Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Para Nabi Dan Raja

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    12 - Dari Yizreel ke Horeb

    PEMBUNUHAN terhadap nabi-nabi Baal, membuka jalan bagi kesepuluh suku kerajaan di utara untuk mengadakan suatu pembaruan kerohanian yang berkuasa. Elia telah membentangkan kemurtadan orang banyak ini di hadapan mereka; ia mengajak mereka untuk merendahkan hatinya dan kembali kepada Tuhan. Pehukuman Surga telah dilaksanakan, orang banyak telah mengakui dosa-dosa mereka; dan telah mengetahui bahwa Allah bapa-bapa mereka adalah Allah yang hidup; dan sekarang kutukan Surga dicabut serta berkat kehidupan di dunia diperbaharui. Tanah itu akan dibasahi oleh hujan. Elia berkata kepada Ahab: “Pergilah, makan minumlah, sebab bunyi dan deru hujan sudah kedengaran.” Kemudian nabi itu naik ke puncak gunung untuk berdoa.PR 89.1

    Bukan oleh sebab bukti yang sudah tampak bahwa hujan itu hampir akan tercurah, sehingga Elia begitu yakin meminta Ahab untuk bersiap-siap menyambut hujan. Nabi itu tidak melihat awan di langit, juga tidak mendengar guruh. Secara sederhana oleh gerakan Roh Suci ia mengucapkan perkataan sebagai hasil dari imannya PR 89.2

    Pasal ini diangkat dari 1 Raja-raja 18:41-46; 19:1-8PR 89.3

    yang teguh. Sepanjang hari itu dengan tabah ia telah melaksanakan kehendak Allah dan menyatakan kepercayaannya yang penuh terhadap nubuatan-nubuatan Firman Allah; dan setelah ia melakukan segala perkara yang mampu dikerjakan oleh kuasanya, ia mengetahui bahwa Surga akan mencurahkan berkat dengan murahnya seperti yang telah diramalkan. Allah yang sama yang telah mendatangkan masa kekeringan telah menjanjikan hujan yang limpah sebagai pahala perbuatan baik; maka sekarang Elia menunggu kecurahan yang telah dijanjikan itu. Dalam sikap merendahkan diri “dengan mukanya ditaruh di antara ke dua lututnya,” ia memohon kepada Allah untuk kepentingan Israel yang mau bertobat.PR 89.4

    Berulang-ulang Elia menyuruh hambanya pergi ke suatu tempat di mana pemandangan Laut Tengah terlihat untuk mencari tahu apakah sudah ada tanda yang kelihatan bahwa Allah telah mendengar akan doanya. Setiap kali hamba itu kembali dengan perkataan: “Tidak ada apa-apa.” Nabi itu tidak kehilangan kesabaran atau imannya, tetapi terus memohon dengan sungguh-sungguh. Enam kali hamba itu kembali dengan berita bahwa tidak ada tanda-tanda akan hujan di langit yang kemerah-merahan. Dengan tidak bimbang, Elia menyuruhnya sekali lagi; dan kali ini hamba itu kembali dengan perkataan, “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.”PR 89.5

    Ini sudah cukup. Elia tidak menunggu sampai segenap langit menjadi gelap. Dengan iman dalam awan yang kecil itu ia melihat hujan yang akan tercurah; dan ia bertindak sepadan dengan imannya, oleh menyuruh hambanya pergi menyampaikan berita kepada Ahab, “Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.” Oleh sebab Elia adalah seorang yang besar imannya maka Allah dapat menggunakannya dalam krisis yang membawa maut ini dalam sejarah bangsa Israel. Ketika ia berdoa imannya menjangkau dan mencapai janji-janji Surga dan dengan tabah ia berdoa sehingga permohonannya terkabul. Ia tidak menunggu bukti yang penuh bahwa Allah telah mendengarnya, tetapi dengan berani ia mempertaruhkan segala-galanya dengan mengandalkan tanda yang paling kecil dari kemurahan Ilahi. Namun, apa yang ia mampu perbuat dengan pertolongan Allah, semuanya sepadan dengan lingkungan kegiatan dalam pekerjaan Allah; sebab bagi nabi yang turun dari pegunungan Gilead tersurat: “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.” Yakobus 5:17.PR 89.6

    Iman seperti inilah yang dibutuhkan dalam dunia pada masa kini--iman yang akan berpaut pada Firman Allah dan tidak akan berhenti sampai Surga mendengarnya. Iman seperti inilah yang menghubungkan kita dengan Surga seerat-eratnya, dan mendatangkan kekuatan kepada kita untuk mengatasi kuasa kegelapan. Oleh iman anak-anak Allah telah “menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.” Ibrani 11:33, 34. Dan oleh iman pada masa kini kita harus mencapai ketinggian maksud Allah bagi kita. “Katamu, jika engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Markus 9:23.PR 90.1

    Iman adalah unsur penting dari doa yang terkabul. “Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang kita minta kepada-Nya.” Ibrani 11:6; 1 Yohanes 5:14, 15. Dengan iman Yakub yang tabah,PR 90.2

    dengan keteguhan hati Elia yang tidak kenal menyerah, kita boleh menyampaikan permohonan kita kepada Bapa, menuntut segala perkara yang telah dijanjikan-Nya. Kehormatan takhta-Nya dipertaruhkan untuk kegenapan sabda-Nya.PR 90.3

    Bayang-bayang malam sedang menyelebungi Gunung karmel ketika Ahab bersiap-siap turun dari sana. “Maka sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan lebat. Ahab menaiki kereta dan pulang ke Yizreel. ” Dalam perjalanan pulang menuju kota kerajaan ditimpa hujan dan melalui keadaan yang gelap gulita, Ahab tidak dapat melihat jalan yang di hadapannya. Elia sebagai nabi Allah yang telah merendahkan Ahab di hadapan rakyatnya dan membunuh imam-imam berhalanya, tetap masih mengakui sebagai raja Israel, kini sebagai suatu tindakan yang terhormat dan dikuatkan oleh kuasa Allah, ia berlari-lari mendahului kereta kerajaan itu menuntun raja memasuki kota itu.PR 90.4

    Dalam tindakan Jurukabar Allah yang ramah ini yang ditujukan kepada raja yang jahat, terdapatlah pelajaran bagi semua orang yang mengaku hamba-hamba Allah, tetapi yang ditinggikan pada perkiraan mereka sendiri. Ada orang-orang yang merasa tidak patut melakukan kewajiban-kewajiban yang tampaknya hina bagi mereka. Mereka ragu-ragu untuk memberikan pelayanan walaupun bermanfaat, takut kalau-kalau kedapatan melakukan pekerjaan seorang hamba. Di sini terdapat banyak contoh pelajaran dari hal Elia. Oleh perkataannya selama tiga tahun gudang surga tertutup bagi bumi; tanda penghormatan telah diberikan Allah kepadanya, oleh mengabulkan doanya di gunung Karmel, api telah turun dari langit dan membakar korban persembahan; tangannya telah melaksanakan pehukuman Allah membunuh nabi-nabi penyembah berhala; permohonannya untuk menurunkan hujan telah dikabulkan. Namun, setelah memperoleh tanda kemenangan yang dikaruniakan Allah untuk menghormati pekerjaannya, ia rela melakukan pekerjaan yang hina.PR 91.1

    Di pintu gerbang kota Yizreel, Elia dan Ahab berpisah. Nabi itu memutuskan untuk tinggal di luar tembok kota, menyelimuti tubuhnya dengan mantelnya, ia membaringkan dirinya tidur di atas tanah. Sang raja, setelah masuk kota, segera tiba di istananya dan menyampaikan kepada istrinya peristiwa yang mengherankan yang terjadi pada hari itu dan kenyataan ajaib akan kuasa Ilahi yang membuktikan kepada Israel bahwa Yehova adalah Allah yang benar dan Elia adalah pesuruh pilihan-Nya. Ketika Ahab menceritakan kepada ratu pembunuhan kepada nabi-nabi berhala, Izebel menjadi tegang dan geram, menjadi beringasan. Ia tidak bisa menerima peristiwa yang terjadi di Karmel, tidak mau tahu akan pemeliharaan Allah, dan tetap menantang, dengan berani menyatakan bahwa Elia harus mati.PR 91.2

    Pada malam itu seorang pesuruh membangunkan nabi yang lelah itu dan menyampaikan perkataan Izebel kepadanya: “Beginilah kiranya para Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.”PR 91.3

    Tampaknya setelah menunjukkan keberanian yang sangat teguh, sesudah meraih kemenangan mutlak atas raja dan para imam serta orang banyak, Elia seterusnya tidak akan patah semangat atau pun merasa gentar. Tetapi ia telah diberkati dengan begitu banyak bukti kasih pemeliharaan Allah tidak luput dari kelemahan-kelemahan manusiawi, dan dalam saat kemelut ini iman dan keberaniannya lenyap. Dengan kebingungan, ia bangun dari tidurnya. Hujan sedang tercurah dari langit, dan kegelapan menudungi setiap arah. Lupa bahwa tiga tahun yang lalu, Allah telah menuntun jalannya ke suatu tempat yang aman dari kebencian Izebel dan dicari-cari Ahab, kini nabi itu lari untuk menyelamatkan nyawanya. ketika tiba di Bersyeba, ia “meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya.”PR 91.4

    ketgamPR 91.5

    Dalam ketakutan yang mengancam nyawanya dari permaisuri Izebel, Elia melarikan diri untuk mencari perlindungan, sehingga dia lupa melaksanakan tugasnya kepada Allah.PR 91.6

    Elia seharusnya tidak lari dari tempanya bertugas. Ia seharusnya menghadapi ancaman Izebel dengan suatu permohonan perlindungan dari Dia yang telah menugaskannya untuk mempertahankan kehormatan Yehova. Ia seharusnya mengatakan kepada pesuruh itu bahwa Allah pada siapa ia bergantung akan melindunginya menghadapi pelampiasan kebencian sang ratu. Hanya beberapa jam berselang ketika ia telah menyaksikan kenyataan ajaib dari kuasa Ilahi, dan ini seharusnya memberikan kepastian kepadanya bahwa ia tidak akan dibiarkan. Sekiranya ia tetap tinggal di tempatnya, menjadikan Allah perlindungan dan kekuatannya, berdiri teguh membela kebenaran, maka ia telah dilindungi dari marabahaya. Tuhan akan memberikan kepadanya tanda kemenangan yang lain oleh menghukum Izebel; dan kesan yang terjadi pada raja dan rakyatnya akan membawa suatu pembaharuan besar.PR 92.1

    Elia telah mengharapkan banyak dari mukjizat yang diadakan di atas Karmel. Ia telah mengharapkan bahwa setelah peragaan kuasa Allah ini, Izebel akhirnya tak dapat lagi mempengaruhi pikiran Ahab, sehingga dengan demikian pembaruan di kalangan orang Israel terjadi dengan cepat. Sepanjang hari di atas Karmel ia telah bekerja keras tanpa makan sedikit pun. Namun ketika ia menuntun kereta raja Ahab menuju gerbang kota Yizreel, keberaniannya perkasa, meskipun kekuatan jasmani berkurang oleh kerja kerasnya hari itu.PR 92.2

    Tetapi suatu reaksi seperti yang sering mengikuti iman yang tinggi dan keberhasilan yang gilang gemilang sedang menekan perasaan Elia. Ia merasa takut bahwa reformasi yang dimulai dari Karmel tidak akan tahan lama, dan rasa was-was memenuhi dirinya. Ia telah ditinggikan di puncak Pisgah, kini ia berada di lembah. Sementara ia di bawah pengaruh ilham Yang Mahakuasa, ia telah melalui ujian iman yang berat; tetapi pada saat kekecewaan ini, dengan ancaman Izebel yang mendengung di tambur telinganya, dan Setan tampaknya masih saja berhasil bekerja melalui perempuan yang jahat itu, ia kehilangan pegangan pada Allah. Ia telah ditinggikan dan melebihi ukuran dan reaksinya sungguh luar biasa. Lupa akan Allah, Elia melarikan diri terus dan lari terus, sampai ia menemukan dirinya sendiri di suatu tanah yang tandus, sendirian. Dalam keadaan yang sangat lelah, ia duduk untuk beristirahat di bawah sebatang pohon jintan saru. Ketika duduk di sana, ia memohon agar ia mati saja. Ia berkata: “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih daripada nenek moyangku.” Sebagai seorang pelarian yang berada jauh dari keramaian manusia, semangatnya hancur oleh kekecewaan yang pahit, ia menginginkan agar tidak lagi memandang wajah manusia. Akhirnya, karena sudah kepayahan ia jatuh tertidur.PR 92.3

    Di dalam pengalaman semua orang ada masanya terjadi kekecewaan yang menusuk dan tawar hati sama sekali--hari-hari bila kesusahan menimpa, dan sukar untuk percaya bahwa Allah masih tetap menaruh belas kasihan kepada anak-anak-Nya yang terlahir di atas dunia; hari-hari bila kesusahan menggoda jiwa, sampai tampaknya maut mau merenggut nyawa. Maka dalam keadaan yang demikian banyaklah yang kehilangan pegangan mereka kepada Allah sehingga menjadi hamba kebimbangan, perhambaan ketidakpercayaan. Dapatkah kita pada saat-saat begini dengan pandangan rohani mengerti akan jaminan-jaminan Allah? Kita harus melihat malaikat-malaikat berusaha menyelamatkan kita dari diri kita sendiri, bergumul untuk menanamkan kaki kita ke atas suatu landasan yang lebih kukuh daripada bukit-bukit kekal, dan iman yang baru, hidup yang baru, yang akan memancar sekarang.PR 92.4

    Ayub yang setiawan, pada saat ia berada dalam kesengsaraan dan kegelapan menyatakan:PR 93.1

    font kecilPR 93.2

    “Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku.”
    “Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang,
    dan kemalanganku ditaruh bersama-sama di atas neraca!”

    “Ah, kiranya terkabul permintaanku;
    Dan Allah memberi apa yang kuharapkan!
    Kiranya Allah berkenan meremukkan aku,
    Kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!
    Itulah yang masih merupakan hiburan bagiku.”

    “Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku,
    Aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku,
    Mengeluh dalam kepedihan hatiku.”

    “Sehingga aku lebih suka . . . mati daripada menanggung kesusahanku.
    Aku jemu;
    Aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya:
    Biarkan aku;
    Karena hari-hariku hanya seperti hembusan napas saja.”
    PR 93.3

    Ayub 3:3; 6:2, 8-10; 7:11, 15, 16.

    biasaPR 93.4

    Tetapi walaupun jemu untuk hidup, Ayub tidak dibiarkan mati. Kepadanya ditunjukkan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga kepadanya diberikan pekabaran pengharapan:PR 93.5

    font kecilPR 93.6

    “Dan engkau akan berdiri teguh, dan tidak akan takut:
    Bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu,
    Hanya teringat kepadanya seperti kepada air yang telah mengalir lalu:

    Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang daripada siang hari;
    Kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari.

    Engkau akan merasa aman,
    Sebab ada harapan. . . .
    Engkau akan berbaring tidur dengan tidak diganggu;
    Dan banyak orang akan mengambil muka kepadamu.
    PR 93.7

    Tetapi mata orang fasik akan menjadi rabun,
    Mereka tidak dapat melarikan diri lagi;
    Yang masih diharapkan mereka hanyalah menghembuskan napas.”
    PR 94.1

    Ayub 11:15-20.

    biasaPR 94.2

    Dari kekecewaan yang mendalam dan kehilangan semangat Ayub bangkit kepada ketinggian kepercayaan yang selengkapnya di dalam rahmat dan kuasa Allah yang menyelamatkan. Dengan sorak kemenangan ia berseru:PR 94.3

    font kecilPR 94.4

    “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku,
    Namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya . . .
    Itulah yang menyelamatkan aku.”
    “Tetapi aku tahu Penebusku hidup,
    Dan akhirnya ia akan bangkit di atas debu:
    Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak,
    Tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah,
    Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku,
    Mataku sendiri menyaksikan-Nya, dan bukan orang lain.”
    PR 94.5

    Ayub 13:15, 16; 19:25-27PR 94.6

    biasa

    “Maka dari dalam badai Tuhan menjawab Ayub” (Ayub 38:1), dan menyatakan kepada hamba-Nya kebesaran kuasa-Nya. Ketika Ayub selintas melihat penciptanya, ia benci akan dirinya sendiri dan menyatakan penyesalannya dalam abu duli. Barulah Tuhan dapat memberkatinya dengan selimpah-limpahnya menjadikan akhir hidupnya sangat berbahagia.PR 94.7

    Pengharapan dan keberanian adalah unsur yang penting untuk pelayanan yang sempurna bagi Allah. Inilah buah-buah iman. Patah semangat adalah dosa yang tidak beralasan. Allah sanggup dan rela mencurahkan ke atas hamba-hambanya dengan lebih limpah kekuatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi ujian dan cobaan. Rencana-rencana musuh terhadap pekerjaan-Nya barangkali telah dicanangkan dan diolah dengan sebaik-baiknya, tetapi Allah bisa menyingkirkan rencana-rencana itu bagaimana besarnya sekalipun. Olehnya Ia membuat waktu dan caranya, apabila Ia melihat bahwa iman hamba-hambanya telah lolos dari ujian.PR 94.8

    Bagi yang putus asa pastilah ada obatnya--iman, doa, bekerja. Iman dan kegiatan akan memberikan kepastian dan kepuasan yang akan bertambah-tambah dari hari ke hari. Adakah engkau dicobai untuk memberikan jalan kepada perasaan-perasaan firasat yang mencemaskan atau kehilangan semangat sama sekali? Pada hari-hari kelam, apabila perkara-perkara tampaknya menakutkan, janganlah gentar. Percayalah akan Allah. Ia mengetahui kebutuhanmu. Ia memiliki segala kuasa. Kasih-Nya dan kemurahan-Nya yang tiada terbatas tidak pernah akan layu. Janganlah takut bahwa Ia tidak akan memenuhi janji-Nya. Dialah kebenaran yang abadi. Ia tidak akan pernah mengubahkan perjanjian yang dibuat-Nya dengan mereka yang mengasihi-Nya. Dan Ia akan mencurahkan ke atas hamba-hamba-Nya yang setiawan ukuran keberhasilan yang menjadi tuntutan kebutuhan mereka. Rasul Paulus menyaksikan: “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahan kuasa-Ku menjadi sempurna. . . . Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus: Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” 2 Korintus 12:9, 10.PR 94.9

    Adakah Allah meninggalkan Elia di saat kesukarannya? Oh, tidak! Ia mengasihi hamba-Nya tidak kurang bila Elia merasa dirinya sendiri ditinggalkan Allah dan manusia daripada ketika, dalam jawab kepada doanya, api turun dari langit dan menerangi puncak gunung itu.PR 95.1

    ketgamPR 95.2

    Allah mengutus seorang malaikat menemui Elia dengan membawa makanan dan air minum untuk dia. Elia yang sudah letih itu makan dan tidur dan makan lagi sebelum meneruskan perjalanannya untuk empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.PR 95.3

    Sekarang, sementara Elia tertidur, suatu sentuhan yang lembut dan suatu suara yang merdu membangunkannya. Ia terbangun dalam rasa takut, hendak melarikan diri seakan-akan musuh telah menemukannya. Tetapi wajah yang penuh belas kasihan yang membungkuk ke arahnya bukanlah wajah seorang musuh, tetapi wajah seorang sahabat. Allah telah menyuruh seorang malaikat dari surga membawakan makanan bagi hamba-Nya. “Bangunlah, makanlah,” kata malaikat itu. “Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air.”PR 95.4

    Setelah Elia memakan sebagian makanan yang disediakan untuknya, Ia tidur kembali. Malaikat Tuhan datang untuk kedua kalinya. Menyentuh orang yang kehabisan tenaga itu, ia berkata dengan lemah lembut, “Bangunlah, makanlah; Sebab kalau tidak perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” “Maka bangunlah ia lalu makan dan minum;” dan oleh kekuatan makanan itu ia sanggup mengadakan perjalanan “empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb,” di mana ia mendapat tempat berlindung dalam sebuah gua.PR 95.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents