Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Para Nabi Dan Raja

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    10 - Suara Teguran yang Keras

    ELIA tetap bersembunyi di sungai Kerit yang ada di pegunungan selama beberapa waktu. Makanannya terjamin selama beberapa bulan dengan mukjizat di sana. Kemudian, oleh sebab musim kemarau yang berkepanjangan, sungai itu menjadi kering, Tuhan menyuruh hamba-Nya itu pergi mengungsi ke suatu negeri kafir. Firman-Nya, “bersiaplah, pergi ke Sarfat (pada zaman perjanjian baru dikenal sebagai Sarepta), yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana; ketahuilah bahwa Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” Perempuan ini bukan orang Israel. Ia sama sekali tidak mempunyai kesempatan dan berkat sebagaimana yang dinikmati oleh umat pilihan Allah; akan tetapi ia percaya akan Allah yang benar itu dan telah berjalan dalam semua terang yang menyinari lorong-lorongnya. Maka sekarang, manakala keselamatan Elia tidak lagi terjamin di negeri Israel, Allah menyuruhnya kepada perempuan ini untuk memperoleh suaka di rumahnya.PR 73.1

    font 6 (7) di tengah halaman bawah
    Pasal ini dari 1 Raja-raja 17:8-24; 18:1-19
    PR 73.2

    “Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu katanya: Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum. Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi, Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.”PR 73.3

    Di rumah yang menderita oleh kemiskinan ini bala kelaparan sangat menekan, dan persediaan makanan yang sangat kurang tampaknya tidak mencukupi. Kedatangan Elia pada hari yang sangat penting itu yaitu pada saat janda itu merasa takut bahwa ia harus menyerah dalam perjuangan mempertahankan hidup, imannya diuji semaksimal mungkin dalam kuasa Allah yang hidup yang menyediakan segala kebutuhannya. Namun, walaupun dalam kebutuhannya yang sangat mendesak ia menyatakan imannya oleh memenuhi permohonan orang asing yang memintanya untuk membagikan makanannya yang terakhir dengan orang asing itu.PR 73.4

    Menyambut permintaan Elia yang meminta makan dan minum, janda itu berkata: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau katakan tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dan daripadanya dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kau buat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah Firman TUHAN, Allah Israel; tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.”PR 73.5

    Tidak ada ujian iman yang lebih besar daripada tuntutan ini. Sampai saat ini janda itu telah melayani semua orang asing dengan keramahan dan kedermawanan. Kini tanpa menghiraukan penderitaan yang mungkin membawa akibat buruk bagi dia dan anaknya, dan percaya pada Allah Israel yang akan menyediakan setiap keperluan, ia menghadapi ujian kedermawanan yang luar biasa ini oleh mengerjakan “seperti yang dikatakan Elia.”PR 74.1

    Ajaiblah kedermawanan perempuan Punikia ini, yang ditunjukkannya kepada nabi Allah, dan sungguh ajaiblah imannya yang memperoleh pahala, dengan limpahnya. “Maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makanan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti Firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.PR 74.2

    “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada napasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: Apakah maksudmu datang ke mari ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?PR 74.3

    “Kata Elia kepadanya; Berikanlah anakmu itu kepadaku. Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamar di atas; dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. . . . Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN . . . . TUHAN mendengar permintaan Alia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. “Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: Ini anakmu, iaPR 74.4

    sudah hidup! Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan Firman TUHAN yang kau ucapkan itu adalah benar.”PR 74.5

    Janda perempuan Sarfat itu membagi makanannya yang sedikit kepada Elia dan sebagai imbalannya hidupnya dan anaknya terjamin. Maka bagi semua orang yang pada waktu kesusahan mau menaruh belas kasihan dan menolong orang-orang lain yang lebih membutuhkan, Allah menjanjikan berkat besar baginya.PR 74.6

    Sekarang kuasa-Nya tidak kurang seperti pada zaman Elia. Kini tidak kurang kepastiannya daripada ketika janji diberikan oleh Juruselamat kita, “Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi.” Matius 10:41.PR 74.7

    Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” Ibrani 13:2. Kata-kata ini tidak kehilangan kuasanya dari zaman berganti zaman. Bapa kita yang di surga masih tetap menaruh kesempatan-kesempatan pada jalan anak-anak-Nya yaitu berkat-berkat yang tidak disangka-sangka; dan mereka yang memanfaatkan kesempatan-kesempatan ini memperoleh kesukaan besar. “Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.” Yesaya 58:10, 11.PR 74.8

    Kristus berkata kepada hamba-hamba-Nya yang setia sekarang, “Barangsiapa yang menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa yang menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.” Tidak ada perbuatan baik yang dilakukan atas nama-Nya yang tidak akan diketahui dan diberi pahala. Dan di dalam pengenalan lembut yang sama Kristus mengikut sertakan orang-orang yang paling sederhana dan terlemah sekalipun pada keluarga Allah. Ia berkata, “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini--mereka yang sebagai anak-anak dalam iman dan pengetahuan mereka kepada Kristus—karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya daripadanya.” Matius 10:40, 42.PR 75.1

    Dengan tekunnya Elia berdoa pada tahun-tahun sepanjang musim kekeringan dan bala kelaparan agar hati Israel dapat berbalik dari penyembahan berhala kepada kesetiaan terhadap Allah. Dengan sabar nabi itu menunggu, sementara tangan TUHAN masih tetap mencekam negeri yang terpukul itu. Ketika ia melihat penderitaan yang nyata yang terjadi semakin bertambah-tambah di setiap pelosok, hatinyaPR 75.2

    dirundung dukacita dan ia merindukan kuasa untuk segera mengadakan suatu pembaharuan. Tetapi TUHAN bekerja sesuai dengan rencana-Nya, dan segala apa yang dapat diperbuat oleh hamba-Nya ialah berdoa dengan percaya sambil menunggu saatnya untuk bertindak.PR 75.3

    Kemurtadan yang berlangsung pada zaman Ahab adalah akibat perbuatan jahat yang bertahun-tahun. Langkah demi langkah, dari tahun ke tahun, Israel telah terpisah dari jalan yang benar. Generasi demi generasi mereka, telah menolak untuk meluruskan jalan bagi langkah kaki mereka, dan akhirnya sebagian besar bangsa ini telah memasrahkan diri mereka sendiri pada kepemimpinan kuasa-kuasa kegelapan.PR 75.4

    Sejak dari pemerintahan raja Daud yang sudah hampir satu abad berlangsung bangsa Israel telah merasakan kesenangan bersatu dalam menaikkan lagu puji-pujian kepada Yang Mahatinggi, karena mengetahui ketergantungan mereka secara keseluruhan pada Dia yang memberikan rahmat sehari-hari. Dengarlah kata-kata pujian mereka bila mereka menyanyi:PR 75.5

    font 8PR 76.1

    “Engkau, yang menegakkan gunung-gunung
    dengan kekuatan-Mu, . . .
    Tempat terbitnya pagi dan petang Kaubuat bersorak-sorai.
    Engkau mengindahkan tanah itu,
    mengaruniainya kelimpahan,
    dan membuatnya sangat kaya.

    Batang air Allah penuh air;
    Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
    Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:

    Engkau mengairi alur bajaknya,
    Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya;
    Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.

    Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu,
    jejak-Mu mengeluarkan lemak;
    tanah-tanah padang gurun menitik,
    bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai;
    padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba,
    lembah-lembah berselimutkan gandum,
    semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi.”
    PR 76.2

    Mazmur 65:6, 9-14.

    font biasa

    Kemudian setelah Israel mengenal Allah sebagai Satu yang “telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya.” Mereka menyatakan imannya dengan menyanyikan:PR 76.3

    font kecilPR 76.4

    “Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya;
    air telah naik melampaui gunung-gunung.
    Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri,
    lari kebingungan terhadap suara guntur-Mu,
    naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kau tetapkan bagi mereka.
    Batas Kau tentukan, takkan mereka lewati,
    takkan kembali mereka menyelubungi bumi.
    PR 76.5

    Mazmur 104:6-9.

    font biasaPR 76.6

    Adalah oleh karena kuasa Satu yang tidak berkesudahan sehingga benda-benda alam di langit dan bumi ditaruh di tempatnya masing-masing. Dan Ia memakai benda-benda ini untuk kebahagiaan makhluk ciptaannya. Dengan bebas terbukalah “perbendaharaan-Nya yang melimpah, untuk memberi hujan . . . pada masanya dan memberkati segala pekerjaan” yang dibuat oleh tangan manusia. Ulangan 28:12.PR 76.7

    font kecilPR 77.1

    “Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan . . .PR 77.2

    Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan
    dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia,
    yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah
    dan anggur yang menyukakan hati manusia,
    yang membuat muka berseri karena minyak,
    dan makanan yang menyegarkan hati manusia . . . .

    “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan,
    sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan,
    bumi penuh dengan ciptaan-Mu.
    Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya,
    di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya,
    binatang-binatang yang kecil dan besar.
    Di situ kapal-kapal berlayar dan
    Lewiatan yang telah Kau bentuk untuk bermain dengannya.
    Semuanya menantikan Engkau,
    supaya diberikan makanan pada waktunya.
    Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya;
    apabila Engkau membuka tangan-Mu,
    mereka kenyang oleh kebaikan.”
    PR 77.3

    Mazmur 104:10-15; 24-28.

    font biasaPR 77.4

    Orang Israel mempunyai banyak waktu untuk bersenang-senang. Tanah tempat di mana Allah telah membawa mereka adalah suatu negeri di mana susu dan air madu mengalir. Selama pengembaraan di padang belantara, Allah telah memberikan jaminan kepada mereka bahwa Ia sedang membawa mereka ke sebuah negeri di mana mereka tidak akan menderita kekurangan hujan. Ia berkata kepada mereka, “Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kau airi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.”PR 77.5

    Perjanjian akan adanya hujan yang limpah diberikan atas syarat penurutan. Tuhan telah memaklumkan, “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang.PR 78.1

    Tuhan telah menasihati umat-Nya, “Hati-hatilah supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada Allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Jika demikian, makan akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu.” Ulangan 11:10-17.PR 78.2

    Orang-orang Israel telah diberi amaran, Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya,” maka “langit yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah yang di bawah pun menjadi besi. TUHAN akan menurunkan hujan abu dan debu ke atas negerimu; dari langit akan turun semuanya ke atasmu, sampai engkau punah.” Ulangan 28:15, 23, 24.PR 78.3

    Inilah nasihat-nasihat Yehova yang bijaksana bagi Israel purba. “Ia memerintahkan umat pilihan-Nya, ‘Tetapi kamu harus menaruh perkataan-Ku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu, kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau sedang berbaring dan apabila engkau bangun.” Ulangan 11:18, 19. Perintah-perintah ini sungguh jelas, bilamana abad demi abad berlalu, dan generasi demi generasi kehilangan pandangan terhadap jaminan yang disediakan bagi kesejahteraan rohani mereka, pengaruh-pengaruh kebinasaan oleh karena kemurtadan mengancam untuk menyapu bersih setiap penghalang karunia Ilahi.PR 78.4

    Kemudian daripada itu Allah kini melawat umat-Nya dengan pehukuman-Nya yang paling keras. Ramalan Elia ternyata genap secara mengerikan. Jurukabar yang memberitakan kesengsaraan itu selama tiga tahun dicari-cari dari kota ke kota dari bangsa ke bangsa lain. Atas mandat Ahab, dengan hormatnya banyak raja telah bersumpah bahwa nabi asing itu tidak diketemukan di dalam wilayah mereka. Namun, pencarian dilakukan terus, karena Izebel dan nabi-nabi Baal sangat membenci Elia dengan kebencian yang teramat sangat, dan mereka tidak berhasil mencarinya dengan batas kuasa mereka. Dan tetap tidak ada hujan. Akhirnya “sesudah beberapa lama,” Firman TUHAN kepada Elia, “Pergilah perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas bumi.”PR 78.5

    Mentaati perintah itu, “pergilah Elia memperlihatkan diri kepada Ahab.” Bersamaan dengan waktu yang ditentukan oleh nabi itu untuk perjalanan ke Samaria, Ahab telah mengusulkan kepada Obaja, kepala istana kerajaan, agar mereka mencari dengan seteliti-telitinya akan mata air atau anak sungai, dengan pengharapan untuk mendapatkan padang rumput bagi hewan ternak mereka yang kelaparan. Akibat musim kering yang panjang ini sangatlah terasa sampai ke istana kerajaan itu. Raja yang sangat merisaukan keselamatan isi rumahnya, mengambil keputusan bersatu dengan hambanya untuk menjelajah tempat-tempat yang dikira masih ada rumput yang tumbuh. “Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya, Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja ke arah yang lain.”PR 79.1

    “Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: Engkaukah ini, hai tuanku Elia?”PR 79.2

    Selama kemurtadan Israel Obaja tetap setia. Sang raja, tuannya, tidak sanggup membalikkannya dari kesetiannya kepada Allah yang hidup. Kini ia mendapat suatu kehormatan dengan satu tugas dari Elia, yang berkata kepadanya, “Pergilah, katakan kepada tuanmu, Elia ada.” Dengan sangat ketakutan Obaja berseru, “Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya?” Menyampaikan berita yang seperti ini kepada Ahab berarti menyongsong kematian. Ia menerangkan kepada nabi itu, “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata, ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau berkata, Pergilah, katakan kepada tuanmu, Elia ada. Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi daripadamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku.”PR 79.3

    Dengan sungguh-sungguh Obaja memohon kepada nabi itu agar jangan memaksanya. Ia berkata dengan sungguh-sungguh, “hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? Dan sekarang mengapa engkau ini berkata, Pergilah katakan kepada tuanmu, Elia ada: Ia pasti akan membunuh aku.” Dengan suatu sumpah yang suci Elia berjanji kepada Obaja bahwa sebagai suruhan baginya hal itu akan tidak sia-sia. Ia mengatakan, “Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.” Begitu mendapat kepastian, “pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya.”PR 79.4

    Dengan perasaan heran bercampur ketakutan sang raja mendengarkan berita mengenai orang yang ditakuti dan dibencinya, serta yang selama ini dicari-carinya tanpa mengenal lelah. Ia mengetahui sebaik-baiknya bahwa Elia semata-mata tidak akan membahayakan jiwanya demi kelancaran pertemuan mereka. Mungkinkah nabi itu akan mengatakan kutuk yang lain bagi Israel? Hati raja berdebar-debar. Ia teringat akan tangan Yerobeam yang menjadi kaku. Ahab tidak dapat mengelakkan panggilan itu, juga ia tidak dapat mengangkat tangannya untuk melawan suruhan Allah itu. Jadi, disertai oleh seorang tentara pengawal pribadi, sang raja yang ketakutan pergi bertemu dengan nabi itu.PR 79.5

    Sang raja dan nabi berdiri berhadap-hadapan. Meskipun Ahab dipenuhi dengan kebencian yang ditahan-tahan, namun di hadapan Elia kelihatannya ia lemas, tidak berdaya. Ia membuka pembicaraan dengan tergagap-gagap, “Engkaukah itu yang mencelakakan Israel?” tanpa disadarinya ia menyatakan perasaan yang terkandung dalam lubuk hatinya. Ahab mengetahui bahwa oleh Firman Allahlah sehingga langit telah berubah bagaikan kuningan, namun ia berusaha menjatuhkan kesalahan kepada nabi itu sebagai biang keladi pehukuman yang menimpa negeri itu.PR 80.1

    Adalah kebiasaan orang yang berbuat kesalahan untuk menganggap bahwa suruhan-suruhan Allah yang bertanggungjawab atas bencana-bencana sebagai akibat meninggalkan jalan kebenaran. Orang-orang yang menempatkan dirinya dalam kuasa Setan tidak dapat melihat hal-hal sebagaimana Allah melihat mereka. Manakala cermin kebenaran dihadapkan kepada mereka, mereka menjadi naik darah bilamana memikirkan usul untuk perbaikan. Dibutakan oleh dosa, mereka tidak mau bertobat; mereka merasa bahwa hamba-hamba Allah telah bangkit melawan mereka dan mereka pantas dikenakan pengawasan yang paling ketat.PR 80.2

    Berdiri di hadapan Ahab dengan sadar dan merasa tidak bersalah, Elia tidak berusaha membela dirinya sendiri atau membuat raja merasa senang. Juga ia tidak berusaha menghilangkan kemurkaan raja oleh kabar gembira yang mana musim kering hampir akan berlalu. Ia tidak usah meminta maaf. Jengkel dan cemburu demi kebesaran Allah, ia berbalik mempersalahkan Ahab, tanpa merasa gentar sedikitpun, ia menyatakan kepada raja bahwa adalah oleh sebab dosa-dosanya, dan dosa-dosa nenek moyangnya, yang mendatangkan malapetaka yang mengerikan ke atas Israel. Dengan gamblang Elia menjawab, “Bukan aku yang mencelakakan Israel melainkan engkau ini dan keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti penyembahan Baal.”PR 80.3

    Pada masa kini perlu adanya suara yang bernada keras, untuk menegur dosa-dosa yang malang yang memisahkan manusia dari Allah. Ketidaksetiaan cepat menjadi mode. “Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami,” adalah bahasa beribu-ribu orang. Lukas 19:14. Begitu sering khotbah-khotbah yang lembut dikumandangkan yang berakhir tanpa kesan; nafiri tidak lagi memberikan bunyi yang pasti. Manusia tidak lagi tergugah hatinya oleh Firman Allah yang terang-terangan dan tajam. Ada banyak yang mengaku orang Kristen yang bilamana diminta untuk menyatakan perasaan mereka yang sesungguhnya, akan berkata, Apa perlunya berbicara begitu terang-terangan? Mungkin sama saja mereka bertanya, Mengapa Yohanes Pembaptis perlu berkata kepada orang-orang Farisi, “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?” Lukas 3:7. Mengapa ia perlu membangkitkan murka Herodia oleh mengatakan pada Herodes bahwa hidup bersama-sama dengan istri saudaranya itu baginya adalah pelanggaran hukum? Si pembuka jalan bagi Kristus telah kehilangan nyawanya oleh perkataannya yang terang-terangan. Mengapa ia tidak bertindak sejauh tidak membangkitkan rasa tidak senang dari mereka yang hidup dalam dosa?PR 80.4

    Demikianlah manusia yang harus berdiri sebagai penjaga-penjaga hukum Allah yang setia telah berbantah-bantah, sampai peraturan mengambil tempatnya kesetiaan, dan dosa dibiarkan berlangsung tanpa diperbaiki. Kapankah suara teguran setia sekali lagi akan kedengaran di dalam gereja?PR 81.1

    “Engkaulah orang itu.” 2 Samuel 12:7. Perkataan-perkataan yang tanpa tedeng aling-aling tidak dapat salah seperti ini yang dikatakan Natan kepada Daud kini jarang terdengar dari atas mimbar, jarang terbaca di dalam bacaan-bacaan umum. Jikalau sekiranya perkataan-perkataan begini tidak begitu jarang, maka kita akan melihat lebih banyak kuasa Allah dinyatakan di antara manusia. Suruhan-suruhan Tuhan tidak boleh bersungut-sungut manakala usahanya tanpa berbuah sehingga mereka menyesali kesukaan mereka terhadap permufakatan dan keinginan mereka untuk menyenangkan manusia, yang menuntun mereka untuk menindas kebenaran.PR 81.2

    Para pekerja yang cuma mau menyenangkan manusia, yang menyerukan, Damai, damai, sedangkan Allah tidak mengatakan damai, haruslah merendahkan hatinya di hadapan Allah, memohon keampunan atas ketidaksungguh-sungguhan mereka dan atas kurangnya keberanian akhlaknya. Adalah bukan oleh sebab mengasihi tetangganya yang menelantarkan pekabaran yang dipercayakan kepada mereka, tetapi oleh sebab pemanjaan diri sendiri dan kasih mereka yang murah. Kasih yang sejati itu pertama-tama mencari kehormatan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa. Orang-orang yang memiliki kasih ini tidak akan menghilangkan kebenaran yang menyelamatkan mereka dan akibat-akibat yang tidak diinginkan daripada pembicaraan yang terang-terangan. Bilamana jiwa-jiwa menuju ke jurang kebinasaan, maka para pekerja Allah tidak akan mementingkan diri sendiri, melainkan akan mengatakan perkataan yang diberikan kepada mereka untuk dikatakan, menolak untuk mencari maaf atau mengecilkan kejahatan.PR 81.3

    Kiranya setiap pekerja boleh menginsyafi akan kesucian kewajibannya dan kesucian pekerjaannya, dan menunjukkan keberanian sebagaimana yang ditunjukkan Elia! Sebagai suruhan-suruhan yang diangkat Ilahi, maka para pekerja berada dalam suatu kedudukan tanggung jawab yang luar biasa. Mereka harus “menyatakan kesalahan orang, menegur, menasihati dengan segala kesabaran.” 2 Timotius 4:2. Mereka harus bekerja mewakili Kristus sebagai para penatalayan dari rahasia-rahasia surga, memberikan semangat bagi yang taat dan amaran bagi yang tidak taat. Bagi mereka kebiasaan duniawi tidak berarti apa-apa. Tidak pernah mereka menyimpang dari jalan di mana Yesus telah menyuruh mereka melangkah. Mereka harus maju dengan percaya, sambil mengingat bahwa mereka dikelilingi oleh awan saksi-saksi. Mereka tidak boleh mengatakan perkataan mereka sendiri, melainkan Firman SATU yang lebih besar daripada segala kekuatan dunia yang menyuruh mereka berbicara. Pekabaran itu harus, “Demikianlah Firman Tuhan.” Allah memanggil orang-orang seperti Elia, Natan, dan Yohanes Pembaptis--orang-orang yang akan membawa pekabaran dengan kesetiaan, tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya, orang-orang yang akan membicarakan kebenaran dengan berani, walaupun hal itu akan menuntut pengorbanan akan segala yang mereka miliki.PR 81.4

    Allah tidak akan memakai orang-orang yang pada saat adanya bahaya maut, yang apabila kekuatan, keberanian dan pengaruh semuanya dibutuhkan, merasa gentar untuk berdiri teguh membela yang benar. Ia memanggil orang-orang yang akan berperang dengan setia melawan yang salah, berperang melawan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Adalah untuk hal-hal beginilah sehingga Ia mau menyampaikan perkataan: “Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia; . . . masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:23.PR 82.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents