Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Membina Kehidupan Abadi

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Pasal 21—Orang Kaya dan Lazarus

    Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, Kristus menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini manusia menentutukan nasibnya yang kekal. Selama masa pintu kasihan terbuka karunia Allah di-berikan kepada setiap jiwa. Tetapi bila manusia menyia-nyiakan kesempatannya dalam menyenangkan dirinya sendiri, mereka memutuskan dirinya dari kehi-dupan yang kekal. Jika masa pintu kasihan tertutup tidak ada sesuatu pun yang dapat diberikan. Oleh pilihan mereka sendiri mereka telah menciptakan suatu jurang yang tak dapat dilalui di antara mereka dan Aliahnya.MKA 195.1

    Perumpamaan ini menarik suatu per- bedaan di antara orang kaya, yang tidak bergantung kepada Allah. Kristus menunjukkan bahwa waktunya sudah tiba bilamana kedudukan dari kedua golongan ini akan terbalik. Orang yang miskin dalam perkaraperkara dunia, namun yang percaya pada Allah dan sabar dalam derita, sekali kelak akan ditinggikan di atas orang yang sekarang memegang kedudukan yang tertinggi yang dapat diberikan dunia, tetapi yang belum menyerahkan hidupnya kepada Allah.MKA 195.2

    “Ada seorang kaya,” kata Kristus, “yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, ber-baring dekat pintu rumah orang kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.”MKA 196.1

    Orang kaya itu tidak termasuk dalam kelas yang diwakili oleh hakim yang tidak adil, yang terang-terangan mengatakan ketidakpeduliannya kepada Allah dan manusia. Ia mengaku sebagai anak Abraham. Ia tidak memperlakukan peminta-minta itu dengan kejam atau mengusirnya sebab rupa orang itu tidak menyenangkan. Jika orang miskin, contoh manusia yang memuakkan itu dapat dihiburkan oleh memandang kepadanya manakala dia masuk gerbangnya, orang kaya itu membiarkan agar dia tetap tinggal di situ. Tetapi dia mementingkan dirinya serta tidak mau peduli kepada keperluan penderitaan saudaranya.MKA 196.2

    Pada waktu itu tidak ada rumah sakit di mana orang sakit dapat dira-wat. Orang yang menderita dan susah dibawa ke dalam perhatian orang yang telah dipercayakan Tuhan dengan kekayaan, agar mereka dapat menerima pertolongan dan simpati. Demikianlah keadaannya dengan si peminta-minta dan orang kaya. Lazarus sangat memerlukan pertolongan; karena ia tidak mempunyai teman, rumah, uang atau makanan. Namun ia dibiarkan tinggal dalam keadaannya itu dari hari ke hari, sedang orang kaya itu dalam keadaan berkecukupan. Orang yang penuh kelimpahan yang dapat meringankan penderitaan sesama makhluk, hidup untuk dirinya sendiri, seperti kebanyakan orang yang hidup dewasa ini.MKA 196.3

    Sekarang banyak orang yang tinggal dekat kita yang lapar, telanjang dan tidak mempunyai tempat tinggal. Suatu kelalaian untuk memberikan yang ada pada kita kepada orang yang susah serta menderita ini, menem-patkan ke atas diri kita suatu beban kesalahan yang suatu saat nanti akan kita hadapi dengan perasaan takut. Semua ketamakan dikecam sebagai berhala. Semua pemanjaan yang mementingkan diri adalah suatu penghi-naan dalam pemandangan Allah.MKA 196.4

    Allah telah menjadikan orang kaya penatalayan dari kepunyaan-Nya dan merupakan kewajibannya untuk justru membantu masalah seperti peminta-minta itu. Perintah telah diberikan, “Kasihilah Tuhan Aliahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap ke-kuatanmu,” dan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 1UI. 6:51; Im. 19:18; Orang kaya itu adalah seorang Yahudi dan ia mengetahui perintah Allah tetapi ia lupa bahwa ia bertanggung jawab atas penggunaan kekayaan yang telah dipercayakan serta atas karunia kecakapannya. Berkat-berkat Tuhan melimpah atas dirinya, tetapi ia menggunakannya untuk kepen-tingan dirinya sendiri, untuk memuliakan diri sendiri, bukan memuliakan Khaliknya. Sebanding dengan kelimpahan yang diperolehnya maka ia wajib menggunakan pemberian itu untuk mengangkat umat manusia. Ini-lah perintah Tuhan, tetapi orang kaya itu melupakan kewajibannya kepa-da Allah. Ia meminjamkan uang, dan menerima bunga dari uang yang dipinjamkannya; tetapi ia tidak mengembalikan bunga atas apa yang Allah telah pinjamkan kepadanya. Ia lupa akan tanggung jawabnya kepa-da Allah, ia mengerahkan segenap tenaganya untuk kepelesiran. Segala sesuatu yang mengitarinya, rentetan hiburannya, pujian dan ocehan dari teman-temannya, memuaskan kesenangan dirinya sendiri. Begitu asyik dia dalam pergaulan dengan teman-temannya sehingga ia kehilangan kesadaran mengenai tanggung jawabnya bekerja sama dengan Allah da-lam pekerjaan pengasihan-Nya. Ia mempunyai kesempatan untuk mema-hami sabda Allah dan untuk mempraktikkan ajaran firman itu, tetapi ia memilih masyarakat yang senang pelesir untuk menghabiskan waktunya sehingga ia melupakan Allah yang kekal.MKA 196.5

    Suatu masa tiba bilamana perubahan terjadi dalam keadaan kedua orang ini. Orang yang miskin itu telah menderita hari demi hari, tetapi dengan sabar dan tenang ia tetap bertahan. Pada suatu ketika ia meninggal dunia lalu dikuburkan. Tidak seorang pun yang meratapinya, tetapi karena kesabarannya menahan penderitaan ia telah bersaksi bagi Kristus, ia telah tahan dalam ujian imannya, dan pada waktu kematiannya ia digambarkan seperti dibawa oleh malaikat-malaikat ke ribaan Abraham.MKA 197.1

    Lazarus menggambarkan kesengsaraan orang miskin yang percaya kepada Kristus. Manakala nafiri berbunyi, dan semua orang yang tinggal dalam kubur mendengar suara Kristus lalu bangkit, mereka akan menerima pahalanya; karena imannya kepada Allah bukanlah sekadar teori, melainkan suatu kenyataan.MKA 197.2

    “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas dan dari jauh dilihat: Ab-raham dan Lazarus duduk di p angkuannya. Lalu ia berseru, katanya, Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelup-kan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”MKA 197.3

    Dalam perumpamaan ini Kristus menghadapi orang-orang ini dalam cara pemikirannya sendiri. Doktrin mengenai keadaan sadar di antara kematian dan kebangkitan dianut oleh banyak orang yang mendengarkan sabda Kristus. Juruselamat tahu tentang pemikiran mereka dan Ia me-rangkaikan perumpamaan-Nya sedemikian rupa untuk menanam kebe-naran-kebenaran yang penting melalui pendapat-pendapat yang telah dipegang sebelum Ia menampilkan di hadapan para pendengar-Nya se-buah cermin di mana mereka dapat melihat diri sendiri dalam hubung-annya yang benar kepada Allah. Ia menggunakan pendapat yang meraja-lela untuk menyampaikan ide yang diinginkan-Nya untuk mengutama-kannya dari semua yang lain—bahwa tidak seorang pun dinilai dari harta miliknya; karena segala sesuatu yang dia miliki hanyalah karena Tuhan pinjamkan kepadanya. Suatu penyalahgunaan dari pemberian-pemberian ini akan menempatkan dia di bawah orang yang paling miskin dan paling malang yang mencintai Allah dan percaya kepada-Nya.MKA 198.1

    Kristus menginginkan para pendengar-Nya mengerti bahwa adalah mustahil bagi manusia untuk mendapat keselamatan jiwa sesudah mati. “Anak,” Abraham digambarkan sebagai menyahut, “ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau menderita. Selain daripada itu di antara kami dan engkau terbentang ju-rang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini ke-padamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.” Begitulah Kristus menyatakan tidak adanya harapan untuk memandang pada pintu kasihan kedua. Kehidupan ini adalah satu-satunya waktu yang diberikan kepada manusia untuk bersedia bagi masa yang kekal.MKA 198.2

    Orang kaya itu belum melepaskan pemikiran bahwa dia adalah anak Abraham dan di dalam kesedihannya ia digambarkan memanggil kepa-danya meminta pertolongan. “Bapa Abraham,” ia berdoa, “kasihanilah aku.” Ia tidak berdoa kepada Allah tetapi kepada Abraham. Dengan de-mikian ia menunjukkan bahwa ia menempatkan Abraham di atas Allah dan bahwa ia bersandar kepada hubungannya dengan Abraham untuk mendapat keselamatan. Pencuri di kayu salib menyampaikan doanya ke-pada Kristus. “Yesus ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja,“ 2Luk. 23:42; katanya. Dan segera datang jawaban, Aku berkata kepadamu hari ini juga (manakala Aku tersalib dalam kehinaan dan sengsara), engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Tetapi orang kaya itu berdoa kepada Abraham, dan permohonannya tidak dikabulkan. Kris-tus saja yang ditinggikan untuk menjadi “Pemimpin dan Juruselamat, su-paya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” “Tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” 3Kis.5: 31; 4:12;MKA 198.3

    Orang kaya itu telah menghabiskan hidupnya dalam menyenangkan dirinya dan terlambat melihat bahwa ia tidak mengadakan persiapan un-tuk hidup yang kekal. Ia menyadari kebodohannya dan ingatan dari saudara-saudaranya, yang akan hidup sesuai dengan hidupnya, hidup untuk menyenangkan dirinya sendiri. Kemudian ia membuat permohonan, “Kalau demikian, aku minta kepadamu bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” Tetapi “Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”MKA 199.1

    Ketika orang kaya itu meminta kesaksian tambahan bagi saudara-sau-daranya, kepadanya telah diberitahukan dengan jelas bahwa jika kesaksi-an itu pun diberikan, mereka tidak akan terbujuk. Permohonannya me-lontarkan sebuah pantulan kepada Allah. Seolah-olah orang kaya itu ber-kata, kalau saja engkau telah memberi amaran yang lebih jelas, sekarang saya tidak akan berada di sini. Abraham dalam menjawab permohon-annya digambarkan berkata, saudara-saudaramu sudah cukup diberi amaran. Terang telah diberikan kepada mereka itu, tetapi mereka tidak mau melihatnya: kebenaran telah dinyatakan kepada mereka, tetapi mere-ka tidak mau mendengarnya.MKA 199.2

    “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.” Perkataan ini terbukti benar dalam sejarah orang Yahudi. Mukjizat Kristus yang terakhir dan yang paling luarbiasa adalah membangkitkan Lazarus dari Betani, sesudah ia mati empat hari lamanya. Orang Yahudi telah diberikan bukti yang ajaib ini mengenai Keilahian Juruselamat, tetapi mereka menolak-Nya. Lazarus bangkit dari kematian dan membawa kesaksiannya di hadapan mereka, tetapi mereka mengeraskan hatinya terhadap semua bukti dan bahkan berusaha untuk membunuh-Nya. 4Yoh. 12:9-11; MKA 199.3

    Taurat dan nabi-nabi adalah alat-alat yang ditetapkan Allah untuk menyelamatkan manusia. Kristus berkata, hendaklah mereka memperha-tikan bukti-bukti ini. Jika mereka tidak mendengar suara Allah dalam firman-Nya maka kesaksian dari seorang saksi yang bangkit dari kematian pun tidak akan didengar.MKA 200.1

    Orang yang mendengarkan Musa serta nabi-nabi tidak memerlukan terang yang lebih besar dari yang diberikan Allah; tetapi jika orang me-nolak terang dan gagal untuk menerima kesempatan yang diberikan ke-padanya, mereka tidak mau mendengar jika seorang yang bangkit dari kematian harus datang kepada mereka dengan sebuah pekabaran. Mereka tidak akan yakin bahkan oleh bukti ini sekalipun; karena orang yang menolak Taurat dan nabi-nabi mengeraskan hati mereka sehingga mereka akan menolak semua terang.MKA 200.2

    Percakapan di antara Abraham dan orang kaya adalah suatu kiasan. Pelajaran yang harus dipetik dari padanya ialah bahwa setiap orang diberi cukup terang untuk melaksanakan kewajiban yang telah dituntut dari padanya. Tanggung jawab orang adalah sebanding dengan kesempatankesempatannya. Allah memberikan kepada setiap orang cukup terang serta rahmat untuk melakukan pekerjaan yang telah diberikan-Nya. Jika manusia gagal melakukan apa yang ditunjukkan oleh terang yang kecil mengenai kewajibannya, terang yang lebih besar hanya akan menunjukkan ketidaksetiaan, lalai mengembangkan berkat-berkat yang telah diberikan. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.” Orang yang menolak untuk diterangi oleh Musa serta nabi-nabi dan meminta suatu mukjizat yang ajaib untuk dilaksanakan tidak akan diyakinkan jika keinginan mereka diberikan.MKA 200.3

    Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus menunjukkan bagai-mana dua golongan digambarkan oleh kedua orang ini dinilai dalam dunia yang tidak terlihat. Bukanlah dosa menjadi seorang yang kaya, jika kekayaan diperoleh dengan cara yang halal. Seorang yang kaya tidak dihakimi karena kekayaannya, tetapi penghakiman terletak atas dia bila harta yang dipercayakan atasnya digunakan untuk kepentingan dirinya sendiri. Jauh lebih baik jika ia menghimpun uangnya di sisi takhta Allah, dengan menggunakannya untuk perkara-perkara yang baik. Kematian tidak pernah dapat membuat siapa pun yang mengabdikan dirinya untuk mencari kekayaan-kekayaan yang kekal, menjadi miskin. Tetapi orang yang menimbun uangnya untuk diri sendiri tidak dapat membawa sedikit pun dari harta itu ke dalam surga. Ia telah membuktikan dirinya menjadi seorang penatalayan yang tidak setia. Selama hidupnya ia mempunyai barang-barang yang baik, tetapi ia lupa mengenai kewajibannya kepada Allah. Ia gagal untuk menyimpan harta surga. Orang kaya yang mempunyai begitu banyak kesempatan menggambarkan kepada kita sebagai orang yang seharusnya mengembangkan kecakapannya, agar usahanya bisa mencapai ke seberang sana, membawa serta keuntungankeuntungan rohani. Adalah menjadi tujuan penebusan, bukan saja untuk menghapuskan dosa, tetapi untuk mengembalikan kepada manusia pemberian-pemberian rohani yang hilang akibat dari kuasa dosa yang mengerdilkan. Uang tidak bisa dibawa ke dalam hidup yang berikut ini, itu tidak diperlukan di sana, tetapi perbuatan yang baik yang dilakukan untuk menarik jiwa-jiwa kepada Kristus dibawa ke dalam istana surga. Tetapi orang yang menggunakan pemberian-pemberian Tuhan itu dengan mementingkan dirinya, meninggalkan sesama makhluk yang susah tanpa bantuan dan tidak berbuat apa-apa untuk memajukan pekerjaan Allah di dalam dunia, tidak menghormati Khaliknya. Kata merampok Allah tertulis di belakang namanya dalam kitab surga.MKA 200.4

    Orang kaya itu mempunyai segala sesuatu yang dapat dibeli dengan uang, tetapi ia tidak memiliki kekayaan yang akan dapat membuat perhitungannya benar dengan Allah. Ia telah hidup seolah-olah semua yang dimilikinya adalah kepunyaannya sendiri. Ia telah melalaikan panggilan Allah dan tuntutan orang miskin yang menderita. Tetapi kemudian datanglah panggilan dari Allah yang tak dapat dilalaikannya. Oleh suatu kuasa yang tak dapat diragukan atau ditahan dia diperintahkan untuk melepaskan segala alasan yang membuat dia bukan lagi penatalayan. Orang yang kaya itu menjadi miskin tak berpengharapan. Jubah kebenaran Kristus, yang ditenun alat tenun surga, tidak pernah dapat menutupi dia. Ia yang pernah mengenakan jubah ungu yang mewah, kain yang paling halus, merosot sampai telanjang. Masa percobaannya telah berakhir. Ia tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini dan ia tidak dapat membawa apa-apa dari dunia ini.MKA 201.1

    Kristus mengangkat tirai dan menyatakan gambaran ini di hadapan para imam dan para penghulu, orang Saduki dan Farisi. Lihatlah itu, hai kamu yang kaya dengan barang-barang dunia ini dan tidak kaya dalam Allah. Apakah kamu tidak akan merenungkan pemandangan ini? Apa yang diperhitungkan tinggi oleh manusia adalah keji dalam pemandangan Allah. Kristus bertanya, “Apa gunanya seorang memperoleh se- luruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanya?” 6Mrk. 8:36, 37;MKA 201.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents