PASAL 3—Kapan Memulai Pendidikan Anak
Pendidikan Dimulai Semenjak Bayi. Kata “pendidikan” berarti lebih daripada menempuh satu pelajaran di sekolah. Pendidikan dimulai semenjak seseorang masih bayi di tangan ibunya. Sementara ibu se-dang membentuk tabiat anak-anaknyada sedang mendidik mereka. MABJ 23.1
Orangtua mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah, dan bilamana mereka telah melakukan hal ini, mereka beranggapan bahwa mereka telah mendidik anak-anak mereka itu. Tetapi pendidikan adalah suatu hal yang jauh lebih luas daripada yang disangka oleh banyak orang: itu mencakup seluruh proses oleh mana seorang anak dilatih semenjak bayi sampai kepa- da masa kanak-kanak, dari masa kanak-kanak kepada masa muda, dan dari masa muda sampai kepada masa dewasa. Segera setelah seorang anak sanggup untuk membentuk satu ide, pendidikannya harus dimulai. MABJ 23.2
Mulai pada Waktu Pikiran Itu Paling Mudah untuk Diajar. Pekerjaan mendidik dan melatih harus dimulai pada masa bayi; oleh karena pada saat itu pikirannya paling mudah diajar, dan pelajaran-pelajaran yang diberikan akan diingat. Anak-anak harus dilatih dengan sungguh-sungguh di dalam satu sekolah rumah tangga dari sejak buaian sampai kepada masa dewasa. Dan, sebagaimana hainya di dalam satu sekolah yang teratur dengan baik, maka para guru sendiri akan memperoleh pengetahuan yang penting; para ibu terutama yang merupakan guru kepala di dalam rumah tangga, akan mempelajari pelajaran-pelajaran yang paling berharga di dalam kehidupannya. MABJ 24.1
Tugas orangtualah untuk mengucapkan kata-kata yang benar.... Hari demi hari para orangtua harus mempelajari di dalam sekolah Tuhan pelajaran-pelajaran dari Seorang yang mengasihi mereka. Kemudian cerita tentang kasih Allah yang kekal itu akan diceritakan kembali di dalam sekolah rumah tangga kepada kawanan domba yang masih kecil itu.MABJ 24.2
Dengan demikian, sebelum kuasa berpikir itu berkembang dengan sepenuhnya, anak-anak bisa memperoleh satu roh yang benar dari orangtua mereka. MABJ 24.3
Pelajari Soal Pendidikan Anak pada Masa Awal Hidupnya. Pendidikan anak jada awal hidupnya adalah suatu bahan pelajaran yang harus dipelajari dengan saksama oleh semua orang. Kita harus men-jadikan pendidikan anak-anak kita sebagai suatu usaha, oleh karena keselamatan mereka sebagian besar bergantung atas pendidikan yang diberikan kepada mereka pada masa kanak-kanaknya. Para orangtua dan wali itu sendiri harus mempertahankan kesucian hati dan hidup, jikalau mereka ingin agar anak mereka suci. Sebagai bapa dan ibu, kita harus mendidik dan mendisiplin diri kita sendiri. Kemudian sebagai guru di dalam rumah tangga, kita dapat melatih anak-anak kita, sambil mempersiapkan mereka untuk menerima warisan yang baka. MABJ 24.4
Adakan Satu Permulaan yang Benar. Anak-anakmu adalah milik Allah yang telah dibeli dengan suatu harga. Berusahalah dengan sungguh-sungguh, hai para bapa dan ibu, untuk memperlakukan mereka dengan suatu cara yang serupa dengan Tuhan. MABJ 25.1
Anak-anak muda harus dilatih dengan hati-hati dan dengan bijak-sana, karena kebiasaan-kebiasaan salah yang telah dibentuk pada masa kanak-kanak dan masa muda sering terbawa-bawa seumur hidup. Semoga Allah menolong kita untuk menyadari perlunya untuk memulai dengan benar. MABJ 25.2
Pentingnya Mendidik Anak yang Pertama. Anak yang pertama terutama sekali harus dididik dengan amat hati-hati, karena ia akan mendidik anak-anak yang berikutnya. Anak-anak bertumbuh sesuai dengan pengaruh dari mereka yang ada di sekelilingnya. Jikalau mereka ditangani oleh orang-orang yang suka ribut dan gaduh, maka mereka pun akan menjadi ribut dan hampir-hampir tidak dapat dikendalikan. MABJ 25.3
Tanaman—Satu Bahan Pelajaran di dalam Mendidik Anak. Pertumbuhan yang lambat laun dari sebuah tanaman mulai dari benih adalah satu bahan pelajaran di dalam pendidikan anak. “Mula-mula kecambah, kemudian mayangnya, akhirnya butir gandum yang sepenuh-penuhnya di dalam mayang itu.” Markus 4:28. Ia yang memberikan perumpamaan ini telah menciptakan benih yang kecil itu, dan memberikan kepadanya kuasa kehidupan, dan menetapkan undang-undang yang mengatur pertumbuhannya dan kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh perumpamaan itu telah dijadikan sebagai satu kenyataan di dalam hidup-Nya sendiri. Ia, Yang Mulia di dalam surga itu, Raja ke-muliaan, telah menjadi seorang bayi di Betlehem dan untuk sementara waktu menyerupai seorang bayi yang tidak berdaya di pangkuan ibu-Nya. Di dalam masa kanak-kanak-Nya Ia berkata-kata dan be laku seperti seorang kanak-kanak, sambil menghormati orangtua Nya dan melaksanakan kemauan mereka dengan cara yang amat menolong. Tetapi dari sejak timbulnya kuasa untuk berpikir Ia senantiasa bertumbuh di dalam anugerah dan di dalam satu pengetahuan akan kebenaran. MABJ 25.4