Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Para Nabi Dan Raja

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    11 - Karmel

    DI HADAPAN Ahab, Elia meminta agar semua orang Israel beserta nabi-nabi Baal dan Asytoret berkumpul bersama-sama dengan dia di atas gunung Karmel. Ia memerintahkan, “Suruhlah mengumpulkan seluruh Israel di gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.”PR 83.1

    Perintah itu dikeluarkan oleh satu orang yang kelihatannya berdiri sangat dekat kepada Yehova; dan Ahab segera menurutinya, seolah-olah nabi itu seorang raja yang berkuasa, dan raja itu seorang rakyat. Utusan-utusan yang bergerak cepat disuruh ke seluruh kerajaan mengadakan panggilan untuk bertemu dengan Elia serta nabi-nabi Baal dan Asyera. Pada setiap kota dan desa orang-orang bersiap-siap untuk berkumpul pada saat yang sudah ditentukan. Sementara mereka berjalan ke tempat itu, hati banyak orang dipenuhi dengan firasat yang aneh. Sesuatu yang luar biasa akan terjadi; tambahan pula mengapa panggilan ini harus berkumpul di Karmel? Malapetaka baru apa lagi yang akan menimpa bangsa itu dan negerinya?PR 83.2

    font kecilPR 83.3

    Pasal ini dari 1 Raja-raja 18:19-40. ketgamPR 83.4

    Di hadapan imam-imam Baal dan rombongan orang banyak di gunung Karmel, Elia menunjukkan mezbah Allah yang runtuh itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati?”PR 83.5

    Sebelum musim kering terjadi, Gunung Karmel adalah suatu tempat yang indah, sungai-sungainya mengalir dari mata air yang tidak pernah berhenti, dan lereng-lerengnya yang subur penuh dengan bunga-bunga yang indah serta semak belukar. Tetapi kini keindahannya telah pudar oleh kutuk yang membinasakan. Mezbah yang didirikan untuk penyembahan kepada Baal dan Asyera kini berdiri di tempat yang gundul. Di puncak salah satu bukit yang paling tinggi, terdapat mezbah Yehova yang telah hancur yang sangat bertentangan dengan keadaan ini.PR 83.6

    Gunung Karmel dapat dilihat dari jauh di negeri itu, tingginya dapat terlihat dari pelosok-pelosok kerajaan Israel. Di kaki gunung itu orang dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di atas. Allah benar-benar dihina oleh penyembahan berhala di lereng gunung itu yang ditutupi oleh hutan; itu sebabnya Elia memilih tempat ketinggian yang sangat mencolok mata ini untuk menunjukkan kuasa Allah dan untuk mempertahankan kebesaran nama-Nya.PR 83.7

    Pagi-pagi sekali pada hari yang sudah ditetapkan, wakil-wakil Israel yang murtad, dengan penuh pengharapan, berkumpul di dekat puncak gunung itu. Nabi-nabi Izebel berbaris dalam susunan yang mengagumkan. Dalam kemegahan dan keagungannya raja muncul serta mengambil tempat di kepala barisan imam-imam dan para penyembah berhala bersorak-sorai mengelu-elukannya. Tetapi hati para imam itu merasa prihatin bila mereka teringat akan perkataan nabi itu bahwa selama tiga setengah tahun di negeri Israel tidak akan turun hujan dan embun. Mereka merasa pasti bahwa krisis yang mengerikan sudah berada di ambang pintu. Dewa-dewa yang mereka sembah ternyata tidak dapat membuktikan bahwa Elia adalah seorang nabi palsu. Tujuan perbaktian mereka sama sekali tidak berbeda, mereka berteriak-teriak bagaikan orang gila, mereka berdoa, menangis, mereka menyembah sujud, mengadakan upacara yang rawan, dan memberikan persembahan-persembahan yang mahal dengan tidak putus-putusnya. Berhadap-hadapan dengan raja Ahab dan nabi-nabi palsu, dan dikelilingi oleh wakil-wakil Israel yang berkumpul, Elia berdiri di sana, sebagai satu-satunya orang yang muncul untuk mempertahankan kebesaran Yehova. Ia yang dianggap oleh seluruh kerajaan sebagai musuh kelas berat sekarang berada di depan hidung mereka, yang kelihatannya tidak berdaya di hadapan raja Israel yang berkuasa, para nabi Baal, tentara-tentara, dan ribuan hadirin. Tetapi Elia tidak sendirian. malaikat-malaikat surga berpasukan mengelilingi dan menjaganya yang unggul dalam kekuatan.PR 83.8

    Dengan tidak malu, tidak gentar, nabi itu berdiri di hadapan orang banyak, dengan penuh kesadaran untuk menjalankan tugas yang diperintahkan Ilahi. Wajahnya bercahaya dengan kekhidmatan yang mendebarkan hati. Melihat kepada mezbah Yehova yang sudah pecah, dan kemudian kepada orang banyak. Elia berseru dengan nada suara yang jelas bagaikan bunyi terompet, “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutlah Dia, dan kalau Baal, ikutlah dia.”PR 84.1

    Tidak satu kata pun jawab orang banyak itu. Tidak satu orang pun di dalam kumpulan besar itu yang berani membuka suara menyatakan setia kepada Yehova. Laksana awan gelap, penipuan dan kebutaan telah merembes pada orang Israel. Kemurtadan yang membawa mati ini tidak terjadi dengan tiba-tiba pada mereka, tetapi dengan pelahan-lahan, karena dari waktu ke waktu mereka gagal memelihara pesan, amaran dan perbaikan yang Tuhan telah berikan kepada mereka. Setiap pemisahan diri dari perbuatan baik, setiap penolakan untuk bertobat, telah memperdalam kesalahan mereka, dan menghanyutkan mereka lebih jauh dari surga. Dan kini, dalam krisis ini, mereka terang-terangan menolak untuk berdiri di pihak Allah.PR 84.2

    Allah tidak menyenangi ketidakacuhan dan ketidaktaatan pada waktu terjadi krisis dalam pekerjaan-Nya. Segenap semesta alam memperhatikan babak penutup peperangan besar antara yang baik dan yang jahat dengan perhatian yang tak dapat dilukiskan. Umat-umat Allah sedang mendekati perbatasan dunia yang kekal; apakah lagi yang lebih penting bagi mereka daripada berlaku setia kepada Allah yang di surga? Sepanjang zaman, Allah memiliki pahlawan-pahlawan moral dan Ia memiliki mereka sekarang--mereka yang seperti Yusuf, Elia dan Daniel, Ia tidak malu mengaku mereka sebagai umat-Nya yang terutama. Berkat-Nya yang istimewa selalu menyertai pekerjaan orang-orang yang mau bekerja, orang-orang yang tidak akan menyimpang dari garis kewajiban yang lurus, tetapi mereka yang dibarengi tenaga Ilahi akan bertanya, “Siapa yang memihak kepada Tuhan?” (Keluaran 32:26), orang-orang yang tidak akan berhenti dan bertanya melulu, tetapi mereka akan menuntut bahwa barangsiapa yang mengaku dengan memperkenalkan diri mereka sendiri sebagai umat-umat Allah akan melangkah maju dan menyatakan kesetiaan mereka dengan tidak bersalah kepada Raja segala raja dan Tuhan segala tuan. Orang-orang yang demikian menjadikan kemauan dan rencana mereka sejalan dengan hukum Allah. Karena kasih kepada-Nya mereka tidak memperhitungkan nyawanya sendiri. Pekerjaan mereka adalah menangkap terang Firman itu dan memancarkan terang itu kepada dunia dengan sinar yang jelas dan tetap. Setia kepada Allah adalah motto mereka.PR 84.3

    Sementara orang-orang Israel yang berada di atas Karmel itu bimbang dan ragu-ragu, suara Elia kembali memecah kesunyian: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Aku pun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN, maka Allah yang menjawab dengan api, dialah Allah.”PR 85.1

    Anjuran yang diusulkan Elia memang dapat diterima sehingga orang-orang itu tidak dapat menolaknya, jadi mereka memberanikan diri untuk menjawab, “Baiklah demikian.” Nabi-nabi Baal itu tidak berani mengangkat suara mereka yang menyatakan tidak setuju; lalu Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu, “Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.”PR 85.2

    Dengan sikap yang berani dan menantang, tetapi dengan perasaan takut dalam hati akan kesalahan mereka, nabi-nabi palsu itu mempersiapkan mezbah mereka, menaruh kayu dan korbannya; kemudian mereka membaca mantera mereka. Teriakan-teriakan mereka yang melengking bergema dan mendengung sepanjang hutan dan sekeliling mereka di tempat ketinggian, ketika mereka memanggil nama allah mereka, sambil berkata, “Ya Baal, jawablah kami.” Imam-imam berkumpul mengelilingi mezbah mereka, mereka memohon kepada allah mereka agar menolong mereka, dengan jalan berjingkat-jingkat, menggeliat-geliat dan meraung-raung serta dengan menjambak rambut dan menoreh daging tubuhnya.PR 85.3

    Pagi hari berlalu dan siang tiba, namun tidak ada bukti bahwa Baal mendengar akan seruan pengikut-pengikutnya yang telah kerasukan. Tidak ada suara, tidak ada jawab terhadap doa mereka yang dalam keadaan kalut. Persembahan korban tetap tidak terbakar.PR 85.4

    Sementara melanjutkan penyembahan mereka yang hiruk-pikuk, para imam yang ahli terus-menerus berusaha memikirkan cara bagaimana akan menyalakan api di atas mezbah agar dengan demikian orang-orang akan percaya bahwa api itu langsung datangnya dari Baal. Tetapi Elia mengawasi setiap gerakan, dan para imam berharap melawan pengharapan untuk memperoleh kesempatan menipu, terus melakukan upacara-upacara mereka yang tidak masuk akal.PR 85.5

    “Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka katanya, Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur dan perlu dibangunkan. Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka telah kerasukan sampai tiba waktunya untuk mengadakan korban persembahan waktu petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda adanya perhatian.”PR 85.6

    Dengan senang hati Setan ingin datang memberikan pertolongan kepada mereka yang telah ditipunya, dan yang berbakti kepadanya. Dengan senang hati ia ingin mengirimkan kilat untuk membakar persembahan korban mereka. Tetapi Yehova telah mengikat Setan, mengekang kuasanya, dan semua tipu muslihat musuh tidak dapat mendatangkan satu nyala ke mezbah Baal.PR 86.1

    Akhirnya, suara mereka menjadi parau oleh berteriak, jubah mereka ternoda dengan darah dari luka yang dibuat sendiri, dan para imam itu menjadi putus asa. Sekarang dengan hiruk pikuk yang tidak mereda mereka menjadi tidak karuan dengan memohon kutuk yang mengerikan dari allah matahari mereka, dan Elia terus-menerus mengawasi dengan saksama; sebab ia mengetahui bahwa kalau dengan suatu tipu muslihat imam-imam itu berhasil menyalakan api di mezbah mereka, maka dalam sekejap mata ia akan dihancurkan berkeping-keping.PR 86.2

    Senja pun tiba. Nabi-nabi Baal itu sudah lelah, lemas dan bingung. Satu orang mengusulkan satu hal, yang lain sesuatu lagi, sampai akhirnya mereka menghentikan usaha-usahanya. Jeritan-jeritan dan kutukan-kutukan mereka tidak kedengaran lagi di atas Karmel. Dalam keadaan putus asa mereka mengundurkan diri dari perlombaan tersebut.PR 86.3

    Sepanjang hari orang banyak yang ada di sana telah menyaksikan demonstrasi imam-imam itu yang mencengangkan. Mereka telah melihat imam-imam itu berjingkat-jingkat secara liar mengelilingi mezbah, seakan-akan mereka hendak menangkap sinar matahari yang membakar untuk memenuhi keinginan mereka. Mereka telah melihat dengan perasaan ngeri bagaimana para imam itu menyiksa diri mereka sendiri dengan jalan menoreh daging mereka yang membuat orang terkejut, dan telah mendapat kesempatan untuk mencela kebodohan terhadap penyembahan berhala. Banyak dari antara orang-orang yang berkumpul itu yang menjadi jemu menyaksikan pertunjukan kekafiran itu, dan kini mereka menunggu dengan penuh perhatian akan tindakan-tindakan Elia.PR 86.4

    Ketika itu sudah saatnya mempersembahkan korban pada waktu sore, lalu Elia memanggil orang-orang itu, “Datanglah dekat kepadaku.” Ketika dengan gemetar mereka datang mendekat, ia beralih ke mezbah yang sudah hancur di mana dulu orang-orang berbakti kepada Allah yang di surga, lalu memperbaikinya. Baginya tumpukan reruntuhan ini lebih berharga daripada semua mezbah kafir yang teramat mulia.PR 86.5

    Dalam memperbaiki kembali mezbah yang sudah tua ini, Elia menyatakan penghormatannya terhadap perjanjian yang dibuat Tuhan dengan Israel pada waktu mereka menyeberangi sungai Yordan masuk ke Tanah Perjanjian. Dengan mengambil “dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub, . . . ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama Tuhan.”PR 86.6

    Imam-imam Baal yang kecewa, yang telah kehabisan tenaga oleh usahanya yang sia-sia, menunggu untuk menyaksikan apa yang akan diperbuat Elia. Mereka membenci nabi itu yang mengusulkan suatu ujian yang telah menyingkap kelemahan dan ketidakbecusan allah-allah mereka; namun mereka gentar terhadap kuasanya. Orang-orang yang ketakutan dan juga yang hampir-hampir tidak dapat bernapas oleh karena menunggu, memperhatikan Elia yang sedang meneruskan persiapannya. Yang menonjol ialah cara bertindak nabi itu yang tenang yang menunjukkan perbedaan yang tajam dengan pengikut-pengikut Baal yang fanatik dan hiruk pikuk tanpa hasil.PR 86.7

    Selesai membuat mezbah, nabi itu membuat parit di sekelilingnya, dan meletakkan kayu dengan teratur lalu menyiapkan lembu, ia meletakkan korban itu di atas mezbah dan memerintahkan kepada orang banyak itu untuk menyiram korban bakaran dan mezbah itu dengan air. Ia berkata, “Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu.” Kemudian katanya, Buatlah begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya, Buatlah begitu untuk ketiga kalinya. Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya; sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itu pun penuh dengan air.”PR 87.1

    Mengingatkan orang-orang itu akan kemurtadan yang berlangsung terus yang telah membangkitkan murka Yehova, Elia mengajak mereka untuk merendahkan hatinya serta berbalik kepada Allah nenek moyang mereka, agar supaya kutuk terhadap tanah Israel boleh dicabut. Kemudian menyembah sujud hanya kepada Allah yang tidak kelihatan, ia mengangkat tangannya ke langit dan melayangkan suatu doa yang sederhana. Imam-imam Baal telah menjerit-jerit sampai berbuih mulutnya dan berjingkat-jingkat, dari pagi-pagi sekali sampai larut senja, tetapi ketika Elia berdoa tanpa ada jeritan yang menggema di atas Karmel. Ia berdoa seolah-olah mengetahui bahwa Yehova hadir di sana, sebagai saksi bagi peristiwa itu, sebagai pendengar terhadap permohonannya. Para nabi Baal sudah berdoa dengan liar dan tidak karuan. Elia berdoa dengan sederhana dan sungguh-sungguh, memohon kepada Allah untuk menunjukkan kelebihan-Nya atas Baal, supaya orang Israel dapat dipimpin untuk berbalik kepada-Nya. Nabi itu memohon, “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka bertobat kembali.”PR 87.2

    Suatu ketenangan yang menguasai dengan kekhidmatan, memenuhi semua orang. Imam-imam Baal gemetar ketakutan, menyadari akan kesalahannya, mereka cepat ingin berbuat jasa.PR 87.3

    Tidak berapa lama setelah doa Elia berakhir nyala api yang bagaikan sinar kilat gemerlap yang menyala turun dari langit ke atas mezbah yang disirami air itu, membakar korban bakaran, menjilat air yang di dalam parit, dan sampai batu-batu mezbah pun turut terbakar. Nyala yang gemerlapan menerangi pegunungan dan menyilaukan mata orang banyak itu. Di lembah di bawah di mana banyak orang yang menonton apa yang dikerjakan orang-orang yang di atas dalam keadaan gelisah dan bimbang, bagi mereka api yang turun dari langit dengan jelas kelihatan, dan semuanya tertegun menyaksikannya. Api itu melambangkan tiang api yang memisahkan umat Israel dengan pasukan Mesir di laut Merah.PR 87.4

    Orang-orang yang berada di atas gunung dalam keadaan tidak berdaya, gemetar di hadapan hadirat Allah yang tak kelihatan. Mereka tidak berani memandang terus menerus kepada api yang turun dari surga itu. Mereka merasa takut jangan-jangan mereka pun akan dibakar dan yakin akan kewajiban mereka untuk mengakui Allah Elia sebagai Allah nenek moyang mereka itu, kepada siapa mereka berutang kesetiaan, sehingga mereka dengan satu suara berseru, “TUHAN, Dialah Allah, TUHAN Dialah Allah.” Dengan jelas suara yang mengejutkan itu berdengung di atas gunung dan bergema di lembah di bawah. Akhirnya mereka itu melihat betapa besar pendurhakaan mereka kepada Allah. Cara penyembahan kepada Baal, bertentangan dengan pelayanan wajar yang dituntut oleh Allah yang benar, sekarang dinyatakan dengan sepenuhnya. Rakyat mengetahui keadilan dan kemurahan Allah dalam menahan hujan dan embun sehingga mereka dituntun untuk mengakui nama-Nya. Kini mereka siap menerima bahwa Allah Elia adalah di atas setiap berhala.PR 87.5

    Imam-imam Baal menyaksikan dengan ketakutan besar akan pewujudan kuasa Yehova yang ajaib. Namun walaupun dalam kekalahan mereka dan di hadirat kemuliaan Ilahi, mereka tidak mau bertobat dari kejahatan mereka. Mereka masih tetap mau menjadi nabi-nabi Baal. Dengan demikian mereka sendiri menunjukkan bahwa mereka telah siap untuk dibinasakan. Rakyat Israel yang bertobat dapat dilindungi daripada daya tarik orang-orang yang mengajar mereka menyembah Baal, dan Tuhan menyuruh Elia untuk membinasakan guru-guru palsu ini. Amarah orang banyak telah bangkit melawan para pemimpin yang mendurhaka; dan ketika Elia memberikan perintah, “Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh ada yang luput,” maka mereka telah siap untuk menuruti perintah itu. Mereka menangkap imam-imam itu, dan membawa mereka ke sungai Kison, sebelum matahari terbenam yang menandai saat mulainya pembaruan yang menentukan, para pendeta Baal telah dibunuh di sana. Tidak satu pun yang dibiarkan hidup.PR 88.1

    ketgamPR 88.2

    “Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah orang Israel.”PR 88.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents