Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Berbagai Amanat Kepada Orang<sup>2</sup> Muda

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Penawar Kesia-siaan

    Al-Maseh sudah hidup dengan bekerdja keras serta menjangkal diri bagi kita, dan tidakkah kita dapat menjangkal diri kita bagiNja? Bukankah perdamaian jang Dia sudah adakan bagi kita dan kebenaran jang Dia menunggu-nunggu hendak memberikan kepada kita patut mendjadi buah pikiran jang memenuhi hati kita? Kalau orang muda mau mengambil dari gudang Kitab Sutji segala harta jang terdapat didalamnja, kalau mereka itu suka berpikir-pikir dalam tentang keampunan, perdamaian, dan kebenaran kekal jang memakotai hidup penjangkaian diri, mereka tidak akan mempunjai keinginan akan kegembiraan hati jang penuh sjak atau pun hal-hal jang menjukakan hati.AOM 387.2

    Al-Maseh bersuka hati apabila segala pikiran orangorang muda dipenuhi oleh soal-soal jang mulia dan meninggikan dari ichtiar selamat. Dia memasuki hati segala orang jang demikian sebagai satu tamu jang mau tinggal tetap, mengisi mereka itu dengan kesukaan dan kesentosaan. Dan tjinta al-Maseh dalam djiwa adalah sebagai “suatu mata air jang berpantjar-pantjar sampai kepada hidup jang kekal”.AOM 387.3

    .... Segala orang jang mempunjai tjinta ini akan bersuka membitjarakan segala perkara jang Tuhan sudah sediakan bagi mereka jang tjinta kepadaNja.AOM 387.4

    Allah jang kekal itu sudah menarik garis perbedaan diantara orang sutji dan orang berdosa, diantara orang jang bertobat dan jang tidak bertobat. Kelas jang dua ini tidak bisa bertjampur satu sama lain dengan tidak kelihatan kepada mata, seperti warnanja satu pelangi, melainkan adalah sama njatanja seperti siang hari dan tengah malam. Umat Tuhan tidak bisa memasuki dengan selamat satu pergauian jang rapat dengan orang jang mengetahui kebenaran tetapi tidak pakai kebenaran itu dalam hidupnja. Nenek mojang kita, Jakub, pada waktu membitjarakan tentang beberapa perbuatan anak-anaknja, jang dipikirkan olehnja dengan ketakutan besar, berseru: “Njawaku tak masuk bitjaranja dan hatiku tak setudju dengan mupakatnja.” Dia merasa bahwa kehormatan dirinja sendiri akan dipertarohkan kalau kiranja ia bertjampur gaul dengan orang-orang djahat dalam segala perbuatan mereka itu. Dia meninggikan tanda bahaja, mengamarkan kita supaja mendjauhkan diri dari pergauian jang salah, kalau-kalau djadi ditjemarkan oleh kedjahatan. Dan Roh Sutji, dengan perantaraan rasul Paul, menjerukan amaran jang serupa itu, “Djanganlah kamu terbabit dengan perbuatan kegelapan jang tidak berhasil, melainkan terutama kamu menempelakkan dia.” — The Youth's Instructor, 4 Februari 1897.AOM 388.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents