Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kemurahcn Hati Dand

    Pasal ini dialaskan alas 1 Samuel 22:20-22; 23-27.

    Setelah pembantaian yang amat kejam yang telah dilakukan oleh Saul terhadap para imam Tuhan itu, “seorang dari antara segala anak Akhimelekh bin Ahitub luput, namanya Abyatar, dan larilah ia mengikut Daud. Lalu dikabarkan Abyatar kepada Daud hal sudah dibunuh Saul segala imam Tuhan. “Maka kata Daud kepada Abyatar: Tahulah aku pada hari Doeg, orang Edom itu, di sana, bahwa tak dapat tiada dikabarkannya hal itu kepada Saul kelak; maka aku juga sudah menyebabkan, bahwa dibunuh oranglah akan segala orang isi rumah bapamu. Maka sekarang hendaklah engkau tinggal sertaku; janganlah engkau takut; karena adapun orang yang menyengajakan matiku, yaitu yang menyengajakan matimu juga, tetapi sertaku akan terpeliharalah engkau.”PB2 269.1

    Masih dikejar-kejar oleh raja, Daud tidak dapat lagi menemukan tempat untuk istirahat atau tempat yang aman. Di Kehila tentaranya yang berani itu telah menyelamatkan kota itu dari serangan bangsa Filistin, tetapi mereka tidak aman, sekalipun berada di tengah-tengah bangsa yang sudah dibebaskannya. Dari Kehila mereka pindah ke padang belantara Zifi.PB2 269.2

    Pada waktu ini, bilamana hanya sedikit saja tempat-tempat yang bisa diharapkan dalam perjalanan Daud, ia merasa gembira menerima kunjungan Yonatan yang tidak diduga-duga, yang telah mengetahui tempat perlindungannya. Indahlah saat-saat di mana kedua bersahabat ini tinggal bersama-sama. Mereka saling bertukar pengalaman yang beraneka ragam itu, dan Yonatan menguatkan hati Daud dengan berkata, “Janganlah engkau takut, karena tangan Saul, ayahku, tiada akan mendapat engkau, melainkan engkau juga akan naik raja kelak atas orang Israel, dan aku akan menjadi yang kedua di bawah engkau; maka diketahui ayahku Saul baik-baik akan perkara itu.” Sementara mereka membicarakan pimpinan Allah yang ajaib terhadap Daud, pengungsi yang sedang dikejar-kejar itu merasa amat dikuatkan. “Maka keduanyapun berjanji-janjianlah di hadapan hadirat Tuhan, lalu tinggallah Daud dalam hutan, tetapi Yonatan pulang ke rumahnya.”PB2 269.3

    Setelah kunjungan Yonatan itu, Daud menguatkan jiwanya dengan nyanyian-nyanyian pujian, sambil mengiringi suaranya dengan kecapinya sementara ia menyanyikan:PB2 270.1

    “Bahwa aku harap pada Tuhan!
    Betapa katamu kepada jiwaku:
    Terbanglah engkau ke pegununganmu seperti seekor burung?
    Karena bahwasanya orang fasik itu membentang busumya,
    Dikenakannyalah anak panahnya kepada talinya,
    Hendak memanah dari tempat gelap akan orang yang tulus hatinya.
    Bahwa segala alas dibongkar,
    Maka apakah dibuat oleh yang adil?
    Bahwa Tuhan adalah dalam istana kesuciannya;
    Arasy Tuhan adalah di dalam sorga;
    Dari sana memandang matanya dan kelopak matanya, mencobai segala anak
    Adam,
    Bahwa Tuhan menguji orang yang benar.
    Tetapi hatinya benci akan orang fasik dan akan orang yang suka akan
    penggagahan itu.” Mazmur 11:1-5
    PB2 270.2

    Bangsa Zifi, daerah pelarian Daud setelah pindah dari Kehila, mengirimkan kabar kepada Saul di Gibea bahwa mereka mengetahui di mana Daud sedang bersembunyi, dan bahwa mereka akan memimpin raja itu ke tempat persembunyiannya itu. Tetapi Daud yang telah diamarkan terhadap rencana ini, telah pindah, sambil mencari perlindungan di gunung-gunung di antara Maon dan Laut Mati.PB2 270.3

    Sekali lagi kabar dikirimkan kepada Saul, “Bahwasanya Daud itu ada di dalam gurun En-Gedi. Maka diambil Saul akan tiga ribu orang pilihan daripada segenap bangsa Israel, lalu pergilah ia mencahari Daud dan segala orangnya pada sebelah timur bukit batu Pelanduk.” Daud hanya mempunyai enam ratus orang dalam kelompoknya itu, sementara Saul bergerak maju dengan disertai tentara yang terdiri dari tiga ribu orang. Di dalam sebuah goa yang tersembunyi anak Isai dan tentaranya itu menunggu petunjuk Allah mengenai apa yang harus mereka lakukan. Apabila Saul mendaki gunung-gunung itu, ia telah berbelok, dan masuk seorang diri, ke dalam goa yang sama di mana Daud dan tentaranya sedang bersembunyi. Pada waktu tentara Daud melihat hal ini mereka telah menganjurkan kepada pemimpin mereka supaya membunuh Saul. Kenyataan bahwa raja itu sekarang berada di dalam kekuasaan mereka telah ditafsirkan oleh mereka sebagai bukti yang pasti bahwa Allah Sendiri yang telah menyerahkan musuh itu ke dalam tangan mereka, agar mereka membunuhnya. Daud tergoda untuk mempertimbangkan hal ini di dalam pikirannya dengan cara yang sama; tetapi suara hati nuraninya berkata kepadanya, “Jangan jamah orang yang sudah diurapi oleh Tuhan.”PB2 270.4

    Tentara Daud masih tetap tidak mau meninggalkan Saul dalam keadaan selamat, dan mereka telah mengingatkan kembali kepada firman Allah, “Tengoklah engkau, maka Aku menyerahkan seterumu kepada tanganmu, supaya engkau berbuat akan dia sebagaimana kehendak hatimu! Maka bangkitlah Daud, lalu diam-diam dikeratnya satu punca daripada baju selimut Saul.” Tetapi hati nuraninya menghukum dia sesudahnya, oleh sebab dia telah menodai jubah raja itu.PB2 272.1

    Saul bangun dan pergi keluar dari goa itu untuk meneruskan pencariannya, pada saat satu suara telah terdengar ke telinganya, sambil berkata, “Ya tuanku, ya rajaku!” Ia berpaling untuk melihat siapakah yang memanggil dia itu, dan lihatlah! itu adalah anak Isai itu, orang yang sudah lama dicarinya agar dapat dibunuhnya. Daud menundukkan dirinya kepada raja itu, mengakui dia sebagai tuannya. Kemudian ia mengucapkan kata-kata ini kepada Saul: “Mengapa maka tuanku mendengar akan umpat orang, katanya: Bahwasanya Daud menyengajakan celaka tuanku. Maka sesungguhnya pada hari ini juga mata tuanku sendiri sudah melihat, bahwa sudah diserahkan Tuhan akan tuanku kepada tangan patik di dalam goa ini, dan patik diajak orang juga akan membunuh tuanku; maka kata patik: Masakan aku mendatangkan tanganku kepada tuanku, karena tuanku sudah disiram bagi Tuhan. Lihat apalah, ya ayahku! bahkan lihat apalah punca baju selimut tuanku pada tangan patik; karena tatkala patik mengerat punca ini daripada baju selimut tuanku, tiada tuanku patik bunuh; maka hendaklah diketahui dan dilihat oleh tuanku, bahwa tiada jahat atau salah dalam tangan patik, dan tiada juga patik berdosa kepada tuanku, maka tuanku juga mengejar nyawa patik hendak mengumbut akan dia.”PB2 272.2

    Pada waktu Saul mendengar kata-kata Daud itu ia merasa sedih, dan tidak dapat berbuat lain kecuali mengakui kebenarannya. Perasaannya benar-benar terjamah apabila ia menyadari bahwa betapa ia sudah berada sepenuhnya di dalam kekuasaan orang yang hendak dibunuhnya. Daud berdiri di hadapannya dalam keadaan yang tidak bersalah. Dengan roh yang dilembutkan, Saul berseru: “Inikah bunyi suaramu, hai Daud, anakku? Lalu menangislah Saul dengan nyaring suaranya.” Kemudian ia berkata kepada Daud: “Bahwa engkau benar daripadaku, karena engkau sudah membuat baik akan daku, tetapi aku sudah membuat jahat akan dikau. . . . Jikalau kiranya barang seorang sudah mendapat seterunya, masakan dilepaskannya pergi dengan selamat? Maka sebab itu dibalas Tuhan kiranya kebajikan yang telah kau perbuat akan daku pada hari ini. Maka sesungguhnya kuketahui bahwa tak dapat tiada engkau menjadi raja kelak dan kerajaan Israelpun akan ditetapkan oleh tanganmu.” Dan Daud mengadakan suatu perjanjian dengan Saul bahwa bilamana hal ini terjadi ia akan tetap mengasihi keluarga Saul, dan tidak akan menghapuskan namanya.PB2 272.3

    Menyadari akan sikap Saul pada masa yang telah silam, Daud tidak bisa menaruh kepercayaan di dalam jaminan raja itu, ataupun berharap bahwa pertobatannya ini akan tahan lama. Jadi pada waktu Saul kembali ke rumahnya, Daud tetap tinggal di dalam benteng gunung-gunung itu.PB2 273.1

    Permusuhan yang dimanjakan terhadap hamba Allah oleh mereka yang telah menyerah kepada kuasa setan kadang-kadang berubah menjadi suatu perasaan untuk berdamai dan kasih, tetapi perubahan ini tidak selalu tahan lama. Setelah orang-orang yang pikirannya jahat ini berkecimpung di dalam tindakan-tindakan dan perkataan-perkataan yang jahat terhadap hamba Tuhan, keyakinan bahwa mereka ada di pihak yang salah kadangkadang timbul di dalam pikiran mereka. Roh Tuhan bergumul dengan mereka, dan mereka merendahkan hati mereka di hadapan Allah, dan di hadapan mereka yang pengaruhnya sedang mereka usahakan untuk meng-hancurkannya, dan mereka bisa saja mengubah sikap mereka terhadap hamba Allah itu. Tetapi apabila mereka sekali lagi membuka pintu kepada anjuran-anjuran sijahat itu, keragu-raguan yang lama akan timbul kembali, permusuhan yang lama akan dibangkitkan lagi, dan mereka kembali melakukan pekerjaan yang sama yang pernah mereka tinggalkan untuk sementara waktu. Kembali mereka berkata-kata jahat, sambil menuduh dan mengecam dengan cara yang amat keras orang-orang yang sama, yang kepadanya mereka telah mengadakan pengakuan. Setan dapat menggunakan jiwa-jiwa seperti itu dengan kuasa yang lebih besar lagi setelah hal itu terjadi daripada sebelumnya, olehkarena mereka telah berbuat dosa terhadap terang yang lebih besar.PB2 273.2

    “Maka matilah Samuel, lalu berhimpunlah segenap orang Israel meratapi dia dan dikuburkannya dalam rumahnya di Rama.” Kematian Samuel dianggap sebagai satu kehilangan yang tidak dapat diganti oleh bangsa Israel. Seorang nabi yang baik dan besar dan seorang hakim yang terkemuka telah gugur, dan kedukaan bangsa itu amat dalam sekali. Semenjak masa mudanya Samuel telah berjalan di hadapan Israel dengan ketulusan hatinya; sekalipun Saul telah diakui sebagai raja, Samuel telah memberikan suatu pengaruh yang lebih berkuasa daripadanya, oleh sebab catatan hidupnya ditandai oleh kesetiaan, penurutan dan pengabdian. Kita membaca bahwa ia telah memerintah Israel sepanjang hidupnya.PB2 273.3

    Apabila bangsa itu membedakan jalan hidup Saul dari hidup Samuel, mereka melihat betapa suatu kesalahan telah mereka lakukan di dalam meminta seorang raja agar mereka tidak berbeda dengan bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Banyak yang melihat dengan rasa takut kepada keadaan masyarakat, yang dengan cepatnya telah dipengaruhi oleh tidak adanya agama dan peribadatan. Teladan hidup raja mereka telah memberikan suatu pengaruh yang meluas, dan Israel telah berkabung olehkarena Samuel, nabi Allah itu sudah mati.PB2 274.1

    Bangsa itu telah kehilangan penganjur dan pemimpin sekolah yang suci itu, tetapi bukan hanya itu saja. Bangsa itu telah kehilangan dia, yang kepadanya orang banyak itu biasanya pergi untuk mengadukan persoalanpersoalan mereka, kehilangan seorang yang senantiasa memohon kepada Allah demi kepentingan bangsa itu. Doa Samuel memberikan suatu perasaan aman; olehkarena “doa orang yang benar, dengan bersungguh-sungguh hati itu, besar khasiatnya.” Yakub 5:16. Bangsa itu sekarang merasa bahwa Allah sedang meninggalkan mereka. Raja kelihatannya tidak lebih daripada seorang yang sudah gila. Keadilan dirusak, dan tata tertib telah berubah menjadi kekacauan.PB2 274.2

    Pada waktu bangsa itu dirusak oleh pergolakan di dalam, pada waktu nasihat Samuel yang tenang dan takut akan Allah itu amat diperlukan, Allah telah memberikan istirahat kepada hambaNya yang sudah tua itu. Pahitlah pikiran orang banyak itu apabila mereka memandang tempat peristirahatannya yang tenang itu, dan mengingat kepada kebodohan mereka di dalam menolak dia sebagai pemimpin mereka; olehkarena ia mempunyai satu hubungan yang erat dengan Sorga sehingga kelihatannya ia mengikat Israel kepada takhta Tuhan. Samuel yang telah mengajarkan kepada mereka supaya mengasihi dan menurut Allah; tetapi sekarang ia sudah mati, orang banyak itu merasa bahwa mereka berada pada belas kasihan seorang raja yang bergabung dengan setan, dan yang akan menceraikan bangsa itu dari Allah dan sorga.PB2 274.3

    Daud tidak bisa hadir dalam upacara penguburan Samuel, tetapi dia berkabung baginya sedalam seperti seorang anak yang setia berkabung atas kematian bapanya yang penuh pengabdian. Ia mengetahui bahwa kematian Samuel telah memutuskan satu tali pengikat lain yang mengendalikan tindakan-tindakan Saul, dan ia merasa kurang aman dibandingkan dengan keadaan pada waktu nabi itu masih hidup Sementara perhatian Saul sedang dicurahkan kepada keadaan berkabung atas kematian Samuel, Daud telah mengambil kesempatan untuk mencari satu tempat perlindungan yang lebih aman; maka iapun lari ke padang belantara Paran. Di tempat inilah ia telah menggubah mazmur seratus dua puluh satu. Di padang belantara yang buas dan sunyi ini, sambil menyadari bahwa nabi itu sudah mati, dan raja adalah musuhnya, ia menyanyi:PB2 274.4

    “Maka penolongku itu daripada pihak Tuhan,
    Yang telah menjadikan langit dan bumi.
    Maka tiada diberinya kakimu tergelincir,
    Dan Penunggumu itu tiada akan mengantuk.
    Bahwasanya tiada mengantuk dan tiada tertidurlah
    Penunggu Israel itu. . . .
    Maka Tuhan akan memeliharakan dikau daripada segala jahat,
    Iapun akan memeliharakan jiwamu.
    Dan Tuhanpun menunggui keluar masukmu
    Daripada sekarang ini sampai selama-lamanya.” Mazmur 121:2-8.
    PB2 275.1

    Sementara Daud dan tentaranya berada di padang belantara Paran, mereka telah melindungi dari gangguan perampok-perampok domba dan kambing seorang kaya yang bernama Nabal, yang memiliki harta yang banyak di daerah itu. Nabal adalah seorang dari keturunan Kaleb, tetapi tabiatnya kasar dan kikir.PB2 275.2

    Saat itu adalah waktu untuk menggunting bulu domba, satu waktu untuk menunjukkan kebajikan. Daud dan tentaranya berada dalam kekurangan makanan; dan sesuai dengan adat zaman itu, anak Isai itu telah menyuruh sepuluh orang muda untuk menemui Nabal, sambil memerintahkan kepada mereka untuk memberi salam kepadanya atas nama tuan mereka; dan ia menambahkan: “Hendaklah kamu katakan ini: Bersukacitalah kiranya hati tuan sebab selamat hal tuan dan selamat hal isi rumah tuan dan selamat hal segala sesuatu yang pada tuan! Maka sekarangpun hamba sudah mendengar kabar mengatakan bahwa tuan menaruh beberapa penggunting bulu domba, maka selama segala gembala tuan adalah serta dengan kami, tiada kami mengusik akan dia, dan satupun tiada mereka itu kehilangan selama mereka itu di karmel. Baiklah tuan bertanya akan hal itu kepada orang-orang tuan, maka mereka itu menyatakan dia kepada tuan kelak. Maka sebab itu biarlah orang-orang muda ini beroleh kasihan kepada pemandangan tuan, karena kami datang mendapatkan tuan pada hari yang baik; maka berikanlah kiranya barang sependapat tanganmu kepada hamba tuan ini dan kepada Daud, anak tuan.”PB2 275.3

    Daud dan tentaranya telah menjadi seperti satu dinding pelindung kepada para gembala dan kawanan domba Nabal; dan sekarang orang kaya ini diminta untuk memberikan dari kelimpahannya itu kekeringan kepada kebutuhan mereka yang sudah berbuat pelayanan yang amat berharga kepadanya. Daud dan tentaranya bisa mengambil sendiri dari antara kawanan kambing domba itu, tetapi mereka tidak mau melakukannya. Mereka membawakan diri mereka dengan jujur. Namun demikian, kebaikan mereka itu tidak ada artinya kepada Nabal. Jawab yang diberikannya kepada Daud menyatakan tabiatnya: “Siapa gerangan si Daud itu, dan siapakah bin Isai itu? Bahwa sekarang banyaklah orang hamba yang mendurhaka masingmasing kepada tuannya. Masakan aku mengambil rotiku dan minumanku dan binatangku yang tambun, yang telah kubantai karena segala pengguntingku? masakan aku memberikan dia kepada orang yang tiada kuketahui akan datangnya dari mana?”PB2 275.4

    Pada waktu orang-orang muda itu kembali dengan tangan hampa dan menceritakan pengalamannya kepada Daud, ia dipenuhi oleh kemarahan. Ia memerintahkan tentaranya untuk memperlengkapi dirinya dengan senjata untuk berperang; karena ia telah bertekad akan menghukum orang yang telah meniadakan haknya, dan telah menambahkan penghinaan kepada kesakitan. Tindakan yang didorong oleh perasaan yang meluap-luap ini lebih mirip kepada tabiat Saul daripada tabiat Daud, tetapi anak Isai ini masih harus belajar sabar di dalam sekolah penderitaan.PB2 276.1

    Salah seorang hamba Nabal cepat-cepat pergi kepada Abigail, isteri Nabal, setelah ia menyuruh orang-orang muda suruhan Daud itu pulang, dan menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi. “Bahwasanya,” katanya, “Daud sudah menyuruhkan orang dari gurun menyampaikan salam kepada tuan kami, tetapi tuan kami sudah menistakan mereka itu. Maka orang-orang itu sudah sangat berguna kepada kami, sehingga tiada kami diusik dan satupun tiada kami kehilangan selamanya segala hari kami beredar-edar serta dengan mereka itu pada masa kami di padang itu. Maka adalah mereka itu bagi kami akan pagar tembok keliling, baik siang baik malam, pada segala hari kami sertanya dalam menggembalakan domba. Maka sekarang hendaklah encik mengetahui dan menimbang baik-baik barang yang patut encik perbuat, karena celaka sudah ditentukan dengan sebenarnya atas tuan kami dan atas segala isi rumahnya.”PB2 276.2

    Tanpa meminta nasihat suaminya ataupun menceritakan kepadanya tentang maksudnya, Abigail telah mengadakan suatu persediaan yang cukup, yang ditaruh di atas keledai, telah dikirimkannya di bawah pengawasan hamba-hambanya, dan ia sendiri turut pergi menemui rombongan Daud. Ia bertemu dengan mereka di dalam sebuah goa di sebuah bukit.” “Demi terlihatlah Abigail akan Daud maka turunlah ia dengan segera dari atas keledainya, lalu sujudlah ia di hadapan Daud serta menundukkan dirinya sampai ke bumi. Maka sujudlah ia pada kakinya sambil sembahnya: Atas sahayalah, ya tuan! atas sahayalah segala salah; sahaja berilah kiranya sahaya berkata-kata dengan tuan dan dengar apalah akan kata sahaya tuan ini.” Abigail berbicara kepada Daud dengan sikap yang hormat sama seperti seakan-akan ia sedang berbicara kepada seorang raja. Nabal disertai ejekan telah berseru, “Siapakah Daud itu?” tetapi Abigail telah memanggil dia, “tuanku.” Dengan kata-kata yang manis ia berusaha meredakan perasaannya yang sedang marah itu, dan memohon kepadanya atas nama suaminya. Tanpa menonjolkan diri atau sikap yang angkuh, melainkan penuh hikmat dan kasih Allah, Abigail telah menyatakan pengabdiannya kepada rumah tangganya; dan ia telah menjelaskannya kepada Daud bahwa tindakan suaminya yang tidak ramah itu bukanlah sekali-kali sesuatu yang telah direncanakan secara pribadi terhadap dirinya, tetapi hanyalah luapan daripada sifat yang marah, dan mementingkan diri semata-mata.PB2 276.3

    “Maka sekarang, ya tuan, sesungguh-sungguh Tuhan hidup dan nyawa tuanpun hidup, Tuhan juga yang menegahkan tuan daripada datang dengan menumpahkan darah dan tangan tuan daripada menuntut haknya sendiri. Maka sekarang hendaklah menjadi seperti Nabal segala seteru tuan dan segala orang yang hendak berbuat jahat akan tuan!” Abigail tidak memberikan kehormatan kepada dirinya sendiri akan usahanya untuk menegahkan Daud dari niatnya yang tergesa-gesa itu, tetapi memberikan kepada Allah hormat dan pujiannya. Kemudian ia mempersembahkan pemberiannya yang limpah itu sebagai satu korban perdamaian kepada tentara-tentara Daud, dan tetap memohon seolah-olah ia sendiri yang telah membangkitkan amarah Daud.PB2 277.1

    Ia berkata, “Ampunilah kiranya salah sahaya tuan, karena sesungguhnya Tuhan akan memperbuatkan tuan sebuah rumah yang kekal, sebab tuan melakukan perang sabil Tuhan, dan barang sesuatu kejahatanpun tiada didapati dalam tuan seumur hidup tuan!” Abigail telah menyatakan jalan yang Daud harus tempuh sebagai kesimpulannya. Ia.harus mengadakan perang bagi Tuhan. Ia hendaknya jangan mengadakan pembalasan bagi kesalahan-kesalahan pribadi, sekalipun telah dianiaya sebagai seorang pengkhianat. Ia melanjutkan: “Jikalau kiranya berbangkit barang seorang hendak mengusir tuan dan menyengajakan mati tuan, maka hendaklah nyawa tuan ditaruh dalam karangan orang hidup di hadapan hadirat Tuhan. . . . Maka akan jadi kelak, apabila Tuhan sudah berbuat akan tuan segala kebajikan yang telah dijanjinya kepada tuan, dan sudah disuruhnya tuan menjadi penganjur orang Israel, niscaya perkara ini tiada menjadi bagi tuan akan batu terantuk atau akan kesentuhan hati tuan, yaitu yang tuan sudah menumpahkan darah dengan tiada semena-mena dan tuan sudah menuntut haknya sendiri. Maka apabila Tuhan berbuat baik kelak akan tuan, pada masa itu kelak tuan teringat lagi akan sahaya tuan ini!” 1 Samuel 25:29-31.PB2 277.2

    Kata-kata seperti ini hanyalah bisa keluar dari bibir seorang yang telah mengambil bahagian dalam hikmat yang berasal dari atas. Kesalehan Abigail, seperti harum semerbaknya sekuntum bunga, dengan secara tidak sadar telah dihembuskan melalui raut muka dan perkataan dan perbuatan. Roh Anak Allah tinggal di dalam jiwanya. Kata-katanya yang digarami oleh anugerah dan penuh dengan kemurahan dan damai, telah memancarkan suatu pengaruh sorga. Perasaan yang lebih baik datang kepada Daud, dan ia gemetar apabila ia merenung-renungkan apa yang akan menjadi akibat daripada niatnya yang kejam itu. “Berbahagialah orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.” Matius 5:9. Andaikata lebih banyak lagi orang-orang yang seperti perempuan Israel ini, yang akan meredakan perasaan yang tersinggung, menegahkan dorongan hati yang kejam dan memadamkan kejahatan oleh kata-kata yang tenang dan hikmat yang terpimpin dengan baik.PB2 278.1

    Suatu kehidupan Kristen yang berserah senantiasa memancarkan terang dan penghiburan, serta damai. Itu ditandai oleh kesucian, kebijaksanaan, kesederhanaan dan kegunaan. Itu dikendalikan oleh kasih yang tidak mementingkan diri itu, yang dapat menyucikan pengaruh. Itu dipenuhi oleh Kristus, dan meninggalkan suatu bekas yang terang ke mana saja pemiliknya, pergi. Abigail adalah seorang penegur dan penasihat yang bijaksana. Amarah Daud hilang di bawah kuasa pengaruh dan pertimbangannya. Ia telah diyakinkan bahwa ia telah mengambil jalan yang tidak bijaksana, dan telah kehilangan kendali atas rohnya sendiri.PB2 278.2

    Dengan rendah hati ia menerima teguran itu, sesuai dengan kata-katanya, “Baiklah aku dipalu oleh orang yang benar, maka ia itu menjadi kebajikan bagiku; Baiklah aku ditegur olehnya, maka ia itu seperti minyak pada kepalaku.” Mazmur 141:5. Ia mengucapkan terima kasih dan berkat oleh sebab ia telah menasihatinya dengan penuh kebenaran. Banyak orang apabila ditegur, merasa bahwa adalah terpuji jika mereka menerima teguran itu tanpa menjadi tiada kesabaran; tetapi betapa sedikitnya orang yang menerima teguran dengan rasa syukur dan mengucapkan berkat bagi mereka yang berusaha menyelamatkannya dari jalan yang jahat.PB2 278.3

    Apabila Abigail pulang ke rumah ia menemukan Nabal dan para tamunya sedang bcrsuka-suka dalam suatu pesta, yang telah mereka ubah menjadi satu kepelesiran yang disertai dengan mabuk-mabuk. Baru pada keesokan harinya ia menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi di dalam pembicaraannya dengan Daud. Nabal adalah seorang yang berhati pengecut; dan waktu ia menyadari betapa kebodohannya itu telah mendatangkan kematian yang mendadak atas dirinya, ia seolah-olah telah diserang oleh kelumpuhan. Merasa takut bahwa Daud masih akan mengadakan pembalasan-; ia telah dipenuhi oleh kegentaran, dan ia telah terjerumus ke dalam suatu keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Setelah sepuluh hari demikian iapun matilah. Hidup yang telah diberikan Allah kepadanya hanyalah merupakan suatu kutuk atas dunia ini. Di tengah-tengah kesukaan dan kepelesirannya itu, Allah telah berkata kepadanya, sebagaimana Ia telah berkata kepada orang kaya dalam perumpamaan itu, “Bahwa malam ini juga nyawamu akan dituntut daripadamu.” Lukas 12:20.PB2 278.4

    Sesudah peristiwa ini Daud menikah dengan Abigail. Ia sudah menjadi suami dari seorang isteri, tetapi adat kebiasaan bangsa itu pada zamannya telah merusak pertimbangannya dan mempengaruhi tindakannya. Sekalipun orang besar dan baik telah berbuat kesalahan dalam mengikuti praktekpraktek dunia ini. Akibat yang getir daripada mengawini banyak isteri terasa sekali sepanjang umur hidup Daud.PB2 279.1

    Setelah kematian Samuel, Daud telah dibiarkan hidup dengan tenangnya selama beberapa bulan. Sekali lagi ia telah pergi ke Zifi yang sunyi itu; tetapi musuh-musuh ini, dengan mengharapkan akan disenangi oleh raja, telah memberitahukan kepadanya tempat persembunyian Daud. Pengetahuan ini telah membangkitkan nafsu iblis yang selama ini tertidur di dalam dada Saul. Sekali lagi ia mengerahkan tentaranya dan memimpin mereka mengejar Daud. Tetapi mata-mata yang menjadi sahabat Daud telah mengirimkan kabar kepada anak Isai, bahwa Saul sedang mengejarnya lagi; dan bersamasama dengan beberapa orang dari antara tentaranya Daud telah pergi untuk menyelidiki tempat musuh-musuhnya itu. Hari sudah malam pada waktu, sambil bergerak maju dengan hati-hati sekali, mereka telah memasuki perkemahan musuh, dan melihat di hadapan mereka tenda-tenda raja dan pengawalnya. Mereka tidak diketahui, olehkarena musuih-musuh mereka itu sedang tidur dengan tenangnya. Daud memanggil sahabat-sahabatnya untuk bersama dengan dia pergi sampai ke tengah-tengah musuh. Sebagai jawab atas pertanyaannya, “Siapa mau turun sertaku kepada Saul, ke tempat segala kemah itu?” dengan segera Abisai menjawab, “Hamba mau turun serta dengan tuan.”PB2 279.2

    Dengan diselubungi oleh bayangan yang pekat bukit-bukit itu, Daud dan para pengawalnya memasuki perkemahan musuh. Sementara mereka sedang berusaha untuk memastikan jumlah yang tepat daripada musuh mereka, mereka mendapati Saul sedang tertidur, tombaknya tertancap di tanah, dan sebuah buyung air terletak dekat kepalanya. Di sampingnya terbaring Abner, pemimpin bala tentaranya, dan di sekeliling mereka terdapat tentara-tentara, yang sedang tertidur dengan lelapnya. Abisai mengangkat tombaknya, dan berkata kepada Daud, “Pada hari ini juga seteru tuan sudah diserahkan Allah kepada tangan tuan, biarkanlah hamba menikam dia dengan pendahan ini sampai tercucuk ia kepada bumi dengan sekali tikam juga, maka tidak usah hamba perbuat pada kedua kalinya.” Ia menunggu ijin; tetapi terdengar oleh telinganya bisikan berkata, “Jangan engkau membinasakan dia karena siapa gerangan sudah mendatangkan tangannya kepada orang yang telah disiram bagi Tuhan, serta tinggal suci juga daripada salah? .... Demi Tuhan yang hidup, jangan begitu, melainkan dipalu Tuhan juga akan dia kelak, atau ajalnya akan sampai kelak sehingga matilah ia, atau ia akan pergi perang dan mati begitu. Dijauhkan Tuhan kiranya aku daripada mendatangkan tanganku kepada orang, yang sudah disiram bagi Tuhan; maka sekarang ambillah akan pendahan yang pada sebelah kepalanya dan akan kuja ini, lalu hendaklah kita pergi. Maka diambil Daud akan pendahan dan kuja itu dari sebelah kepala Saul, lalu pergilah keduanya, maka seorangpun tiada yang melihatnya atau yang mengetahuinya, dan seorangpun tiada yang jaga, maka tertidurlah sekaliannya, karena tidur yang lelap daripada pihak Tuhan sudah berlaku atas mereka itu sekalian.” Betapa mudahnya bagi Tuhan untuk melemahkan orang yang paling kuat, melenyapkan hikmat dari orang yang paling bijaksana, dan meniadakan keahlian dari orang yang paling teliti sekalipun!PB2 279.3

    Pada waktu Daud sudah berada cukup jauh dari perkemahan itu ia telah berdiri di atas puncak sebuah bukit dan berseru dengan suara keras kepada orang banyak itu, dan kepada Abner, “Bukankah engkau orang laki-laki? siapa gerangan taramu di antara orang Israel? Mengapa kiranya maka tiada engkau menunggui akan baginda, tuanmu? sehingga seorang daripada rakyat boleh datang membinasakan baginda, tuanmu. Tiada baik sekali perbuatanmu ini; demi Tuhan yang hidup kamu sekalian akan mati dibunuh jua, sebab tiada kamu menunggui tuanmu, yang sudah disiram bagi Tuhan! Maka sekarang pergilah kamu melihat di mana pendahan baginda dan kuja, yang pada sebelah hulu baginda! Maka diketahui Saul akan bunyi suara Daud, lalu titahnya: Inikah bunyi suaramu, hai anakku Daud? Maka sembah Daud: Daulat tuanku, inilah suara patik. Dan lagi sembahnya: Apa sebab tuanku mengusir akan patik demikian? maka apakah perbuatan patik dan kejahatan apa terdapat dalam tangan patik? Maka sekarang hendaklah kiranya tuanku mendengar akan persembahan patik ini.” Sekali lagi pengakuan tercetus dari bibir raja: “Bahwa aku sudah berdosa; pulanglah, hai anakku Daud! karena tiada aku mau berbuat jahat lagi akan dikau, sebab pada hari ini engkau sayang akan nyawaku; bahwasanya perbuatanku bodoh sekali dan aku sudah sesat sangat. Maka sahut Daud sembahnya: Lihat, ini adalah pendahan tuanku; sekarang suruhlah seorang daripada rakyat itu ke mari akan mengambil dia.” Sekalipun Saul telah mengadakan perjanjian, “Tidak aku mau berbuat jahat lagi akan dikau,” Daud tidak mau menempatkan dirinya di bawah kekuasaannya.PB2 280.1

    Peristiwa yang kedua ini, dimana Daud menunjukkan sikap hormat kepada hidup rajanya itu, memberikan suatu kesan yang lebih dalam lagi di dalam pikiran Saul, dan telah menyebabkan dia untuk mengadakan pengakuan yang lebih sungguh-sungguh lagi akan kesalahannya itu. Ia merasa heran dan kagum atas pernyataan sikap yang amat baik itu. Pada waktu akan berpisah dengan Daud, Saul berseru, “Berkatlah kiranya atasmu, hai anakku Daud! bahwasanya engkau akan menyelesaikannya kelak, bahkan, engkau akan menang.” Tetapi anak Isai itu tidak mengharapkan bahwa raja itu akan tahan lama dalam keadaan pikirannya yang seperti itu.PB2 281.1

    Daud tidak mempunyai pengharapan bahwa ia akan dapat berdamai dengan Saul. Kelihatannya seolah-olah tidak bisa dihindarkan lagi bahwa ia harus jatuh sebagai satu korban kepada kejahatan raja itu pada akhirnya, dan ia bertekad untuk sekali lagi mencari perlindungan di tanah Filistin. Dengan enam ratus orang tentara yang ada di bawah pimpinannya, ia telah pergi mendapatkan Akhis, raja Gat.PB2 281.2

    Kesimpulan Daud bahwa Saul pasti akan dapat melaksanakan niatnya itu telah diambil tanpa nasihat dari Allah. Sekalipun pada saat Saul sedang merencanakan dan berusaha membunuhnya, Tuhan sedang bekerja untuk menyerahkan kerajaan itu kepada Daud. Allah melaksanakan rencanaNya, sekalipun kepada pemandangan manusia semuanya itu dibungkus dalam rahasia. Manusia tidak dapat mengerti jalan-jalan Allah; dan dengan memandang bahagian luarnya saja, mereka telah menafsirkan bahwa segala ujian dan pencobaan yang Allah biarkan datang kepada mereka sebagai perkara-perkara yang melawan mereka, dan hanya akan membinasakan mereka. Demikian halnya Daud telah memandang bahagian luarnya saja, dan bukan melihat kepada janji-janji Tuhan. Ia meragukan bahwa ia akan bisa menduduki takhta itu. Ujian-ujian yang lama itu telah meletihkan imannya dan menghabiskan kesabarannya.PB2 281.3

    Tuhan tidak menyuruh Daud untuk meminta perlindungan kepada orang Filistin, musuh Israel yang paling kejam itu. Bangsa yang sama ini akan berada di antara musuh-musuhnya yang paling jahat sampai kepada akhirnya, akan tetapi di dalam saat-saat yang sulit ini ia telah pergi kepada mereka untuk meminta bantuan. Setelah kehilangan segala kepercayaan kepada Saul dan kepada mereka yang melayani dia, ia telah menyerahkan dirinya kepada belas kasihan musuh bangsanya. Daud adalah seorang panglima yang berani, dan telah membuktikan dirinya sebagai seorang tentara yang bijaksana dan berhasil; tetapi ia sedang bertindak melawan tujuannya sendiri pada waktu ia berpaling kepada orang Filistin. Allah telah mengangkat dia untuk meneguhkan benderanya di tanah Yehuda, dan karena kuranglah imannya yang telah menuntun dia meninggalkan tugasnya tanpa suatu perintah dari Allah.PB2 281.4

    Allah tidak dihormati oleh sikap Daud yang tidak percaya itu. Orang Filistin merasa takut terhadap Daud lebih daripada terhadap Saul dan tentaranya; dan dengan menempatkan dirinya di bawah perlindungan orang Filistin, Daud telah menunjukkan kepada mereka kelemahan bangsanya. Dengan demikian Daud telah memberikan semangat kepada musuh yang tidak berpengasihan ini untuk menjajah Israel. Daud telah diurapi untuk berdiri membela umat Allah; dan Tuhan tidak menghendaki hambaNya memberikan dorongan kepada orang jahat dengan menunjukkan kelemahan umatNya, atau dengan sikap yang seolah-olah acuh tak acuh atas kesejahteraan mereka. Lebih jauh dari itu, kesan telah diperoleh saudara-saudaranya bahwa Daud telah pergi kepada bangsa kapir untuk menyembah dewa-dewa mereka. Oleh tindakan ini ia telah memberikan peluang untuk menyalahtafsirkan motivasinya, dan banyak orang telah menaruh curiga atas dirinya. Perkara yang sama yang setan kehendaki agar diperbuat oleh Daud telah diperbuatnya; olehkarena, dengan mencari perlindungan di antara orang Filistin, Daud telah menyebabkan musuh-musuh Allah dan musuh umatNya itu meninggikan diri. Daud tidak meninggalkan perbaktiannya kepada Allah atau pengabdiannya kepada pekerjaanNya; tetapi ia telah mengorbankan kepercayaannya di dalam Dia demi keselamatan pribadinya, dan dengan demikian menghapuskan tabiat yang jujur dan setia yang telah dituntut Allah agar dimiliki oleh hambaNya.PB2 282.1

    Dengan ramahnya Daud telah disambut oleh raja orang Filistin. Kehangatan sambutan ini sebagian disebabkan raja mengagumi dia, dan sebagian lagi karena hal ini telah menjadikan dia bangga olehkarena adanya seorang Ibrani yang mencari perlindungan padanya. Daud merasa aman dari bahaya pengkhianatan selama berada di daerah kekuasaan Akhis. Ia membawa segenap keluarganya, rumah tangganya dan harta miliknya, demikian pula tentaranya; dan kelihatannya ia akan menetap di tanah orang Filistin itu. Semuanya ini telah menjadikan Akhis merasa puas, dan ia berjanji akan melindungi orang-orang Israel yang mengungsi itu.PB2 282.2

    Atas permintaan Daud untuk satu tempat di negeri itu, yang berjauhan dengan kota kerajaan itu, raja dengan murah hati telah memberikan Zikelay sebagai milik mereka. Daud menyadari bahwa adalah membahayakan dirinya dan juga tentaranya untuk berada di bawah pengaruh orang-orang yang menyembah berhala ini. Di dalam satu kota kecil yang tidak pernah mereka gunakan tentu mereka akan dapat berbakti kepada Allah dengan lebih leluasa daripada jikalau mereka tinggal di Gat, di mana upacara-upacara kekapiran hanya akan menjadi sebagai satu sumber kejahatan dan gangguan.PB2 282.3

    Sementara bermukim di kota yang terpencil ini Daud berperang dengan bangsa Gesuri, Girzi dan Amalek, dan ia tidak membiarkan seorangpun hidup untuk mengirimkan kabar ke Gat. Waktu ia kembali dari peperangan ia telah memberitahukan kepada Akhis bahwa ia telah berperang dengan bangsanya sendiri, yaitu bangsa Yehuda. Oleh tipu daya seperti ini ia telah menjadi alat untuk menguatkan tangan orang Filistin; karena raja itu berkata, “Bahwasanya ia sudah membusukkan bau dirinya di antara bangsanya, yaitu orang Israel, maka sebab itu kekallah ia menjadi hambaku sampai selamalamanya.” Daud mengetahui bahwa Allah menghendaki bangsa-bangsa kapir itu harus dibinasakan, dan ia mengetahui bahwa ia telah diangkat untuk melaksanakan tugas ini; tetapi ia tidak berjalan di dalam nasihat Allah bilamana ia mengadakan tipu daya.PB2 283.1

    “Maka pada masa itu dikumpulkan orang Filistin segala bala tentaranya kepada peperangan, hendak memerangi orang Israel, maka titah Akhis kepada Daud: Ketahuilah olehmu bahwa tak akan jangan engkau berjalan keluar sertaku dalam bala tentara itu, baik engkau, baik segala orangmu.” Daud tidak bermaksud mengangkat tangannya berperang melawan bangsanya, tetapi ia tidak mengetahui dengan pasti jalan apa yang harus ditempuhnya, sampai keadaan akan menyatakan tugasnya. Sambil berusaha menghindar ia menjawab dengan berkata, “Bahwasanya tuanku akan melihat kelak barang yang hendak patik perbuat!” Akhis mengertikan hal ini sebagai suatu janji bahwa ia akan mendapat bantuan seandainya terjadi peperangan, dan ia menjanjikan kepada Daud satu tanda kehormatan, dan memberikan kepadanya suatu kedudukan yang tinggi di istana Filistin.PB2 283.2

    Tetapi sekalipun iman Daud telah agak goyah akan janji-janji Allah, ia masih tetap mengingat bahwa Samuel telah mengurapi dia sebagai raja Israel. Ia masih mengingat kemenangan-kemenangan yang telah diberikan Allah kepadanya memerangi musuh-musuhnya pada masa yang telah silam. Ia mengenang kembali akan, rahmat Allah di dalam memeliharakan hidupnya dari tangan Saul, dan ia bertekad untuk tidak mengkhianati tugasnya yang suci itu. Sekalipun raja Israel telah berusaha membunuhnya, ia tidak akan menggabungkan dirinya dengan mus uh bangsanya.PB2 283.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents