Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kecongkakan Saul

    Setelah diadakannya perkumpulan di Gilgal, Saul membubarkan bala tentara yang menurut panggilannya telah bangkit menghancurkan bangsa Ammon, sambil memisahkan sebagai cadangan hanya dua ribu orang untuk ditempatkan di bawah perintahnya di Mikhmas, dan seribu orang untuk mengawal anaknya, Yonatan di Gibea. Hal ini merupakan suatu kesalahan yang berat. Tentaranya dipenuhi oleh harapan dan semangat olehkarena kemenangan yang baru saja diperolehnya, dan kalau segera ia telah menyerang musuh-musuh Israel yang lainnya, maka suatu pukulan yang jitu akan diadakan bagi kemerdekaan bangsa itu.PB2 223.1

    Sementara itu tetangga mereka yang suka berperang, bangsa Filistin, sedang giat. Setelah kekalahan di Eben-Haezar mereka masih tetap menguasai beberapa benteng di atas bukit-bukit di negeri Israel, dan sekarang mereka menguatkan diri di jantung negeri itu. Di dalam peralatan, tentara, dan perlengkapan bangsa Filistin memperoleh keuntungan yang besar atas Israel. Selama masa penjajahan mereka yang lama itu mereka telah berusaha untuk memperkuat kekuasaan mereka dengan melarang Israel mengerjakan pekerjaan pandai besi, agar jangan mereka membuat alat-alat perang. Setelah diadakannya perjanjian perdamaian, bangsa Ibrani masih tetap pergi kepada tentara Filistin untuk pekerjaan seperti itu bilamana diperlukan. Dengan dikuasai oleh keinginan untuk hidup senang dan roh yang tertekan yang disebabkan oleh masa penjajahan yang lama itu, orang Israel sedemikian jauh telah lalai dalam melengkapi diri mereka dengan alat-alat peperangan. Busur panah dan ali-ali digunakan dalam peperangan, dan semuanya ini dimiliki oleh Israel; tetapi tidak ada seorangpun di antara mereka, kecuali Saul dan anaknya Yonatan, yang memiliki sebilah pedang atau sebatang tombak.PB2 223.2

    Barulah pada tahun yang kedua dari pemerintahan Saul suatu usaha diadakan untuk menaklukkan bangsa Filistin. Serangan yang pertama telah dilancarkan oleh Yonatan, anak raja itu, yang menyerang dan mengalahkan tentara mereka di Gibea. Bangsa Filistin, merasa marah atas kekalahannya ini, telah menyiapkan diri untuk mengadakan serangan yang mendadak terhadap Israel. Sekarang Saul telah mengumumkan perang dengan menggunakan bunyi terompet di seluruh negeri itu, memanggil semua tentara, termasuk suku-suku bangsa yang berada di seberang Yarden, supaya berkumpul di Gilgal.PB2 224.1

    Bangsa Filistin telah mengumpulkan bala tentara yang kuat di Mikhmas, “tiga puluh ribu rata perang dan enam ribu orang yang berkuda dan rakyat seperti kersik yang ditepi laut banyaknya.” Pada waktu berita ini tiba di telinga Saul dan tentaranya di Gilgal, bangsa itu merasa gentar memikirkan kehebatan bala tentara yang harus mereka hadapi di dalam peperangan. Mereka tidak bersedia berperang melawan musuh mereka, dan banyak dari antara mereka yang begitu takut sehingga mereka tidak berani berhadapan dengan musuh. Beberapa telah menyeberangi sungai Yarden, sementara yang lainnya menyembunyikan diri di dalam goa-goa dan lubanglubang dan di celah-celah batu karang yang banyak terdapat di tempat itu. Apabila waktu untuk menyerang semakin dekat, dengan cepat jumlah orang-orang yang melarikan dari bertambah, dan mereka yang tidak menarik diri dari bilangan tentara itu telah dipenuhi oleh rasa takut dan kegentaran.PB2 224.2

    Pada waktu Saul pertama kali dilantik sebagai raja Israel, ia telah menerima dari Samuel perintah yang terperinci sehubungan dengan tindakan yang harus ditempuh pada saat ini. “Maka hendaklah engkau turun ke Gilgal mendahului aku,” kata nabi itu, “bahwasanya aku akan turun kelak mendapatkan dikau hendak mempersembahkan korban syukur, maka tujuh hari lamanya hendaklah engkau bernanti di sana, sampai aku datang kepadamu dan memberitahu kepadamu barang apa yang patut kauperbuat.” 1 Samuel 10:8.PB2 224.3

    Hari demi hari Saul menunggu, tetapi tanpa mengadakan usaha yang pasti untuk memberikan semangat orang banyak itu atau untuk membangkitkan kepercayaan mereka dalam Allah. Sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh nabi itu habis, ia menjadi tidak sabar atas keterlambatan itu dan membiarkan dirinya menjadi kecewa oleh keadaan-keadaan yang menguji yang ada di sekelilingnya. Gantinya dengan setia berusaha untuk menyediakan orang banyak itu menghadapi upacara yang akan diadakan Samuel, ia telah memanjakan sifat tidak percaya dan takut. Pekerjaan untuk mencari Allah dengan upacara korban adalah suatu pekerjaan yang paling khidmat dan penting, dan Tuhan menuntut agar umatNya menyelidiki hati mereka dan bertobat dari dosa-dosa mereka, agar supaya korban yang diadakan itu berkenan di hadapanNya, dan agar berkatNya bisa menyertai usaha mereka untuk menaklukkan musuh. Tetapi Saul telah menjadi gelisah, dan orang banyak, gantinya berharap kepada Tuhan untuk meminta pertolongan, berharap kepada raja yang telah mereka pilih itu, untuk memimpin dan menuntun mereka.PB2 224.4

    Namun demikian Tuhan masih memeliharakan mereka, dan tidak menyerahkan mereka kepada bencana yang akan menimpa diri mereka jikalau tangan manusia yang lemah itu menjadi penolong mereka satu-satunya. Ia telah membawa mereka ke tempat-tempat yang tertutup agar mereka dapat diyakinkan akan bodohnya bergantung kepada manusia, dan agar mereka bisa berpaling kepada Tuhan sebagai satu-satunya penolong mereka. Waktu untuk menguji Saul telah tiba. Sekarang ia harus menunjukkan apakah ia akan bergantung kepada Allah dan dengan sabar menunggu sesuai dengan perintahNya atau tidak, dengan demikian akan membuktikan dirinya sebagai seorang yang bisa dipercayai Allah sebagai pemimpin umatNya di tempat-tempat yang sukar itu, atau apakah ia akan menjadi ragu-ragu dan tidak layak untuk memikul tanggung jawab yang suci yang telah diserahkan kepadanya. Akankah raja yang telah dipilih Israel itu, mendengar Pemerintah segala raja? Akankah ia mengarahkan perhatian tentaratentaranya yang ketakutan itu, kepada Seorang yang di dalamnya terdapat kekuatan dan kelepasan yang kekal?PB2 226.1

    Kesabarannya semakin berkurang, ia menanti kedatangan Samuel dan menganggap bahwa kekacauan dan kekecewaan, serta semakin merosotnya jumlah tentaranya itu disebabkan oleh tidak hadirnya nabi itu. Waktu yang telah ditetapkan itupun tibalah, tetapi utusan Allah itu tidak muncul dengan segera. Pimpinan Allah telah menahan hambaNya itu. Tetapi roh Saul yang gelisah dan tidak sabar itu tidak dapat dikendalikan lagi. Merasa bahwa sesuatu harus dilakukan untuk menenangkan ketakutan orang banyak itu, ia memutuskan untuk mengadakan kumpulan upacara keagamaan, dan dengan mempersembahkan korban meminta pertolongan ilahi. Allah telah memerintahkan bahwa hanya mereka yang telah ditahbiskan kepada jabatan itu dapat mempersembahkan korban di hadapanNya. Tetapi Saul memerintahkan, “Bawalah ke mari kepadaku korban bakaran,” dengan diperlengkapi alat-alat perang, ia telah mendekati mezbah dan mempersembahkan korban di hadapan Allah.PB2 226.2

    “Maka sesungguhnya baru habis sudah dipersembahkannya korban bakaran itu, tiba-tiba datanglah Samuel; maka Saulpun keluar menyambut dia, hendak memberi salam akan dia.” Samuel dengan cepat melihat bahwa Saul telah bertindak bertentangan dengan perintah yang jelas yang telah diberikan kepadanya. Tuhan telah mengatakan melalui nabiNya bahwa pada saat ini Ia akan menunjukkan kepada Israel apa yang harus diperbuatnya dalam keadaan gawat ini. Jikalau Saul telah menggenapi syarat-syarat atas mana pertolongan ilahi itu akan diberikan, Tuhan pasti akan mengadakan kelepasan yang ajaib bagi Israel, dengan menggunakan beberapa orang yang tetap setia kepada raja. Tetapi Saul sudah merasa puas dengan dirinya sendiri dan usahanya sedemikian rupa sehingga ia pergi menyambut nabi itu sebagai seorang yang patut dipuji gantinya ditegur.PB2 226.3

    Wajah Samuel dipenuhi oleh kekhawatiran dan kesusahan, tetapi terhadap pertanyaannya, “Apakah perbuatanmu ini?” Saul telah memberikan alasan bagi perbuatannya yang ceroboh itu. Ia berkata, “Sebab aku melihat orang banyak itu tercerai-berai daripadaku dan engkaupun tiada datang pada hari yang telah ditentukan itu, dan lagi segala orang Filistin berhimpun di Mikhmas, maka kataku: Sebentar lagi maka orang Filistin akan datang menyerang aku kelak di Gilgal, maka belum aku meminta doa di hadapan hadirat Tuhan, sebab itu aku memberanikan hatiku, lalu mempersembahkan korban bakaran.”PB2 227.1

    “Maka kata Samuel kepada Saul: Perbuatanmu ini bodoh sekali, sebab tiada engkau menurut akan firman Aliahmu, yang telah disampaikannya kepadamu; karena niat Tuhan hendak menetapkan sekarang kerajaanmu atas orang Israel sampai selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tiada akan tetap! Bahwa Tuhan sudah mencahari akan dirinya seorang yang setuju dengan hatinya dan orang itulah akan disuruhkan Tuhan menjadi penganjur segala umatnya, . . . Maka berbangkitlah Samuel lalu pergi ke hulu, dari Gilgal ke Gibea-Benyamin.”PB2 227.2

    Apatah Israel harus berhenti sebagai umat Allah, ataukah prinsip atas mana kerajaan itu didirikan harus dipertahankan, dan bangsa itu harus diperintah oleh satu kuasa ilahi. Jikalau Israel mau menjadi milik Allah sepenuhnya, jikalau kehendak manusia dan yang duniawi itu ditaklukkan kepada kehendak Allah, maka Ia akan tetap menjadi Pemerintah Israel. Selama raja dan orang banyak itu mau memperlakukan diri mereka sebagai bawahan kepada Allah, maka selama itu pula Ia dapat menjadi pertahanan mereka. Tetapi di dalam Israel tidak ada raja yang akan makmur yang tidak mengakui kekuasaan Allah yang tertinggi di dalam segala perkara.PB2 227.3

    Jikalau Saul telah menunjukkan penghargaan terhadap tuntutan Allah di dalam saat yang gawat ini, maka Allah akan dapat melakukan kehendakNya melalui dia. Sekarang kegagalannya membuktikan bahwa dia tidak layak menjadi wakil Allah bagi umatNya. Ia akan menyesatkan Israel. Kehendaknya, gantinya kehendak Allah, akan menjadi kuasa yang memerintahkan. Jikalau Saul telah setia, kerajaannya akan ditetapkan untuk selama-lamanya; tetapi olehkarena ia telah gagal, maksud Allah harus dilaksanakan oleh orang lain. Pemerintahan Israel harus diserahkan kepada seseorang yang akan memerintah bangsa itu sesuai dengan kehendak Sorga.PB2 227.4

    Kita tidak mengetahui perkara besar apa yang sedang dipertaruhkann di dalam menguji akan Allah. Tidak ada keselamatan kecuali di dalam penurutan yang saksama kepada firman Allah. Segala janjiNya diadakan dengan syarat iman dan penurutan, dan satu kegagalan menurut perintahNya meniadakan bagi kita kegenapan janji Alkitab yang limpah itu. Kita hendaknya jangan menuruti perasaan, atau bergantung kepada pertimbangan manusia; kita harus memandang kepada kehendak Allah yang telah dinyatakan dan berjalan sesuai dengan perintahNya yang pasti itu, tidak peduli keadaan apa yang mengelilingi kita. Allah akan mengatur hasilnya; oleh kesetiaan kepada firmanNya di dalam masa ujian kita bisa membuktikan di hadapan malaikat-malaikat dan manusia, bahwa Tuhan dapat mempercayai kita di dalam tempat-tempat yang sulit untuk melaksanakan kehendakNya, menghormati namaNya, dan menjadi berkat bagi umatNya.PB2 228.1

    Saul tidak bersesuaian dengan Allah, namun demikian ia tidak mau merendahkan dirinya di dalam pertobatan. Apa yang kurang dalam soal kesalehannya ia berusaha untuk menutupinya dengan bersemangat dalam bentuk-bentuk peribadatan. Saul bukannya tidak mengetahui tentang kekalahan Israel pada waktu peti Allah dibawa ke dalam perkemahan oleh Hofni dan Pinehas; akan tetapi, sekalipun mengetahui akan hal ini, Saul bertekad untuk mengambil peti yang suci itu beserta dengan imam-imam yang mengawalnya. Andaikata ia dapat melalui cara ini untuk membangkitkan kepercayaan di dalam hati bangsa itu, ia harap akan dapat mengumpulkan kembali tentaranya yang tercerai berai itu, dan berperang melawan bangsa Filistin. Sekarang ia mau bertindak tanpa kehadiran dan bantuan Samuel, dan dengan demikian membebaskan dirinya dari teguran dan kecaman nabi yang tidak dikehendakinya itu.PB2 228.2

    Roh Kudus telah diberikan kepada Saul untuk menerangi pengertiannya dan melembutkan hatinya. Ia telah menerima petunjuk-petunjuk serta teguran yang dengan setia telah diberikan oleh nabi Allah. Namun demikian betapa besar kejahatannya itu! Sejarah raja Israel yang pertama itu menampilkan suatu contoh yang menyedihkan dari kuasa kebiasaan mula-mula yang salah. Pada masa mudanya, Saul tidak mengasihi dan takut akan Allah; dan roh yang sombong, yang tidak diusahakannya untuk menaklukkannya dari permulaannya, selalu siap untuk memberontak terhadap wewenang ilahi. Mereka yang pada masa mudanya menumbuhkan suatu sikap menghargai kehendak Allah, dan dengan setia melaksanakan tugas jabatan mereka, akan siap untuk pelayanan yang lebih tinggi di dalam hidup mendatang. Tetapi manusia yang bertahun-tahun lamanya menyalah-gunakan kuasa yang telah diberikan Allah kepadanya, dan kemudian pada waktu mereka mau berubah, tidak akan dapat memperoleh kuasa ini dalam kesegarannya menuju suatu kehidupan yang berbeda sama sekali arahnya.PB2 228.3

    Usaha Saul untuk membangkitkan kembali orang banyak itu ternyata siasia. Pada waktu mengetahui bahwa tentaranya hanya tinggal enam ratus orang lagi, ia meninggalkan Gilgal dan pergi ke satu benteng di Geba, yang baru saja direbut dari orang Filistin. Benteng ini terletak di sebelah selatan satu lembah yang curam dan dalam, beberapa mil di sebelah utara Yerusalem. Di sebelah utara lembah yang sama ini, di Mikhmas, bala tentara Filistin telah mendirikan tendanya sementara kelompok-kelompok tentara itu pergi ke berbagai jurusan untuk merampok negeri itu.PB2 229.1

    Allah telah membiarkan keadaan itu sampai kepada suatu keadaan yang gawat agar Ia dapat menempelak kejahatan Saul, dan mengajar umatNya satu pelajaran kerendahan hati dan iman. Oleh sebab dosa Saul di dalam mempersembahkan korban secara ceroboh, Tuhan tidak memberikan kepadanya kehormatan untuk menumpas orang Filistin. Yonatan, anak raja itu, seorang yang takut akan Tuhan, telah dipilih sebagai alat untuk membebaskan Israel. Didorong oleh gerakan ilahi, ia mengajak pembawa senjatanya untuk mengadakan serangan secara diam-diam ke perkemahan musuh. “Mudah-mudahan,” katanya, “kita dibantu oleh Tuhan; karena pada Tuhan tiada sukar menolong dengan orang banyak atau dengan orang sedikit.”PB2 229.2

    Pembawa senjata itu, yang juga adalah seorang yang penuh iman dan tekun dalam doa, menyokong rencana ini, dan bersama-sama mereka telah pergi dari tenda mereka dengan diam-diam, agar maksud mereka jangan ditentang. Dengan doa yang sungguh-sungguh yang dilayangkan kepada Pemimpin leluhur mereka, mereka telah meminta suatu tanda yang dengan itu mereka bisa menentukan bagaimana mereka harus memulainya. Kemudian dengan melewati lembah yang memisahkan kedua tentara itu, dengan diam-diam mereka menyusuri jalan mereka, di bawah bayangan gunung batu, dan agak tersembunyi oleh tebing-tebing yang terdapat di lembah itu. Sambil mendekati benteng orang Filistin itu, mereka terlihat oleh musuh mereka, yang dengan disertai ejekan berkata, “Bahwasanya orang Ibrani itu sudah keluar dari dalam goa, tempat mereka itu bersembunyi,” kemudian menantang mereka, “Marilah naik kepada kami, maka kami akan mengajari kamu kelak,” maksudnya bahwa mereka akan menghukum kedua orang Israel itu atas keberanian mereka. Tantangan ini adalah suatu tanda bahwa Yonatan dan temannya itu telah sepakat untuk menerimanya sebagai bukti bahwa Tuhan akan memberkati usaha mereka. Sekarang dengan melepaskan diri dari pandangan orang Filistin itu, dan memilih satu jalan yang sukar serta tersembunyi, kedua tentara ini berjalan menuju ke satu puncak gunung batu yang sudah terkenal tidak mungkin dilalui, dan dikawal dengan kuatnya. Dengan cara demikian mereka telah berhasil menembusi perkemahan musuh dan membunuh pengawalnya, yang dipenuhi oleh rasa heran dan kaget, tidak sempat memberikan perlawanan.PB2 229.3

    Malaikat-malaikat sorga telah menaungi Yonatan dan pengawalnya, malaikat-malaikat telah berperang di sisi mereka, dan orang Filistin telah jatuh di hadapan mereka. Bumi bergetar seolah-olah serombongan orang banyak dengan disertai orang-orang yang berkuda dan kereta perang sedang mendekat. Yonatan mengetahui tanda-tanda pertolongan ilahi, dan bahkan orang Filistin sekalipun mengetahui bahwa Allah sedang bekerja demi kelepasan Israel. Kegentaran yang hebat mencengkam bala tentara itu, baik yang berada di lapangan dan juga yang di markas mereka. Di dalam kekacauan, sambil mengira bahwa sahabat mereka itu musuh, orang Filistin mulai saling membunuh satu dengan yang lainnya.PB2 230.1

    Dengan segera kegaduhan peperangan itu terdengar di perkemahan Israel. Para pengawal raja melaporkan bahwa ada kekacauan yang hebat di antara orang Filistin, dan bahwa jumlah mereka sudah berkurang. Namun demikian mereka tidaklah mengetahui bahwa ada beberapa orang dari tentara Ibrani itu yang telah meninggalkan kemah mereka. Setelah diselidiki didapati bahwa tidak ada seorangpun yang tidak ada kecuali Yonatan dan sipembawa senjatanya. Tetapi melihat bahwa orang Filistin itu terdesak, Saul telah memimpin tentaranya untuk menggabungkan diri dalam penyerangan itu. Orang-orang Ibrani yang telah melarikan diri dari musuh sekarang berbalik melawan mereka; sejumlah besar dari orang Ibrani itu juga telah keluar dari tempat persembunyian, dan apabila orang Filistin berlari dalam kekacauan, tentara Saul menghancurkan mereka itu.PB2 230.2

    Dengan tekad untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya, raja dengan kerasnya telah melarang tentara-tentaranya agar jangan makan sepanjang hari itu, sambil menguatkan perintahnya itu dengan mengucapkan satu kutuk yang khidmat, “Kutuklah orang yang makan barang sesuatu sebelum petang, sebelum aku menuntut bela kepada musuhku!” Kemenangan telah diperoleh, tanpa sepengetahuan atau kerja sama Saul, tetapi ia berharap untuk menonjolkan dirinya dengan membinasakan sama sekali musuh yang sudah dikalahkan itu. Perintah supaya jangan menjamah makanan didorong oleh keinginan yang mementingkan diri, dan hal ini menunjukkan bahwa raja bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan rakyatnya bilamana semuanya ini bertentangan dengan keinginannya untuk meninggikan diri. Dengan meneguhkan larangannya melalui satu sumpah yang khidmat, menunjukkan bahwa Saul itu kejam dan tidak hormat dalam sikapnya. Kata-kata yang berisi kutuk itu sendiri memberikan bukti bahwa semangat Saul adalah demi untuk dirinya sendiri, dan bukan untuk kehormatan Allah. Ia menyatakan bahwa tujuannya, bukanlah “agar supaya Tuhan mengadakan pembalasan terhadap musuhNya, ” melainkan “agar aku menuntut bela kepada musuhfku. ”PB2 230.3

    Larangan ini telah menuntun orang banyak itu untuk melanggar perintah Allah. Mereka telah terlibat dalam peperangan sepanjang hari, dan hampir pingsan oleh karena lapar; dan segera setelah jam-jam yang terlarang itu berlalu, mereka telah menyerbu barang rampasan itu dan memakan daging bersama dengan darahnya, dengan demikian telah melanggar undang-undang yang melarang memakan darah.PB2 231.1

    Selama hari peperangan itu, Yonatan, yang tidak mendengar tentang perintah raja itu, dengan tidak sengaja telah berbuat pelanggaran dengan memakan sedikit madu apabila ia melewati sebuah hutan. Saul mengetahui hal ini pada malam harinya. Ia telah menyatakan bahwa pelanggaran terhadap perintah ini harus dihukum mati; dan sekalipun Yonatan tidak bersalah dengan melakukan dosa yang tidak disengaja, sekalipun Allah telah memeliharakan hidupnya dengan ajaib sekali dan telah mengadakan kelepasan melalui dia, raja menyatakan bahwa hukuman itu harus di-laksanakan. Membiarkan anaknya itu hidup akan merupakan suatu pengakuan di pihak Saul bahwa ia telah berbuat dosa dalam mengadakan suatu sumpah yang keras itu. Hal ini akan menghinakan kesombongannya. “Demikianlah kiranya perbuatan Allah akan daku dan dipertambahkannya pula, “adalah hukumannya yang mengerikan itu, “hai Yonatan! tak akan jangan engkau mati dibunuh.”PB2 231.2

    Saul tidak dapat memperoleh kehormatan atas kemenangan itu, tetapi ia berharap akan dihormati dengan semangatnya dalam mempertahankan kesucian sumpahnya. Sekalipun dengan mengorbankan anaknya, ia mau meninggalkan kesan kepada bawahannya akan kenyataan bahwa wewenang raja harus dipertahankan. Di Gilgal, sesaat saja sebelumnya, Saul telah memberanikan diri untuk bertindak sebagai seorang imam, bertentangan dengan perintah Allah. Pada waktu ditegur oleh Samuel, dengan keras ia telah membenarkan dirinya. Sekarang, pada waktu perintahnya sendiri tidak ditaati—sekalipun perintah itu tidak masuk akal dan telah dilanggar dengan cara yang tidak disengaja—raja dan bapa itu mau menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya.PB2 231.3

    Tetapi orang banyak itu menolak untuk membiarkan hukuman itu dilaksanakan. Dengan berani menentang amarah raja itu, mereka berseru, “Bolehkah dibunuh akan Yonatan, yang sudah mengadakan pertolongan yang besar ini di antara orang Israel? Demi Tuhan yang hidup, sehelai rambutnyapun tiada akan gugur daripada kepalanya ke bumi, karena dengan Allah juga diperbuatnya perkara itu pada hari ini.” Raja yang sombong itu tidak berani mengabaikan keputusan yang serentak ini, dan Yonatan dibiarkan hidup.PB2 231.4

    Saul tidak dapat berbuat sesuatu kecuali merasa bahwa anaknya lebih disukai daripada dirinya, baik oleh orang banyak itu baik oleh Tuhan. Dibiarkannya Yonatan itu hidup merupakan suatu teguran terhadap kekejaman raja. Ia merasa ada firasat bahwa kutuk-kutuknya itu akan kembali ke atas kepalanya sendiri. Ia tidak lagi meneruskan peperangan dengan orang Filistin, melainkan kembali ke rumahnya, dengan merasa kesal dan tidak puas.PB2 232.1

    Mereka yang paling suka untuk mencari dalih atau membenarkan diri dalam dosa sering paling kejam di dalam menuduh dan menghukumkan orang lain. Banyak, seperti Saul, mendatangkan atas dirinya murka Tuhan, tetapi mereka menolak nasihat dan mencemoohkan teguran. Sekalipun sudah diyakinkan bahwa Tuhan tidak menyertai mereka, mereka enggan untuk melihat bahwa di dalam dirinya sendirilah terdapat sebab daripada kesusahan itu. Mereka memanjakan satu roh yang congkak dan sombong, sementara mereka berpuas-puas dalam menghukumkan dengan kejamnya dan menegur orang lain yang lebih baik dari dirinya. Terlebih baiklah bagi orang-orang yang mengangkat diri sebagai hakim itu merenung-renungkan kata-kata Kristus: “Karena dengan tuduhan yang kamu menuduh, kamu akan dituduh pula, dan dengan ukuran yang kamu mengukur, kamu akan diukurkan juga.” Matius 7:2.PB2 232.2

    Sering mereka yang berusaha meninggikan diri dibawa ke suatu keadaan di mana tabiat mereka yang sebenarnya dinyatakan. Demikianlah adanya di dalam masalah Saul ini. Jalan hidupnya sendiri telah meyakinkan orang banyak bahwa kehormatan raja dan wewenangnya lebih berharga kepada dirinya daripada keadilan, rahmat ataupun kedermawanan. Dengan demikian orang banyak itu dituntun untuk melihat kesalahan mereka sendiri di dalam menolak pemerintahan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Mereka telah menukar seorang nabi yang beribadat, yang doanya telah mendatangkan berkat, dengan seorang raja yang di dalam semangatnya yang buta itu telah berdoa untuk menurunkan laknat ke atas diri mereka.PB2 232.3

    Jikalau orang-orang Israel tidak turun tangan untuk menyelamatkan hidup Yonatan, pembebas mereka itu akan dibunuh atas perintah raja. Dengan kebimbangan yang bagaimanakah gerangan orang banyak itu akan menuruti pimpinan Saul pada kemudian harinya! Betapa getirnya pemikiran bahwa ia telah ditempatkan di atas takhta itu oleh tindakan mereka sendiri! Allah bersikap panjang sabar dalam menghadapi kesesatan manusia, dan kepada semua orang Ia memberikan kesempatan untuk melihat dan meninggalkan dosa-dosa mereka; tetapi sekalipun kelihatannya Ia membiarkan adanya kemakmuran pada mereka yang mengabaikan kehendakNya, dan mencemoohkan amaranNya—Ia akan—di dalam masaNya sendiri, pasti menyatakan kebodohan mereka.PB2 232.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents