 150.1
Ajarkan Melalui Pengajaran dan Teladan Hidup. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga terbuka kepada penggodaan; dan melalui pengajaran dan teladan anggota yang lebih dewasa harus memberikan kepada mereka pelajaran-pelajaran perihal sopan santun, riang gembira, belas kasihan, dan kesetiaan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. MABJ 150.2
Sikap Hormat Terhadap Orang-orang yang Sudah Berusia Lanjut. Dan terutama sekali Tuhan sudah memerintahkan agar ada sikap hormat terhadap mereka yang sudah lanjut usia. Ia berkata, “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.” MABJ 150.3
Rambut putih ini menceritakan tentang peperangan yang sudah dilakukan dan kemenangan yang sudah diperoleh, tentang beban yang sudah ditanggung dan penggodaan yang ditolak. Juga menceritakan tentang kaki yang sudah lemah yang sedang mendekati tempat istira-hatnya, dan tentang adanya tempat yang segera akan menjadi hampa. Tolonglah anak-anak supaya memikirkan hal ini, dan mereka pun akan meratakan jalan bagi orang-orang yang sudah tua melalui kesopan-santunan dan sikap hormat mereka, dan akan mendatangkan keindahan dan keelokan ke dalam hidup mereka yang masih muda itu apabila mereka memperhatikan perintah untuk “bangun berdiri di hadapan orang yang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua:“ MABJ 150.4
Ajarkan Tentang Sikap Menahan Diri dan Kesederhanaan. Kesombongan meninggikan diri, dan keberanian merupakan ciri-ciri yang mencolok dari anak-anak dewasa ini; dan mereka merupakan kutuk zaman. . . Pelajaran-pelajaran yang paling suci tentang menahan diri dan kesederhanaan harus diajarkan kepada anak-anak, baik di dalam rumah tangga dan juga di dalam sekolah rohani. MABJ 150.5
Kepada kamu yang sekarang kata-kata ini kutujukan, maukah kamu memberi perhatian kepada petunjuk yang diberikan itu? Biarlah anak-anak muda memperhatikan amaran ini; biarlah mereka jangan sembrono dalam perkataan mereka, melainkan menahan diri dan sederhana. Biarlah mereka cepat untuk mendengar kepada perkara-perkara yang akan menguntungkan jiwa, dan lambat berkata-kata, kecuali dalam menyatakan Tuhan dan menyaksikan tentang kebenaran. Tunjukkan kerendahan pikiran dengan kelakuan yang sederhana. MABJ 150.6
Sebuah Pelindung bagi Akhlak. Pupuklah sifat kesederhanaan yang amat indah dan berharga itu. Ini akan melindungi akhlak.... Saya merasa didorong oleh Roh Tuhan untuk menganjurkan kepada saudari-saudariku yang mengaku beribadat untuk memupuk suatu pembawaan yang sederhana dan satu sifat untuk menahan diri.... Saya sudah bertanya, kapankah saudari-saudari yang masih muda ini akan membawakan diri mereka dengan sepatutnya? Saya tahu bahwa tidak akan ada suatu perubahan yang pasti ke arah yang lebih baik sebelum orangtua merasakan pentingnya kewaspadaan yang lebih besar dalam mendidik anak mereka dengan benar. MABJ 151.1
Sifat-sifat yang Sejati. Sifat-sifat yang sejati dari seorang anak terdiri dari kesederhanaan dan penurutan—telinga yang peka untuk mendengarkan kata-kata nasihat, tangan dan kaki yang rela berjalan dan bekerja dalam jalan kewajiban. Dan kebajikan yang sejati dari seorang anak akan mendatangkan pahalanya sendiri, sekalipun di dalam hidup yang sekarang ini. MABJ 151.2