Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Para Nabi Dan Raja

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    3 - Kebanggaan Akan Kemakmuran

    SEMENTARA Salomo meninggikan undang-undang surga, Allah beserta dengan dia, dan hikmat diberikan kepadanya untuk memegang tampuk pemerintahan atas Israel dengan adil dan kemurahan hati. Pada mulanya, ketika kekayaan dan kemuliaan duniawi diperolehnya, ia tetap rendah hati, dan besarlah serta luaslah pengaruhnya. “Maka Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir.” “Ia. . . dikaruniai damai di seluruh negerinya, sehingga orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, . . .seumur hidup Salomo.” 1 Raja-raja 4:21, 24, 25.PR 29.1

    Tetapi setelah suatu fajar perjanjian besar, kehidupannya menjadi gelap oleh kemurtadan. Sejarah mencatat fakta yang menyedihkan bahwa ia yang pernah dijuluki Yedija,--“Yang Dikasihi Allah” (2 Samuel 12:25 bagian pertama),--ia yang telah dihormati Allah dengan tanda-tanda kebaikan Ilahi yang sangat luar biasa sehingga hikmat dan ketulusannya mencapai kemasyhuran kebesaran dunia, ia yang telah menuntun orang-orang lain yang menyebabkan mereka menghormati Allah orang Israel itu, telah berpaling dari menyembah Yehova dan sujud di hadapan ilah-ilah orang kafir.PR 29.2

    Ratusan tahun sebelumnya Salomo menduduki takhta kerajaan, Tuhan melihat lebih dulu akan kebinasaan yang bisa berlaku kepada barangsiapa yang mungkin terpilih sebagai pemerintah Israel, telah memberikan petunjuk kepada Musa untuk pedoman mereka. Petunjuk-petunjuk telah diberikan agar siapa yang akan duduk di atas takhta kerajaan Israel haruslah “menulis baginya salinan” hukum-hukum Yehova “menurut kitab yang ada pada imam-iman orang Lewi.” “Itulah yang harus ada di sampingnya” Tuhan berfirman, “haruslah ia membacanya seumur hidupnya: untuk belajar takut akan Tuhan, Allah, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya, supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya, supaya jangan ia menyimpang dari perintah itu ke kanan atau ke kiri, agar lama ia memerintah, ia dan anak-anaknya di tengah-tengah orang Israel.” Ulangan 17:18-20.PR 29.3

    Sehubungan dengan nasihat ini Tuhan khusus menaruh perhatian pada seseorang yang mungkin diurapi menjadi raja “janganlah ia mempunyai banyak istri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perak pun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.” Ayat 17.PR 29.4

    Salomo sudah maklum akan amaran-amaran ini, dan untuk suatu jangka waktu ia melaksanakannya. Kerinduannya yang terbesar ialah hidup dan memerintah sesuai dengan ketetapan-ketetapan yang diberikan di Sinai. Tindakannya dalam mengatur urusan-urusan kerajaan sangatlah berlawanan dengan adat kebiasaan bangsa-bangsa pada zamannya--bangsa-bangsa yang tidak takut akan Allah yang pemerintah-pemerintahnya menginjak-injak di bawah kakinya akan hukum-Nya yang kudus.PR 29.5

    Dalam usaha untuk mempererat hubungan dengan kerajaan yang kuat di Selatan Israel, Salomo melakukan suatu hal yang berbahaya di atas tanah yang langka. Setan mengetahui hasil-hasil yang menyertai penurutan; dan selama tahun-tahun pertama pemerintahan Salomo--tahun-tahun cemerlang oleh karena hikmat, kebijaksanaan, dan ketulusan sang raja--Setan berusaha memasukkan pengaruh-pengaruh busuk yang dapat merusak kesetiaan Salomo terhadap asas dan menyebabkan ia terpisah dari Allah. Bahwa musuh itu berhasil dalam usahanya, kita ketahui dari catatan: “Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir, ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud.” 1 Raja-raja 3:1.PR 30.1

    Dari sudut pandangan manusia, perkawinan ini, meskipun bertentangan dengan ajaran-ajaran hukum Allah, nampaknya mendatangkan berkat; oleh karena permaisuri Salomo yang kafir ini bertobat dan bersatu dengan dia dalam berbakti kepada Allah yang benar. Apalagi, Firaun menunjukkan setia kawannya kepada Israel oleh merebut Gezer, membunuh “orang-orang Kanaan yang diam di kota itu,” lalu memberikan kota itu “sebagai hadiah kawin kepada anaknya, istri Salomo.” 1 Raja-raja 9:16. Salomo membangun kembali kota ini dan dengan demikian menambah kebesaran kekuatan kerajaannya sepanjang pantai Laut Tengah. Tetapi dalam menjalin suatu persekutuan dengan suatu bangsa kafir, dan memeteraikan perjanjian itu oleh perkawinan dengan seorang putri penyembah berhala, Salomo dengan gegabah tidak menghargai jaminan kebijaksanaan yang Allah telah buat untuk mencapai kesucian umat-Nya. Harapan bahwa istrinya orang Mesir itu mungkin bisa bertobat hanyalah suatu dalih yang lemah terhadap dosa. Untuk suatu jangka waktu dalam rahmat-Nya yang penuh kasihan menaklukkan kesalahan yang mengerikan ini; dan sang raja, oleh nasihat yang bijaksana, seharusnya dapat memeriksa sekurang-kurangnya luasnya akan kekuatan-kekuatan jahat yang oleh kelalaiannya telah ada dalam pekerjaan. Tetapi Salomo telah mulai kehilangan penglihatan terhadap Sumber kuasa dan kemuliaannya. Ketika kehendak hati mencapai penguasaan terhadap akal budi, maka keyakinan atas diri sendiri bertambah-tambah, dan ia berikhtiar untuk menjalankan maksud Tuhan dengan caranya sendiri. Ia mengira bahwa ikatan-ikatan dagang dan politik dengan bangsa-bangsa luar akan membawa bangsa-bangsa ini untuk mengenal akan Allah yang benar; lalu ia memasuki persekutuan yang kotor dengan bangsa demi bangsa. Banyak kali ikatan-ikatan ini dimeterai dengan perkawinan-perkawinan dengan putri-putri kafir. Perintah-perintah Yehova telah dikesampingkan demi adat istiadat bangsa-bangsa luar. Salomo memuji dirinya sendiri bahwa hikmat dan kuasa teladannya akan memimpin istri-istrinya dari penyembahan berhala ke penyembahan akan Allah yang benar, dan bahwa ikatan-ikatan juga akan menarik bangsa-bangsa luar untuk berhubungan erat dengan Israel. Pengharapan yang sia-sia! Kesalahan Salomo yang fatal ialah menganggap dirinya cukup kuat untuk menolak sendiri pengaruh orang kafir yang menjadi sekutu-sekutunya. Dan lebih fatal lagi, ialah penipuan yang memimpin ia berharap meskipun bagian yang dikerjakannya tidak menghormati Allah, tetapi ada orang lain yang nanti memuja-muja dan menurut perintah-perintah yang kudus itu.PR 30.2

    Ikatan-ikatan dan hubungan dagang raja dengan bangsa-bangsa kafir mendatangkan kemasyhuran, kemuliaan, dan kekayaan dunia ini kepadanya. Ia sanggup mendatangkan emas dari Ofir dan perak dari Tarsus dalam jumlah yang sangat besar. “Maka dilimpahkan baginda emas dan perak di Yerusalem seperti batu banyaknya dan pohon kayu aras pun dilimpahkannya seperti pokok ara hutan yang di tanah datar.” 2 Tawarikh 1:15. Kekayaan, dengan segala pencobaan yang mengikutinya, datang pada Salomo sewaktu rakyatnya bertambah banyak; tetapi emas tabiat yang indah menjadi kotor dan suram.PR 31.1

    Begitu pelahan kemurtadan Salomo sehingga sebelum ia menyadarinya, ia telah tersesat jauh dari Allah. Hampir tak terasa ia mulai berkurang-kurang dalam bimbingan dan berkat Ilahi, dan menempatkan keyakinan dalam kekuatannya sendiri. Sedikit demi sedikit ia terlepas dari Allah dari penurutan yang tetap yang menjadikan orang Israel suatu umat khusus, dan lama kelamaan ia menyesuaikan diri lebih rapat dengan adat kebiasaan bangsa-bangsa di sekitarnya.PR 31.2

    Menempatkan diri pada pencobaan-pencobaan yang terjadi oleh keberhasilan dan kedudukannya yang terhormat, ia melupakan Sumber daripada kemakmurannya. Suatu ambisi untuk melampaui semua bangsa lain dalam kuasa dan keagungan telah memimpin ia menyelewengkan karunia-karunia surga untuk maksud-maksud dirinya sendiri yang sampai sekarang dilakukan demi kemuliaan Allah. Uang yang seharusnya disimpan dalam perbendaharaan yang kudus untuk dimanfaatkan bagi orang-orang miskin dan untuk perluasan asas-asas kehidupan yang suci di seluruh dunia, telah diserap secara pribadi dalam proyek-proyek yang penuh ambisi.PR 31.3

    Terpikat oleh suatu keinginan akan kuasa yang berlebih-lebihan untuk mengungguli bangsa-bangsa lain dalam pertunjukan secara luar, sang raja mengabaikan akan kebutuhan mencapai penyempurnaan dan keindahan tabiat. Dalam usaha mempermuliakan diri sendiri di mata dunia, ia menjual kejujuran dan kehormatannya. Pendapatan-pendapatannya yang tak terhitung diperoleh melalui perdagangan dengan negeri-negeri lain yang dibarengi oleh pajak-pajak yang tinggi. Dengan demikian kecongkakan, ambisi, pemborosan, dan pemanjaan diri menghasilkan kekejaman dan pemerasan. Ketelitian, roh berhati-hati yang menandai urusan-urusannya dengan orang banyak selama bagian permulaan pemerintahannya, sekarang sudah berubah. Dari pemerintah yang paling bijaksana dan penuh belas kasihan, ia merosot menjadi seorang raja yang lalim. Ia yang tadinya pelindung yang takut akan Allah dan menaruh belas kasihan terhadap orang banyak, kini menjadi penindas dan sewenang-wenang. Pajak demi pajak dipungut dari rakyat sebagai pengadaan dana untuk istana yang mewah.PR 31.4

    Rakyat mulai mengeluh. Penghormatan dan kekaguman yang pernah ada dalam ribaan mereka bagi raja mereka telah berubah menjadi ketidakpuasan dan kebencian.PR 32.1

    Sebagai suatu jalan yang aman menentang ketergantungan pada kekuatan manusia, Allah telah memberikan amaran bagi barangsiapa yang akan memerintah bangsa Israel janganlah memperbanyak kuda bagi dirinya sendiri. Tetapi dengan tidak mengindahkan perintah ini sama sekali, “Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari Kewe.” “Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari segala negeri.” “Salomo mengumpulkan juga kereta dan orang berkuda, sehingga ia mempunyai seribu empat ratus kereta dan dua belas ribu orang berkuda, yang semuanya ditempatkan dalam kota-kota kereta dan dekat raja di Yerusalem.” 2 Tawarikh 1:16; 9:28; 1 Raja-raja 10:26.PR 32.2

    Lama kelamaan raja hanya mementingkan kemewahan, pemanjaan diri, dan mengasihi dunia sebagai tanda-tanda kebesaran. Perempuan-perempuan cantik dan menarik didatangkan dari Mesir, Funisia, Edom, Moab, dan dari negeri-negeri yang lain. Ratusan banyaknya. Agama mereka menyembah berhala, dan mereka telah terlatih dengan praktik kejam dalam upacara-upacara agama yang hina. Berahi oleh karena kecantikan mereka, sang raja melalaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kerajaannya.PR 32.3

    Istri-istrinya menanamkan suatu pengaruh yang kuat ke atasnya dan lama kelamaan berhasil menyeretnya bersatu dengan mereka dalam perbaktian mereka. Salomo telah mengabaikan nasihat yang diberikan Allah yang akan dipergunakan sebagai suatu benteng melawan kemurtadan, dan sekarang ia sendiri menerjunkan diri ke atas penyembahan ilah-ilah yang palsu. “Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada Allah-Allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon.” 1 Raja-raja 11:4, 5.PR 32.4

    Di atas ketinggian sebelah Selatan Gunung Zaitun berhadapan dengan Gunung Moria di mana berdirilah Bait Suci Yehova yang indah, Salomo mendirikan sederetan bangunan yang mengagumkan yang dipakai sebagai tempat-tempat keramat keberhalaan. Demi kesenangan istri-istrinya ia menempatkan patung-patung besar, yang buruk bentuknya dari batu dan kayu, di tengah-tengah sekelompok pohon zaitun dan pacar Belanda. Di sana, di depan mezbah dewa-dewa kafir, “Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, dan Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon, ” dipraktikkanlah upacara agama kekafiran yang paling hina. Ayat 7. Kelakuan Salomo mendatangkan hukumannya yang pasti. Perpisahannya dari Allah melalui hubungannya dengan berhala-berhala adalah kebinasaannya. Ketika ia meninggalkan kesetiaannya kepada Allah, ia kehilangan pengendalian akan dirinya sendiri. Ketangkasan moralnya telah lenyap. Perasaan halusnya yang baik menjadi tumpul, keyakinannya layu. Ia yang pada waktu permulaan pemerintahannya telah menunjukkan rasa kasihan dan kebijaksanaan yang besar dalam mengembalikan seorang bayi yang tidak berdaya kepada ibunya yang malang (lihat 1 raja-raja 3:16-28), jatuh begitu rendah sampai mengizinkan untuk mendirikan suatu berhala kepada siapa anak-anak dipersembahkan hidup-hidup sebagai korban. Ia yang pada masa mudanya selalu penuh pengertian dan pertimbangan, dan dalam kedewasaannya yang kuat telah diilhamkan untuk menuliskan, “Ada jalan yang disangka orang betul adanya, tetapi akhirnya kelak menjadi jalan kepada maut” (Amsal 14:12), di masa tuanya berpisah jauh dari kesucian dengan menunjukkan raut muka yang risau, menggalakkan upacara-upacara agama yang dihubungkan dengan penyembahan kepada dewa Kamos dan dewi Asytoret. Ia yang pada penahbisan bait suci telah berkata kepada rakyatnya, “Hendaklah kamu berpaut kepada Tuhan, Allah kita,” (1 Raja-raja 8:61), ia sendiri menjadi pelanggar, di dalam hati dan hidupnya menolak kata-katanya sendiri. Ia salah mempergunakan kebebasan. Ia telah mencoba--tetapi harus membayar mahal!--untuk mempersatukan terang dengan kegelapan, yang baik dengan yang jahat, yang suci dengan yang najis, Kristus dengan Belial.PR 32.5

    Dari salah satu raja yang terbesar yang pernah memegang tongkat kerajaan, Salomo menjadi seorang yang perisau, alat dan budak orang-orang lain. Tabiatnya, yang tadinya mulia dan teguh, menjadi lembek dan lemah. Kepercayaannya kepada Allah yang hidup telah digantikan oleh kebimbangan-kebimbangan yang tidak bertuhan. Ketidakpercayaan telah merusak kebahagiaannya, melemahkan asas-asasnya, dan memerosotkan hidupnya. Keadilan dan kemurahan hatinya pada permulaan pemerintahannya telah berubah menjadi penindasan dan kelaliman. Kasihan, korban alam kemanusiaan! Allah hanya bisa berbuat sedikit bagi manusia-manusia yang kehilangan rasa ketergantungan mereka kepada-Nya.PR 33.1

    Selama tahun-tahun kemurtadannya ini, kemerosotan kerohanian orang Israel berjalan terus-menerus. Apa jadinya nanti bila raja mereka telah menyatukan perhatiannya dengan agen-agen kesetanan? Melalui agen-agen ini musuh bekerja untuk mengacaukan pikiran orang Israel dalam hal perbaktian yang palsu dan benar, dan mereka menjadi mangsa yang empuk. Berdagang dengan bangsa-bangsa lain membawa mereka kepada hubungan akrab dengan orang-orang yang tidak mengasihi Allah, dan kasih mereka bagi-Nya telah sangat berkurang. Perasaan mereka yang tajam terhadap tabiat Allah yang tinggi dan suci, telah pudar. Dengan menolak untuk ikut dalam lorong ketaatan, mereka memindahkan kesetiaan mereka kepada musuh kebenaran. Jadilah kebiasaan mereka menikah dengan orang kafir, dan orang-orang Israel dengan cepat kehilangan rasa jijik mereka terhadap penyembahan berhala. Poligami diperkenalkan. Ibu-ibu penyembah berhala membawa anak-anak mereka untuk memelihara upacara-upacara agama kafir. Dalam kehidupan beberapa orang, upacara keagamaan yang sejati yang diperintahkan Allah, telah diganti oleh penyembahan berhala yang bercorak sangat gelap.PR 33.2

    Orang-orang Kristen hendaknya bercerai dan memelihara perbedaan mereka sendiri dari dunia, rohnya dan pengaruh-pengaruhnya. Allah sepenuhnya sanggup memelihara kita di dunia, tetapi janganlah kita keduniawian. Kasih-Nya tidaklah goyah dan bimbang. Ia senantiasa menjaga anak-anak-Nya dengan pemeliharaan yang tak terlukiskan. Tetapi ia menuntut kesetiaan yang kukuh. “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan: Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Matius 6:24.PR 34.1

    Salomo telah dilengkapi dengan hikmat yang ajaib, akan tetapi dunia menyeret dia dari Allah. Manusia sekarang tidak lebih kuat daripadanya, mereka itu cenderung pamrih kepada pengaruh-pengaruh tidak lebih kuat daripadanya, mereka itu cenderung pamrih kepada pengaruh-pengaruh yang menyebabkan kejatuhannya. Sebagaimana Allah memberi amaran kepada Salomo akan bahayanya, begitu juga sekarang Ia memberikan amaran kepada anak-anak-Nya agar jangan membinasakan jiwa mereka oleh bergabung dengan dunia. “Keluarlah kamu dari antara mereka,” Ia memohon, “dan pisahkanlah dirimu...dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu, dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah Firman Tuhan Yang Mahakuasa.” 2 Korintus 6:17, 18.PR 34.2

    Di tengah-tengah kemakmuran bahaya mengintai. Sepanjang zaman kekayaan dan kemuliaan telah selalu mendatangkan bahaya pada kemanusiaan dan kerohanian. Bukanlah cawan yang kosong yang sukar kita angkut, melainkan cawan yang penuh sampai di tepi yang harus dijaga keseimbangannya. Malapetaka dan kemalangan mungkin menyebabkan kesusahan, tetapi adalah kemakmuranlah yang sangat berbahaya bagi kehidupan rohani. Kecuali sifat manusia tetap ditaklukkan kepada kehendak Allah, kecuali ia disucikan oleh kebenaran, maka kemakmuran pastilah mendatangkan kecenderungan yang lazim kepada pencobaan.PR 34.3

    Di dalam lembah kerendahan, di mana manusia bergantung pada Allah untuk mengajar mereka dan menuntun setiap langkah mereka, di sana ada kesejahteraan yang sebanding. Tetapi manusia yang berdiri, sebagaimana adanya, di atas ketinggian menara, oleh karena kedudukannya yang menyangka memiliki hikmat yang besar--orang-orang inilah yang berada dalam kebinasaan yang mematikan. Kecuali orang-orang begitu menjadikan Allah tumpuan mereka, maka pastilah tidak akan jatuh.PR 34.4

    Bila ambisi dan kecongkakan dimanjakan, maka kehidupan dirusakkan, demi kesombongan, merasa tidak memerlukan, dan menutup hati melawan berkat-berkat dari Surga yang tak terbatas. Barangsiapa yangPR 34.5

    mempermuliakan tujuan pribadinya akan menemukan dirinya sendiri melarat terhadap rahmat Allah, yang melalui ketepatgunaannya kekayaan-kekayaan yang paling sejati dan kesukaan yang sangat memuaskan dimenangkan. Tetapi barangsiapa yang menyerahkan segala-galanya dan mengerjakan seluruhnya bagi Kristus akan mengenyam kegenapan perjanjian, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Amsal 10:22. Dengan jamahan yang lemah lembut dari rahmat Juruselamat lenyaplah dari jiwa kenajisan dan ambisi yang tidak berkeputusan, mengubah perseteruan kepada cinta kasih dan ketidakpercayaan kepada keyakinan. Apabila Ia berbicara kepada jiwa, dengan berkata “Ikutlah Aku,” maka penarikan dunia yang mempesonakan dan ambisi meninggalkan hati, dan manusia bangkit, bebas mengikuti-Nya.PR 35.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents